Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PATOFISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan


Dosen Pembimbing : Dedep Nugraha, S.kep., Ners., M.kep

Disusun Oleh :
Khonia Putri 221FK03080
Dhea Nurafida 221FK03081
Asril Bayu Mahendra 221FK03082
Nita Synta Nia 221FK03083
Indriyani Apsari 221FK03084

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
TAHUN 2023
SGD IDK
KASUS 4

Tn. B berusia 57 tahun masuk ruang IGD karena penurunan kesadaran. Pasien mengalami
penurunan kesadaran sejak 5 jam SMRS dan pasien mengalami kelemahan separuh tubuh
bagian kanan. Keluarga pasien mengatakan pasien jatuh ke kiri pada saat di kamar. Saat
itu pasien masih dapat berkomunikasi namun, beberapa jam kemudian pasien tampak
gelisah dan bicara melantur. Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak 4 tahun
yang lalu. Riwayat keluarga, ibu pasien pernah mengalami hipertensi, namun sudah
meninggal dunia.

Pada pemeriksaan didapatkan:


KU : lemah
GCS : 10 (E3V3M4)
Kesadaran : Somnolen
TD :180/100mmHg
RR : 22x/mnt
SatO2 : 95%
Nadi : 120x/mnt
CRT :< 2 detik
Akral perifer : hangat
BB : 100 kg, TB : 175 cm, BMI : 32,7 kg/m2
pupil : isokor 2/2 mm
Kekuatan otot :
3 4
3 4

Pada pemeriksaan fisik (head to toe) didapatkan kepala: normochepal, konjuctiva anemis,
sklera putih, warna mukosa bibir pucat. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,
nadi karotis (+). Toraks: retraksi otot batu pernapasan (+), perkusi: sonor, Ronchi (+/+),
suara jantung S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-). Abdomen: bising usus (+), perkusi:
timpani, nyeri tekan (-), bengkak (-). Neurologis: terjadi kelemahan ekstremitas bagian
kanan.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:


PemeriksaanKimia klinik
SGPT : 25,90 U/L
SGOT : 27,9 U/L
Ureum : 17,10 mg/dL

Pemeriksaaan Darah Lengkap


Eritrosit (RBC) : 5,78 x 10 u/uL
Hematocrit (HCT) : 51,7 %
Hemoglobin (HGB) : 16,70 g/dL
Leukosit (WBC) : 13,32 x 10 u/uL
MCHC : 32,30 g/dL
MCH : 28,90 Pg
MCV : 89,40 fL
Trombosit (PLT) : 253,00^3/uL

Pemeriksaan Elektrolit
Chlorida : 104,0 mmol/L
Natrium : 139 mmol/L
Kalium : 4,46 mmol/L
Creatinine : 1,20 mg/dL
Glukosa sewaktu : 120 mg/dL

Hasil pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan MSCT kepala non kontras didapatkan kesan:
 intra Cerebral hemorrhage pada thalamus kiri 3,5 x 2,2 x 1,7 cm, volume 5,1ml,
dengan perifocal edema disekitarnya
 Intra Ventricular Hemorrhage pada ventrikel lateralis kanan kiri cornu posterior
dan ventrikel III
PERTANYAAN

1. Tuliskan istilah asing/tidak familiar yang terdapat dalam kasus


2. Jelaskan secara singkat arti dari istilah asing/tidak familiar tersebut
3. Temukan kondisi yang tidak normal/ patologis pada kasus tersebut
4. Jelaskan mengapa kondisi yang tidak normal/ patologis tersebut bisa terjadi

Nomor 3&4 bisa dibuat dalam bentuk tabel,,,,contoh :


No. Kondisi tidak Indikator normal Rasional (mengapa
normal (Patologis ) (kondisi seharusnya) kondisi tidak
pada kasus normal/ patologis
bisa terjadi)
1. Nadi: 111 x/mnt <100 x/menit
2. Kaki kaku saat Tidak kaku saat
digerakan digerakan

5. Penyakit apa yang diderita oleh pasien?


6. Jelaskan faktor resiko dari penyakit tersebut
7. Jelaskan manifestasi klinis penyakit tersebut
8. Bagaimana penanganan pada penyakit tersebut?
9. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada penyakit tersebut
10. Buatlah skema/ bagan/ diagram/ pathway patofisiologi sesuai dengan kasus Tn.
M (kaitan antara etiologi s/d gejala klinis,, sebab akibat harus jelas, TIDAK
copas/screenshot dari internet)
JAWABAN KASUS

1. Istilah asing/ tidak familiar yang terdapat dalam kasus


- Somnolen
- SaO2
- BMI
- Isokor
- Akral Perifer
- Kepala normochepal
- Neurologis
- SGPT
- SGOT
- Ureum
- MCHC
- MCH
- MCV
- MSCT
- Intra Cerebral hemorrhage
- Intra Ventricular Hemorrhage
- perifocal edema
2. Jawaban istilah asing/tidak familiar yang terdapat dalam kasus
- Somnolen (Obtundasi, Letargi) : yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
- SaO2 : Saturasi oksigen adalah kemampuan hemoglobin mengikat
oksigen. Ditunjukkan sebagai derajat kejenuhan atau saturasi (SaO2).
- Body Mass Index (BMI) atau Indeks massa tubuh (IMT) adalah
parameter yang digunakan untuk mengetahui status berat badan
seseorang apakah tergolong normal maupun tidak (underweight, maupun
overweight), data yang diperlukan untuk mencari BMI adalah data selisih
antara berat badan dan tinggi badan.
- Pupil isokor artinya pupil pada kedua mata besarnya sama. Kondisi ini
adalah kondisi yang normal.
- Akral adalah ujung ekstremitas. Ekstremitas adalah tangan dan kaki.
Maka ujung jari itulah adalah akral. Akral dingin ujung jari baik
kaki/tangan yg dingin. Pada pemeriksaan akral. Sangat berguna utk
mengetahui apakah org itu ada dalam kondisi syok atau tidak. Karena
syok adalah suatu kondisi gawat darurat yang butuh penanganan segera.
- Kepala normochepal adalah bentuk kepala bulat
- Neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan
fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.
- Serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) merupakan enzim yang
utama banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis
destruksi hepatoselular.Jika terjadi kerusakan hati, enzim GPT akan
keluar dari sel hati menuju sirkulasi darah. Kadar normal GPT darah 5-
35 U/L.
- SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) merupakan enzim
yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh,terutama dalam jantung dan
hati. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan terdapat
kerusakan pada jaringan jantung dan hati. Nilai normal SGOT pada pria
sampai dengan 37U/L dan wanita sampai dengan 31 U/L.
- Ureum merupakan produk akhir katabolisme protein dan asam amino
yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler
dan ekstraseluler ke dalam darah kemudian difiltrasi oleh glomerulus.
Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi
fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai
progresivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis.
- MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concerntration) adalah
konsentrasi hemoglobin yang di dapat per-eritrosit yang dinyatakan
dengan satuan gram per desiliter (gr/dl). Nilai normal MCHC = 30-35
gr/dl.
- Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau hemoglobin korpuskular
rata-rata (HER) adalah nilai yang mengindikasikan kadar hemoglobin
dalam sel yang ditunjukkan dengan kuantitas warna (normokromik,
hipokromik, dan hiperkromik). Nilai normal MCH yaitu 28 – 34 pg.
- Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
adalah indeks untuk mengetaui ukuran eritrosit. Nilai normal MCV yaitu
80 – 100 fL.
- Multislice Computed Tomography (MSCT) merupakan suatu teknik
untuk menghasilkan gambar (radiograf) secara tomografi (irisan) digital
dari pergerakan tabung sinar-X secara kontinyu. MSCT adalah generasi
CT Scan yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi,
kecepatan pemeriksaan yang cukup singkat, dan menghasilkan gambar
dengan resolusi yang baik dan lebih akurat.
- Intracerebral Hemorrhage (ICH) adalah suatu keadaan perdarahan yang
terjadi dalam substansi otak, seringkali terjadi pada pasien hipertensi dan
atherosclerosis serebral karena perubahan degenaratif kedua penyakit
tersebut menyebabkan ruptur pada pembuluh darah.
Perdarahan/hemoragik yang terjadi juga dapat diakibatkan oleh keadaan
patologi pada arteri, tumor otak, dan penggunaan medikasi seperti
antikoagulan oral, amfetamin, dan obat-obatan narkotik (kokain).
- Perdarahan intraventrikel (intraventricular hemorrhage/IVH) merupakan
perdarahan spontan yang terjadi di dalam sistem ventrikel yang sering
berhubungan dengan perdarahan intraserebral (PIS).
- perifocal edema adalah pembengkakan otak
3. kondisi yang tidak normal/patologis pada kasus tersebut dan mengapa
kondisi yang tidak normal/Patologis tersebut bisa terjadi.
4. Nomor 3&4 bisa dibuat dalam bentuk tabel...Contoh
No. Kondisi tidak normal Indikator normal Rasional (mengapa
(Patologis ) pada (kondisi seharusnya) kondisi tidak normal/
kasus patologis bisa terjadi)
Kelainan bawaan pada
pembuluh darah, factor

1. TD: 180/100 mmHg 120/80 mmHg keturunan (Genetik) dan


memasuki usia lansia
(Pralansia)
Cemas, Takut, Stress,
perdarahan berat, dan
2. Nadi 120 x/menit 60-100 x/menit
leukosit diatas nilai
normal.
Leukosit (WBC): Infeksi bakteri dan virus,
3. 13,32 x 10 u/uL 3,5-10,5 x 10 u/uL
stress fisik dan psikis.
Gangguan sirkulasi darah
di otak akibat perdarahan,

4. Keadaan Somnolen Komposmetis Intra Cerebral


Haemorrhage dan Intra
Ventrikular Haemorrhage
Leukosit tinggi/diatas nilai
5. kelemahan Segar/tidak lemah
normal
Perdarahan dalam otak
Kekuatan otot yang dapat merusak saraf.
6. Kekuatan otot 0
ekstremitas 4 dan 3
Kesadaran somnolen

Intra Cerebral Tekanan darah tinggi


7. Tidak ada ICH
Haemorrhage (ICH) menyebabkan pembuluh
Intra Ventricular darah pecah/perdarahan di
8. Tidak ada IVH
Hemorrhage (IVH) otak.

5. Penyakit yang diderita pasien adalah Stroke Hemoragik


A. Pengertian Stroke
Stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan
penyebab kematian nomor tiga di dunia Stroke adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungi otak fokal atau global,
dapat menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain vasikuler.
Stroke dapat menyebabkan menurunnya bahkan hilangnya fungsi
yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Salah satu gejala yang
ditimbulkan adalah kelemahan otot pada bagian anggota gerak tubuh
yang terkena seperti jarijari tangan. Fungsi tangan sangat penting untuk
aktivitas sehari hari. Jika bagian tangan ini terganggu maka akan
menghambat aktivitas sehari hari. Orang yang mengalami kelemahan otot
akan sangat bergantung kepada orang lain. Cara untuk meminimalkan
kecacatan setelah terjadi serangan stroke adalah rehabilitas. Rehabilitasi
pasien stroke salah satunya dengan terapi latihan ROM.
ROM adalah latihan yang diberikan untukmempertahankan atau
memperbaiki kembali fungsinya secara normal dan untukmeningkatkan
massa otot dan tonus otot padaanggota gerak tubuh. ROMmemiliki
2jenisyaitu ROM aktif dan pasif, ROMaktif adalahgerakan yang
dilakukan oleh pasienmenggunakan energinya sendiri sedangkanROM
pasif adalah energi yang dikeluarkanpasien untuk latihan berasal dari
orang lain, ataualat mekanik.
B. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di sekitar atau di dalam otak, sehingga suplai
darah ke jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa membanjiri
jaringan otak yang ada disekitarnya, sehingga fungsi otak akan terganggu
(Kanggeraldo, Sari, & Zul, 2018). Stroke hemoragik terjadi pada otak
yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh darah yang ada di
dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang
jaringan sel di dalam otak (Setiawan, 2021).
Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena pecahnya
pembuluh darah, sehingga mengakibatkan darah di otak mengalir ke
rongga sekitar jaringan otak. Seseorang yang menderita stroke hemoragik
akan mengalam penurunan kesadaran, karena kebutuhan oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah ke otak tidak terpenuhi akibat pecahnya
pembuluh darah (Ainy & Nurlaily, 2021).
6. Faktor Risiko Stroke Hemoragik
Menurut (Haryono & Sari Utami, 2019) banyak faktor yang dapat
meeningkatkan resiko stroke yaitu :
a. Faktor resiko gaya hidup :
1) Kelebihan berat badan atau obesitas
2) Ketidakaktifan fisik
3) Minum berat atau pesta
4) Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin
b. Faktor medis
1) Memiliki tekanan darah lebih tinggi dari 120/80 mmHg
2) Merokok atau terpapar asap rokok bekas
3) Kolesterol tinggi
4) Diabetes
5) Apnea tidur obstruktif
6) Penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung, cacat jantuk,
infeksi jantung atau irama jantung yang tidak normal
7) Riwayat pribadi atau keluarga terkait stroke, serangan jantung, atau
serangan iskemik transien.
c. Faktor-faktor lain terkait stoke hemoragik adalah :
1) Usia. Orang berusia 55 tahun atau lebih memiliki risiko stroke yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
2) Hormon. Penggunaan pil KB atau terapi hormone yang termasuk
estrogen, serta peningkatan kadar estrogen dari kehamilan dan
persalinan.

Sedangkan menurut (Unnithan & Mehta, 2022) faktor resiko stroke hemoragik
yaitu :

a. Merokok dan konsumsi alkohol sedang atau berat dan alkoholisme


kronis.
b. Penyakit hati kronis meningkatkan kemungkinan ICH karena
koagulopati dan trombositopenia.
c. Penurunan kolesterol lipoprotein densitas rendah dan trigliserida rendah.
d. Simpatomimetik seperti kokain, heroin, amfetamin, efedrin, dan
fenilpropanolamin meningkatkan risiko perdarahan otak.
e. Microbleeds serebral (CMBs) yang terkait dengan hipertensi, diabetes
mellitus, dan merokok meningkatkan risiko ICH.
f. Usia tua dan jenis kelamin laki-laki. Insiden ICH meningkat setelah usia
55 tahun. Risiko relatif setelah 70 tahun adalah 7.
g. Tumor yang lebih mudah berdarah adalah glioblastoma, limfoma,
metastasis, meningioma, adenoma hipofisis, dan hemangioblastoma.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :
a. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya stroke.
Hipertensi mengakibatkan adanya gangguan aliran darah yang mana
diameter pembuluh darah akan mengecil sehingga darah yang
mengalir ke otak pun berkurang. Dengan pengurangan aliran darah
ke otak, maka otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa,
lamakelamaan jaringan otak akan mati
2) Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian otot
jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung
merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan
mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi
terganggu, termasuk aliran darah menuju otak. Gangguan aliran
darah itu dapat mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun
bertahap.
3) Diabetes mellitus
Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya lebih
kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
atau oenurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba sehingga dapat
menyebabkan kematian otak.
4) Hiperkolesterlemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam
darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini lama-
kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran darah ke
otak.
5) Obesitas
Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu faktor
terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar kolesterol
dalam darah. Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar LDL
(LowDensity Lipoprotein) lebih tinggi disbanding kadar HDL
(HighDensity Lipoprotein). Untuk standar Indonesia,seseorang
dikatakan obes jika indeks massa tubuhnya melebihi 25 kg/m.
sebenarnya ada dua jenis obesitas atau kegemukan yaitu obesitas
abdominal dan obesitas perifer. Obesitas abdominal ditandai dengan
lingkar pinggang lebih dari 102 cm bagi pria dan 88 cm bagi wanita
6) Merokok
Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang
merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi
dibanding orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar
fibrinogen mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah
sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Karena
pembuluh darah menjadi sempit dan kaku, maka dapat menyebabkan
gangguan aliran darah.
b. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya stroke.
Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku
karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak yang berlebih
akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh, termasuk
otak.
2) Jenis kelamin
Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung beresiko lebih
besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok. Bahaya terbesar dari rokok adalah merusak lapisan
pembuluh darah pada tubuh.
3) Riwayat keluarga
Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke, maka
kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami
stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki resiko
lebih besar untuk terkena stroke disbanding dengan orang yang tanpa
riwayat stroke pada keluarganya.
4) Perbedaan ras
Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang Afrika-Karibia
sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-Karibia. Hal ini
dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan diabetes lebih sering
terjadi pada orang afrika-karibia daripada orang non-Afrika Karibia.
Hal ini dipengaruhi juga oleh factor genetic dan faktor lingkungan.
7. Manifestasi Klinis Penyakit Stroke Hemoragik
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau
bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi
kolateral. Pada stroke hemoragik, gejala klinis meliputi :
a. Kelumpuhan pada wajah atau separuh anggota tubuh (hemiparise) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di
korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika
terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada
sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan
sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan
gangguan saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma),
terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak
atau terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia
d. Afasia (kesulitan berbicara).
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam
membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat
kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri
dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle
sebelah kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik, sensorik dan
afasia global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area
Broca, yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien
dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan
dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara. Afasia sensorik terjadi
karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak pada lobus temporal.
Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima stimulasi pendengaran
tetapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon
pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia global
pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun
mengungkapkan pembicaraan.
e. Disatria (bicara cadel atau pelo).
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga
ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat
memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca.
Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi
kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan
dalam mengunyah dan menelan.
f. Gangguan penglihatan, diplopia
Sulit melihat dengan sebelah mata maupun kedua mata. Berbagai objek
menjadi kabur atau terlihat ganda. Pasien dapat kehilangan penglihatan
atau juga pandangan menjadi ganda, gangguan lapang pandang pada
salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada lobus temporal atau
parietal yang dapat menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital.
Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada
saraf cranial III, IV dan VI.
g. Disfagia Kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial
IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup
kemudian makanan masuk ke esophagus.
h. Inkontinensia
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
i. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
intrakranial, edema serebri.
8. Penanganan pada Penyakit Stroke Hemoragik
Penatalaksanaan awal yang dilakukan bertujuan untuk mengoptimalkan
metabolisme otak saat keadaan patologis, dengan melakukan stabilisasi jalan
dan saluran nafas pada pasien untuk menghindari hipoksia. Selain itu, perlu
dipastikan juga kemampuan menelan pada pasien. Apabila terjadi gangguan
menelan pada pasien dengan keadaan yang tidak sadarkan diri, perlu
dilakukan pemasangan pipa nasogastrik untuk mencegah adanya aspirasi pada
saat pemberian makanan (Setiawan 2020).
Sedangkan untuk dilakukan perawatan awal untuk pasien yang
mengalami peningkatakn TIK adalah meninggikan kepala tempat tidur hingga
30 derajat dan pemberian agen osmotik seperti manitol, salin hipertonik.
Manitol 20% diberikan dengan dosis 1,0 hingga 1,5 g/kg. hiperventilasi
setelah intubasi dan sedasi, hingga pCO 23-32 mmHg akan diperlukan jika
terjadi peningkatan TIK lebih lanjut dan untuk penatalaksanaan bedah untuk
stroke hemoragik adalah kraniotomi, kraniektomi dekompresi, aspirasi
stereotaktik, aspirasi endoskopi, dan aspirasi kateter. Beberapa percobaan
yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak didapatkan manfaat secara
keseluruhan dari operasi dari perdarahan intraserebral bila dibandingkan
dengan pengobatan konservatif awal. Pasien yang mengalami perdarahan
lobaris dalam jarak 1 cm dari permukaan otak dan defisit klinis yang lebih
ringan (GCS>9) mendapatkan manfaat dari pembedahan dini. Evakuasi bedah
darurat diindikasikan pada perdarahan serebral dengan hidrosefalus atau
kompresi batang otak. Serta tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengontrol tekanan darah, menghentikan kebiasaan merokok,
alkoholisme, dan penggunaan kokain karena hal tersebut dapat memicu risiko
perdarahan intraserebral berulang (Setiawan 2020).
Tatalaksana stroke yang optimal pada fase akut penyakit stroke akan
menentukan proses perbaikan pasca stroke dan mengurangi kecacatan pada
stroke. Penanganan segera pada pasien stroke dapat meringankan kerusakan
pada otak yang diakibatkan oleh stroke. Penangan stroke dapat efektif jika
stroke diketahui dan didiagnosis dalam periode emas 4,5 jam setelah gejala
pertama muncul. Oleh karena itu, penting bagi pasien stroke untuk segera
dibawa ke rumah sakit. Menurut (Kemenkes RI 2019) surviver stroke atau
penderita yang sembuh dari penyakit stroke harus selalu menjaga
kesehatannya seperti :
a. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
b. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
c. Tetap diet sehat dengan gizi seimbang d. Upayakan beraktifitas fisik
dengan aman
d. Hindari rokok, alcohol dan zat karsinogenik lainnya
9. Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Hemoragik
Pemeriksaan diagnostic menurut Wijaya &Yessie (2013) :
1) Angiografiserebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksiarteri, oklusi/rupture.
2) Elektroencefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan lesi yang spesifik.
3) Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar pineal daerah yang berlawanan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat trhombus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisme pada perdarahan subarchnoid.
4) Ultrasonography doopler
Mengidentifikasi penyakit ateriovena (masalah sistemkronis/alirandarah,
muncul plaque/aterosklerosis).
5) CT-scan
Memperlihatkanadanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
6) MRI
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trhombosis,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemoragi subarachonoid/perdarahan intrakranial.
7) Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
ventrikel kiri yang merupakan tanda hipertensikronis pada penderita
stroke. Menggambarkan kelenjar pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas.
8) Pemeriksaan labolatorium
a. Fungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada trhombosis, emboli
dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarchnoid
atau intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
trhombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah lengkap
- Eritrosit (RBC) : 5,78 x 10 u/uL
- Hematocrit (HCT) : 51,7%
- Hemoglobin (HGB) : 16,70 g/dL
- Leukosit (WBC) : 13,32 u/dL
- MCHC : 32,30 g/dL
- MCH : 28,90 Pg
- MCV : 89,40 fL
- Trombosit (PLT) : 253,00^3/uL
c. Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia.
- SPGT : 29,90 U/L
- SGOT : 27,9 U/L
- Ureum : 17,10 mg/dL
d. Pemeriksaan Elektrolit
- Chlorida : 104,0 mm0l/L
- Natrium : 139 mmol/L
- Kalium : 4,46 mmol/L
- Ceratinine : 1,20 mg/dL
- Glukosa sewaktu : 120 mg/dL
9) Pemeriksaan MSCT kepala non kontras
- Intra cerebral hemorrhage pada thalamus kiri 3,5 x 2,2 x1,7 cm,
volume 5m1 ml, dengan perifocal edema disekitarnya
- Intra ventricular hemorrhage pada ventrikel lateralis kanan kiri cornu
posterior dan ventrikel III
10. Pathway

STROKE HEMORAGIK Riwayat Jatuh

Penurunan Tingkat Kesadaran


Intra Cerebral hemorrhage pada Hipertensi

thalamus kiri
Kekuatan Otot Menurun
Ruptur Pemburuh Darah
Perifocal edema Selebral
Risiko Jatuh

Penurunan Kesadaran Hemoragik Selebral

(Somnolen) Resiko perfusi serebral tidak efektif


Aneurisma Selebri
Risiko Aspirasi

Penurunan Kekuatan otot

Gangguan Neuromuskular

IMT diatas persentil ke-75 sesuai usia Tidak mampu berbicara Obesitas

Menunjukan Respon tidak Sesuai Penggunaan otot bantu Pernapasan


Kekuatan Otot Menurun

Fisik Lemah bagian kanan Verbalisasi tidak tepat


Ronchi (+/+)

Gerak terbatas Gangguan Komunikasi


Bersihkan Jalan Napas Tidak
Verbal
Efektif
Gangguan Mobilitas Fisik

Pola Napas Tidak Efektif


DAFTAR PUSTAKA

Ryandayanti, N. A. S. M. (2019). PENGARUH DIAPHRAGMATIC BREATHING


EXERCISE TERHADAP SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN ASMA DI
IGD RSUD KLUNGKUNG TAHUN 2019 (Doctoral dissertation,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan).

Mawarti, D., & Budi Setyawan, A. (2020). Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir
(Suction) terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Penurunan
Kesadaran di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Literature Review.

Arini, L. A., & Wijana, I. K. (2020). Korelasi antara body mass index (BMI) dengan
blood pressure (BP) berdasarkan ukuran antropometri pada atlet. Jurnal
Kesehatan Perintis, 7(1), 32-40.

ALLODOKTER. 2018. Mengenai pupil isokor dan terjadinya mekanisme pingsan. Link
: https://www.alodokter.com/komunitas/topic/kesadaran-2.
Diakses pada tanggal 19 Juni 2023.

Fitriyanti, I. (2018). PERBEDAAN KADARSERUM GLUTAMIC PYRUVATE


TRANSAMINASE (SGPT) SEBELUM DAN SESUDAH
AKTIFITAS (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).

Muzadila Jumei, P. (2018). GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic


Transminase (SGOT) PADA MAHASISWA OBESITAS DI POLTEKKES
KEMENKES KENDARI (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kendari).

Apsari, K. (2018). Gambaran Kadar Ureum dan Kreatinin Serum pada Sopir Bus di
Terminal Mengwi (Doctoral dissertation, JURUSAN ANALIS
KESEHATAN).

Subekti, T. (2017). PERBEDAAN NILAI INDEKS ERITROSIT PENGUKURAN 1 JAM


SETELAH PENGAMBILAN DENGAN 7 JAM PENYIMPANAN SUHU
22єC (Doctoral dissertation, Muhammadiyah University of Semarang).
Tisamalia, A. R. (2021). PERBEDAAN INDEKS ERITROSIT MENGGUNAKAN
ANTIKOAGULAN K2EDTA DAN K3EDTA SETELAH 2 JAM
PENDIAMAN PADA SUHU RUANG (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).

Nuraeni, S. P., Mufida, W., & Aeni, A. R. (2021). PENGARUH PERUBAHAN FAKTOR
EKSPOSI TERHADAP DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN
MULTISLICE COMPUTED TOMOGRAPHY Studi Literatur (Doctoral
dissertation, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta).

Amalia, D. V. (2023). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Stroke Intracerebral


Hemorrhage (ICH) di Ruang Rawat Inap P RSUD Kanjuruhan
Kepanjen (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Kusuma, A. P., Utami, I. T., & Purwono, J. (2021). Pengaruh Terapi “Menggengam Bola
Karet Bergerigi” Terhadap Perubahan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke
Diukur Menggunakan Hangryp Dynamometer Di Ruang Syaraf RSUD
Jend a Yani Kota Metro. Jurnal Cendikia Muda, 2(1), 17-23.

Ningrum, A. T. (2022). LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S.


DENGAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG ALAMANDA 1 RSUD
SLEMAN YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).

Lorenza Olvira Yolanda, B. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE


HEMORAGIK DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RISIKO DEFISIT
NUTRISI (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

OKTAVIANI, M. L. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL SYARAF RSUP Dr. M. DJAMIL
PADANG. POLTEKKES KEMENKES PADANG.

Dewantini, E. A. (2023). STUDI LITERATUR: PENGGUNAAN TELEMEDICINE


DALAM PENANGANAN STROKE PADA FASE
PREHOSPITAL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Malang).
KASUS

Tn. S dirawat di Rumah Sakit dengan riwayat penyakit stroke. Hasil TTV Tn. S mendapat
hasil TD: 200/160mmHg, Nadi: 120x/menit, Respirasi : 26x/menit, suhu: 37C. Perawat
mendemonstrasikan latihan ROM pada TN. S Apakah yang harus dikaji oleh Perawat pada
kasus diatas?

A. Mengkaji kebutuhan cairan klien

B. Pantau status nutrisi klien

C. Ajarkan dan dukung klien latihan ROM aktif/pasif

D. Pantau memori jangka panjang/pendek klien

E. Pantau GCS klien

Jawaban: C

Anda mungkin juga menyukai