Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

EVALUASI ULTRASONOGRAFI OPTIC NERVE SHEATH DIAMETER (ONSD)


UNTUK MONITORING TEKANAN INTRAKRANIAL DI INTENSIVE CARE UNIT
Nur Susiawanty
Program Pendidikan Konsultan Intensive Care
FK UNHAS/RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR 2021

A. PENDAHULUAN
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) atau hipertensi intrakranial adalah kegawatan
neurologis dan dapat menyebabkan kematian, akibat proses keganasan di otak, cedera kepala
tertutup, gangguan aliran cairan serebrospinal (LCS), sumbatan pada sinus venosus utama dan yang
bersifat idiopatik.1 Pada pasien cedera otak penting sekali mengetahui tekanan intrakranial dan
mempertahankannya tetap rendah serta menjaga cerebral perfusion pressure (CPP) agar otak
mendapatkan aliran darah yang cukup. Ada beberapa metode dalam mengukur tekanan intracranial,
seperti CT-Scan, MRI, tekanan intrakranial intraventrikel lateralis, dan lumbal pungsi, namun
metode-metode tersebut berkaitan dengan paparan radiasi, tindakan yang invasif, biaya yang mahal
untuk dilakukan dan pada beberapa daerah di Indonesia belum memiliki modalitas-modalitas
tersebut. Ada metode lain yang tidak invasif, minimal paparan radiasinya dan dapat dilakukan
dengan cepat disamping pasien yaitu pengukuran diameter optic nerve sheath (ONSD) menggunakan
ultrasonografi. Saraf optikus (Nervus II) dibungkus oleh selubung yang berasal dari meningens dan
memanjang sampai ke bola mata.2 Komunikasi antara meningen di dalam kranium dengan selaput
mening yang menyelubungi bola mata memungkinkan perpindahan LCS dan perubahan tekanan
didalam kranium akan sama dengan ruang subarachnoid di dalam bola mata.3
Pada kasus serial kali ini kami akan memaparkan kegunaan pengukuran ONSD pada pasien
cedera otak dan pasien lain di ICU yang dicurigai mengalami peningkatan tekanan intrakranial.
Laporan kasus kami ini memberikan gambaran bahwa pemeriksaan sonografi bola mata pasien yang
dilakukan oleh klinisi ICU dapat memperkirakan tekanan intrakranial pasien secara cepat dan akurat.
Teknik ini dapat dipelajari dengan cepat oleh klinisi yang sudah terbiasa dengan ultrasonografi
dilingkungan ICU.
B. LAPORAN KASUS

Kasus 1

S : Laki-laki, 16 tahun, dengan Trauma Capitis GCS 9 (E2M4V3), korban KLL, terjatuh saat
mengendarai motor, bertabrakan dengan mobil dari arah berlawanan.

O:

- TTV : tek.darah : 120/90 ; HR : 110x/mnt ; P: 24x/mnt ; S: afebris


- GCS : 9 (E2M4V3)
- P. Lab : dalam batas normal, kecuali leukositosis 18.600 dan SGOT 39
- Swab antigen : Negatif
- CT scan kepala : Perdarahan epidural pada lotus frontiparietalis bilateral terutama dextra
- Foto thorax : tak ada kelainan

A : Epidural hematome a/r frontoparietalis lobe bilateral, dx dominan.

P : Direncanakan operasi evakuasi hematom

Gambar 1. Foto Thorax pasien 1


Karena pasien mengamuk dan tidak kooperatif, maka pengukuran TIK dengan ultrasound
ONSD dilakukan setelah intubasi di kamar operasi.

Dari hasil USG ONSD pre-op didapatkan hasil :

ONSD mata kanan : 5,4 mm

ONSD mata kiri : 5,1 mm


Dan setelah operasi dilakukan pengukuran kembali, didapatkan hasil :

ONSD mata kanan : 4,9 mm

ONSD mata kiri : 3,5 mm

Gambar 2. CT-Scan Kepala pasien 1

Mata Kanan
Gambar 3. USG ONSD Mata Kanan Sebelum Operasi

Mata Kanan

Gambar 4. USG ONSD Mata Kanan Sesudah Operasi

Mata Kiri

Gambar 5. USG ONSD Mata Kiri Sebelum Operasi


Mata Kiri

Gambar 6. USG ONSD Mata Kiri Sesudah Operasi

Kasus 2

S : Laki2, 61 thn, rujukan dari RSUD. Makkatutu Bantaeng, ditemukan tidak sadarkan diri
setelah mengalami tabrakan sepeda motor.

O:

- Tandavital : TD : 207/83, HR 98x/mnt, P :20x/mnt, S: 39 derajat


- GCS 6( E1M3V2) pupil anisokor 4mm/2mm dengan refleks cahaya minimal dan tidak
ada refleks kornea. Hasil CT scan : Intra cerebral hematoma di regio temporal dan edema
cerebri.
- Hasil Pemeriksaan laboratorium : trombositosis 537.000, Hb 11,2

A : Intra cerebral hematoma a/r lobus temporal dan edema cerebri.

P:

- Dilakukan intubasi di IGD dengan ETT 7,5 mm dengan kedalaman 21 cm di sudut bibir
kanan.
- Diberikan terapi mannitol 1.5 gr/kgbb/iv diberikan dalam 30 menit, dan selanjutnya
diberikan per 8 jam.
- Dari bedah saraf : terapi konservatif karena prognosis yg tidak baik.
- Selanjutnya pasien dirawat di ICU,dengan ventilasi mekanik mode SIMV, TV 400 ml, PS
8 cmH2O, FiO2 45%, PEEP 5 cmH2O menghasilkan SpO2 98% dan AGD arteri : pH
7,58 BE 10 PCO2 34.1 mmHg PaO2 95,1 mmHg, HCO3 32.1 SaO2 98,3% dan laktat 3.8
- Akral terasa hangat, kering, merah, HR 114x/menit, NIBP 150/100 mmhg. Produksi urine
per kateter 70cc/jam. Abdomen supel dengan bising usus positif.
- Dilakukan pemeriksaan ONSD : OD/OS : 7.0 mm/ 6.2 mm
- Terapi di ICU : HEAD UP 30 derajat, diet per NGT 200ml/4jam, IVFD NaCl 0,9%
40cc/jam, analgetik PCT iv 1gr/6jam, omeprazole 40mg/12jam/iv, totilac 100cc/8jam.
Kondisi pasien terus mengalami perburukan dan kemudian meninggal keesokan harinya.

Gambar 6. CT Scan Kepala Pasien 2

Mata Kanan Mata Kiri

Gambar 7. USG ONSD Mata Kanan dan Kiri Pasien 2


Kasus 3

S : Seorang perempuan, 40 tahun, tanpa riwayat komorbid seblmnya, datang ke IGD dengan
riwayat nyeri kepala sejak 2 bulan terakhir dan dirasakan semakin hebat sejak 6 jam yg lalu,
bahkan disertai penurunan penglihatan di kedua mata. Nyeri kepala dirasakan dalam waktu lama,
dirasakan di seluruh kepala.

O:

- Tanda vital : Tek.darah : 160/110 mmHg ; HR : 130x/mnt ; P : 24 x/mnt ; S: Afebris


- GCS : 14 (E3M6V5)
- Skala nyeri : NRS : 8/10
- Tidak ada kelemahan di keempat ekstremitas
- Pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan papiledema bilateral.

A : acute severe headache.

P : Pasien dikonsul utk rawat ICU, saat visite di IGD, pasien diberikan analgetik fentanyl 40 mcg
dan dilanjutkan kontinyu 20mcg/jam/sp/iv. selanjutnya dilakukan pemeriksaan USG ONSD
sebelum pasien dibawa untuk pemeriksaan CT scan kepala dan didapatkan hasil : ONSD mata
kanan 5,92 mm dan mata kiri 3,65 mm. Dari hasil CT scan kepala didapatkan tidak ada kelainan.
Selanjutnya dr.Neuro memutuskan untuk merujuk pasien untuk menjalani pemeriksaan MRI
Venografi

Di rs rujukan, dilakukan MRV dan tidak ditemukan kelainan. Kemudian diputuskan dilakukan
pemeriksaan Digital Substraction Angiography (DSA) dan didapatkan : stenosis sinus venosis
pada pertemuan antara sinus transversus kanan dan sinus sigmoid. Sehingga pasien didiagnosa
hipertensi intrakranial dan stenosis sinus venosis dan dilakukan terapi via stenting sinus venosis.
Setelah terapi tsb, pasien membaik dan tidak ada keluhan. Evaluasi DSA berikutnya didapatkan
perbaikan stenosis sinus venosis.
Mata Kanan Mata Kiri

Gambar 8. USG ONSD Mata Kanan dan kiri pasien 3

C. TINJAUAN PUSTAKA

Cedera kepala adalah penyebab yang paling bermakna meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Diperkirakan terdapat 1,4 juta kasus cedera kepala terjadi setiap tahun, dengan >1,1
juta pasien yang datang ke Unit Gawat Darurat. Hipertensi intrakranial adalah komplikasi yang
sering terjadi pada cedera kepala berat. Walaupun cedera kepala adalah penyebab yang paling
sering menyebabkan hipertensi intrakranial, beberapa kondisi lain, yaitu kasus non trauma, juga
dapat meningkatkan Intra Cranial Pressure (ICP) atau Tekanan Intra Kranial (TIK), seperti
hidrosefalus, stroke, tumor, trombosis sinus venosus, atau perdarahan dan mati batang otak.2

Kematian pasien dengan intracerebral hemorrhage (ICH) adalah sekitar 30-40% di


seluruh dunia dan sebagian besar disebabkan oleh terjadinya peningkatan TIK yang dapat
menyebabkan dislokasi struktur midline dan herniasi serebral. Oleh karena itu, ketersediaan alat
diagnostik dan monitoring penting untuk estimasi TIKsehingga dapat meningkatkan kualitas dan
mempercepat penatalaksanaan pada pasien rentan.3

Pada pasien neurokritikal yang dirawat di ICU, dalam keadaan tersedasi dan terventilator,
mati batang otak harus dikenali secepatnya, untuk mengidentifikasi kandidat potensial donor
organ, sehingga meminimalkan waktu sebelum terjadi disfungsi organ. Secara klinis, diagnosis
mati batang otak diduga pada kasus koma tak berespon, apneu persisten, dan tidak adanya
refleks batang otak, yang biasanya sulit didiagnosa pada saat pasien tersedasi. Pasien
neurokritikal juga perlu monitoring TIK selama perawatannya, sehingga bila terdeteksi mati
batang otak, bisa segera memulai melakukan protokol instrumen konfirmasi diagnostik,
diantaranya yaitu EEG dan Doppler Transkranial.4

Metode untuk pemeriksaan dan monitoring TIK dapat dibagi menjadi dua pendekatan
yaitu secara invasif dan non-invasif,. Metode pemeriksaan invasive diantaranya yaitu External
ventricular drainage (EVD) berbasis cairan atau kateterisasi intraventrikular, mikrotransduser ,
mikrosensor, ataupun dengan cara pungsi lumbal, akan tetapi dapat menimbulkan risiko
komplikasi yaitu herniasi, perdarahan dan infeksi serta dapat menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan pada pasien terutama bila dilakukan berulang-ulang. Pemasangan alat
pemeriksaan dan monitoring TIK invasif juga memerlukan personel khusus yang terlatih untuk
insersi, maintenans dan bila terjadi malfungsi. Modalitas monitoring TIK invasif tersebut juga
kadang tidak tersedia di beberapa rumah sakit dan harganya pun mahal. Dokter telah menemukan
beberapa metode non-invasif yang dapat digunakan sebagai pengganti untuk metode invasif
untuk pengukuran TIK.4 Modalitas lain untuk pemeriksaan TIK non invasif diantaranya adalah
Ultrasonografi Doppler Transkranial (TCD), akan tetapi sulit untuk dilakukan setiap saat
sehingga tidak dapat mengukur TIK secara langsung.

Pemeriksaan tekanan intrakranial pada pasien Trauma Capitis Berat (TCB) di ICU
menjadi sulit akibat pasien tidak sadar, tersedasi atau terparalisa dan terintubasi. Perubahan pola
respirasi pada peningkatan TIK sangatlah bervariasi. Papil edema dan perubahan pupil adalah
tanda-tanda akhir yang dapat terjadi dalam hitungan jam setelah peningkatan TIK. Melakukan
tindakan lumbal pungsi selama resusitasi pasien trauma sangat sulit dilakukan dan dapat
membahayakan pasien. Walaupun CT scan tetap menjadi standar baku pemeriksaan kranial
namun membutuhkan transfer pasien dan memerlukan waktu serta akan memakan biaya besar
bila dilakukan berkali-kali, sehingga sulit dilakukan dalam kondisi pasien kritis.

Saraf optik merupakan bagian dari sistem saraf pusat dan dikelilingi oleh cairan
serebrospinal/cerebrospinal fluid (CSF) terbungkus dalam selubung saraf optik/ Optic Nerve
sheath (ONS). Selubung ini terhubung dengan duramater dan diameter selubung ini berubah
dengan cepat mengikuti perubahan tekanan LCS.5 Dengan demikian, peningkatan TIK
menghasilkan elevasi yang sesuai pada diameter Optic Nerve sheath diameter (ONSD).4 ONSD
dapat diukur dengan menggunakan ultrasound dan MRI.6
Selama otopsi pada spesimen kadaver pada tahun 1996, Hansen dkk menemukan bahwa
regio terluas dari Ocular Nerve Sheath (ONS) terletak 3 mm dibelakang bola mata dan bervariasi
berkisar antara 2,1 – 4,8 mm, dengan batas maksimal , mm bila cairan diinjeksikan ke dalam
ruang sub-arakhnoid.4

Beberapa studi klinis menggambarkan peningkatan ONSD dievaluasi dengan ultrasound


sebagai metode non-invasif yang andal untuk mendeteksi hipertensi intrakranial. Perangkat
ultrasound saat ini banyak tersedia di ICU. Selain itu, evaluasi ONSD dengan ultrasound dapat
dilakukan dengan pelatihan singkat oleh hampir semua tenaga paramedis. Dengan demikian,
ONSD hadir sebagai teknik yang mudah dan alat diagnostik noninvasif untuk mengidentifikasi
peningkatan atau hipertensi intrakranial secara dini dan cepat.7

Intra Cranial Pressure (ICP) dan Peningkatan intracranial pressure (ICP)

Tekanan intrakranial adalah tekanan total yang diberikan bersama oleh otak, darah, dan
cairan serebrospinal di ruang intrakranial. Hipotesis MonroeKellie menyatakan jumlah volume
intrakranial otak (=80%), darah(=10%), dan CSF (=10%) konstan, dan adanya peningkatan salah
satu dari elemen tersebut harus diimbangi oleh penurunan yang sama oleh tempat lain. TIK
bervariasi sesuai dengan usia. Nilai normal kurang dari 10 hingga 15 mmHg untuk orang
dewasa dan remaja, 3 hingga 7 mm Hg untuk anak-anak, dan 1,5 sampai 6 mmHg untuk bayi.
Dari berbagai kasus, nilai TIK yang lebih besar dari 20 hingga 25 mm Hg memerlukan
perawatan. Nilai TIK lebih besar dari 40 mmHg menunjukkan tekanan intrakranial yang berat
dan dapat mengancam jiwa.8

Keadaan klinis yang paling umum di mana peningkatan TIK ditemui dan dipantau adalah
pada cedera kepala, dimana beberapa mekanisme menyebabkan perubahan volume intrakranial.
Hematoma traumatik dapat terkumpul dalam intraserebral, ruang subarakhnoid, ruang subdural,
atau ekstradural, menciptakan tekanan gradien dalam tengkorak dan mengakibatkan pergeseran
otak. Edema serebral baik sitotoksik (karena kegagalan pompa membran sel) atau vasogenik
(karena cedera pembuluh darah) menambah volume ekstra dalam bentuk air. Perubahan CBV
menyebabkan gangguan autoregulasi aliran darah otak (Cerebral Blood Flow/CBF) dan
metabolisme yang dapat menyebabkan kongesti vaskular (hiperemi), namun meningkatnya CBV
menambah peningkatan TIK setelah cedera kepala pada orang dewasa tampaknya kecil, bila
dibandingkan dengan edema.2

Gejala yang umum dijumpai pada peningkatan TIK :

1. Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit kepala terjadi karena traksi
atau distorsi arteri dan vena dan duramater akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari
dan diperberat oleh aktivitas, batuk, mengangkat, bersin.

2. Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.

3. Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus optikus yang berhubungan
dengan rongga subarakhnoid di otak. Hal ini merupakan indikator klinis yang baik untuk
hipertensi intrakranial.

4. Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat kesadaran; gelisah, iritabilitas,
letargi; dan penurunan fungsi motorik.

5. Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif berhubungan dengan penggeseran jaringan otak
maka akan terjadi sindroma herniasi dan tanda-tanda umum Cushing’s triad (hipertensi,
bradikardi, respirasi irreguler) muncul. Pola nafas akan dapat membantu melokalisasi level
cedera.

Pemeriksaan ultrasound Optic Nerve sheath diameter (ONSD) pada Peningkatan TIK

Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) adalah kegawatan neurologis dan dapat


menyebabkan kematian, akibat proses keganasan di otak, cedera kepala tertutup, gangguan aliran
cairan serebrospinal (LCS), sumbatan pada sinus venosus utama dan yang bersifat idiopatik.
Pada pasien cedera otak penting sekali mengetahui tekanan intrakranial dan mempertahankannya
tetap rendah serta menjaga cerebral perfusion pressure (CPP) agar otak mendapatkan aliran darah
yang cukup. Ada beberapa metode dalam mengukur tekanan intracranial, seperti CT-Scan, MRI,
tekanan intrakranial intraventrikel lateralis, dan lumbal pungsi, namun metode tersebut berkaitan
dengan paparan radiasi, tindakan yang invasif, biaya yang mahal untuk dilakukan dan pada
beberapa daerah di Indonesia belum memiliki alat-alat tersebut. Ada metode lain yang tidak
invasif, minimal paparan radiasinya dan dapat dilakukan dengan cepat tepat disamping pasien
yaitu pengukuran diameter optic nerve sheath (ONSD) menggunakan ultrasonografi. Saraf
optikus (Nervus II) dibungkus oleh selubung yang berasal dari meningens dan memanjang
sampai ke bola mata. Komunikasi antara meningen di dalam kranium dengan selaput mening
yang menyelubungi bola mata memungkinkan perpindahan LCS dan perubahan tekanan didalam
kranium akan sama dengan ruang subarachnoid di dalam bola mata.9

Teknik Pemeriksaan Ultrasound ONSD

Beberapa penelitian, sejak tahun 2009, mengemukakan peningkatan evaluasi ONSD


dengan ultrasonografi sebagai metode non invasif yang mudah dilakukan untuk mendeteksi
hipertensi intrakranial pada operasi bedah saraf dan di ICU.4

Untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi okular, pasien berbaring dalam posisi


terlentang dengan kepala ditinggikan 30°; gel water soluble dalam jumlah yang banyak
diaplikasikan dengan hati-hati pada kelopak mata atas yang telah ditutup plastik sebelumnya dan
probe yang ditempatkan di daerah temporal mata dan saraf optik terdeteksi di posterior bola
mata.3 Kedalaman scan diatur 5-8 cm, kemudian letakkan transduser perlahan diatas kelopak
mata atas dalam posisi scan aksial (marker transduser pada sisi medial canthus pada scan bola
mata kiri, dan sisi canthus lateral pada scan bola mata kanan). Probe diatur sedemikian rupa
untuk mendapatkan sudut yang ideal yang menampilkan jalur masuknya saraf optik ke dalam
bola mata dan pengukuran dilakukan pada kedalaman 3 mm di belakang bola mata. ONSD kanan
dan kiri diukur pada posisi trasversal, dengan sedikit rotasi probe untuk mendapatkan visualisasi
nervus optik yang baik.7 Gambaran sonografik akan menampilkan potongan melintang dari bola
mata dan struktur area retrobulbar. ONSD diidentifikasi dengan mengukur jarak antara batas luar
daerah hiperekogenik yang mengelilingi saraf optik, sesuai dengan ruang subarachnoid
periorbital.9 Setelah dikenali, tiga pengukuran (diambil 3 mm di belakang bola dunia) dari ONSD
di bidang transversal dicatat untuk setiap mata. Dengan rata-rata nilai tersebut, nilai median
ONSD binokular diperoleh untuk setiap mata.3
Gambar 9. Ilustrasi kinerja ONSD dan citra mode-B pengukuran ONSD. Sebuah probe frekuensi tinggi
linier ditempatkan pada mata tertutup dalam bidang sumbu visual melintang, dan kemudian menyesuaikan
kedalaman dan sudut ultrasound untuk menunjukkan gambar ONSD dengan jelas, mengukur lebar ONSD pada 3
mm di belakang bola dunia. Diameter selubung saraf optik ONSD.10

Struktur bola mata bagian anterior didominasi oleh rongga vitreous yang anechoic, pada
bagian posterior akan tampak papilla yang echogenic. Untuk mendapatkan lokasi ONSD maka
scan difokuskan pada bagian retrobulbar, sesuaikan focus dan gain untuk mendapatkan kontras
yang optimal antara lemak retrobulbar yang echogenic dengan komplek nervus optikus yang
hypoechoic. Struktur sheath dari nervus optikus adalah gambaran hypoechoic yang berada diluar
nervus optikus dan berjalan paralel dengannya. Penambahan diameter sheath dari 0,4 menjadi
0,45 cm terjadi selama 4 tahun pertama kehidupan, sedangkan orang dewasa normal memiliki
ukuran ONSD sekitar 0,5 cm. Pada pasien neurologi dengan stroke, perdarahan intraserebral atau
perdarahan subarakhnoid, dilaporkan memiliki nilai yang lebih besar, berkisar 0,59 – 0,63 cm.
Pengukuran dilakukan pada jarak 3 mm dari pangkal nervus optikus (buat garis vertikal dari
pangkal N-II ke bawah sejauh 3 mm/ garis 1). Kemudian tarik garis tegak lurus dengan garis
vertikal tadi dari kedua tepi sheath (garis 2). ONSD adalah panjang garis 2 dalam satuan
milimeter. Nilai batas atas ONSD yang disarankan oleh beberapa hasil penelitian adalah 4.5 mm
untuk usia < 1 tahun dan 5.0 mm untuk usia > 1 tahun.

Dengan acuan nilai ICP normal yaitu kurang atau sama dengan 13 mmHg, maka
didapatkan nilai acuan pada studi Wang J. dkk yaitu nilai kritis ONSD adalah 5.48 mm untuk
mendeteksi ICP > 13 mmHg. Pada nilai ONSD 5.83 mm dengan untuk mendeteksi ICP > 20
mmHg.4

Menurut American guidelines for TBI, pasien dengan TIK diatas 22 mmHg setelah
trauma kepala memerlukan intervensi klinis. Berdasarkan nilai TIK kritis, yaitu 13 dan 22
mmHg, pasien dengan TBI biasanya dibagi menjadi 3 kelompok TIK, yaitu TIK normal (TIK<=
13 mmHg), peningkatan TIK ringan (TIK 14-22 mmHg), dan peningkatan TIK berat (TIK> 22
mmHg). Peningkatan TIK dalam 48 jam setelah TBI merupakan faktor resiko independen
mortalitas dan terkait dengan prognosis buruk dan disfungsi neurologis. Mortalitas meningkat
seiring dengan peningkatan TIK dari 20 ke 30 mmHg. 4

ONSD secara akurat memprediksi TIK diatas 13 mmHg. Nilai batas ONSD terbaik untuk
mendeteksi peningkatan TIK diatas 13 mmHg adalah 5.48 mm, dengan sensitifitas 91.1% dan
spesifitas 88%. Nilai batas ONSD terbaik untuk mendeteksi peningkatan TIK diatas 22 mmHg
adalah 5.83 mm, dengan sensitifitas 94.4% dan spesifitas 81%. Nilai ONSD relatif stabil, dengan
variasi diantara penilai kecil, sehingga ONSD dapat digunakan sebagai evaluasi indeks TIK.4

ONSD dianggap sebagai alat baru yang memiliki nilai novel untuk memprediksi TIK
secara non invasif dan ONSD juga menunjukkan akurasi tes diagnostik yang lebih baik daripada
CT untuk deteksi peningkatan TIK. Ohle dkk mengindikasikan bahwa US-ONSD >=5mm
menunjukkan akurasi tes diagnostik yang lebih baik untuk mendeteksi peningkatan TIK daripada
kriteria CT seperti midline shift, hidrosefalus, penipisan sulkus, ventrikel kolaps, kompresi
isterna dan lain-lain. Robba dkk menemukan bahwa ONSD mungkin saja merupakan jalan
terbaik untuk mengestimasi TIK bila dibandingkan dengan Doppler vena trasnkranial langsung
pada velositas aliran sinus sistolik dan Doppler Transkranial pada arteri serebral tengah.
Gambar 10. Sonografi okular dua dimensi. Gambar kiri menunjukkan pemeriksaan dengan probe ultrasound pada
bola mata. ONSD diukur 3mm di belakang bola dunia, menggunakan caliper elektronik (ukuran PANJANG A X),
dan sumbu tegak lurus ke saraf optik (ukuran B + PANJANG). Gambar kanan hasil untuk pasien kontrol, pasien
dengan cedera otak traumatis/ traumatic brain injury (TBI) dan TIK normal, dan pasien dengan TBI dan TIK
tinggi.11

Peningkatan TIK dapat meningkatkan kemungkinan luaran klinis yang buruk dan angka
mortalitas yang tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui nilai kuantitatif TIK untuk
membuktikan suatu modalitas lebih unggul dalam derajat keparahan dan angka mortalitasnya.
Kelemahan modalitas ultrasound ONSD ini adalah tidak dapat memberikan nilai angka pasti
tekanan intrakranial dan hanya bisa digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial atau hipertensi intrakranial dalam bentuk informasi kualitatif
saja. Akan tetapi dalam suatu studi blind cross-sectional, Wang L.J. dkk mencoba menyajikan
suatu formula matematika untuk menilai tekanan intrakranial secara kuantitatif dengan
menggunakan hasil pemeriksaan ultrasound ONSD ini, yang sangat konsisten dengan nilai yang
didapatkan. Persamaan matematika yang dibuat dinamakan “Xing & Wang” yaitu (ICP -111.92
+ 77.36 x ONSD) untuk memprediksi TIK dari parameter statistik signifikan yang independen
dari TIK. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pemeriksaan
ultrasound ONSD bisa menjadi prediktor quantitatif yang kuat untuk peningkatan TIK. Studi ini
juga menyimpulkan bahwa ultrasound ONSD adalah prediktor TIK yang independen, yang tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, BMI (Body Mass Index), lingkar lengan atas, lingkar
kepala, dan tekanan darah diastolik (DBP), dalam hubungannya dengan TIK. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemeriksaan unltrasound ONSD merupakan suatu modalitas yang potensial
untuk mengevaluasi TIK secara non invasif secara kualitatif dan kuantitatif. Akan tetapi studi ini
masih perlu dilakukan pengaplikasian formula matematika tersebut lebih luas lagi pada jumlah
pengukuran yang lebih banyak untuk meningkatkan reliabilitasnya dan aplikabilitas klinisnya.4

Kesimpulan

Telah dilaporkan keberhasilan melakukan evaluasi ultrasonografi Optic Nerve Sheath


Diameter (ONSD) untuk mengukur tekanan intrakranial di Intensive Care Unit (ICU).
Pengukuran ONSD dengan oltrasonografi merupakan metode yang sangat praktis untuk menilai
TIK. Oleh karena bersifat non-invasif, ultrasound ONSD merupakan modalitas potensial untuk
menghitung TIK dan memperkirakan perubahan peningkatan TIK yang berdinamika secara
cepat, disamping pasien secara langsung, terutama bila pengukuran TIK invasif tidak
memungkinkan dan dibutuhkan pemeriksaan berulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dunn LT. Raised Intracranial Pressure. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2002;73(suppl
1):123-127
2. Kayana, I. B. A., Maliawan, S., & Kawiyana, I. K. S. (n.d.). TEKNIK PEMANTAUAN
TEKANAN INTRAKRANIAL. New Horizons: Science and Practice of Acute Medicine,
3(3), 395–399.
3. Naldi, A., Pivetta, E., Coppo, L., Cantello, R., Comi, C., Stecco, A., Cerrato, P.,
Lesmeister, M., & Lochner, P. (2019). Ultrasonography Monitoring of Optic Nerve
Sheath Diameter and Retinal Vessels in Patients with Cerebral Hemorrhage. Journal of
Neuroimaging, 29(3), 394–399. https://doi.org/10.1111/jon.12604
4. Wang, L. J., Yao, Y., Feng, L. S., Wang, Y. Z., Zheng, N. N., Feng, J. C., & Xing, Y. Q.
(2017). Noninvasive and quantitative intracranial pressure estimation using
ultrasonographic measurement of optic nerve sheath diameter. Scientific Reports,
7(August 2016), 1–7. https://doi.org/10.1038/srep42063
5. Williams, P. (2017). Optic Nerve Sheath Diameter as a Bedside Assessment for Elevated
Intracranial Pressure. Case Reports in Critical Care, 2017, 1–2.
https://doi.org/10.1155/2017/3978934
6. Beşir, A., Tertemiz, O. F., Akdoğan, A., & Duman, E. N. (2019). The importance of optic
nerve sheath diameter in post-dural puncture headache diagnosis and follow-up.
Noropsikiyatri Arsivi, 56(3), 195–199. https://doi.org/10.29399/npa.22883
7. Toscano, M., Spadetta, G., Pulitano, P., Rocco, M., Di Piero, V., Mecarelli, O., &
Vicenzini, E. (2018). Optic nerve sheath diameter ultrasound evaluation in intensive care
unit: Possible role and clinical aspects in neurological critical patients’’ daily
monitoring". BioMed Research International, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/4631581
8. Sankhyan, N., Raju, K. N. V., Sharma, S., & Gulati, S. (2010). Management of raised
intracranial pressure. Indian Journal of Pediatrics, 77(12), 1409–1416.
https://doi.org/10.1007/s12098-010-0190-2
9. Soldatos T, Chatzimichail K, Papathanasiou M, Gouliamos A. Optic Nerve sonography: a
new window for the non invasive evaluation of intracranial pressure in brain injury. Emerg
Med J 2009;26:630-634.
10. Gao, Y., Li, Q., Wu, C., Liu, S., & Zhang, M. (2018). Diagnostic and prognostic value of
the optic nerve sheath diameter with respect to the intracranial pressure and neurological
outcome of patients following hemicraniectomy. BMC Neurology, 18(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12883-018-1202-5
11. Geeraerts, T., Launey, Y., Martin, L., Pottecher, J., Vigué, B., Duranteau, J., &
Benhamou, D. (2007). Ultrasonography of the optic nerve sheath may be useful for
detecting raised intracranial pressure after severe brain injury. Intensive Care Medicine,
33(10), 1704–1711. https://doi.org/10.1007/s00134-007-0797-6

Anda mungkin juga menyukai