Cerebral dan spinal Digital Substraction Angiography (DSA) adalah sebuah
prosedur invasif yang menggunakan kateter, guide wire, kontras, dengan pencitraan oleh mesin angiografi. Perbedaan yang nyata antara cerebral/spinal angiography dengan cerebral/spinal DSA adalah pada kata substraction nya, dimana pada DSA gambaran tulang tulang kepala akan sangat diminimalisir, seingga pembuluh darah akan terlihat sangat jelas.Prosedur ini dilakukan untuk menemukan pembuluh darah otak atau spinal yang abnormal (seperti aneurisma, malformasi arteri vena, stenosis) dan menentukan aliran darah dengan kondisi pembuluh darah (seperti vasospasm, vaskulitis, vaskularisasi tumor otak). Dengan melakukan prosedur ini, terapi optimal dapat dilakukan terhadap vaskularisasi otak dan spinal yang abnormal(1,2). Cerebral dan spinal DSA dipergunakan sebagai pemeriksaan baku emas untuk mendeteksi keabnormalan vaskular otak dan spinal, seperti aneurisma dan malformasi arteri vena(3,4). Meskipun tehnologi pencitraan telah berkembang pesat, cerebral dan spinal DSA masih penting karena hasil pemeriksaan ini mempersembahkan informasi yang tinggi tentang vaskularisasi otak dan spinal.(5,6) Pada dekade terakhir, telah digunakan kontras yang lebih aman dan terdapat kemajuan tehnik yang penting termasuk kateter yang lebih kecil, guide wire yang bersifat hidrofil dan sistem pencitraan digital(7). Prosedur cerebral dan spinal DSA, bila dilakukan oleh neurointervensionis, relatif aman, baik dari aspek komplikasi neurologi dan non – neurologi, dan dari jumlah kematian. Rerata komplikasi neurologi jauh di bawah batas yang direkomendasi oleh quality improvement dan safe practice guidelines(8). Laporan pertama tentang visualisasi dari anatomi pembuluh darah otak telah ada sejak tahun 1927, di mana dilakukan penyuntikan kontras ke pembuluh darah karotis yang kemudian divisualisasikan, lalu perkembangan yang pesat dari teknologi mesin DSA dan Road Map Fluoroscopy yang hingga saat ini sudah memasuki generasi biplane dan 3 dimensi (9). Manfaat dari pemeriksaan DSA (9,10) 1. Pemeriksaan DSA merupakan pemeriksaan “gold standard” untuk mengetahui adanya aneurisma yang menyebabkan perdarahan subaraknoid spontan, apakah sudah terjadi vasospasme ataupun malformasi pembuluh darah ekstra dan intrakranial. 2. Pemeriksaan DSA memberikan efektivitas dan keoptimalan dalam hal waktu bila kita ingin melakukan sekaligus pemeriksaan pada keadaan stroke iskemik (setelah CT scan kepala) dan sekaligus tindakan terapi trombolisis. 3. Dengan pemeriksaan DSA kita dapat mengetahui hasil yang lebih akurat bila kita dihadapkan dengan suatu keadaan stenosis ataupun oklusi dibanding dengan pemeriksaan lainnya. 4. Dengan DSA kita bisa melihat adakah koletaral-kolateral dari cabang-cabang pembuluh darah distal bila kita ingin melakukan oklusi pada salah satu cabang pembuluh darah tertentu, agar suplai aliran darah ke daerah yang akan kita oklusi tersebut dapat terjamin. 5. Pada kasus pascatrauma kepala (khususnya sedang dan berat), DSA dapat digunakan untuk menyingkirkan adanya pseudo-aneurisma yang seringkali timbul pascatrauma kepala khususnya pada pasien-pasien yang seringkali mengeluh nyeri kepala yang tidak kunjung hilang (membaik setelah minum obat namun kambuh lagi bila pengaruh obat habis) hingga beberapa bulan setelah kejadian . 6. DSA dapat menunjukan secara lebih jelas dan terperinci, pembuluh darah mana yang menjadi “feeder”suatu tumor intrakranial berikut peta perjalanan ke tumor tersebut, sehingga kita bisa menyusun strategi bila kita ingin melakukan embolisasi guna membantu sejawat bedah saraf sebelum mereka melakukan reseksi
Kondisi dimana kita memerlukan pemeriksaan cerebral DSA (9,10)
Biasanya cerebral/spinal DSA kita kerjakan bila kita menjumpai : 1. Adanya malformasi di otak / medula spinalis berdasarkan klinis atau pencitraan MRI/MRA 2. Adanya aneurisma pada kasus kasus perdarahan subaraknoid 3. Stroke iskemik pertama dengan faktor resiko mayor lebih dari 2 atau 2 faktor resiko mayor dan 1 faktor resiko minor 4. Stroke iskemik berulang 5. Stroke perdarahan dengan topis di daerah kortikal 6. Adanya fistula karotis kavernosus berdasarkan klinis dan anamnesa 7. Adanya stenosis pembuluh darah leher otak berdasarkan pemeriksaan non invasif 8. Tumor tumor kaya pembuluh darah di daerah leher dan otak ( meningioma, hemangioma, angiofibroma ) berdasarkan klinis atau pencitraan terkait sebelumnya 9. Diagnostik kematian
Protokol DSA (10)
Dilakukan observasi terhadap tanda vital dan tanda neurologis pasien sebelum dan sesudah prosedur. Pemeriksaan laboratorium darah yang dilakukan adalah hemoglobin, erithrosit, leukosit, trombosit, SGOT/SGPT, ureum dan creatinin, HBSAg. Pasien dianjurkan tidak memakan makanan padat selama 6 jam sebelum prosedur. Pada semua pasien, jalur intravena telah dipasang lebih dahulu sebelum angiografi. Selama prosedur dilakukan dilakukan pemantauan terhadap elektrokardiografi (EKG), saturasi oksigen, dan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi pernapsan). Apabila dalam pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin <10 gr/dL, SGOT dan SGPT yang meningkat lebih dari 2x nilai normal dan kadar kreatinin darah > 2 mg/dL maka prosedur pemeriksaan cerebral DSA dibatalkan. Penusukan arteri femoralis sisi kanan dilakukan pada semua prosedur dengan menggunakan jarum puncture, kemudian dimasukkan selubung femoral (femoral sheath) berukuran 4F untuk anak. Femoral sheath ukuran 5F digunakan pada remaja yang sudah memiliki postur tubuh seperti orang dewasa. Flushing cairan digunakan secukupnya 1000 cc larutan isotonis NaCl 0,9% ditambah 5000 IU heparin. Selain itu diawal prosedur digunakan juga heparin dengan dosis 25-50 IU / kg. Untuk keperluan diagnostik , digunakan sebuah guide wire (kawat pemandu) dan diagnostic catheter head hunter tipe biasa, dengan lebar 0,035 inch. Melalui kateter, cairan isotonik dengan heparin dialirkan perlahan untuk mencegah pengentalan darah dalam kateter. Kontras non-ionik, larut dalam air, iso osmolar dan ber-iodinasi dicampur dengan cairan isotonis yang sudah dipersiapkan pada rasio 2:1 digunakan . Kontras disuntikkan secara manual sebanyak 4-6 ml dengan kecepatan 2-3 ml/detik pada arteri karotis utama dan arteri karotis internal, 3 ml dengan kecepatan 3 ml/detik pada arteri vertebral dan 3-4 ml dengan 2-4ml/detik pada arteri subklavia . Dosis total maksimal pemberian kontras murni pada prosedur adalah 2-3 mL/kgBB. Saat prosedur selesai, selubung femoral ditarik dan pada pangkal paha pasien, dilakukan kompresi selama 15-20 menit. Setelah prosedur selesai, dilakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan neurologi. Setelah kondisi pasien stabil, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan selama 6-8 jam.
Kontraindikasi dan Komplikasi DSA (11,12)
Secara khusus dikatakan, selain pasien alergi terhadap kontras, amat sangat jarang ditemukan bila kita menggunakan kontras non ionik, maka tidak ada kontraindikasi mutlak dari tindakan pemeriksaan DSA. Hematoma dapat terjadi di tempat punctur, namun bila timbul tidak perlu terlalu di khawatirkan, karena dengan penatalaksanaan antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid , biasanya mereda dalam 5-10 hari Kepustakaan: 1. Johnston DC, Champman KM, Goldstein LB. Low rate of complications of cerebral angiographin routine clinical practice. Neurology 2001;57:2012-4. 2. Guo Y, Piza M, Rubin GL, Dorsch N, Young N,Wong KP. Neurological complication of cerebral angiography performed for hospital inpatients. J HK Coll Radiol 2007;10:9-15. 3. Nguyen-Huynh MN, Wintermark M, English J, Lam J, Vittinghoff E, Smith WS, et al. How accurate is CT angiography in evaluating intracranial atherosclerotic disease. Stroke 2008; 39:1184-8. 4. Latchaw RE, Alberts MJ, Lev MH, Connors JJ, Harbaugh RE, Higashida RT, et al. Recommendations for imaging of acute ischemic stroke: a scientific statement from the American Heart Association. Stroke 2009;40:3646-78. 5. Dankbaar JW, de Rooij NK, Rijsdijk M, Velthuis BK, Frijns CJM, Rinkel GJE, et al. Diagnostic threshold values of cerebral perfusion measured with computed tomography for delayed cerebral ischemia after aneurysmal subarachnoid hemorrhage. Stroke 2010;41:1927-32. 6. Gounis MJ, De Leo MJ, Wakhloo AK. Advances in interventional neuroradiology. Stroke 2010; 41:e80-e7. 7. Willinsky RA, Taylor SM, Terbrugge K, Farb RI, Omlinson G, Montanera W. Neurologic complications of cerebral angiography: prospective analysis of 2,899 procedures and review of the literature. Radiology 2003;227: 522–8. 8. Usman FS, Sani AF and Husain S. Safety of cerebral digital subtraction angiography : complication rate analysis. Univ Med 2012;31:27-33 9. Liu AY. Update on interventional neuroradiology . The Permanente journals, springs 2006/vol.10 no.1 10. Usman FS, Yuwono, Bahar A, Setyawan TR, Ramli Y. Tingkat Keamanan Cerebral Digital Substraction Angiography pada anak di Indonesia. 11. Stewart P. Introduction to cerebral digital substraction angiography. Available at : http://www. Southernhealth.org.au/imaging/publications/cerebral_dsa.pdf 12. Kaufmann TJ,Huston J,Mandrekar JN et al. Complications of diagnostic cerebral angiography : evaluation of 19.826 consecutive patients. Radiology 2007;243:812-
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis