Anda di halaman 1dari 6

Chintya Novia Pertiwi

Digital Subtraction Angiografi (DSA)

A. Definisi DSA

DSA merupakan upaya diagnostic dengan cara menginjeksikan zat contrast (iodine) ke

pembuluh darah ptak atau pembuluh darah yang menuju otak dengan menggunakan kateter

melalui arteri (arteriografi), arteri yang digunakan adalah arteri femoralis untuk melihat

kondisi pembuluh darah yang baik atau yang beresiko menimbulkan suatu gangguan

penyakit. Dengan teknologi terkini dan sistem digital yang terkomputerisasi, DSA bisa

mendeteksi abnormalitas pada pembuluh darah secara lebih jelas dan terukur. Penggunaan

iodine dikarenakan cairan tersebut terlihat jelas pada X-ray, serta dapat dengan mudah

diserap dan dikeluarkan oleh tubuh. Setelah proses DSA selesai zat contrast tersebut akan

langsung keluar melalui urine.

B. Peran DSA dalam Bidang Neurologi

DSA dapat melihat secara lebih jelas dan rinci mengenai bentuk anatomi dari pembuluh

darah ekstra dan intracranial terlebih untuk pembuluh darah yang berukuran kecil dan

letaknya distal sehingga dapat mendeteksi ketidaknormalan yang ada contoh aneurisma,

stenosis. Sehingga para ahli saraf dapat merencanakan strategi selanjutnya.

Dengan pemeriksaan DSA kita bias l ebih memastikan berapa persen stenosis yang

terjadi. Apakah benar terjadi Stenosis atau hanya hipoplasi, Bagaimana sifat dari plak yang

ada, Ulseratif atau Non ulseratif, dan bila memang terdapat stenosis walaupun tidak

memenuhi kriteria indikasi stenting, namun kita dapat melihat dan memikirkan apakah perlu
dilakukan stenting dengan melihat kompensasi atau pola aliran darah sisi kontralateralnya,

apakah cukup adekuat, sehingga kita bisa memutuskan untuk melakukan stenting atau tidak.

Kemudian bila kita ingin melakukan stenting maka dari hasil DSA yang kita dapatkan sudah

tergambar jelas rute dari perjalanan mikrokateter dan microguidewire kita kelak, apakah rute

perjalanannya akan lancar, atau banyak kelokan-kelokan dari pembuluh darah yang

cukup menyulitkan kita bila akan melakukan tindakan stenting.

C. Fungsi DSA

Fungsi DSA dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Diagnostik, yaitu untuk mengetahui atau mendeteksi kondisi pembuluh darah seperti

kelainan pada pembuluh darah, resiko stroke, penyempitan pembuluh darah, adanya

sumbatan pada pembuluh darah, dan kelainan lainnya. Pasien hanya perlu melakukan

persiapan berupa puasa empat jam, pengecekan Hb dan leukosit, fungsi ginjal dan hati.

Pasien dengan diabetes mellitus sebaiknya menghentikan pemakaian obat sehari sebelum

tindakan DSA.

2. Terapeutik, yaitu untuk tindakan pengobatan pada gangguan pembuluh darah dengan

cara memasukkan obat atau alat. Tindakan yang biasa dilakukan seperti embolisasi

pembuluh darah yang mengalami varises otak, coiling (pemasangan kawat) dan ring

(stent) untuk menutup pembuluh darah bocor yang menyebabkan perdarahan (pada

stroke hemoragik).

Pasien stroke iskemik yang dapat menjalani tindakan neurointervensi harus memenuhi

beberapa kriteria neurointervensi, yaitu:

a. Tidak berusia lebih dari 86 tahun,

b. Tidak boleh mengalami pendarahan,


c. Tekanan darah relatif normal

d. Masih dalam periode emas, yakni kurang dari 8 jam setelah serangan terjadi. Pada

penanganan stroke ini, fokusnya adalah apakah otak masih hidup atau tidak. Jika sel otak

sudah rusak, aliran darah yang sudah dilancarkan pun tidak berguna lagi.

D. Efek Samping dan Komplikasi DSA

1. Efek samping: kemungkinan pergesekan pembuluh dengan kateter, atau robeknya

pembuluh darah

2. Komplikasi: hematoma, luka pada bidang tindakan yang tidak kunjung sembuh, dan nyeri

pada lokasi bekas tindakan.

E. Proses DSA

1. Pasien dibaringkan pada meja penyinaran

2. Pembiusan lokal dan diikuti penyuntikan cairan kontras ke dalam pembuluh darah

3. Proses pengambilan penyinaran untuk mengambil gambar yang berlangsung antara 30

hingga 2-3 jam.

Untuk mengarahkan kateter menuju pembuluh darah otak, dokter dibantu citra/gambar

live (real time) yang dihasilkan alat fluoroskopi. Demikian juga saat dokter melakukan tindakan

pada pembuluh darah otak, prosesnya bisa terlihat melalui gambar real time yang terlihat di

monitor. Dalam Digital Subtraction Angiography, penghapusan atau pengurangan dilakukan

secara digital melalui komputer. Semua gambar akan direkam ke dalam komputer dan dikurangi

secara otomatis. Pada akhirnya didapat gambar atau film yang seolah olah langsung dari hasil

sinar-X.

Setelah diketahui adanya sumbatan dengan injeksi kontras, penginjeksian Heparin

(pengencer darah) dan Eptifibatide (antiplatelet) diharapkan mampu melarutkan bekuan darah
yang terjadi pada stroke akut non perdarahan sehingga bagian otak yang tidak mendapat aliran

darah bisa kembali mendapat aliran darah yang cukup. Pada saat melakukan cerebral DSA,

seorang interventionist memang biasa memasukan heparin yang tujuannya hanya sebagai

menjaga agar pergesekan antara catheter dan pembuluh darah tidak menyebabkan efek yang

tidak kita inginkan. Sementara untuk melakukan penghancuran thrombus yang menyebabkan

pembuluh darah menyempit, duniaintervensi international mengenal istilah yang namanya

fibrinolisis, dimana kita memasukan obat rtPA baik itu secara intra vena ( onset tidak lebih dari

4,5 jam ) atau intra arterial ( onset tidak lebih dari 6 jam ) dengan memperhatikan kriteria inklusi

dan eksklusi. obat yang digunakan adalah heparin dan integrilin. Heparin adalah obat golongan

anti koagulan. Biasanya heparin digunakan untuk mencegah terjadinya gumpalan darah akibat

suatu tindakan intervensi. Sama halnya dengan heparin, integrilin bukan obat untuk

menghancurkan gumpalan yang sudah terjadi. Gumpalan darah pada stroke hanya bisa

dihancurkan oleh obat golongan Thrombolisis.Thrombus artinya gumpalan, lisis artinya

penghancuran.Pada stroke infark karena aliran darahnya tersumbat gumpalan, obat thrombolisis

hanya boleh digunakan 6-8 jam sejak stroke terjadi. Lebih dari waktu itu dilarang dipakai. Sebab,

resiko terjadinya perdarahan otak sangat besar.


F. Hubungan Obat Clopidogrel dengan DSA

Clopidogrel adalah sebuah obat yang cara kerjanya menghambat dan mencegah

pembekuan darah. Clopidogrel dapat mencegah pembekuan darah pada penderita sindrom

koroner akut, penyakit arteri perifer, serangan jantung, stroke. Salah satu efek samping dari

clopidogrel adalah proses pembekuan darah menjadi lebih lama. Pada pasien yang dilakukan

DSA salah satu efek sampingnya adalah kemungkinan pergesekan pembuluh dengan kateter,

atau robeknya pembuluh darah. Oleh karena itu, bila terjadi perdarahan pada pasien

sebelumnya mengkonsumsi obat clopipdogrel maka proses pembekuan darah menjadi lebih

lama.

Anda mungkin juga menyukai