A. Definisi DSA
DSA merupakan upaya diagnostic dengan cara menginjeksikan zat contrast (iodine) ke
pembuluh darah ptak atau pembuluh darah yang menuju otak dengan menggunakan kateter
melalui arteri (arteriografi), arteri yang digunakan adalah arteri femoralis untuk melihat
kondisi pembuluh darah yang baik atau yang beresiko menimbulkan suatu gangguan
penyakit. Dengan teknologi terkini dan sistem digital yang terkomputerisasi, DSA bisa
mendeteksi abnormalitas pada pembuluh darah secara lebih jelas dan terukur. Penggunaan
iodine dikarenakan cairan tersebut terlihat jelas pada X-ray, serta dapat dengan mudah
diserap dan dikeluarkan oleh tubuh. Setelah proses DSA selesai zat contrast tersebut akan
DSA dapat melihat secara lebih jelas dan rinci mengenai bentuk anatomi dari pembuluh
darah ekstra dan intracranial terlebih untuk pembuluh darah yang berukuran kecil dan
letaknya distal sehingga dapat mendeteksi ketidaknormalan yang ada contoh aneurisma,
Dengan pemeriksaan DSA kita bias l ebih memastikan berapa persen stenosis yang
terjadi. Apakah benar terjadi Stenosis atau hanya hipoplasi, Bagaimana sifat dari plak yang
ada, Ulseratif atau Non ulseratif, dan bila memang terdapat stenosis walaupun tidak
memenuhi kriteria indikasi stenting, namun kita dapat melihat dan memikirkan apakah perlu
dilakukan stenting dengan melihat kompensasi atau pola aliran darah sisi kontralateralnya,
apakah cukup adekuat, sehingga kita bisa memutuskan untuk melakukan stenting atau tidak.
Kemudian bila kita ingin melakukan stenting maka dari hasil DSA yang kita dapatkan sudah
tergambar jelas rute dari perjalanan mikrokateter dan microguidewire kita kelak, apakah rute
perjalanannya akan lancar, atau banyak kelokan-kelokan dari pembuluh darah yang
C. Fungsi DSA
1. Diagnostik, yaitu untuk mengetahui atau mendeteksi kondisi pembuluh darah seperti
kelainan pada pembuluh darah, resiko stroke, penyempitan pembuluh darah, adanya
sumbatan pada pembuluh darah, dan kelainan lainnya. Pasien hanya perlu melakukan
persiapan berupa puasa empat jam, pengecekan Hb dan leukosit, fungsi ginjal dan hati.
Pasien dengan diabetes mellitus sebaiknya menghentikan pemakaian obat sehari sebelum
tindakan DSA.
2. Terapeutik, yaitu untuk tindakan pengobatan pada gangguan pembuluh darah dengan
cara memasukkan obat atau alat. Tindakan yang biasa dilakukan seperti embolisasi
pembuluh darah yang mengalami varises otak, coiling (pemasangan kawat) dan ring
(stent) untuk menutup pembuluh darah bocor yang menyebabkan perdarahan (pada
stroke hemoragik).
Pasien stroke iskemik yang dapat menjalani tindakan neurointervensi harus memenuhi
d. Masih dalam periode emas, yakni kurang dari 8 jam setelah serangan terjadi. Pada
penanganan stroke ini, fokusnya adalah apakah otak masih hidup atau tidak. Jika sel otak
sudah rusak, aliran darah yang sudah dilancarkan pun tidak berguna lagi.
pembuluh darah
2. Komplikasi: hematoma, luka pada bidang tindakan yang tidak kunjung sembuh, dan nyeri
E. Proses DSA
2. Pembiusan lokal dan diikuti penyuntikan cairan kontras ke dalam pembuluh darah
Untuk mengarahkan kateter menuju pembuluh darah otak, dokter dibantu citra/gambar
live (real time) yang dihasilkan alat fluoroskopi. Demikian juga saat dokter melakukan tindakan
pada pembuluh darah otak, prosesnya bisa terlihat melalui gambar real time yang terlihat di
secara digital melalui komputer. Semua gambar akan direkam ke dalam komputer dan dikurangi
secara otomatis. Pada akhirnya didapat gambar atau film yang seolah olah langsung dari hasil
sinar-X.
(pengencer darah) dan Eptifibatide (antiplatelet) diharapkan mampu melarutkan bekuan darah
yang terjadi pada stroke akut non perdarahan sehingga bagian otak yang tidak mendapat aliran
darah bisa kembali mendapat aliran darah yang cukup. Pada saat melakukan cerebral DSA,
seorang interventionist memang biasa memasukan heparin yang tujuannya hanya sebagai
menjaga agar pergesekan antara catheter dan pembuluh darah tidak menyebabkan efek yang
tidak kita inginkan. Sementara untuk melakukan penghancuran thrombus yang menyebabkan
fibrinolisis, dimana kita memasukan obat rtPA baik itu secara intra vena ( onset tidak lebih dari
4,5 jam ) atau intra arterial ( onset tidak lebih dari 6 jam ) dengan memperhatikan kriteria inklusi
dan eksklusi. obat yang digunakan adalah heparin dan integrilin. Heparin adalah obat golongan
anti koagulan. Biasanya heparin digunakan untuk mencegah terjadinya gumpalan darah akibat
suatu tindakan intervensi. Sama halnya dengan heparin, integrilin bukan obat untuk
menghancurkan gumpalan yang sudah terjadi. Gumpalan darah pada stroke hanya bisa
penghancuran.Pada stroke infark karena aliran darahnya tersumbat gumpalan, obat thrombolisis
hanya boleh digunakan 6-8 jam sejak stroke terjadi. Lebih dari waktu itu dilarang dipakai. Sebab,
Clopidogrel adalah sebuah obat yang cara kerjanya menghambat dan mencegah
pembekuan darah. Clopidogrel dapat mencegah pembekuan darah pada penderita sindrom
koroner akut, penyakit arteri perifer, serangan jantung, stroke. Salah satu efek samping dari
clopidogrel adalah proses pembekuan darah menjadi lebih lama. Pada pasien yang dilakukan
DSA salah satu efek sampingnya adalah kemungkinan pergesekan pembuluh dengan kateter,
atau robeknya pembuluh darah. Oleh karena itu, bila terjadi perdarahan pada pasien
sebelumnya mengkonsumsi obat clopipdogrel maka proses pembekuan darah menjadi lebih
lama.