RS BHAYANGKARA MAKASSAR
1. Tujuan DSA
Tidak tertutup kemungkinan, pada saat menjalani DSA, pasien yang bertujuan
diagnostik harus langsung menjalani tindakan terapeutik. Tindakan DSA pada sistem
saraf manusia dikenal dengan istilah neurointervensi, dan menjadi teknik yang lebih
banyak digunakan pada kasus aneurisma dan stroke, karena penggunaan obat menjadi
lebih tepat sasaran.
Pasien stroke iskemik yang dapat menjalani tindakan neurointervensi harus memenuhi
beberapa kriteria neurointervensi, yaitu tidak berusia lebih dari 86 tahun, tidak boleh
mengalami pendarahan, tekanan darah relatif normal, serta masih dalam periode emas,
yakni kurang dari 8 jam setelah serangan terjadi. Pada penanganan stroke ini, fokusnya
adalah apakah otak masih hidup atau tidak. Jika sel otak sudah rusak, aliran darah
yang sudah dilancarkan pun tidak berguna lagi.
2.Efek Samping
Risiko tindakan DSA kini jauh lebih kecil dibandingkan dengan prosedur yang harus
ditempuh sebelum teknologi ini berkembang, dimana pasien harus menjalani operasi
vital, seperti pembukaan tengkorak, yang juga dapat mengakibatkan infeksi. Kini risiko
yang ada hanyalah kemungkinan pergesekan pembuluh dengan kateter, atau robeknya
pembuluh darah. DSA kini jauh lebih minim risiko.
3. DSA di Indonesia
Teknik DSA sebenarnya terlebih dahulu dimanfaatkan dalam cardiologi, dan baru
belakangan ini berkembang menjadi salah satu teknik neurointervensi. Tidak banyak
rumah sakit yang memiliki tenaga ahli di bidang neurointervensi, walaupun mempunyai
alatnya. Rumah sakit Bhayangkara Makassar merupakan salah satu dari sedikit rumah
sakit yang memiliki alat sekaligus tenaga ahli di bidang neurointervensi, yaitu neuro
vascular surgeon dan endo vascular surgeon, yang bahu membahu menangani
tindakan kritis dalam neurointervensi.
4. Tarif
Catatan
1.obat/alkes consumable adalah pemakaian standar
Untuk tindakan intervensi extensive / advance sesuai harga obat/alkes tambahan
yang dibutuhkan.
2.tidak termasuk tambahn tariff cyto/tindakan di hari libur
3.tidak termasuk biaya visite dokter
4.tidak termasuk biaya pemeriksaan pre tindakan (lab,radiologo,EKG) yang diperlukan
DSA merupakan tindakan untuk menggambar pembuluh darah dengan menyemprotkan
zat kontras agar dapat dideteksi oleh alat X-ray melalui film. Terdapat dua fungsi
tindakan DSA. Pertama adalah fungsi diagnostik atau mendeteksi kondisi pembuluh
darah, seperti kelainan pada pembuluh darah, risiko stroke, penyempitan pembuluh
darah, dan adanya sumbatan pada pembuluh darah. Kedua, fungsi terapeutik atau
sebagai tindakan untuk pengobatan pada gangguan pembuluh darah dengan cara
memasukkan obat atau alat.
”Tindakan DSA juga sering digunakan sebagai tindakan sebelum menjalani operasi
tumor otak. Embolisasi pada pembulu darah akan dilakukan agar tumornya kering,
sehingga operasi bisa lebih cepat, lancar, dan tidak membutuhkan persediaan darah
yang banyak,” jelas dr Setiawan.
Dengan menggunakan tindakan minimal invasive, dan peralatan khusus, maka risiko
dan komplikasi dapat diminimalisasi dengan baik. ”Karena pada prinsipnya, jika
tindakan dilakukan secara minimal invasif, outcomenya lebih baik, masa perawatan
lebih pendek, dan diharapkan pemulihannya lebih cepat,” ungkap dr Setiawan.
Metode tindakan DSA dilakukan dengan cara membuat sayatan kecil pada pangkal
paha atau pembuluh darah tangan. Kemudian, melalui sayatan, alat kateter dimasukkan
menuju ke target tempat yang dicurigai terdapat kelainan.
Risiko tindakan DSA kini lebih kecil dibandingkan dengan tindakan konvensional, di
mana pasien harus menjalani operasi vital, seperti pembukaan tempurung kepala yang
juga dapat mengakibatkan infeksi. Tindakannya dilakukan dengan teknik operasi
minimal invasive sehingga aman, tanpa nyeri, dan minim risiko.