Anda di halaman 1dari 2

Indikasi Rujukan ( Bedah Saraf)

Pada pasien perdarahan di otak sebelum melakukan pembedahan harus di pantau


melalui obat medis, Jika terjadi perdarahan hebat yang berisiko menekan otak, dokter akan
memasang selang khusus melalui metode bedah kepala guna menurunkan tekanan. Setelah
itu, dokter dapat melakukan bedah untuk menghentikan perdarahan,maka dilakukan
Kraniotomi

Kraniotomi adalah prosedur pembedahan di mana sebagian tengkorak diangkat


sementara untuk mengekspos otak dan melakukan prosedur intrakranial. Kegiatan ini
menjelaskan prosedur kraniotomi dan menyoroti peran tim interprofesional dalam mengelola
dan meningkatkan perawatan bagi pasien yang menjalani kraniotomi. Kraniotomi ada dua
prosedur yaitu :

1. Neurosurgical clipping
Neurosurgical clipping bertujuan untuk memperbaiki pembuluh darah yang
bermasalah dengan menjepitnya menggunakan klip logam kecil. Prosedur ini
dilakukan melalui metode kraniotomi (bedah kepala).
2. Endovascular coiling
Dalam prosedur ini, tonjolan pembuluh darah yang berbentuk kantong akibat
aneurisma akan diisi dengan gulungan logam platina sehingga darah tidak bisa
melewati kantong tersebut. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengurangi risiko
perdarahan selanjutnya.
Pra-Operasi
Sebelum melakukan kraniotomi, dokter akan mengajukan pertanyaan ke pasien terkait
riwayat medis, melakukan pemeriksaan fisik, dan menganjurkan pemeriksaan penunjang,
seperti tes darah, elektrokardiogram (EKG), elektroensefalogram (EEG), pungsi lumbal, foto
Rontgen dada, dan MRI.Sebelum operasi, pasien harus dalam kondisi optimal terbaik untuk
menoleransi prosedur. Pasien harus dengan perut kosong atau "nil per os" (NPO), frasa Latin
yang diterjemahkan menjadi "tidak melalui mulut" dalam bahasa Inggris. Dalam kasus
darurat, ini biasanya tidak mungkin. Obat pengencer darah seperti antiplatelet atau
antitrombotik harus dihentikan antara 3 sampai 10 hari sebelum operasi, tergantung obatnya.
Evaluasi penyakit dalam atau kardiologi untuk izin medis harus diperoleh untuk rekomendasi
dan risiko bedah.
Kecuali jika diperlukan, sebagian besar prosedur kraniotomi dilakukan di bawah
anestesi umum, yang memerlukan diskusi kasus dengan tim anestesiologi untuk rincian
terkait mengenai etiologi yang akan dirawat. Kadang-kadang, kraniotomi terjaga dilakukan di
bawah agen anestesi lokal untuk dapat berkomunikasi dengan pasien selama operasi yang
melibatkan area motorik dan bicara. Pertimbangan khusus pasien pra operasi termasuk
persetujuan prosedur pasien, batas waktu prosedur mengidentifikasi pasien yang benar dan
sisi intervensi bedah, dan ketersediaan darah jika diperlukan untuk transfusi selama operasi.
Antibiotik pra operasi rutin diberikan sebelum prosedur dimulai untuk profilaksis
infeksi luka, bersama dengan obat lain yang mungkin diperlukan, seperti obat antikonvulsan
atau kortikosteroid. Penyiapan awal peralatan seperti sistem navigasi saraf, mikroskop bedah,
dan pemantauan saraf dilakukan. Ketersediaan unit perawatan intensif harus didiskusikan
sebelum operasi, karena kebanyakan pasien membutuhkan tingkat perawatan ini setelah
kraniotomi.
Proses operasi
Saat hendak menjalani kraniotomi, pasien akan mendapatkan obat bius dari dokter
anestesi di ruang operasi. Obat bius ini membuat pasien tertidur, tetapi terkadang kraniotomi
juga bisa dilakukan saat kondisi pasien tersadar dan tidak merasakan nyeri berkat pemberian
obat bius khusus.
Setelah itu, dokter bedah saraf akan mengoleskan cairan antiseptik ke kulit kepala
pasien guna mencegah terjadinya infeksi. Selanjutnya, dokter akan membuat sayatan di kulit
kepala pasien dan melubangi tengkorak dengan alat bor medis untuk melihat bagian otak
yang bermasalah.
Setelah pembukaan tengkorak, dokter akan memperbaiki atau mengangkat bagian
otak yang rusak. Saat tindakan operasi selesai, bagian tulang dan kulit kepala pasien akan
direkatkan kembali menggunakan jahitan, kawat, atau staples bedah.
Pada kondisi tumor atau infeksi pada tulang tengkorak, penutupan tulang mungkin
tidak langsung dilakukan. Lamanya proses kraniotomi berlangsung tergantung pada kondisi
pasien. Namun, prosedur ini biasanya memakan waktu hingga 5–7 jam atau bahkan lebih.

Pascaoperasi
Setelah operasi, dokter akan memantau kondisi pasien dan memberikan obat-obatan
guna mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan
pada sistem saraf dan otak pasien guna memastikan bahwa organ tersebut dapat berfungsi
dengan baik pascaoperasi.
Setelah kondisi tubuh stabil, pasien juga akan menjalani fisioterapi guna mendukung
proses pemulihan tubuh dan memudahkan aktivitas pasien sehari-hari.
Selama masa pemulihan di rumah, pasien disarankan untuk banyak istirahat,
konsumsi makanan tinggi serat, minum air putih yang cukup, dan rutin periksakan diri ke
dokter.
Pasien juga perlu memerhatikan aktivitas yang dilakukan. Hindari mengemudikan
mobil, mengangkat beban berat, berhubungan seksual, serta mengonsumsi alkohol dan
merokok, jika belum dianjurkan oleh dokter.

SUMBER :

 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560922/
 Gadol, A. Neurosurgical Atlas Foundation (2021). Care & Treatment.
Craniotomy: What the Patient Needs to Know.
 Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Subarachnoid
Hemorrhage.

Anda mungkin juga menyukai