OLEH:
5) Gigli set
Terdiri atas gigli (gergaji kawat untuk memotong tulang besar seperti
tengkorak) dan penghantar gigli.
6) Knabel tang
Fungsinya untuk menjepit dan memotong tulang
7) Ronger
Fungsinya untuk menjepit dan memotong tulang yang lebih kecil
5) Pinset Dura
Fungsi : untuk memegang jaringan yang lebih kecil dan lebih tipis
.
7) Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling
berhubungan pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada
yang panjang dan adapula yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang
tidak. Alat ini bermanfaat untuk memegang jaringan dengan tepat. Biasanya
dipegang oleh tangan dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan
pemotongan, atau menjahit. (Ismail et al., 2018).
• Dendi klem
Fungsinya untuk menjepit jaringan di sekitar otak serta membantu
menghentikan perdarahan perifer
• Alis klem, allis forceps (english)
Fungsinya : untuk memegang jaringan yang akan dibuang / tumor. Ciri - ciri
: Terdapat gerigi – gerigi halus berhadapan pada ujungnya.
• Korentang
Fungsinya untuk memegang atau mengambil benda atau alat steril,
contohnya kasa
4) Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang
absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat
pembuluh darah dan kadang digunakan pada bedah minor. Benang non-
absorbable biasanya digunakan untuk kulit, jaringan tertentu dan harus
diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan sintetis.
Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan
(black silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan
benang non-absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis
benang yang absorbable (HIPKABI, 2014).
2) Langen Back
Langenbeck merupakan instrumen bedah, biasa disebut hak pengait yang
berguna untuk menarik lokasi sayatan agar terbuka lebar sehingga operator/ahli
bedah mudah mengangkat suatu jaringan yang akan dibuang.
f. Instrumen Lainnya
1) Kom
2) Spatel
3) Bipolar Forcep
Digunakan untuk menjepit, mengentalkan, dan menghentikan perdarahan
dengan panas dari arus listrik.
4) Bovie
Digunakan dalam memotong dan menghentikan perdarahan perifer
menggunakan arus listrik
5) Kuret
Digunakan
6) Raspatorium
Digunakan untuk memisahkan tulang dari daging, biasanya dilakukan untuk
memisahkan tengkorak dari daging sebelum dilakukan pemotongan
tulang/melubangi tulang dengan bor.
• Penurunan nyeri
dengan
menggunakan
farmakolologi
maupunnon
farmakologi
Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
mobilitas fisik b.d tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanyanyeri
program hambatan mobilitas atau keluhan fisik
pembatasan gerak fisik dapat teratasi 2. Fasilitas aktivitasambulasi
dengan kriteria hasil: dengan alat bantu (mis.
1. Keseimbangan Tongkat dan kruk)
tidak terganggu 3. Ajarkan ambulasisederhana
2. Cara berjalan yangharus dilakukan(mis.
tidak terganggu Berpindah dari tempat tidur
3. Gerakan otot ke brankar)
tidak terganggu 4. Libatkan keluarga untuk
4. Gerakan sendi membantu klien dalam
tidak terganggu meningkatkan ambulasi
5. Bantu pasien untukduduk
di sisi tempat tidur untuk
memfasilitasi penyesuaian
sikap tubuh
Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
dengan faktor intervensi 1. Monitor tanda dan gejala
risiko efek keperawatan infeksi lokal dan sistemik
prosedur invasive diharapkan risiko 2. Batasi jumlah pengunjung
infeksi menurun 3. Cuci tangan sebelum dan
dengan kriteria hasil: sesudah kontak dengan
Tingkat Infeksi pasien dan lingkungan
• Tidak ada tanda pasien
dan gejala infeksi 4. Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi
5. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Ajarkan cara mencuci tangan
yang benar
7. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
8. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kriteria penilaian:
Score > 8: kondisi pasien stabil, efek anastesi mulai berkurang/hilang dan pasien bisa
dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
b. Bromage score
Bromage score adalah suatu cara dalam menilai perkembangan pergerakan
ekstremitas pasien pasca operasi pada anastesi spinal atau subarachnoid blok (SAB).
Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan biasa jika score < 2
Kriteria Tingkat blok Skor
Gerakan penuh Blok tidak ada (0%) 0
Hanya mampu memfleksikan lutut Blok parsial (33%) 1
dengan gerakan bebas pada kaki
Belum mampu memfleksikan lutut Blok hampir maksimal (66%) 2
dengan gerakan bebas pada kaki
Kaki tidak bisa digerakkan dan lutut Lengkap (100%) 3
tidak bisa difleksikan
DAFTAR PUSTAKA
Fetterman, A., Jasmin, L., & Turley, R. (2017, Januari). Craniotomy. Retrieved from Health
Encyclopedia University Of Rochester Medical Center:
https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=92&conten
tid=P08767
Hipgabi. (2014). Buku pelatihan dasar-dasar keterampilan bagi perawat kamar bedah (Cetakan
Ke-15). Jakarta: EGC.
Litwack. (2009). Clinical coach for effective perioperative nursing care. Philadelphia : F.A
Davis Company.
Purwaningsih , W. (2010). Derajat Kecemasan Pasien dengan Tindakan Operatif Dapat
Diminimalisir dengan Persiapan Preoperatif yang Matang. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan
Informatika Kesehatan , 41-46.
Tanriono, C., Lalenoh, D., & Laihad, M. (2017). Profil Pasien Pasca Kraniotomi di ICU RSUP
Prof. Dr.R.D. Kandou Manado Periode Juli 2016-Juni 2017. Jurnal e-Clinic (eCl) , 274-
278.
Thomas, R. J. F., & Jesus, O. De. (2022). Craniotomy. StatPearls.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560922/#_NBK560922_pubdet_
Utari, S. (2019). Manajemen Resume Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma Brain Injuri
(TBI) dengan Tindakan Kraniotomi Pada Nn I di Ruang OK C