Anda di halaman 1dari 13

87

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas masalah yang ditemui selama

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.A dengan diagnosa Cedera

Kepala Post Craniotomy di ruang Bedah Pria RSUD Jayapura. Adapun masalah

tersebut berupa kesenjangan antara teori dan pelaksanaan praktek secara langsung.

Penulis menerapkan Asuhan Keperawatan dengan berpedoman pada 5

(lima) tahapan proses keperawatan, yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

Perencanaan, Implementasi, Evaluasi serta Pendokumentasian pada Tn.A dengan

Cedera Kepala Post Craniotomy sebagai berikut.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematika dalam

pengumpulan data sari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien

Tahap proses keperawatan di mulai dengan pengkajian, menentukan

diagnose, membuat perencanaan, melakukan tindakan atau implementasi dan

evaluasi

Berdasarkan pengkajian secara teoritis meliputi :

1. Pengumpulan data

a. Identitas klien

Dikaji tentang identitas klien yang meliputi nama, umur jenis

kelamin, agama suku bangsa, pendidikan terakhir, status perkawinan


88

alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit dan tanggal

pengkajian. Juga identitas penanggung jawab, klien ynag meliputi :

nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir dan hubungan

dengan klien

b. Riwayat kesehatan

1. Alasan masuk

Merupakan alasan yang mendasari klien dibawa kerumah sakit atau

kronologis yang menggambarkan perilaku klien dalam mencari

pertolongan.

2. Keluhan utama

Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian,

nyeri biasanya menjadi keluhan yang paling utama terutama pada

pasien post op kraniotomy.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien.

4. Riwayat kesehatan masa lalu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi,

riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit

jantung, anemia, penggunaan obat-obatan anti koagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obatan adiktif dan konsumsi alcohol berlebihan.


89

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah anggota generasi terdahulu ada yang menderita

hipertensi dan diabetes mellitus, penyakit menular seperti tuberculosis

dan penyakit yang sama seperti klien

c. Data Biologis

Data ini dapat diperoleh dari anamnesa baik dari klien atau dari keluarga

yaitu menyangkut pola kebiasaan, meliputi :

1) Pola nutrisi

Dikaji tentang frekuensi makan, jenis diit, porsi makan, riwayat alergi

terhadap suatu jenis makanan tertentu.

Pada klien post kraniotomy biasanya terjadi penurunan nafsu makan

akibat mual dan muntah.

2) Pola eliminasi

Dikaji frekuensi BAB, warna, bau, konsistensi feses dan keluhan klien

yang berkaitan dengan BAB.

Pada klien post craniotomy pola defikasi biasanya terjadi konstipasi

akibat penurunan peristaltic usus.

3) Pola istirahat dan tidur

Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, waktu tidur, lamanya

tidur setiap hari, apakah ada kesulitan dalam tidur.

Pada klien post craniotomy sering terjadi pusing dan sakit kepala dan

hal ini mungkin akan menggangu istirahat tidur klien.


90

4) Pola personal hygiene

Dikaji mengenai frekuensi dan kebiasaan mandi, keramas, gosok gigi

dan menggunting kuku.

Pada klien post craniotomy kemungkinan dalam perawatan dirinya

tersebut memerlukan bantuan baik sebagian maupun total.

5) Pola aktivitas sehari-hari

Dalam aktivitas sehari-hari dikaji pada pola aktivitas sebelum sakit

dan setelah sakit.

6) Pola mobilisasi fisik

Dikaji dalam kegiatan yang meliputi pekerjaan, olahraga, kegiatan

diwaktu luang dan apakah keluhan yang dirasakan menggangu

aktivitas klien tersebut.

d. Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan

klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari

pengkajian anamnesis.

Pada klien dengan post craniotomy akan ditemukan kelainan pada

beberapa system tubuh, diantaranya :

1. Sistem pernafasan

Perubahan pada system pernafasan bergantung pada gradasi dari

perubahan jarinagan serebral. Pada keadaan hasil dari pemeriksaan

fisik system ini akan di dapatkan hasil :


91

a. Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,

sesak nafas, penggunaan alat bantu nafas dan peningkatan

frekuensi pernafasan.

b. Pada palpasi fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

c. Pada perkusi adanya suara redup sampai pekak.

d. Pada auskultasi, bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi,

stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan

kemampuan batuk yang menurun sehingga didapatkan pada klien

dengan penurunan tingkat kesadaran.

e. Pada klien dengan post craniotomy dan sudah terjadi disfungsi

pusat pernafasan,klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator

dan biasanya klien dirawat di ruang perawatan intensif.

2. Sistem kardiovaskuler

Pengkajian ini pada system kardiovaskuler didapatkan syok

hipofolemik hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien post craniotomy

akibat cedera kepala pada beberapa keadaan dapat ditemukan tekanan

darah normal atau berubah, nadi bradikardi, takikardia, aritmia.

Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan homeostatis tubuh

dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer. Nadi

bradikardia merupakan tanda dari perubahan perfusi jaringan otak.

3. Sistem persyarafan

Post craniotomy akibat cedera kepala menyebabkan berbagai deficit

neurologis terutama akibat pengaruh peningkatan tekanan intracranial


92

yang disebabkan adanya perdarahan baik bersifat hematom

intraserebral, subdural dan epidural. Pengkajian system persyarafan

merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan

pengkajian pada system lainnya.

4. Sistem perkemihan

Setelah post craniotomy klien mungkin mengalami inkontinensiia

urine, dapat terlihat dari produksi urin dari urine bag atau blladder,

ketidakseimbangan mengkomunikasi kebutuhan dan ketidakmampuan

untuk menggunakan system perkemihan karena kerusakan control

motoric dan postural.

5. Sistem pencernaan

Klien dengan post craniotomy didapatkan adanya keluhan kesulitan

menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah pada fase akut.

6. Sistem muskuloskeletal

Akibat dari post craniotomy dapat mempengaruhi gerakan tubuh.

Hemisfer atau hemiplegia dapat terjadi sebagai akibat dari kerusakan

pada area motoric otak.

e. Data psikologis

Data psikologis yang perlu dikaji adalah status emosional, konsep diri,

mekanisme koping klien dan harapan serta pemahaman klien tentang

kondisi kesehatan sekarang. Konsep diri didefinisikan sebagai semua

pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat orang mengetahui

tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Konsep


93

diri terdiri dari : citra tubuh (body image), ideal diri, harga diri, identitas,

peran.

f. Data social dan budaya

Perlu diamati penampilan klien secara umum bagaimana hubungan

interpersonal klien dan keluarga, sesame klien yang dirawat dalam satu

rangan serta tim kesehatan. Kaji kemampuan berkomunikasi dan peran

klien dalam keluarga, gaya hidup, faktor social serta support system yang

ada pada klien dengan post craniotomy

g. Data spiritual

Ada beberapa hal yang perlu dikaji untuk mendapatkan data spiritual,

yaitu nilai-nilai atau norma-norma kegiatan keagamaan dan moral. Serta

menyangkut masalah keyakinan

h. Data penunjang

Meliputi farmakologi dan prosedur diagnostic medic seperti pemeriksaan

darah, urine, radiologidan cystos copy.

i. Data Pengobatan

1. Obat-obatan analgetik (obat anti nyeri)

2. Obat-obatan antibiotic (anti mikroba)

3. Obat antimetik (anti mual)


94

Sedangkan pada kasus Tn.A dengan Cedera Kepala, penulis mendapatkan

data obyektif yaitu ada jahitan bekas operasi di daerah kepala, keluar pus/nanah

di daerah bekas operasi, Ku : tampak sakit sedang, Kes : Compos Mentis,

Tanda-tanda vital, TD : 130/70 MmHg, N : 92 x/mnt, SB : 36,7 ºC, R : 20

x/mnt. Bahu sebelah kanan susah digerakkan, susah tidur, gelisah dan aktivitas

di bantu oleh keluarga dan perawat.

Berdasarkan teori dan praktek didapatkan kesenjangan karena tidak semua

masalah yang terdapat dalam teori ditemukan dalam praktek.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons

manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam,

2001 : 35)

Diagnose yang mungkin muncul pada post craniotomy akibat cedera

kepala diantaranya :

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan depresi pada pusat

pernapasan diotak, kelemahan oto-otot pernafasanekspansi paru yang tidak

maksimal karena akumulasi udara/cairan dan perubahan perbandingan O2

dengan CO2 serta kegagalan vensilato, kerusakan neurovaskuler (cedera

pada pusat pernafasan otak), kerusakan persepsi atau kognitif, obstruksi

trakeobronkial.
95

2. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan

dengan output cairan berlebih via inhalasi sekunder akibat penggunaan alat

bantu nafas.

3. Resiko tinggi peningkatan Tekanan Intra Kranial berhubungan dengan desak

ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan baik

bersifat intra serebral hematom, subdural hematom maupun epidural

hematom.

4. Perubahan keamanan : nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan

reflex spasme otot sekunder, cedera. Inkontinuitas jaringan.

5. Keterbatasan gerak berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif,

penurunan kekuatan/ kelemahan fisik, tirah baring/imobilisasi, nyeri.

Setelah dilakukan pengkajian melalui pengumpulan data yang dilanjutkan

dengan mengklasifikasikan dan menganalisa data didapatkan beberapa masalah

keperawatan yang menjadi diagnosa keperawatan. Adapun diagnose yang

penulis dapatkan melalui pengkajian terhadap Tn.A adalah 5 diagnosa actual

yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan, parestesia

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyembuhan jaringan yang

tidak adekuat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau keletihan, dan

nyeri

4. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri post operasi


96

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

proses penyakit

C. Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahapan merencanakan tindakan – tindakan

yang akan dilakukan dalam asuhan keperawatan. Pada kasus Tn.A penulis

menetapkan tujuan, sasaran, intervensi, dan rasional untuk memecahkan

permasalahan klien sesuai dengan diagnose keperawatan yang diangkat.

1. Diagnose 1

Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, parestesia.

Intervensi

Secara pada kasus didapatkan 5 intervensi yang disesuaikan dengan

pengkajian dan kebutuhan pasien.

2. Diagnosa 2

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.

Intervensi

Pada kasus didapatkan 5 intervensi yang disesuiakan dengan pengkajian dan

kebutuhan pasien.

3. Diagnosa 3

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau keletihan, dan

nyeri.

Intervensi
97

Pada kasus didapatkan 4 intervensi yang disesuiakan dengan pengkajian dan

kebutuhan pasien.

4. Diagnosa 4

Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

Intervensi

Pada kasus didapatkan 4 intervensi yang disesuiakan dengan pengkajian dan

kebutuhan pasien.

5. Diagnosa 5

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses

penyakit

Intervensi

Pada kasus didapatkan 4 intervensi yang disesuiakan dengan pengkajian dan

kebutuhan pasien.

D. Implementasi

Pada tahap implementasi atau pelaksanaan tindakan pada Tn.A penulis

menyesuaikan dengan rencana intervensi yang mengacu pada tindakan mandiri

perawat untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul serta melibatkan

keluarga dan melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

E. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan suatu tahapan untuk mengetahui keberhasilan

dari tindakan dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara


98

berkesinambungan dengan melibatkan langsung pasien sendiri, keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya. Walaupun evaluasi dianggap sebagai tahap akhir

dalam proses keperawatan, namun bukan berarti masalahnya sudah teratasi.

Pada tahap ini penulis melakukan Asuhan Keperawatan dari tanggal 06

Mei 2015, Dalam pelaksanaan ada 1 diagnosa yang teratasi, yakni :

1. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

proses penyakit.

Sedangkan ada 4 diagnosa yang belum teratasi, yakni :

1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, parestesia

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyembuhan jaringan yang

tidak adekuat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau keletihan, dan

nyeri

4. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

Dan dievaluasi dalam Catatan Perkembangan selama 3 hari mulai dari tanggal

7 Mei – 9 Mei 2015.

Catatan Perkembangan hari I - III, 3 diagnosa belum teratasi yakni :

1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, parestesia

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyembuhan jaringan yang

tidak adekuat

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik atau keletihan,

dan nyeri
99

dan 1 diagnosa teratasi, yakni :

1. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

F. Pendokumentasian

Dalam pendokumnetasian table perencanaan, implementasi dan evaluasi

penulis mendokumentasikan semua diagnosa keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai