Anda di halaman 1dari 9

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SPONDILITIS TUBERKULOSIS

A. Pengkajian
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spondilitis
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan
keperawatan dan juga sebagai alat dalam melaksanakan praktek keperawatan yang terdiri
dari lima tahap yang meliputi : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. (Lismidar, 1990: IX).
1. Pengkajian.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Pengkajian di
lakukan dengan cermat untuk mengenal masalah klien, agar dapat memeri arah kepada
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada
kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian. Tahap pengkajian terdiri dari tiga
kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengelompokan data, perumusan diagnosa
keperawatan. ( Lismidar 1990 : 1)
a. Pengumpulan data.
Secara tehnis pengumpulan data di lakukan melalui anamnesa baik pada klien,
keluarga maupun orang terdekat dengan klien. Pemeriksaan fisik di lakukan dengan
cara, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, alamat, tanggal/jam MRS dan diagnosa medis.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Keluhan utama pada klien Spodilitis tuberkulosa terdapat nyeri pada punggung bagian
bawah, sehingga mendorong klien berobat kerumah sakit. Pada awal dapat dijumpai
nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat pada
malam hari dan bertambah berat terutama pada saat pergerakan tulang belakang.
Selain adanya keluhan utama tersebut klien bisa mengeluh, nafsu makan menurun,
badan terasa lemah, sumer-sumer (Jawa), keringat dingin dan penurunan berat badan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Tentang terjadinya penyakit Spondilitis tuberkulosa biasany pada klien di dahului
dengan adanya riwayat pernah menderita penyakit tuberkulosis paru. ( R. Sjamsu
hidajat, 1997 : 20).
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan penyakit Spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab timbulnya
adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit
tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang menderita penyakit menular
tersebut.
5) Riwayat psikososial
Klien akan merasa cemas terhadap penyakit yang di derita, sehingga kan kelihatan
sedih, dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan
terhadapnya maka penderita akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga
emosinya akan tidak stabil dan mempengaruhi sosialisai penderita.
6) Pola - pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Adanya tindakan medis serta perawatan di rumah sakit akan mempengaruhi
persepsi klien tentang kebiasaan merawat diri , yang dikarenakan tidak semua
klien mengerti benar perjalanan penyakitnya.Sehingga menimbulkan salah
persepsi dalam pemeliharaan kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya
riwayat tentang keadaan perumahan, gizi dan tingkat ekonomi klien yang
mempengaruhi keadaan kesehatan klien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme.
Akibat dari proses penyakitnya klien merasakan tubuhnya menjadi lemah dan
amnesia. Sedangkan kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat, sehingga
klien akan mengalami gangguan pada status nutrisinya. ( Abdurahman, et al 1994
: 144)
c) Pola eliminasi.
Klien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke
kamar mandi, karena lemah dan nyeri pada punggung serta dengan adanya penata
laksanaan perawatan imobilisasi, sehingga kalau mau BAB dan BAK harus
ditempat tidur dengan suatu alat. Dengan adanya perubahan tersebut klien tidak
terbiasa sehingga akan mengganggu proses aliminasi.
d) Pola aktivitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik dan nyeri pada punggung serta
penatalaksanaan perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi
aktivitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktivitas fisik
tersebut.
e) Pola tidur dan istirahat.
Adanya nyeri pada punggung dan perubahan lingkungan atau dampak
hospitalisasi akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan
istirahat.
f) Pola hubungan dan peran.
Sejak sakit dan masuk rumah sakit klien mengalami perubahan peran atau tidak
mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran dalam keluarga
ataupun masyarakat. Hal tersebut berdampak terganggunya hubungan
interpersonal.
g) Pola persepsi dan konsep diri.
Klien dengan Spondilitis tuberkulosa seringkali merasa malu terhadap bentuk
tubuhnya dan kadang-kadang mengisolasi diri.
h) Pola sensori dan kognitif.
Fungsi panca indera klien tidak mengalami gangguan terkecuali bila terjadi
komplikasi paraplegi.
i) Pola reproduksi seksual.
Kebutuhan seksual klien dalam hal melakukan hubungan badan akan terganggu
untuk sementara waktu, karena di rumah sakit. Tetapi dalam hal curahan kasih
sayang dan perhatian dari pasangan hidupnya melalui cara merawat sehari - hari
tidak terganggu atau dapat dilaksanakan.
j) Pola penaggulangan stres.
Dalam penanggulangan stres bagi klien yang belum mengerti penyakitnya , akan
mengalami stres. Untuk mengatasi rasa cemas yang menimbulkan rasa stres,
klien akan bertanya - tanya tentang penyakitnya untuk mengurangi stres.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan.
Pada klien yang dalam kehidupan sehari - hari selalu taat menjalankan ibadah,
maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai dengan
kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalankan pula sebagai
penaggulangan stres dengan percaya pada tuhannya.
7) Pemeriksaan fisik.
a) Inspeksi.
Pada klien dengan Spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang
belakang terlihat bentuk kiposis.
b) Palpasi.
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat adanya
gibus pada area tulang yang mengalami infeksi.
c) Perkusi.
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.
d) Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan.
(Abdurahman, et al 1994 : 145).
8) Hasil pemeriksaan medik dan laboratorium.
a) Radiologi
 Terlihat gambaran distruksi vertebra terutama bagian anterior, sangat jarang
menyerang area posterior.
 Terdapat penyempitan diskus.
 Gambaran abses para vertebral ( fusi form ).
b) Laboratorium
 Laju endap darah meningkat
 Tes tuberkulin
 Reaksi tuberkulin biasanya positif

b. Analisa.
Setelah data di kumpulkan kemudian dikelompokkan menurut data subjektif yaitu data
yang didapat dari pasien sendiri dalm hal komukasi atau data verbal dan objektiv yaitu
data yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan
radiologi maupun laboratorium. Dari hasil analisa data dapat disimpulkan masalah yang
di alami oleh klien. ( Mi Ja Kim,et al 1994 ).

c. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien yang nyata
ataupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang pemecahannya dapat
dilakukan dalam batas wewenang perawat untuk melakukannya. (Tim Departemen
Kesehatan RI, 1991 : 17).
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
1) Gangguan mobilitas fisik
2) Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
3) Perubahan konsep diri : Body image.
d. Perencanaan Keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan di
laksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah di tentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien
(Tim Departemen Kesehatan RI, 1991: 20).
Adapun perencanaan masalah yang penulis susun sebagai berikut :
1) Diagnosa Perawatan I
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.
Tujuan: Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
Kriteria hasil
a) Klien dapat ikut serta dalam program latihan
b) Mencari bantuan sesuai kebutuhan
c) Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
Rencana tindakan
a) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
b) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
c) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
1. Mattress
2. Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang
tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.
3. mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan ;
a. Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri (bersandar pada tembok)
maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan
kepala serta ekstremitas bawah secara bersamaan.
b. Menelungkup sebanyak 3 – 4 kali sehari selama 15 – 30 menit.
d) Latihan pernapasan yang akan dapat meningkatkan kapasitas pernapasan
e) monitor tanda – tanda vital setiap 4 jam.
f) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet – lecet.
g) Perbanyak masukan cairan sampai 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.
h) Berikan anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping:
bisa tak nyaman pada lambung atau diare.
Rasional
a) Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b) Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
c) Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
d) Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot – otot paraspinal.
e) Untuk mendeteksi perubahan pada klien.
f) Deteksi diri dari kemungkinan komplikasi imobilisasi.
g) Cairan membantu menjaga faeces tetap lunak.
h) Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat
menimbulkan efek samping.
2) Diagnosa Keperawatan II
Gangguan rasa nyaman: nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan
sendi.
Tujuan
1. Rasa nyaman terpenuhi
2. Nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil
a) klien melaporkan penurunan nyeri
b) menunjukkan perilaku yang lebih relaks
c) memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan
keberhasilan.
Rencana tindakan
a) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah
yang baru.
b) Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
c) Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
d) Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan
rasa nyaman.
e) Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
Rasional.
a) Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien
sendiri.
b) Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya
terhadap nyeri klien.
c) Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
d) Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan tegang
sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
e) Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau
dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.
3) Diagnosa Keperawatan III
Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
Tujuan: Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping
yang adaptif.
Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan
koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
Rencana tindakan
a) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus
mendengarkan dengan penuh perhatian.
b) Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.
c) Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman
serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body
image.
Rasional
a) meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan
ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
b) Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
c) Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif
dan tidak merasa rendah diri.

e. Pelaksanaan
Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di
implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap Implementasi:
1) Tindakan keperawatan mandiri
2) Tindakan keperawatan kolaboratif
3) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.
( Carol vestal Allen, 1998 : 105 )

f. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang di amati dengan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan komponen tahap evaluasi.
1) Pencapaian kriteria hasil
2) Keefektipan tahap–tahap proses keperawatan
3) Revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan.
Adapun kriteria hasil yang di harapkan pada klien Spondilitis tuberkulosa adalah
a) Adanya peningkatan kegiatan sehari –hari ( ADL) tanpa menimbulkan gangguan
rasa nyaman .
b) Tidak terjadinya deformitas spinal lebih lanjut.
c) Nyeri dapat teratasi
d) Tidak terjadi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson & Mass. 2008. Nursing Outcomes Classifications. 2nd edition. New York: Mosby-Year
Book inc
McCloskey & Bulechek. 2008. Nursing Interventions Classifications. 4th edition. New York: Mosby-
Year Book inc

Anda mungkin juga menyukai