Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDONESIA

KASUS KELOLAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN SIDA

Disusun untuk memenuhi tugas Residensi Keperawatan Spesialis Bedah

Disusun Oleh :
Ratna Dewi
1906458773

PROGRAM RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV AIDS

DI RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMA JAKARTA

1.1 Gambaran Kasus


Pasien bermana Tn. M umur 30 tahun. Agama islam, bekerja sebagai clean service dan
pendidikan SMA. Keluhan utama badan lemas 5 hari yang lalu SMRS. Lemas dirasakan seluruh
tubuh. tidak ada kelemahan anggota sisi tubuh, tidak ada bicara pelo, tidak ada nyeri kepala
hebat ataupun penurunan kesadaran. Pasien mengeleuh lemas 5 hari karena mengalami
mencret, frekuensi BAB > 5x sehari lebih banyak air daripada ampas. Tidak ada lender ataupun
darah dan nyeri perut tidak ada. Pasien mengeluhkan banyak sariawan sehingga pasien makan
lebih sedikit. Pasien didiagnosis SIDA sejak 2016di RS Budi Asih dan mendapat obat ARV namun
pasien tidak lanjut minum obat. Pasien juga terdiagnosis TB sudah mendapatkan obat OAT 6
bulan dan dinyatakan sembuh. Pasien mempunyai riwayat pengguna narkoba putaw.
Hasil pemeriksaan laboratorium dengan hasil : Hbs Ag (+), Anti HCV (+), Anti HIV (+)

1.2 Penerapan Teori Adaptasi Roy


Pengkajian Perilaku dan Stimulus
1. Oksigen dan sirkulasi
a. Pengkajian Perilaku
Respirasi : pergerakan dada simetris, irama teratur, suara nafas vesikuler, batuk (+),TD :
110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 22 x/menit, S: 35֯c.
Sirkulasi: konjungtiva anemis, CRT <2 dtk,
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal : penurunan fungsi imun
Stimulus kontektual : adanya riwayat penyakit HIV AIDS dan TB
Stimulus residual : kecemasan
2. Nutrisi
a. Pengkajian Perilaku
Pasien mengatakan penurunan nafsu makan, klien menghabiskan ½ porsi makan, diet
nasi TKTP 1700 kkal, BB 45 Kg, TB 150 cm, IMT: 28 kg/m 2 , reflek menelan normal,
pasien mengatakan mulut kering. Pemeriksaan konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
banyak stomatitis, banyak karies kiki, bising usus terdengar normal. Biokimia : Hb 11
gr/dl (13-16), Ht 30 % (36-46)
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: stomatitis
Stimulus kontekstual: perubahan pola menu
Stimulus residual: kurangnya pengetahuan pasien
3. Eliminasi
a. Pengkajian Perilaku
Eliminasi fekal: tidak ada keluhan BAB dan bising usus normal
Eliminasi urine: jumlah urine /24 jam 600cc.. BAK spontan tidak menggunakan foley
kateter, frekuensi BAK hanya 2x /hari, keluhan nyeri saat BAK (-).
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal:
Stimulus kontektual:
Stimulus residual:
4. Istirahat dan tidur
a. Pengkajian Perilaku: aktivitas pasien di rumah sakit banyak ditempat tidur karena pasien
ingin tidur terus. Pemenuhan ADL total sebagian dibantu perawat. Istirahat: pasien
mengatakan untuk tidur tidak ada masalah, lama tidur malam ± 7-8 jam. Pasien tidur
siang 5 jam
b. Pengkajian Stimulus: adaptif
5. Sensori
a. Pengkajian Perilaku
Mata simetris, tidak ada penurunan fungsi penglihatan, reflex cahaya (+), telinga
simetris, fungsi pendengaran baik. Hidung simetris, fungsi penciuman baik. Integument:
kulit kering dan hitam dan bersisik. Pasien tidak mengeluh gatal pada daerah punggung
dan perut. Adanya luka tekan didaerah punggung panjang 7cm, lebar 5 cm dan
kedalaman 2 cm. Luka bewarna kemerahan dan hitam.
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: penurunan sistem imun
Stimulus kontekstual: bedrest total
Stimulus residual: kurang pengetahuan tentang manajemen kulit kering
6. Proteksi
a. Pengkajian Perilaku
Suhu axila 35C, kulit teraba dingin, kering dan pucat. Edema tidak ada pitting pada
ekstremitas bawah. Dekubitus (+) bewarna merah dan hitam, panjang 7, lebar 5 dan
kedalaman 2 cm, tidak ada bau, luka tampak kotor.
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: imun menurun
Stimulus kontekstual: kurang energy dan bed rest total
Stimulus residual: kulit kering dan bersisik
7. Cairan dan Elektrolit
a. Pengkajian Perilaku
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 800 x/menit. tidak ada pitting edema, keseimbangan
cairan: intake cairan: minum 1000cc/hr, output: urin 1500cc/24 jam + infus 1000 cc +
IWL 675 cc/24 jam. Balance cairan 1000-825= (-) 175 cc/24 jam.
b. Pengkajian Stimulus: adaptif
8. Fungsi Neurologi
a. Pengkajian Perilaku
Kesadaran compos mentis (GCS 15), tidak ada disorientasi (waktu, tempat dan orang),
emosional dan kemampuan bahasa baik, tidak terdapat tanda-tanda deficit neurologis
b. Pengkajian Stimulus: adaptif
9. Fungsi Endokrin
a. Pengkajian Perilaku
Tidak mempunyai riwayat DM
b. Pengkajian Stimulus: adaptif
1.3 Model Adaptasi Konsep Diri
1. Phsysical Self
a. Pengkajian Perilaku
1) Sensasi diri: pasien mengatakan sedih atas penyakit yang di deritanya. Hal ini
membuat ia tidak bersemangat untuk mengikuti pengobatan
2) Body image: pasien merasa sedih setelah sakit, ia tidak bisa beraktifitas seperti
biasa. Pasien mengatakan sedih dengan kondisi ia saat ini karena pasien kulit pasien
hitam dan kaku pada ekstremitas
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: penyakit kronis
Stimulus kontekstual: komplikasi HIV AIDS
Stimulus residual: kurang pengetahuan

2. Personal Self
a. Pengkajian Perilaku
1) Moral/etik/spiritual
Pasien beragama muslim dan saat sakit klien tidak bisa sholat
2) Self consistency
Ekspresi wajah pasien tampak lesu dan tidak semangat. Pasien pasrah dengan
penyakitnya saat ini
3) Ideal diri
Pasien mengatakan ketika sehat dirinya masih bisa melakukan segalanya sendiri,
tapi sekarang setelah sakit susah untuk melakukan aktivitas.
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: proses penyakit
Stimulus kontekstual: pasien merasa cemas dan sedih
Stimulus residual: kurang pengetahuan pasien tentang penyakit
1.4 Model Fungsi Peran
a. Pengkajian Perilaku:
Pasien merupakan pasien belum menikah dan sejak sakit tidak bekerja, untuk pengobatan
pasien pakai BPJS
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: cemas karena penyakit kronik
Stimulus kontekstual: tidak bekerja
Stimulus residual: kurang pengentahuan pasien tentang menajemen/penatalaksanaan
penyakit
1.5 Model Adaptasi Interdependen
a. Pengkajian Perilaku
1) Receptive behavior: pasien mengatakansudah menerima penyakit yang dideritanya saat
ini
2) Contributive behavior: pasien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga,
tetangga dan kerabat. Akan tetapi pada saat dirawat keluarga pasien tidak pernah
datang untuk membantu dalam perawatan. Pasien juga tidak melakukan interaksi
teman sekamarnya. Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sesuai dengan
kemampuannya, minsal minum dan makan sendiri dengan bantuan minimal perawat
b. Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal: penyakiy kronis menyebabkan ketergantungan terapi
Stimulus kontekstual: kelemahan fisik
Stimulus residual: kurang pengetahuan
1.6 Diagnosa Keperawatan
1. Mode adaptasi fisiologi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan kurang pengetahuan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imun, immobilisasi fisik
c. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan
2. Mode adaptasi konsep diri
Cemas berhubungan dengan stressor akibat proses penyakit kronis; kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan kompleksitas pengobatan
3. Mode adaptasi fungsi peran
Perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan status kesehatan; transisi
peran
4. Mode adaptasi fungsi interdependensi
Semua stimulus pada mode fungsi peran bersifat adaptif sehingga tidak ada masalah
keperawatan yang muncul

1.7 Tujuan
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam, pasien mampu menunjukkan ,
perubahan nutrisi tidak terjadi ditandai dengan asupan nutrisi adekuat, anoreksia berkurang
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam, pasien mampu menunjukkan
kerusakan integritas kulit pasien berkurang dengan integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan, perfusi jaringan baik
c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, deficit perawatan teratasi
dengan pasien menyatakan kenyamanan untuk ADLs
d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien dapat beradaptasi
terhadap perubahan penampilan peran ditnadi dengan mampu menjelaskan perubahan
peran karena penyakit yang dideritanya, terjadi peningkatan pengetahuan pasien mengenai
perubahan peran dan adanya dukungan keluarga terhadap perubahan peran pasien

1.8 Intervensi
a. Intervensi keperawatan untuk diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia; kurang pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi adalah:
nutrition management, teaching prescribed diet
b. Intervensi keperawatan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kelembaban adalah: pressure management
c. Intervensi keperawatan untuk diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan dan kelelahan adalah: self care assitane: ADLs
d. Intervensi keperawatan untuk diagnosa cemas berhubungan dengan stressor akibat
proses penyakit kronis, kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
kompleksitas pengobatan adalah : anxiety reduction, relaxation therapy, teaching
e. Intervensi keperawatan untuk diagnosa perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan status kesehatan;transien peran adalah role enhanced, emotional
support

1.9 Implementasi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi; kurang
pengetahuan tentang kebutuhan dasar nutrisi
Aktivitas regulator
Nutrition management:
1) Mengkaji pola nutrisi
2) Menganjurkan untuk memakan makanan dalam kondisi hangat
3) Memonitor intake nutrisi pasien

Aktivitas kognator

Teaching prescribed diet:

1) Menjelaskan jenis diet, manfaat dan komposisi makanan pasien


2) Menjelaskan rasional pembatasan diet terhadap kondisi penyakit pasien
3) Memotivasi pasien untuk menghabiskan porsi makan yang disediakan
b. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Aktivitas regulator
Self care assistane: ADLs
1) Menyediakan bantuan sampai pasien mampu secara utuh untuk melakukan self-care
2) Memonitor kemampuan pasien untuk perawatan diri yang mandiri

Aktivitas kognator

1) Mengajarkan pasien untuk mendorong kemandirian


c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
Aktivitas regulator
1) Menjaga kebersihan kulit akan adanya kemerahan
2) Menghindari kerutan pada tempat tidur
3) Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
4) Mengobservasi luka: lokasi, kedalaman luka, warna, cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi local
5) Melakukan perawatan luka pada luka pasien

Aktivitas kognator

1) Mengajarkan pada pasien tentang kebersihan diri dan perawatan luka

d. Cemas berhubungan dengan stressor akibat proses penyakit kronis; kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan kompleksitas pengobatan
Aktivitas regulator:
Anxiety reduction:
1) Mengidentifikasi fakotr-faktor penyebab cemas
2) Mengkaji tingkat kecemasan pasien
3) Memotivasi pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaanya

Aktivitas kognator:

Relaxation therapy:

1) Menjelaskan tentang proses penyakit dan dampak yang ditimbulkan


2) Menjelaskan terapi obat-obatan yang diberikan : FDC ARV 600/300 1xsehari, mocostatin
4x1 ml
e. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan status kesehatan: transisi
peran
Aktivitas regulator:
Role enhancement & emotional support:
1) Membantu pasien menerima perubahan peran akat sakit dan masa perawatannya saat
ini
2) Membantu mengidentifikasi perilaku yang dibutuhkan terhadap perubahan peran

Aktivitas kognator:

Rroel enhancement & emotional support:

1) Memotivasi pasien untuk mengekspresikan perasaan


2) Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

1.10 Evaluasi
Pada tanggal 12-2-2020
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perilaku pasien mulai adaptif pada hari ke 4 perawatan, ditandai dengan keluhan lemas
berkurang, nafsu makan mulai meningkat, pasien menghabiskan 1 porsi makan. Perilaku
pasien terhadap masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adaptif. Namun
kadar Hb masih dibawah standar (11 g/dL)
2. Kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan perawatan luka 1 hari perawatan, luka masih bewarna merah dan
kehitaman, panjang luka masih 7 cm, lebar 5 cm dan kedalaman 2 cm. luka pasien tampak
bersih.
3. Deficit perawatan diri
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam, pasien bersih dan tidak bau
4. Cemas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, perilaku kecemasan pasien sudah
adapti. analisa intervensi: kecemasan klien teratasi
5. Perubahan penampilan peran
Pasien baru dapat beradaptasi terhadap perubahan penampilan peran setelah dilakukan
asuhan keperawatan selam 3x24 jam, ditandai dengan pasien menyatakan pasrah dan mulai
menerima kondisi kesehatannya.

Pada tanggal 13-2-2020

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Perilaku pasien mulai adaptif pada hari ke 4 perawatan, ditandai dengan keluhan lemas
berkurang, nafsu makan mulai meningkat, pasien menghabiskan 1 porsi makan. Perilaku
pasien terhadap masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adaptif. Namun
kadar Hb masih dibawah standar (11 g/dL)
2. Kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan perawatan luka 2 hari perawatan, luka sudah bewarna merah, panjang
luka masih 7 cm, lebar 5 cm dan kedalaman 2 cm. luka pasien tampak bersih.
3. Deficit perawatan diri
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam, pasien bersih, mulut bersih dan sariawan berkurang
4. Cemas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, perilaku kecemasan pasien sudah
adaptif. analisa intervensi: kecemasan klien teratasi
5. Perubahan penampilan peran
Pasien baru dapat beradaptasi terhadap perubahan penampilan peran setelah dilakukan
asuhan keperawatan selam 3x24 jam, ditandai dengan pasien menyatakan pasrah dan mulai
menerima kondisi kesehatannya.

Pada tanggal 14-2-2020

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Perilaku pasien mulai adaptif pada hari ke 4 perawatan, ditandai dengan keluhan lemas
berkurang, nafsu makan mulai meningkat, pasien menghabiskan 1 porsi makan. Perilaku
pasien terhadap masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adaptif. Namun
kadar Hb masih dibawah standar (11 g/dL)
2. Kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan perawatan luka 3 hari perawatan, luka sudah bewarna merah, panjang
luka masih 7 cm, lebar 5 cm dan kedalaman 2 cm. luka pasien tampak bersih.
3. Deficit perawatan diri
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam, pasien bersih dan sudah mulai segar
4. Cemas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, perilaku kecemasan pasien sudah
adaptif. Pasien sudah menerima penyakitnya. analisa intervensi: kecemasan klien teratasi
5. Perubahan penampilan peran
Pasien baru dapat beradaptasi terhadap perubahan penampilan peran setelah dilakukan
asuhan keperawatan selam 3x24 jam, ditandai dengan pasien menyatakan pasrah dan mulai
menerima kondisi kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai