Anda di halaman 1dari 20

EPIDEMIOLOGI

Tujuan Pembelajaran :
1. Konsep sehat dan sakit (Konsep Mandala of Health and Trias epidemiology).
2. Riwayat alamiah penyakit (metode transmisi penyakit, masa inkubasi, masa laten, durasi,
fase induksi, fase promosi, dan fase ekspresi penyakit).
3. Karakteristik yang membedakan penyakit infeksi dengan penyakit non infeksi serta
implikasinya bagi upaya pencegahan.
4. Pola penyakit berdasarkan usia, gender, ras, suku, status social, dan ekonomi, variasi
internasional, nasional, regional pola endemic, epidemic, dan endemic.
5. Dasar-dasar epidemiologi penyakit.
6. Ukuran-ukuran dalam epidemiologi.
7. Surveillans, jenis, fungsi, dan cara melakukan surveillans.
1. Sumber : Hancock, Trevor & Perkins, Fran (1985) The Mandala of Health - A
Conceptual Model and Teaching Tool. Health Education 24(1) 8-10



2. Tujuan epidemiologi :
a. Mendeskripsikan keadaan penyakit dan status kesehatan pada populasi dengan cara
menghitung frekuensi penyakit dan penyebarannya pada berbagai kelompok individu
atau populasi berdasarkan tempat dan waktu.
b. Menjelaskan etiologi penyakit dengan cara mengidentifikasi faktor penyebab penyakit.
c. Meramalkan kejadian penyakit dan status kesehatan pada populasi.
d. Mengendalikan distribusi penyakit pada populasi dengan cara mencegah kejadian baru,
memberantas kasus yang ada, memperpanjang usia penderita, dan meningkatkan status
kesehatan penderita penyakit.

LO :
1. Contoh kasus masalah kesehatan endemic, pandemic, dan lain-lain?
2. Ukuran-ukuran frekuensi penyakit serta kesalahan yang sering terjadi dalam
pengukuran?
3. Peran dan manfaat pengamatan penyakit menular?
4. Perbedaan penyakit non infeksi dan non infeksi? Contoh kasus?
Jawab :
1. Ukuran Frekuensi Penyakit
Merupakan epidemiologi deskriptif karena hanya bersifat menggambarkan tentang
jumlah masalah kesehatan yang ditemukan saja.
Dengan diketahui frekuensi, akan diketahui keadaan kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat dan menemukan jalan keluar guna mengatasi masalah tersebut.
Secara garis besar kejadian penyakit dapat berupa :
Morbiditas / kesakitan
Mortalitas / kematian
Ada 3 macam parameter matematis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara jumlah kejadian penyakit dengan besarnya populasi dari mana kejadian penyakit
terjadi. Parameter tersebut adalah
Ratio
Membagi suatu jumlah event dengan event yang lainnya (pembilang dan penyebut)
tanpa memperhatikan hubungan antara penyebut dan pembilang
Numerator (pembilang)
------------------------------------------
Denominator (penyebut)


Contoh :
Jumlah kelahiran mati
----------------------------------------
Jumlah kelahiran hidup

Proporsi
Merupakan bentuk lain dari ratio
dimana pembilang merupakan bagian dari penyebut
Contoh :

Jumlah kelahiran mati
----------------------------------------------------------------
Jumlah kelahiran hidup + kelahiran mati

Rate
Merupakan bentuk lain dari proporsi
dimana ada hubungan antara pembilang dan penyebut, disamping ada elemen
waktu yang merupakan bagian intrinsik dari penyebut
perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk yang terkena
peristiwa tersebut yang dinyatakan dalam persen atau permil.
Contoh :

Jumlah kejadian penyakit flue pada anak sekolah
-------------------------------------------------------------------------------- x 100%
1000 anak sekolah selama selama periode 1 bulan

* Angka Mutlak
Contoh penyajian dari angka mutlak adalah hasil pengukuran suatu peristiwa
tanpa adanya pembagian oleh peristiwa lainnya atau jumlah penduduk.
Keterangan terbatas sehingga data yang diperoleh kurang manfaatnya.
DEFINISI DAN KALKULASI DARI FREKUENSI PENYAKIT/ INDEKS MORBIDITAS

Ukuran dari frekwensi penyakit secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 :
Prevalens, adalah gambaran tentang penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Ciri-ciri :
- Kebal atau tidaknya seseorang terhadap penyakit yang sedang dihitung tidaklah dipersoalkan.
- Bukan rate yang murni karena mereka yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan
dalam perhitungan.
- Penelitian dengan perhitungan pravalen cukup dilakukan satu kali saja karena dibanding
insiden, perhitungan angka prevalen relative lebih mudah.
- Informasinya digunakan untuk melihat berapa besar permasalahan yang ada terutama untuk
penyakit-penyakit kronis
- Sebagai alat untuk merencanakan fasilitas, man power yang dibutuhkan
- Tidak ideal untuk studi-studi yang meneliti masalah etiologi penyakit


Insidens, adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu waktu tertentu di satu kelompok masyrakat.
Ciri-ciri :
- Hanya dapat dihitung pada suatu penelitian yang bersifat longitudinal saja, membandingkan
perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu, karena untuk menghitung angka insiden
diperlukan dua angka yakni jumlah penderita baru di satu pihak dan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit baru tersebut.
- Perlu dilakukan dua kali penelitian.

Prevalens :
Secara garis besar ada 2 macam :
Point Prevalence, adalah mengukur banyaknya orang pada suatu populasi yang telah mendapat
penyakit tertentu pada saat tertentu (penderita baru ataupun lama) dibagi jumlah seluruh
penduduk,
of existing cases of disease
ponit prev. = ------------------------------------------------ at a point in time (dpt dlm bentuk %)
total population
Period prevalence, adalah mengukur banyaknya orang yang telah mendapat penyakit tertentu dari
suatu populasi pada suatu periode waktu tertentu. (Jumlah penderita lama dan baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan jangka waktu yang bersangkutan)

Merupakan point prevalence + kasus-kasus baru (insidens) + kasus-kasus rekuren (kumat)
pada suatu periode waktu tertentu
Lebih disukai dari pada point prevalens atau insidens karena dapat menganalisa penyakit-
penyakit yang tidak diketahui onsetnya (kapan timbulnya)
contohnya : penyakit mental

Contoh : Suatu daerah sebanyak 100.000 orang pada tanggal 1 Juli 1986, dilaporkan keadaan
suatu penyakit A sebagai berikut : Januari 50 kasus lama 100 kasus baru, Maret 75 kasus lama
75 kasus baru, September 50 kasus lama 50 kasus baru, dan Desember 200 kasus lama dan 200
kasus baru.
of existing cases of disease
period prev. = ------------------------------------------- during period of time
average population
period prev. = (50+100)+(75+75)+(50+50)+(200+200) dibagi 100.000 orang (dapat dinyatakan
persen)
Interpretasi :
- Apabila di suatu daerah telah disediakan pelayanan kesehatan untuk penyakit B,
tetapi nilai prevelance masih tinggi maka dapat disimpulkan bahwa mutu
pelayanan yang disediakan tidak baik.
- Jika di suatu daerah ditemukan mutu perawatan yang tidak baik sehingga
penderita cepat meninggal maka angka prevalen penyakit di daerah tersebut
rendah atau menurun.
- Nilai pravelen tinggi : mutu pelayanan kesehatan buruk
- Nilai pravelen rendah : mutu pelayanan kesehatan baik

Prevalens tergantung pada 2 faktor :
Berapa banyak orang jumlah orang yang telah sakit
Durasi/lamanya penyakit
* Walaupun hanya sedikit orang sakit tapi jika penyakitnya kronis (durasinya panjang)
maka prevalens menjadi relativ tinggi

Insidens diukur dengan 2 cara :
- Cumulative incidence (CI)
- Incidence density (ID)

Cumulative Incidence, adalah proporsi dari sekelompok orang yang beresiko dan
berkembang menjadi sakit pada periode waktu tertentu.

Dapat digunakan untuk mengukur resiko yaitu :
- Probabilitas dari orang yang sehat akan menjadi sakit selama periode waktu
tertentu dengan asumsi bahwa semua orang yang sehat dan beresiko diamati
sampai timbulnya penyakit pada periode waktu tertentu (fixed population)


- Kalkulasi dari CI

of new cases of disease
CI = -------------------------------------- during period of
population at risk time

Contoh :

Selama periode 1 Jan 1991 - 31 Des 1991 terdapat 5 kasus baru campak (2,3,5,4 dan 10).
Sebelumnya telah ditemukan 5 kasus campak (1,6,7,8 dan 9) sehingga dari 100 orang
hanya 95 orang yang beresiko terhadap penyakit campak selama periode 1 Jan 1991 - 31
Des 1991
CI = 5/95 = 0.053 5.3 % selama periode 1 tahun
Incidence Density
Nama lain dari incidence density adalah incidence rate, hazard rate
Untuk menghitung insidens dimana kasus baru muncul diamati dari suatu populasi beresiko
dengan periode pengamatan yang berbeda-beda (unfixed population)
Kalkulasi
of new cases of disease
ID = ------------------------------------------------------ during period of
person-time at risk for disease time
Contoh :

x : kasus baru
o : meninggal
orang-waktu pengamatan = 3 + 4 + 3 + 4 + 2 = 16 orang-tahun

2 kasus 1 kasus
ID = ---------------------- = --------------------- = 125/1000 orang /tahun
16 orang-waktu 8 orang-tahun
terdapat 125 kasus baru /1000 orang pertahun
Orang-orang /anggota kelompok yang diamati tidak bersifat tetap (fixed)
Saat pengamatan dari masing-masing anggota kelompok yang diamati dapat berbeda-beda
waktunya
Kelemahan menggunakan person-time sebagai denominator untuk perhitungan ID adalah
mengumpulkan waktu pengamatan yang berbeda-beda menjadi satu
10 individu diamati selama 10 tahun dan 100 individu diamati selama 1 tahun
keduanya akan memberikan 100 orang-tahun pengamatan sebagai denomonator
HUBUNGAN ANTARA PREVALENS DAN INSIDENS
P = I X Rata-rata lamanya sakit (durasi)
P = prevalens I = insidens D = durasi
P = I x D
Prevalens yang tinggi dapat oleh karena :
insidens yang tinggi
durasi sakit yang panjang
Contoh : penggunaan insulin menyebabkan penderita DM bertahan hidup lama durasi sakit
menjadi panjang prevalens meningkat
Prevalens yang rendah dapat oleh karena :
insidens yang rendah
durasi sakit yang pendek
atau keduanya
Contoh :
pada kasus-kasus yang mudah sembuh,
atau pada kasus-kasus yang cepat meninggal
MANFAAT DARI PENGUKURAN TERHADAP FREKWENSI PENYAKIT
Insidens
Merupakan alat ukur untuk penelitian etiologi suatu penyakit baik akut maupun kronis
Merupakan indikator yang baik untuk mengestimasi suatu resiko oleh karena insidens
mengukur secara langsung peluang bahwa seseorang yang sehat akan menjadi sakit
Insidens rate yang tinggi dari suatu penyakit menunjukkan resiko yang tinggi untuk
mendapatkan penyakit tersebut
Insidens memberikan informasi mengenai efektifitas dari suatu pencegahan atau intervensi
terhadap suatu penyakit
Prevalens
Suatu prevalens rate yang tinggi dari suatu penyakit belum tentu menunjukkan adanya resiko
yang tinggi untuk mendapatkan penyakit tersebut, oleh karena dapat saja oleh karena :
survival rate yang meningkat dan medical care yang meningkat
Suatu prevalens rate yang rendah dari suatu penyakit dapat merefleksikan kondisi-kondisi
: proses fatal yang cepat dan proses penyembuhan yang cepat.
INDEKS MORTALITAS
1. Angka Kasus Fatal (Case Fatality Rate, CFR)
jumlah seluruh kematian akibat suatu penyebab dalam jangka waktu tertentu dibagi
jumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen.
Jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu
CFR = ----------------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah seluruh penderita penyakit tertentu

2. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate, IMR)
jumlah seluruh kematian bayi (di bawah 1 tahun) pada satu jangka waktu dibagi
jumlah seluruh kelahiran hidup.
Jumlah seluruh kematian bayi
IMR = ------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup

3. Angka Kematian Balita (Under Five Mortality Rate)
jumlah seluruh kematian balita pada satu jangka waktu dibagi jumlah seluruh balita
pada tahun yang sama.
Jumlah seluruh kematian balita
Angka kematian balita = ----------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah penduduk balita pada tahun yang sama

4. Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate)
jumlah kematian bayi usia di bawah 28 hari pada jangka waktu 1 tahun dibagi jumlah
kelahiran hidup pada tahun yang sama.
tinggi rendahnya angka kematian neonatal dpat digunakan untuk mengetahui :
a. Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
b. Program imunisasi
c. Pertolongan persalinan
d. Penyakit ISPA
Jumlah kematian bayi usia di bawah 28 hari
Angka kematian neonatal = ---------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama


5. Angka kematian Perintal (Perinatal Mortality Rate)
jumlah kematian bayi usia 1 minggu dalam 1 tahun dibagi jumlah kelahiran hidup
pada tahun yang sama.
berguna untuk menggambarkan kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang
mempengaruhinya :
a. Banyaknya kasus BBLR
b. Status gizi ibu dan bayi
c. Keadaan social ekonomi
d. Penyakit infeksi
e. Pertolongan persalinan
Jumlah kematian bayi usia 1 minggu
Angka kematian perinatal = -------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

6. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate, MMR)
jumlah kematian ibu akibat kehamilan, persalinan, dan nifas (darah keluar dari
rahim karena proses kelahiran) dalam satu tahun dibagi jumlah kelahiran hidup pada
tahun yang sama.
tinggi rendahknya angka kematian ibu berkaitan dengan :
a. Sosial ekonomi
b. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan nifas
c. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil
d. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas


Jumlah kematian ibu
MMR = ----------------------------------------------------------------- x 100.000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
2 Sumber Kesalahan pada Pengukuran :
1. Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai, contoh :
a. Menggunakan sumber data yang tidak representative, hanya data dari fasilitas
pelayanan kesehatan saja padahal telah diketahui cakupan fasilitas pelayanan
amat terbatas dam tidak semua masyarakat datang berobat ke fasilitas
tersebut.
b. Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang pengambilan respondennya
tidak secara acak.
c. Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang sebagian besar
respondennya tidak memberi jawaban (drop-out).

2. Kesalahan akibat adanya faktor bias
terdapatnya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai yang sebenarnya. Kesalah
karena bias dapat berasal dari pengumpul data ataupun dari masyrakat yang
dikumpulkan datanya.

Contoh kesalahan yang bersumber dari pengumpul data :
a. Menggunakan alat ukur yang berbeda-beda atau tidak terstandarisasi.
b. Menggunakan teknik pengukuran yang berbeda-beda.
c. Menggunakan cara pencatatan hasil yang berbeda-beda.
Contoh kesalahan yang bersumber dari masyarakat :
a. Terdapatnya perbedaan persepsi masyarakat akan penyakit yang ditanyakan.
b. Terdapat perbedaan respons terhadap alat ataupun test yang digunakan

2. Peran dan pengamatan penyakit menular
Mengetahui :
1. Penyebab penyakit
Dapat diklasifikasikan menjadi 6 golongan yaitu protozoa, metazoa, bakteri, virus, fungi,
dan riketsia. Penyebab penyakit memiliki beberapa karakteristik yaitu sifat intrinsic dan
ekstrinsik.
- Sifat intrinsic adalah berbagai sifat karakteristik unsur penyebab yang ditentukan
oleh unsur itu sendiri dan interaksinya tidak bergantung pada lingkungan. Penting
untuk memahami sifat epidemiologi faktor penyebab. Contoh :
a. Morfologi/bentuk
b. Sifat kimia
c. Perubahan antigenic
d. Kemampuan hidup di luar tubuh pejamu
e. Kemampuan menghasilkan toksin. dll
- Sifat ekstrinsik adalah sifat yang dipengaruhi pada interaksi pejamu dan penyebab
penyakit meliputi patogenitas, virulensi, antigenesitas, dan infektivitas.
a. Patogenitas adalah kemampuan bibit penyakit menimbulkan reaksi pada
pejamu sehingga timbul penyakit dan disebut sebagai disease stimulus.
b. Virulensi adalah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan
bibit penyakit.
c. Antigenesitas adalah kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya
mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing (antigen).
d. Infektivitas adalag kemampuan bibit penyakit menginvasi, menyesuaikan diri,
bertempat tinggal, dan berkembang biak dalam diri pejamu.

2. Reservoir Penyebab Penyakit
Reservoir adalah habitat normal bagi agen penyakit untuk hidup, berkembang biak, dan
tumbuh dengan baik (media penularan)

Reservoir dibagi menjadi 3 macam :
a. Human Reservoir
manusia dikatakan reservoir apabila bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia
dan berpindah dari manusia satu ke manusia lainnya serta dapat menimbulkan
penyakit pada manusia. Contoh penyakit : infeksi Staphylococcus, Streptococcus,
Diphteria, Pertusis, TBC, influenza, gonorrhoe, adan siphylis.
dibagi menjadi 3 kategori utama :
a. Sebagai reservoir yang selalu muncul sebagai penderita
Contoh : cacar air, campak, TBC, dan lepra
b. Sebagai penderita maupun karrier
Contoh : difteri, kolera, dan tifus abdomninalis
c. Sebagai reservoir selalu sebagai penderita tetapi tidak dapat menularkan penyakit
langsung ke pejamu lain (melalui perantara yaitu vector)
Contoh : malaria, DBD, dan filariasis.

b. Animal Reservoir
apabila bibit penyakit hidup dalam tubuh hewan dan menyerang manusia.
Contoh : pes, rabies, antraks, dll.

c. Environment Reservoir
apabila bibit penyakit dapat hidup untuk sementara di lingkungan hingga agen
dapat menemukan pejamu baru yang rentan.
Contoh : tumbuhan, tanah, dan air.

3. Tempat Keluar Penyakit dari Pejamu/ Portal of Exit
untuk dapat berkembang biak dan mempertahankan keberadaannya di alam, bibit
penyakit harus keluar dari pejamu yang satu dan masuk ke pejamu yang baru yang sehat.
Dapat keluar melalui :
a. Saluran napas
b. Saluran cerna
c. Saluran kemih
d. Kulit
e. Kongjungtiva
f. Plasenta

4. Penularan
ada 2 macam penularan :
a. Penularan secara langsung
dikenal sebagai penularan dari orang ke orang yaitu agen secara langsung dari
pejamu atau reservoir ke pejamu yang rentan.
dapat melalui kontak fisik secara langsung dengan pejamu yang menderita
penyakit seperti bersentuhan, berciuman, atau berhubungan seksual.
hanya terjadi pada penyakit yang menyerang manusia dan reservoir satu-satunya
adalah manusia.
Contoh : HIV-AIDS, sifilis, Herpes Simplex, Hepatitis, penyakit kulit, dan penyakit
saluran napas.

b. Penularan secara tidak langsung
terjadi ketika agen berpindah atau terbawa melalui organisme, benda, atau melalui
perantara ke pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit.
Contoh :
1. Penyakit bawaan udara/pernapasan
terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa bibit penyakit ke pejamu.
Penulatan terjadi ketika seseorang bersin, batuk, ataupun berbicara yang dihirup
atau diisap oleh seseorang yang rentan.
dapat terjadi melalui :
a. Droplet nukeli, keluar dari mulut atau hidung waktu batuk, bersin, bicara, dan
bernapas. Ukurannya sangat kecil, bentuk ini akan tetap berasa dalam udara
dalam waktu yang cukup lama dan dapat dihirup pada waktu seseorang
bernapas.
b. Debu (dust), bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai resuspensi
partikel yang terletak di lantai, tempat tidur, serta tertiup angin bersama debu
lantai/tanah.
* Kedua bentuk ini memiliki daya tahan kuat terhadap lingkungan dan
kekeringan.

2. Penyakit melalui usus (alvine)
penularan melaui air (waterborne disease) dan melalui makanan (foodborne
disease).
a. Melalui air
Umumnya masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan kulit.
b. Melalui makanan
Terjadi pada organ usus.

3. Penyakit melalui perantara vector
penularan secara mekanis dan biologis.
a. Penularan secara mekanis apabila unsur penyebab penyakit menggunakan
vector (lalat, pinjal, kutu, tikus) sebagai mekanime untuk menumpang,
memperoleh makanan, atau proses perpindahan fisik untuk menyebar ke
pejamu lainnya.
b. Penularan secara biologis apabila unsur penyebab penyakit mengalami
perubahan sebagai bagian dari siklus hidupnya selama berada dalam pejamu
atau vector. Agen berkembang biak dan menjadi bentuk infektif terhadap
pejamu potensian dan keluar dari vector melalui gigitan. Contoh : DBD,
malaria, dan filariasis.

4. Penyakit melalui lesi/luka terbuka
5. Penyakit bawaan benda mati (vehicleborne disease)
berhubungan dengan barang/benda misalnya peralatan makanan, pakaian, dan
lain-lain.

5. Tempat Masuknya Penyakit ke Pejamu Baru/ Portal of Entry
melalui saluran napas, saluran cerna, konjungtiva, perkemihan, kulit, dan plasenta

6. Kerentanan Pejamu
kepekaan pejamu terhadap penyakit yang bergantung pada faktor genetic (keturunan), daya
tahan tubuh, status gizi, dan gaya hidup.
7. Mata rantai infeksi
penularan penyakit terjadi ketika bibit penyakit meninggalkan reservoir melalui jalan
keluar (portal of exit) dan disebarkan melalui salah satu cara penularan (langsung/tidak
langsung), kemudian agen tersebut masuk melalui port of entry dan menginfeksi pejamu jika
dalam keadaan rentan.
Contoh Mata Rantai Infeksi
Portal of Exit Penularan Portal of Entry Jenis Penyakit
Sekresi pernapasan Droplet dan dahak Saluran pernapasan Pilek, TBC, morbili,
influenza
Feses Air, makanan, lalat Saluran pencernaan Tifus, polio, cacing,
hepatitis A
Eksudat luka Kontak langsung,
kontak seksual
Kulit, kelamin Sifilis, Gonore
Eksudat mata Lalat, sapu tangan,
tangan
Mata Trakoma
Darah Serangga dan alat
medis
Kulit Malaria, filariasis,
hepatitis B

Anda mungkin juga menyukai