Anda di halaman 1dari 42

PERDARAHAN SUBARACHNOID

FILDZAH MARSAFITA A
1610029052

Pembimbing : dr. Dompak S.H, Sp.Rad


PENDAHULUAN
◦ Perdarahan Subarachnoid (PAH) atau Subarachnoid Hamorrhage (SAH)
merupakan kondisi yang mengacu terhadap adanya darah atau
pengeluaran darah di daerah subarachnoid space. Sekitar 10-15% pasien
dengan kondisi ini meninggal sebelum tiba dan mendapatkan penanganan
di rumah sakit
◦ Insiden laki-laki: perempuan adalah 5:3, didapatkan peningkatan angka
kejadian pd usia 40-50 tahun.
◦ Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang esensial untuk
menentukan prognosis dan penatalaksanaan dari perdarahan
subarachnoid
TUJUAN
◦ Mendalami secara teori perdarahan subarachnoid terutama
gambaran radiologisnya
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
◦ Anatomi SCALP

(Ellis & Mahadevan, 2013)


ANATOMI
◦ Tulang Tengkorak
ANATOMI
◦ Lapisan Meningen
ANATOMI
ANATOMI
◦ Vaskularisasi Otak

◦ pembuluh darah arteri


pada otak
ANATOMI
◦ Pembuluh darah vena
CT Scan normal fossa cranial
CT Scan normal meningen
CT Scan normal tentorium cerebelli
CT scan normal falx cerebri
CT scan normal falx cerebri & tentorium cerebelli
CT scan normal interhemispheric fissure & sylvian fissure
Perdarahan Subarachnoid
Definisi

Perdarahan subarachnoid : rembesan atau adanya darah yang berada di ruang yang
mengitari otak (subarachnoid space) kemudian darah akan bercampur dengan cairan
jernih yang bernama cerebrospinal fluid (CSF)
Etiopatogenesis
1. Trauma : kompresi pembuluh darah di daerah subarachnoid → ruptur pada
pembuluh darah

2. Non Trauma : aneurysm pembuluh darah otak (80%), ruptur arteriovenosis


malformation di otak (10%) , mycotic aneurysm, angioma, neoplasma dan cortical
thrombosis
Non-traumatic
◦ Aneurysm
Non-traumatic
◦ Ruptur arteriovenosis malformation di otak
Epidemiologi

◦ Perdarahan Subarachnoid menduduki 7-15% dari seluruh kasus GPDO


(Gangguan Peredaran Darah Otak).
◦ Prevalensi sekitar 62% timbul pertama kali pada usia 40-60 tahun
◦ Penelitian di Belanda mengungkapkan angka kejadian perdarahan
subarachnoid non-trauma adalah 7.12 per 100.000 orang per tahun
dengan rasio perbandingan insidens antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah 5:3 (Risselada, 2011)
Manifestasi Klinis
◦ Nyeri kepala dengan onset yang cepat dan meningkat dalam hitungan detik
(thunderclap headache)
◦ Defisit neurologis
◦ Kejang
◦ Darah yang berada pada subarachnoid space dalam 24 jam akan memicu
terjadinya chemical meningitis → gejala-gejala meningitis seperti kaku
kuduk, laseg, bruzindski dan kernig (+)
◦ Hidrosefalus
Gejala lain yang dapat timbul :
◦ Penurunan kesadaran
◦ Photophobia
◦ Confusion
◦ Nyeri otot (terutama leher dan bahu)
◦ Mual dan muntah
◦ Kejang
◦ Gangguan penglihatan
Diagnosa
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang :
◦ Computed tomography (CT)
◦ Lumbar puncture
◦ Angiogram
◦ MRI
Fisher grading system
◦ Grade 1 : tidak tampak adanya SAH atau interventrikular haemorrhage
◦ Grade 2 : terdapat difusi atau lapisan tipis darah yang berukuran <1mm, no clots.
◦ Grade 3 : perdarahan terlokalisir dan atau lapisan perdarahan yang >1mm.
◦ Grade 4 : terdapat ICH/IVH
◦ Pasien dengan usia 43 tahun
dengan cidera kepala berat. CT
scan menunjukkan perdarahan
subarachnoid pada pola
sentral, yang mengisi
suprasellar (SS) dan central
cisterns, sylvian dan inter
hemispheric fissure dan
serebral sulci dengan
hidrosefalus
◦ Pasien dengan usia 50 tahun
dengan riwayat hipertensi dan
perokok yang terbangun dari
tidurnya dengan keluhan nyeri
kepala hebat. Pada CT scan
menunjukkan perdarahan
subarachnoid pada inter
hemispheric fissure
◦ Pasien dengan usia 58
tahun dengan nyeri kepala,
CT scan menunjukkan
perdarahan subarachnoid
terkonsentrasi pada
interpenducular cistern (ip)
`

Kasus wanita berusia 69 tahun


dengan riwayat migraine & nyeri
kepala hebat selama 1 hari yang
disertai dengan kejang dan
hipertensi emergensi, pada CT
scan menunjukkan perdarahan
subarachnoid pada bagian kiri
parietal
◦ kasus wanita berusia 69 tahun
dengan riwayat migraine &
nyeri kepala hebat selama 1 hari
yang disertai dengan kejang dan
hipertensi emergensi, pada
pemeriksaan FLAIR MRI
menunjukkan kedua bagian dari
subcortical occipital berwarna
putih (hiperintensity)
◦ kasus pria berusia 58 tahun
dengan riwayat kanker paru
dengan onset kelemahan
ektremistas bawah Pada
pemeriksaan FLAIR MRI
menunjukan sinyal
hiperinstensitas di daerah
sulkus parietal dan occipital
Diagnosis Banding

◦ Terdapat beberapa penyakit yang dapat didiagnosis banding akibat perdarahan


subarakhnoid, yaitu :
◦ Migraine 

◦ Cluster headache 

◦ Paroxysmal hemicranial 

◦ Stroke hemorrhagic
◦ Non-hemorrhagic stroke
Penatalaksanaan
◦ Tujuan :
1. identifikasi sumber perdarahan dengan kemungkinan bisa diintervensi dengan
pembedahan atau tindakan intravascular lain.
2. pencegahan perdarahan ulang, pencegahan dan pengendalian vasospasme, serta
manajemen komplikasi medis dan neurologis lainnya.
Penatalaksanaan
◦ Pemantauan jalan napas & central venous pressure dan atau pulmonary artery
pressure, seperti juga terhadap tekanan darah arteri, harus terus dilakukan.
◦ PSA yang disertai dengan peningkatan tekanan intracranial harus diintubasi dan
hiperventilasi. Beberapa obat yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan
intracranial :
◦ Osmotic agents (mannitol) dapat menurunkan tekanan intracranial secara
signifikan (50% dalam 30 menit pemberian).
◦ Loop diuretics (furosemide)
◦ Intravenous steroid (dexamethasone)
Penatalaksanaan
◦ Tekanan darah harus dijaga dalam batas normal : labetalol dan nikardipin.
◦ Hiperglikemia dan hipertermia harus segera dikoreksi.
◦ Profilaksis terhadap thrombosis vena dalam (deep vein thrombosis) harus
dilakukan segera dengan peralatan kompresif sekunsial, heparin subkutan
dapat diberikan setlah dilakukan penatalaksanaan terhadap aneurisma.
◦ Calcium channel blocker dapat mengurangi risiko komplikasi iskemik,
direkomendasikan nimodipin oral.
Penatalaksanaan
◦ Terdapat dua pilihan terapi utama untuk mengamankan aneurisma yang ruptur,
yaitu microsurgical clipping dan endovascular coiling;
◦ Bukti klinis mendukung bahwa pada pasien yang menjalani pembedahan
segera, risiko kembalinya perdarahan lebih rendah, dan cenderung jauh lebih
baik daripada pasien yang dioperasi lebih lambat.
Komplikasi
◦ Vasospasme akan menyebabkan iskemia serebral.
◦ Perdarahan ulang mempunyai mortalitas 70%. Untuk mengurangi risiko
perdarahan ulang sebelum dilakukan perbaikan aneurisma, tekanan darah harus
dikelola hati-hati dengan diberikan obat fenilefrin, norepinefrin, dan dopamine
(hipotensi), labetalol, esmolol, dan nikardipi (hipertensi).
◦ Selain vasopasme dan perdarahan ulang, komplikasi lain yang dapat terjadi adalah
hidrosefalus, hiponatremia, hiperglikemia dan epilepsy
Prognosis
◦ Pada tahun 1988, World Federation of Neurological Surgeons (WFNS)
mengembangkan klasifikasi dari pasien dengan perdarahan subarachnoid
menggunakan GCS untuk melihat level kesadaran digabungkan dengan defek
fokal pada pasien, untuk menilai keparahan kondisi pasien dan menentukan
prognosis pasien
Glasgow Coma Score Motor Deficit Grade

15 Absent 1

13-14 absent 2

13-14 Absent 3

7-12 Present or Absent 4

3-6 Present or Absent 5


Kesimpulan
◦ Perdarahan subarachnoid merupakan suatu keadaan dimana terdapat adanya
akumulasi darah atau rembesan darah pada subarachnoid space. Perdarahan
subarachnoid merupakan penyakit cerebrovascular berbahaya yang bila tidak
ditangani dengan cepat dapat menyebabkan defek pada otak secara permanen
hingga menyebabkan kematian, sekitar 10-15% pasien dengan kondisi ini
meninggal sebelum tiba dan mendapatkan penanganan di rumah sakit.
◦ Perdarahan Subarachnoid dapat terjadi akibat trauma maupun non-trauma.
◦ Pemeriksaan radiologi pada perdarahan subarachnoid akan menunjukkan adanya
hyperattenuating/ hiperdensitas yang memenuhi subarachnoid space. Umumnya
gambaran ini muncul di sirkulis wilisi atau slyvian fissure. pada jumlah yang sedikit
darah dapat terlihat berkumpul pada fossa interpenducular dan tampak sebagai
gambaran segitiga hiperdens.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai