Jurnal medika udayana ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.10,OKTOBER, 2022
ABSTRAK
Cedera otak traumatis adalah salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan dalam kelompok usia produktif. Kasus
cedera otak traumatis umumnya diterapi dengan Mannitol dan NaCl hipertonik, namun, beberapa pedoman dan penelitian
menyatakan hasil yang kontradiktif mengenai pilihan terapi kedua cairan tersebut. Studi ini bertujuan untuk menilai efek
Mannitol 20% dan NaCI hipertonik 3% pada cedera otak sedang difus. Studi ini merupakan studi prospektif yang
melibatkan 30 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing 15 pasien. Kelompok pertama mendapatkan
terapi Mannitol 20% (0,5g/kgBB) dan kelompok kedua mmendapatkan terapi NaCl 3% (5cc/kgBB). Studi dilakukan
selama 7 hari, penilaian pasien meliputi respon terapi dan secara klinis menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan
gambaran edema serebral dibuktikan dengan CT scan kepala. Hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t,
uji regresi linier, dan uji regresi logistik. Terdapat perbedaan bermakna (p = 0,092, IK 95% 0,77, 28,04) antara terapi NaCl
3% dan Mannitol 20%. Didapatkan bahwa pasien yang mendapat terapi NaCl 3% memiliki nilai GCS yang lebih tinggi
dibandingkan dengan terapi Mannitol 20% (p = 0,033, IK 95% 1,14, 26,41). NaCl 3% meningkatkan GCS lebih baik
daripada Mannitol 20% dengan penyimpangan GCS 2 poin, (p=0,001), NaCl 3% meningkatkan edema serebral 40% lebih
baik daripada Mannitol 20% (p=0,001). Secara keseluruhan, penelitian kami menunjukkan bahwa NaCl 3% hipertonik dan
Mannitol 20% dapat meningkatkan keparahan edema serebral dan GCS untuk pasien cedera otak traumatis difus..
Kata kunci : Cedera otak traumatis, Cerebral edema, GVS, Mannitol 20%, NaCI3%
ABSTRACT
Traumatic brain injury (TBI) is one of the primary reasons of mortality and disabilty withinside the effective
age group. TBI cases are usually managed with Mannitol and hypertonic NaCl, however, several guidelines and
studies have contradictive result on which fluid should be. This have a look at ambitions to assess the impact of
Mannitol 20% and hypertonic NaCI 3% in diffuse moderate brain injury with diffuse brain injury. A prospective
study was carried out on 30 patients divided into two groups of 15 patients each. First group received Mannitol
20% (0.5g/kgBW) and second received NaCl 3% solution (5cc/kgBW). Monitoring of the head injury was
followed for 7 days, assessment of the patient consisted of therapy and the clinical images represented by
Glasgow Coma Scale (GCS) and the edema appearance on the head via CT scan. Result was statistically analyzed
using t-test, linier regression tests, and logistic regression test. There was a significant difference (p = 0092,
95%CI 0.77, 28.04) between NaCl 3% and Mannitol 20% therapy. It was found that patients who received NaCl
3% therapy had a higher GCS value than Mannitol 20% therapy (p = 0.033, 95% CI 1.14, 26.41). NaCl 3 %
increase GCS better than Mannitol 20% with GCS deviation 2 points, (p=0.001), NaCl 3% improve cerebral
edema 40% better than Mannitol 20% (p=0.001). Overall, our study showed that both hypertonic NaCl 3% and
Mannitol 20% can improve cerebral edema severity and GCS for diffuse traumatic brain injury patients.
Keywords : Brain injury, Edema Cerebri, GCS, Mannitol 20%, NaCl 3%.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 63
doi:10.24843.MU.2022.V11.i10.P11
PENGARUH TERAPI HIPERTONIK NACL 3% DAN MANNITOL 20% TERHADAP KEPARAHAN EDEMA,..Farhad
Bal’afif1,2,*, Tommy Nazwar Alfandy1,2, Donny Wisnu Wardhana1,2, Prisca Anindhita2
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 64
doi:10.24843.MU.2022.V11.i10.P11
PENGARUH TERAPI HIPERTONIK NACL 3% DAN
MANNITOL 20% TERHADAP KEPARAHAN EDEMA,..
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 65
doi:10.24843.MU.2022.V11.i10.P11
Farhad Bal’afif1,2,*, Tommy Nazwar Alfandy1,2, Donny Wisnu
Wardhana1,2, Prisca Anindhita2
edema sitoktoksik akibat cedera otak traumatis memicu cairan dari jaringan saraf ke intravaskular dan mengurangi
pembentukan oksigen reaktif, yang dikenal berperan dalam produksi cairan serebro spinalis, memperbaiki tekanan
patogenesis cedera otal traumatis13. Beberapa studi menunjukkan intrakranial; Salin hipertonik memiliki efek diuretik yang lebih
bahwa usia lanjut berkontribusi sebagai faktor prediktif respon rendah, bermanfaat dalam meningkatkan volume intravaskular,
terapi yang buruk. Nilai GCS awal dan gangguan neurologis meningkatkan MAP, cardiac output, dan CBF, dan secara
merupakan prediktor kuat untuk mortalitas, di mana GCS rendah simultan menurunkan tekanan intra kranial dan memperbaiki
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mortalitas14. GCS intrakranial. Salin hipertonik juga menurunkan adesi leukosit,
merupakan indikatif kuat terhadap derajat keparahan dan yang memiliki efek anti-inflamasi25.
mortalitas cedera otak 15. Usia lanjut, multi trauma, nilai GCS Agen hiperosmolar yang digunakan untuk terapi cedera
awal yang rendah, dan penggunaan ventilasi mekanik merupakan otak berat adalah Mannitol dan NaCl 3%. Berdasarkan
variabel prognosis negatif yang signifikan16. Usia lanjut memiliki rekomendasi dari The Brain Trauma Foundation, terapi utama
resiko tinggi terhadap lesi fokal karena atrofi otak dan bridging untuk hipertensi intrakranial adalah Mannitol 20%, walaupun
vein lebih mudah robek. Berdasarkan karakteristik esensial subjek NaCl 3% juga merupakan alternatif terapi yang potensial21,22.
penelitian ini, menunjukkan bahwa laki-laki berisiko mengalami Beberapa peneliti sebelumnya sudah membandingkan
cedera otak traumatis daripada perempuan. Namun, tidak penggunaan Mannitol 20% dan NaCl 3% namun hasilnya
didapatkan perbedaan distribusi usia. 4 pasien berusia di atas 55 bervariasi. Sebagian besar studi menunjukkan bahwa NaCl 3%
tahun. Antara tahun 2002 hingga 2015, Trauma Register hipertonik memiliki hasil yang lebih baik dalam menurunkan
Deutsche Gesellschaft für Unfallchirurgie mendata semua tekanan intrakranial yang tinggi dibandingkan dengan mannitol
mortalitas pasien dengan Injury Severity Score (ISS) 216 20%8,29. GCS merupakan standar utama untuk menilai keparahan
dievaluasi berdasarkan waktu kematian, mekanisme trauma, area cedera otak traumatis secara klinis. Terdapat hubungan antara
tubuh yang terkena trauma, dan distribusi usia. Sepsis dan GCS yang rendah dengan intubasi. Indikasi intubasi yang tepat
kagagalan multi organ terjadi di jam pertama setelah pasien tiba di harus meliputi GCS38. GCS digunakan sebagai skor prediktif
RS. 10,8% kematian terjadi dalam 6 jam, 25,5% terjadi setelah 12 prognosis untuk kasus trauma cedera otak traumatis, trauma lain
jam, 40% setelah 24jam, 53,2% setelah 48jam, dan 61,9% terjadi yang terkait, dan komplikasi terapi30. Data menunjukkan bahwa
dalam 48 jam pertama17. Terapi cairan bertujuan untuk 82% pasien dengan GCS lebih dari sama dengan 11 memiliki
menggantikan volume yang hilang akibat perdarahan dan untuk respon terapi yang baik, hanya 12% pasien yang meninggal atau
keseimbangan cairan18. Indikator fisiologis antara lain perbaikan menderita disabilitas berat. Peningkatan tekanan intrakranial dapat
tekanan darah, nadi, penurunan laktat, defisit basa yang kembali menyebabkan herniasi yang dapat menyebabkan kerusakan otak
normal, perdarahan terkontrol digunakan untuk menilai respon permanen atau kematian. Tanda dan gejala peningkatan tekanan
resusitasi cairan intravena19. Terapi osmotik termasuk intrakranial meliputi nyeri kepala, mual, dan muntah, hipertensi
menciptakan gradien osmotik menembus sawar darah-otak sistolik, bradikardi, trias Cushing, respirasi ireguler, respirasi
dengan obat-obatan seperti mannitol atau saline hipertonik, yang Cheyne-stokes, pingsan, delirium, penglihatan ganda, pupil tidak
mana dapat menarik cairan dari intestitium ke vaskular. bereaksi terhadap cahaya, pupil anisokor, penurunan kesadaran,
Selanjutnya, mannitol dan salin hipertonik dapat menurunkan dan koma31.
tekanan intrakranial dan mempertahankannya pada pasien-pasien Studi ini menunjukkan bahwa NaCl 3% meningkatkan
stroke iskemik8,10. GCS lebih baik secara signifikan daripada Mannitol 20%. Baik
Cairan hipertonik yang umum digunakan untuk terapi Mannitol dan NaCl 3% dapat dipilih sebagai terapi cedera otak
edema serebral adalah Mannitol 20% dan salin hipertonik, traumatis. Keduanya dipercaya secara efektif dapat menurunkan
Mannitol 20% terbukti dapat menembus membran sel. Hal ini tekanan intrakranial dalam tata laksana hipertensi intrakranial
berarti efek ekspansi plasma Mannitol 20% tidak bertahan lama akibat trauma. Beberapa studi, termasuk RCT menunjukkan
dan tidak dapat digunakan untuk meningkatkan volume plasma bahwa NaCl 3% lebih efektif dalam menurunkan tekanan
yang rendah. Terlebih lagi, terdapat kemungkinan peningkatan intrakranial yang tinggi dibandingkan dengan Mannitol 20%.
volume disebabkan oleh efek rebound sementara akibat Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa NaCl 3% lebih
akumulasi Mannitol 20% intrasel. Pada salin hipertonik, efek dipilih daripada Mannitol dalam terapi peningkatan tekanan
pompa natrium di membran sel dapat menghambat akumulasi intrakranial akibat cedera otak traumatis. NaCl 3% memiliki
natrium dan klorida intrasel. Efek absorpsi salin hipertonik beberapa manfaat, lebih aman dan lebih ditoleransi31. Namun,
bertahan lebih lama daripada Mannitol 20%, sehingga dapat manfaat dalam meningkatkan status neurologi masih belum jelas
menurunkan resiko efek rebound 21,22. Sebagai agen osmotik, walaupun lebih baik di NaCl 3%33. Walaupun tidak didapatkan
NaCl lebih efektif daripada Mannitol. Hanya 60% kehilangan perbedaan yang jelas antara mortalitas dan respon neurologi
cairan otak yang diharapkan oleh perilaku osmotik ideal, yang antara salin hipertonik dan Mannitol, tetapi salin hipertonik lebihn
didapatkan dari natrium dan klorida otak. Mayoritas respon cenderung menurunkan mortalitas dan memiliki efek yang lebih
rebound adalah proses elektrolit, yang mana tidak dipengaruhi baik terhadap CPP, dan dalam menurunkan tekanan intrakranial32.
oleh obat-obat farmakologi yang digunakan23. Penelitian ini membuktikan bahwa edema secara
Dari penelitian ini, NaCL 3% secara signifikan dapat signifikan dapat menurunkan GCS. Berdasarkan doktrin Monro-
memperbaiki edema dibandingkan dengan terapi Mannitol 20%. Kellie, peningkatan volume otak yang disebabkan oleh edema
Akibat impermeabilitas sawar darah-otak terhadap natrium, infus serenbral menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial secara
salin hipertonik menyebabkan tekanan osmotik yang mendorong cepat34. Koma yang disertai dengan riwayat nyeri kepala dapat
cairan kembali ke interstitial dan area intervaskular dari area dicurigai sebagai peningkatan tekanan intrakranial35. Perubahan
intrasel24. Aksi ini mirip dengan Mannitol yang dapat menarik fungsi pada batang otak reticular activating system (RAS) di atas
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 66
doi:10.24843.MU.2022.V11.i10.P11
Farhad Bal’afif1,2,*, Tommy Nazwar Alfandy1,2, Donny Wisnu
Wardhana1,2, Prisca Anindhita2
mid pons, atau kedua hemisfer otak, menyebabkan koma36. treatment of elevated intracranial pressure: a meta-
Peningkatan tekanan intrakranial dapat menyebabkan herniasi analysis of randomized clinical trials. Crit Care Med
yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau 2011; 39:554-9
kematian. Gejala dari peningkatan tekanan intrakranial meliputi 8. Mortazavi MM, Romeo AK, Deep A, Griessennauer
nyeri kepala hebat, muntah, gangguan visus, dan perubahan CJ, Shoja MM, Tubbs RS, et al. Hypertonic saline for
perilaku dan kesadaran. Edema serebral berkontribusi dalam treating raised intracranial pressure: literature review
peningkatan volume intrakranial 37. Serebral edema yang with meta-analysis. J Neurosurg. 2012; 116: 210–21.
menyebabkan tekanan intrakranial yang tinggi akan menyebabkan 9. Shi J, Tan L, Ye J, Hu L. Hypertonic saline and
perubahan GVS. Sebaliknya, perbaikan edema serebral akan
mannitol in patients with traumatic brain injury,
menyebabkan perbaikan GCS pula.
Medicine 2020; 28:99-35.
1. SIMPULAN 10. Witherspoon B, & Ashby NE. The Use of Mannitol
Pemberian NaCl 3% hipertonik untuk pasien cedera otak and Hypertonic Saline Therapies in Patients with
traumatis sedang dengan edema serebral difus dan tekanan Elevated Intracranial Pressure: A Review of the
intrakranial tinggi yang dibuktikan dengan CT Scan kepala dapat Evidence. Nursing Clinics of North America. 2017;
mempebaiki derajat edema lebih baik daripada Mannitol 20%. 52:249–260
11. Japardi I. Cedera Kepala. PT Bhuana Ilmu Popular:
2. UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta 87-97, 2004
Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas kontribusi 12. Richard GE, Laligam NS, and Neil K. Principles of
semua anggota Tim bedah saraf di RSA Saiful Anwar Neurological Surgery. 4th Ed. Elsevier; 2018
RSSA, Malang, Jawa Timur, Indonesia. 13. Tucker B, Aston J, Dines M, Caraman E, Yacyshyn M,
McCarthy M, et al. Early Brain Edema is a Predictor of
DAFTAR PUSTAKA In-Hospital Mortality in Traumatic Brain Injury.
Journal of Emergency Medicine. 2017; 53:18–29
14. Ostermann RC, Joestl J, Tiefenboeck TM, Lang N,
Platzer P, Hofbauer M. Risk factors predicting
1. Gardner AJ, Zafonte R. Neuroepidemiology of prognosis and outcome of elderly patients with isolated
traumatic brain injury. Handb Clin Neurol. 2016; traumatic brain injury. J Orthop Surg Res. 2018;
138:207-23. 13:277.
2. Faried A, Bachani AM, Sendjaja AN, Hung YW, 15. Baum J, Entezami, P, Shah K, & Medhkour A.
Arifin MZ. Characteristics of Moderate and Severe Predictors of Outcomes in Traumatic Brain Injury.
Traumatic Brain Injury of Motorcycle Crashes in World Neurosurgery. 2016; 90, 525–529.
Bandung, Indonesia. World Neurosurg. 2017; 100:195- 16. Lenell S, Nyholm L, Lewén A, & Enblad P. Clinical
200 outcome and prognostic factors in elderly traumatic
3. Bonow RH, Barber J, Temkin NR, Videtta W, Rondina brain injury patients receiving neurointensive care.
C, Petroni G, et al. The Outcome of Severe Traumatic Acta Neurochirurgica. 2019; 161:1243–1254.
Brain Injury in Latin America. World Neurosurgery. 17. Rauf R, von Matthey F, Croenlein M, Zyskowski M,
2018; 111, e82–e90 van Griensven M, Biberthaler P, et al. Changes in the
4. Hosseini SH, Ayyasi M, Akbari H, Ali M, & Gorji H. temporal distribution of in-hospital mortality in
Comparison of Glasgow Coma Scale Full Outline of severely injured patients. An analysis of the
Unresponsiveness and Acute Physiology and Chronic TraumaRegister DGU. PLOS ONE. 2019; 14:
Health Evaluation in Prediction of Mortality Rate e0212095.
Among Patients With Traumatic Brain Injury Admitted 18. Alvis Miranda HR. Castellar-Leones SM, Moscote-
to Intensive Care Unit Anesth Pain Med. Salazar LR. Intravenous fluid therapy in Traumatic
2016;7(5):e33653. Brain Injury and Decompressive Craniectomy. Bulletin
5. Carney N, Totten AM, O'Reilly C, Ullman JS, of emergency and trauma. 2014; 2: 3-14
Hawryluk GW, Bell MJ, et al. Guidelines for the 19. Wise R, Faurie M, Malbrain MLNG, Hodgson
Management of Severe Traumatic Brain Injury, Fourth E. Strategies for Intravenous Fluid Resuscitation in
Edition. Neurosurgery. Brain Trauma Foundation Trauma Patients. World J Surg 2017; 41:1170–1183.
2016; 0:p 1-10. 20. Witherspoon B, & Ashby NE. The Use of Mannitol
6. Patil H & Gupta R. A Comparative Study of Bolus and Hypertonic Saline Therapies in Patients with
Dose of Hypertonic Saline, Mannitol, and Mannitol Elevated Intracranial Pressure: A Review of the
Plus Glycerol Combination in Patients with Severe Evidence. Nursing Clinics of North America. 2017;
Traumatic Brain Injury. World Neurosurgery. 2019; 52:249–260.
125:e221–e228. 21. Haddad S, Arabi Y. Critical care management of
7. Kamel H, Navi BB, Nakagawa K, Hemphill JC 3rd, severe traumatic brain injury in adults. Scandinavian
Ko NU. Hypertonic saline versus mannitol for the
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 67
doi:10.24843.MU.2022.V11.i10.P11
PENGARUH TERAPI HIPERTONIK NACL 3% DAN
MANNITOL 20% TERHADAP KEPARAHAN EDEMA,..
Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency 30. Golden N, Mardhika P, NiryanaW, Sukarya I, Prabawa
Medicine. 2012; 20:12. I. Risk factors and novel prognostic score for
22. Kolmodin L, Sekhon MS, Henderson WR, Turgeon predicting the 14-day mortality of severe traumatic
AF, Griesdale DE. Hypernatremia in patients with brain injury patients. Intisari Sains Medis. 2020; 11:
severe traumatic brain injury: a systematic review. 1020-1028
Annal Intensive Care. 2013; 3:35 31. Tripathy S, Ahmad SR. Raised Intracranial Pressure
23. Oernbo EK, Lykke K, Steffensen AB, Töllner K, Syndrome. A Stepwise Approach. Indian J Crit Care
Kruuse C, Rath MF, et al. Cerebral influx of Na + and Med. 2019; 23;S129-S135.
Cl− as the osmotherapy-mediated rebound response in 32. Schwimmbeck F, Voellger B, Chappell D, Eberhart L.
rats. Fluids Barriers CNS. 2018; 15:27. Hypertonic Saline Versus Mannitol for Traumatic
24. Etezadi F, Babaie M, Larijani A, Ketabchi M, Brain Injury. A Systematic Review and Meta-analysis
Mojtahedzadeh M, Jalali A, et al. Comparison of With Trial Sequential Analysis. J Neurosurg
Preoperative Hypertonic Saline versus Mannitol for Anesthesiol 2021; 33(:10-20
Intraoperative Brain Relaxation and Early 33. Ahmad RM, Hanna. Effect of equiosmolar solutions of
Postoperative Outcome among Patients with Cerebral hypertonic sodium lactate versus mannitol in
Low-grade Glioma: A Prospective Study. Asian J craniectomy patients with moderate traumatic brain
Neurosurg. 2020; 15:941-945. injury. Med J Indones. 2014; 23–1.
25. Llorente G & Nino de Meija MC. Mannitol versus 34. Padilla R & Domina A. Effectiveness of sensory
hypertonic saline solution in neuroanaesthesia, stimulation to improve arousal and alertness of people
Colombian Journal of Anesthesiology. 2015; 43:29-39 in a coma or persistent vegetative state after traumatic
26. Haddad S, Arabi Y. Critical care management of brain injury. A systematic review. American Journal of
severe traumatic brain injury in adults. Scandinavian Occupational Therapy. 2016; 70:1–8.
Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency 35. Avner JR. Altered states of consciousness. Pediatrics
Medicine. 2012; 20:12 in Review. 2006; 27: 331-8
27. Kolmodin L, Sekhon MS, Henderson WR, Turgeon 36. Bauer ZA, De Jesus O, Bunin JL. Unconscious Patient.
AF, Griesdale DE. Hypernatremia in patients with [Updated 2021 Feb 7]. In: StatPearls [Internet].
severe traumatic brain injury: a systematic review. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, 2021.
Annal Intensive Care. 2013; 3:35 Available from:
28. Mortazavi MM, Romeo AK, Deep A, Griessennauer https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30860764/
CJ, Shoja MM, Tubbs RS, et al. Hypertonic saline for 37. Koenig MA. Cerebral Edema and Elevated Intracranial
treating raised intracranial pressure: literature review Pressure. CONTINUUM Lifelong Learning in
with meta-analysis. J Neurosurg. 2012; 116: 210–21. Neurology. 2018; 24:1588–1602.
29. Collins TR. Hyperosmolar therapy yield worse results 38. Hatchimonji JS, Dumas RP, Kaufman EJ, Scantling D,
in primary ICH patients, database review show. Stoecker JB, & Holena DN: Questioning dogma. does
Neurology Today. 2014; 42–5 a GCS of 8 require intubation?. European Journal of
Trauma and Emergency Surgery. 2020; 1-7.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 68
doi:10.24843.MU.2022.V11.i10.P11