OLEH :
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaNya, makalah yang
berjudul “ PENGARUH OBAT TERHADAP PENDERITA PENYAKIT HIPERTENSI) “ dapat
saya selesaikan dengan baik. Seperti yang kita ketahui di Indonesia penyakit hipertensi begitu
menggandrungi masyarakat baik wanita, pria, orang berekonomi rendah mau tinggi. Kejadian
hipertensi di Indonesia sangat memprihatikan seperti penyakit favorit di masyarakat. Semoga
dengan membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui dan mengambil hal yang positif dan
negatif tersebut.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………………………
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………
BAB II ISI
1. Pengertian Hipertensi…………………………………………………………..
2. Obat yang berpengaruh pada hipertensi………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Apakah ada interaksi obat antihipertensi oral pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta di instalasi
rawat inap RSUD Bumi Panua Pohuwato Tahun 2016?
Tujuan Umum Mengetahui adanya interaksi obat antihipertensi oral pada pasien hipertensi dengan
penyakit penyerta di instalasi rawat inap RSUD Bumi Panua Pohuwato. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun
tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui penggunaan obat antihipertensi yang digunakan
pada penyakit hipertensi 2. Mengetahui penggunaan obat yang digunakan pada penyakit penyerta lainnya
3. Mengetahui tingkat keparahan interaksi obat antihipertensi yang diberikan pada pasien hipertensi
dengan penyakit penyerta. 4. Mengetahui level signifikan interaksi obat antihipertensi yang terjadi pada
tingkat minor, maoderat dan mayor.
Manfaat untuk Instalasi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi adanya
interaksi obat yang terjadi pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta bagi apoteker, dokter dan
tenaga kesehatan lainnya di RSUD Bumi Panua Pohuwato sehingga mempermudah dalam memilih obat-
obatan yang tepat bagi pasien hipertensi dengan penyakit penyerta. 1.4.2 Manfaat untuk Instansi Kampus
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar untuk bahan penelitian lebih lnjut. 1.4.3 Manfaat
untuk Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya
tentang interaksi obat pada pasien hipertensi.
BAB II
ISI
2.1 Pembahasan
Hipertensi adalah penyakit seumur hidup yang tidak bisa disembuhkan secara permanen
sehingga penderita harus selalu mengonsumsi obat sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
banyak penderita yang merasa jenuh ataupun malas untuk mematuhi pengobatan sehingga
menyebabkan tekanan darah penderita semakin tidak terkontrol (Adib, 2009). Perilaku
konsumsi obat pada pasien hipertensi merupakan hal yang perlu diperhatikan karena
hipertensi hanya dapat dikendalikan. Perilaku pasien hipertensi dilihat berdasarkan keputusan
untuk meminum obat antihipertensi dan peran aktif dalam pemeriksaan rutin ke dokter.
Keberhasilan pengendalian tekanan darah merupakan usaha bersama antara pasien dengan
dokter yang menanganinya (Palmer dan William dalam Puspita, 2016). Hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa ketiga subjek merupakan individu yang telah didiagnosa
memiliki penyakit hipertensi lebih dari lima tahun. Ketiga subjek memiliki persepsi yang
hampir sama tentang penyakit hipertensi, tetapi subjek RW memiliki persepsi yang berbeda
tentang konsumsi obat antihipertensi. Perilaku subjek dalam mengkonsumsi obat merupakan
proses yang diawali oleh keyakinan untuk berobat ke petugas medis yang mempertimbangkan
risiko dan efek yang dirasakan (Weinman dan Horne, 2008). Pertimbangan rasional subjek
berdasarkan manfaat konsumsi obat antihipertensi yang telah dirasakan menjadi bahan
pertimbangan untuk melanjutkan konsumsi obat. Pada penelitian ini, seluruh subjek
melakukan pertimbangan untuk konsumsi obat berdasarkan pengetahuan, pengalaman,
manfaat dan efek samping obat yang telah mereka rasakan sebelumnya, hambatan yang
dirasakan, efikasi diri, dan cues of action. Keputusan penggunaan obat selalu mengandung
pertimbangan manfaat dan risiko. Keamanan pemakaian obat antihiperetnsi perlu
diperhatikan, risiko pengobatan harus diminimalkan agar dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita hipertensi. Mekanisme pengamanan pemakaian obat berupa pemantauan efektivitas
dan efek samping obat tersebut (Ikawati, Jumiani, dan Putu, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh subjek telah merasakan gejala sebelum
mengetahui mereka memiliki penyakit hipertensi. Seluruh subjek secara tidak langsung telah
mempertimbangkan efek positif dan negatf dari obat yang telah digunakan yang
mengakibatkan subjek patuh atau tidak patuh terhadap anjuran konsumsi obat (Notoatmojo,
2010). Health Belief Model dinilai berdasarkan tindakan yang dilakukan berdasarkan manfaat
pengobatan yang telah dilakukan sebelumnya. Perilaku dalam mengkonsumsi obat harian
merupakan faktor psikologis penting dalam menentukan tingkat keberhasilan pengobatan
pasien dengan penyakit kronis, sehingga tenaga medis dan keluarga pasien harus berusaha
kerasa agar perilaku kepatuhan pasien akan timbul. Berdasarkan studi fenomenologi yang
dilakukan oleh Andriati (2015), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perilaku
konsumsi obat antara lain pemberian obat dalam waktu panjang, persepsi terhadap obat, dan
persepsi terhadap penyakit. Tujuan utama dari penggunaan obat antihipertensi yaitu
mengatasi hipertensi dan mengidentifikasi faktor risiko lainnya yang dapat menyebabkan
penyakit kardiovaskular (Weber, 2013). Selain memiliki fungsi untuk menurunkan tekanan
darah, beberapa obat antihipertensi juga memiliki efek samping yang dapat dirasakan oleh
penderita walaupun hanya sebagian kecil penderita hipertensi yang merasakannya. Salah satu
obat antihipertensi yang dapat menimbulkan efek samping yaitu Amlodipin, obat ini dapat
menimbulkan efek samping seperti edema (pembengkakan), sakit kepala, flushing,
takikardia/palpitasi, dispepsia, dizziness, nausea, dan gusi berdarah (Pessina dalam
Baharuddin, Kabo, dan Danny, 2015). Penderita hipertensi yang memiliki persepsi positif
terhadap manfaat konsumsi obat akan dapat memahami cara yang tepat untuk mengontrol
penyakitnya, sebaliknya apabila penderita memiliki persepsi negatif maka akan membuat
penderita memilih untuk tidak mengkonsumsi obat. Penelitian Aflaksier (2012) menunjukkan
bahwa pasien dengan persepsi negatif memiliki persentase minum obat yang rendah, yaitu
sekitar 23%.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan ketiga subjek memiliki persepsi yang beda tentang
manfaat yang dirasakan. Subjek TT dan RM menggambarkan penderita yang mengkonsumsi
obat karena merasakan manfaat berupa berkurangnya gejala hipertensi yang dirasakan
(pusing, tengkuk pegal, dan cepat lelah) apabila mengkonsumsi obat, sedangkan gejala akan
timbul apabila mereka lupa konsumsi obat. TT dan RM juga menyadari diri mereka rentan
terhadap penyakit dan takut akan komplikasi yang dapat ditimbulkan, mereka percaya dengan
rutin konsumsi obat antihipertensi tekanan darah mereka dapat terkontrol dan mencegah
terjadinya komplikasi. Oleh karena itu kedua subjek memiliki perilaku mengkonsumsi obat
antihipertensi. Sedangkan Subjek RW menggambarkan penderita yang memilih untuk tidak
mengkonsumsi obat antihipertensi karena tidak merasakan manfaat dari obat antihipertensi,
bahkan mengalami efek samping yang tidak menyenangkan. RW juga menganggap keadaan
tubuhnya baik-baik saja walaupun ia tidak mengkonsumsi obat antihipertensi dan tidak
menjaga pola makan. Oleh karena itu, subjek memiliki perilaku tidak mengkonsumsi obat
antihipertensi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Andriati (2015) yang menyatakan
perilaku konsumsi obat antihipertensi disebabkan oleh faktor pengaruh obat yang besar bagi
pasien, keyakinan pasien dalam konsumsi obat dapat mengontrol penyakitnya, serta manfaat
obat yang dirasakan sehingga pasien berharap dengan meminum obat antihipertensi tekanan
darahnya dapat stabil. Peneliti menyadari pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan
diantaranya adalah:
1. Terbatasnya subjek, karena penelitian ini membahas tentang penyakit hipertensi dan tidak
banyak penderita hipertensi yang bersedia meluangkan waktu untuk diwawancara.
2. Beberapa subjek tidak menceritakan secara detail ketika wawancara berlangsung.
3. Keterbatasan penelitian yang hanya melakukan proses wawancara tanpa dilakukannya
observasi dan pedoman wawancara yang kurang detail
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan tentang evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke
iskemik di IRNA RSSN Bukittinggi tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa: 1. Evaluasi obat antihipertensi
pada pasien hipertensi yaitu ketepatan indikasi 100%, ketetapan obat 84,16% ketepatan pasien
100% ,ketepatan dosis 96,16% dan ketepatan frekuensi adalah 98,72% serta potensi interaksi obat
38,66%. 2. Karakteristik pasien hipertensi yang paling banyak, berdasarkan karakteristik demografi
adalah jenis kelamin laki-laki (53,33%), dengan rentang umur 40-65 tahun (75,33%). Sementara
berdasarkan karakteristik klinis adalah diagnosa stroke pertama (93,33%), dengan kondisi patologis
penyebab hipertensi (50%). Pola penggunaan obat antihipertensi yang paling banyak adalah terapi tunggal
sebesar 30,24% yaitu obat golongan CCB yakni diltiazem. Terapi 2 kombinasi yaitu golongan obat CCB
dan ARB yakni Amlodipin dan Candesartan (4,48%) serta terapi 3 kombinasi adalah CCB, ARB ,agonis
reseptor alfa adrenergik yakni Amlodipin, Candesartan,Clonidin (0,96%) dan kombinasi CCB, CCB,
ARB yakni Diltiazem, Amlodipin dan Candesartan (0,96%).
3.2 Saran
1. Disarankan dilakukan penelitian monitoring efek samping obat secara observasi langsung kepada
pasien, supaya dapat mendeteksi secara dini efek samping yang ditimbulkan dalam pemakaian obat
antihipetensi.
2. Disarankan adanya apoteker berperan dalam memberikan konseling terutama pasien dengan gangguan
ginjal dan geriatric tentang kepatuhan dalam meminum obat dan penyesuaian dosis obat antihipertensi
agar efektifitas tercapai dan mengurangi efek samping obat antihipertensi.
3. Perlu adanya sistem komputerisasi dalam menentukan potensi interaksi obat antihipertensi dengan
membuat list obat yang sering berinteraksi agar mengurangi kejadian polifarmasi dan adverse drug
reaction (ADR)
DAFTAR PUSTAKA
Amartya DE, Bala NN, Khanra S. Rhabdomyolysis and its treatments. International Journal of Research
in Pharmaecutical and Biomedical Sciences. 2013;4(1):344-8.
Anggraini, A.D. Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang
Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
2013.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. Carretero OA, Oparil S. Essential
Hypertension, Part 1: Definition And Etiology, Circulation. 2000. 101 (3): 329-35. Carter BL et al. How
Pharmacist Can Assist Physicians with Controlling Blood Pressure. J Clin Hypertens. 2003; 5(1): 31-37
Chobaniam AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA 2003; 289: 2560-2572. Corwin J.E. Buku
Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta
. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009. Chung, et al. Statins Of High Versus Low Cholesterol-Lowering
Efficacy And The Development Of Severe Renal Failure. Pharmacoepidemiology And Drug Safety 2013;
22: 583–592. Desai, et al. Non-Cardiovascular Effects Associated With Statins. British Medical Journal.
2014;30 - 37.
Dewi, Yunika. Performa Formula Cockroft-Gault, MDRD dan CKD-EPI. Yogyakarta. Fakultas
kedokteran UGM; 2014. Dharma S. Buku Ajar Praktis Patofisiologi Farmakologi Dan Farmakoterapi. Gre
Publishing. Yogyakarta. 2016. 49 Diaz, K., Daichi, S. Physical Activity And The Prevention Of
Hypertension. Current Hypertension, 2014;15, 6, 659-668.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Departemen Kesehatan. 2006. Dosh SA. The Diagnosis Of Essential And Secondary Hypertension In
Adults. J.Fam Pract. 2001;50:707-712. Executive Summary Of The Third Report Of The National
Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Cholesterol in Adults. JAMA 2001;285:2486-2497. Feryadi R, Delmi S, Husnil K. Hubungan
Kadar Profil Lipid dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Etnik Minangkabau di Kota Padang
Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2).
Geng Qiang et al. Meta-Analysis of the Effect of Statins on Renal Function. Am J Cardiol. Departemenet
of Cardiology, Peking University Beijing. 2014;(4):562:70 Goodman, Gilman. Manual of Pharmacology
and Therapeutics. New York, USA: The Mc Graw Hill; 2008. Goodman, L. S and A. Gilman. The
pharmacological Basis of Therapeutics, 11 th Ed, macmillan Publishing Co. Inc., New York. 2006.
Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran; alih bahasa, Irawati [et al]; editor bahasa Indonesia,
Luqman Yanuar Rachman [et al]. Edisi 11. EGC, Jakarta. 2007.
Haendra, F. Nanang. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
2013;5(1). 21-25. He J et al. Long-Term Effects Of Weight Loss And Dietary Sodium Reduction On
Incidence Of Hypertension. Hypertension. 2000; 35:544-549 Hunt SA et al. ACC/AHA Guideline Update
For The Diagnosis And Management Of Chronic Heart Failure In The Adult. A report of the American
College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. American
College of Cardiology Foundation (ACCF). 2005.
Hyman DJ et al. Characteristic Of Patients With Uncontrolled Hypertension In The United States. NEJM.
2001; 345: 479-486 International Network for Rational Use of Drugs (INRUD). Session Guide: Problems
of Irrational Drug Use. Diakses: November 2017 dari
http://doc2.bumc.bu.edu/prdu/Session_Guides/problems_of_irrational_dru g_use.htm; 1999.