Anda di halaman 1dari 4

Nama : Natalia Rosari Pasaribu

Nim : P01031220109
Kelas : DIV-6C
M.Kuliah : Proposal Skripsi

Artikel 1 (SINTA 2)
Judul : Status hidrasi sebelum dan sesudah latihan atlet sepak bola remaja
Topik : Dehidrasi pada atlet sepak bola

Masalah Faktor Penyebab Dampak/Akibat


Beberapa penelitian Dehidrasi yang disebabkan oleh Saat berolahraga, berkurangnya
menunjukkan bahwa dehidrasi berkurangnya cairan dari dalam cairan tubuh melalui keluarnya
memiliki efek negatif terhadap tubuh akibat dari keluarnya keringat dan uap air dalam
performa olahraga.17,18 keringat juga merupakan faktor proses pernafasan walaupun
Kehilangan cairan 1-2% dari yang menjadi penyebab hanya sebesar 2-3% dapat
berat tubuh dapat menyebabkan menurunnya performa olahraga menyebabkan terjadinya
rasa haus yang kuat, kehilangan penurunan performa hingga
cita rasa, perasaaan tidak 10%. Oleh karena itu, atlet
nyaman, peningkatan denyut sepakbola disarankan tidak
jantung, dan penurunan hanya mengkonsumsi cairan
performa olahraga sebesar pada masa istiraharat setelah
10%.9,19,20 Kehilangan cairan 3- selesainya babak pertama, tetapi
5% dari berat tubuh dapat juga pada saat sebelum, selama
menyebabkan mulut kering, rasa latihan atau pertandingan
tidak sabar, penurunan volume berlangsung dan setelah
darah, sulit konsentrasi, gemetar selesainya latihan atau
berlebihan, aktifitas fisik pertandingan.
melambat, lesu, muntah, emosi
tidak stabil, dan penurunan
performa sebesar 30%.

Artikel 2
Judul : Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Status Gizi Pada Anak Usia Dini
Topik : Status Gizi Pada Anak Usia Dini
Masalah Faktor Penyebab Dampak/Akibat
Pandemi virus Covid-19 Sebelum terdapat Covid -19, Dampak yang ditimbulkan oleh
mengakibatkan pendapatan Indonesia sudah dihadapi pandemi Covid-19 terhadap
orang tua menurun sehingga dengan beban malnutrisi atau anak-anak Indonesia meliputi
menyebabkan kurangnya gizi gizi yang tidak seimbang. kemiskinan anak, pembelajaran,
pada anak dan gizi yang kurang Berdasarkan data yang di gizi, dan pengasuhan dan
dapat menyebabkan berbagai himpun oleh Unicef terdapat keamanan, kekurangan gizi
macam penyakit sehingga tujuh juta anak stunting, dua juta dapat menyebabkan
menghambat pertumbuhan dan anak balita memiliki postur perkembangan otak dan fisik
perkembangan baik fisik maupun tubuh yang kurus, dan dua juta terhambat, membuat anak
psikis anak anak mengalami obesitas, dan rentan terhadap penyakit, sulit
setengah dari ibu hamil anal berprestasi dan saat dewasa
mengalami anemia akibat mudah menderita obesitas
makanan yang dikonsumsi tidak sehingga berisiko terkena
terdapat zat gizi mikro, pada penyakit jantung, diabetes dan
kondisi seperti saat ini potensi penyakit tidak menular lainnya.
gizi kurang pada ibu hamil dan
anak dapat terus meningkat.

Artikel 3
Judul : Dampak Status Gizi Pendek(Stunting) Terhadap Prestasi Belajar
Topik : Stunting Pada Anak
Masalah Faktor Penyebab Dampak/Akibat
Kemenkes RI (2017) mencatat Stunting sendiri merupakan Efek buruk yang dapat
bahwa stunting pada anak kondisi dimana anak memiliki disebabkan oleh pengerdilan
sekolah usia 5-12 tahun adalah tinggi badan atau panjang badan jangka pendek adalah gangguan
sebesar 27,7% dengan prevalensi yang tidak sesuai atau kurang perkembangan otak, kecerdasan,
pendek sebesar 19,4% dan jika dibandingkan dengan usia. gangguan pertumbuhan fisik,
sangat pendek 8,3%. Stunting adalah ukuran yang dan gangguan metabolisme
Berdasarkan hasil Riskesdas tepat untuk mengidentifikasikan dalam tubuh. Efek buruk jangka
tahun 2018 prevalensi stunting terjadinya kurang gizi jangka panjang yang bisa ditimbulkan
(kependekan) nasional untuk panjang pada anak yang akhirnya adalah menurunnya kemampuan
usia 5-12 tahun sebesar 24%. menyebabkan penghambatan kognitif dan prestasi belajar,
Stunting di Indonesia sejak tahun pertumbuhan linear, stunting menurunnya kekebalan tubuh
2007-2018 terbilang masih merupakan dampak dari sehingga mudah sakit, dan risiko
menjadi permasalahan yang berbagai faktor seperti berat tinggi timbulnya diabetes,
memerlukan perhatian lebih lahir yang rendah, stimulasi dan obesitas, jantung, dan penyakit
(Kemenkes RI, 2018).. pengasuhan anak yang kurang pembuluh darah, kanker, stroke
tepat, asupan nutrisi kurang, dan dan kecacatan di usia tua. Semua
infeksi berulang serta berbagai ini akan mengurangi kualitas
faktor lingkungan lainnya sumber daya manusia Indonesia,
(Fikawati, Syafiq and Veratamala, produktivitas, dan daya saing
2017). nasional (Astarani, Idris and
Oktavia, 2020).

Artikel 4
Judul : Efektifitas Media Edukasi Gizi Untuk Peningkatan Pengetahuan Gizi Remaja
Topik : Edukasi Gizi pada Remaja
Masalah Faktor Penyebab Dampak/Akibat
Berdasarkan hasil Global Faktor langsung disebabkan Berat lahir dibawah normal,
Nutrition Report tahun 2020, disebabkan oleh asupan gizi dan stimulasi dan pengasuhan anak
Indonesia belum mengalami penyakit infeksi. yang kurang tepat, asupan
perbaikan dalam penurunan Selain faktor langsung, masalah nutrisi yang kurang, infeksi
prevalensi anemia pada wanita kurang gizi pada remaja berulang.
usia 15 – 49 tahun yaitu sebesar disebabkan oleh faktor tidak Kurangnya pengetahuan tentang
28,8%. Selain itu terjadinya langsung seperti sosial ekonomi, gizi, anemia, tanda-tanda,
penurunan prevalensi kasus tingkat pendidikan, pengetahuan dampak dan penanggulangan
stunting (30,8%) dan wasting ibu dan faktor lingkungan. masalah gizi mengakibatkan
(10,2%) remaja perlu mendapat kebutuhan gizi remaja tidak
perhatian khusus. Walaupun terpenuhi
prevalensi kasus stunting dan
wasting Indonesia masih berada
diatas rata-rata negara di
kawasan Asia. Peningkatan
cukup signifikan terjadi pada
kasus obesitas anak, remaja dan
dewasa laki-laki ataupun
perempuan yang dibarengi
dengan peningkatan kasus
penyakit Diabetes Mellitus (DM)
pada dewasa diatas usia 18
tahun (UNICEF 2020)

Artikel 5
Judul : Hubungan Asupan Energi, Asupan Protein dan Status Gizi Terhadap Kejadian Tuberkulosis
Pada Anak
Topik : Asupan Gizi Tuberkulosis Pada Anak
Masalah Faktor Penyebab Dampak/Akibat
Prevalensi kejadian tuberkulosis Faktor yang menjadi kata kunci Adapun dampak yang
menurut WHO tahun 2015 pada pembahasan ini adalah mempengaruhi status gizi
terdapat 9,6 juta kasus asupan dan status gizi, dimana seseorang yang mengalami
tuberkulosis di dunia dan sekitar apabila anak yang mengalami tuberkulosis adalah pendapatan
58% terdapat di bagian Asia kekurangan asupan zat gizi per kapita pasien tuberkulosis
Tenggara dan Afrika. Kemudian otomatis akan mengalami paru menjadi rendah.
terdapat 3 wilayah negara malnutrisi, sehingga kondisi Pendapatan keluarga juga dapat
dengan kasus tertinggi yaitu tersebut lebih beresiko terkena mempengaruhi pola kehidupan
Indian (23%), Cina (10%), dan infeksi tuberkulosis sehari seperti konsumsi
Indonesia (10%) (14). Prevalensi dibandingkan dengan anak yang makanan, pemeliharaan
tuberkulosis di negara terpenuhi asupan zat gizinya. kesehatan dan sebagainya, serta
berkembang salah satunya produktivitas pasien yang
Indonesia terbilang cukup tinggi. mengalami tuberkulosis paru
Menurut Dinkes Jakarta 2017, Di pun menjadi rendah
Indonesia kasus tuberkulosis
paru telah didiagnosis pada
golongan usia < 1 tahun
sebanyak 2%, golongan usia 1 – 4
tahun sebanyak 4%, dan untuk
golongan usia 5 – 14 tahun
sebanyak 0.30%(15). Kasus TB
tertinggi di Indonesia terlihat di
wilayah Banten dan juga Papua,
tertinggi kedua terdapat di
wilayah Jawa Barat dan DKI
Jakarta menempati posisi ketiga
untuk jumlah kasus tuberkulosis
terbanyak di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai