Nim : P01031220109 Kelas : DIV-6C M. Kuliah : Konseling Gizi
Teknik yang digunakan dalam konseling behavioral yaitu :
1. Latihan Asertif
Latihan asertif (Assertive training) digunakan untuk melatih individu
yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri dalam tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan “tidak”, mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya.Latihan asertif dapat di terapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal di mana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak dan benar. Sedangkan Rees & Graham (1991) menyatakan bahwa inti dari latihan asertif adalah penanaman kepercayaan bahwa asertif dapat dilatihkan dan dikembangkan, memilih kata-kata yang tepat untuk tujuan yang mereka inginkan, saling mendukung, pengulangan perilaku asertif dalam berbagai situasi, dan umpan balik bagi setiap peserta dari trainer maupun peserta. Menurut Albert (1977) (salah satu tokoh yang banyak menulis mengenai perilaku asertif), latihan asertif (atau terapi perilaku asertifasertive behavior therapy, atau latihan ketrampilan sosial-social skills training) adalah prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya.4 Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik latihan asertif adalah teknik yang dapat digunakan konselor pada klien yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan yang dialaminya dan tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya.
Contoh latihan Asertif
Peran Dialog Teknik
Ki Assalamualaikum (sambil mengetuk pintu)
Ko Waalaikumsalam, oh Ana..., silahkan masuk Attending
Ki Iya bu, terimakasih
Ko Mari silahkan duduk
Ki Iya Bu, terima kasih
Ko Bagaimana kabarnya hari ini? Topik Netral Ki Baik bu. Ibu sendiri?
Ko Ibu juga baik, tadi pelajarannya siapa na?
Ki Pak Mahmud Bu Ko Nampaknya kamu terlihat sangat lesu, apa ada yang Kalimat Penjembatan ingin dibicarakn dengan ibu? Ki Itu dia bu, karena ada yang ingin saya bicarakan dengan Ibu, saya datang kesini. Ko Memangnya ada apa Ana, nampaknya serius sekali Ki Beberapa hari ini, saya sering datang terlambat Bu ke Sekolah Ko Hmm..., apa alasan kamu datang terlambat? Lead Khusus Ki Sudah seminggu ini, saya tidak bisa tidur Bu, hanya setelah lewat jam 3 pagi saya baru dapat tidur Ko Insomnia ya??.., cob aceritakann pada Ibu apa yang Lead Umum menyebabkan kamu tidak bisa tidur? Ki saya sendiri tidak tahu bu, padahal saya tidak pernah minum kopi Bu Ko yaa..., tetapi perlu kamu ketahui penyebab orang tidak bisa tidur itu bukan hanya karena kopi, mungkin saja kamu sedang memikirkan sesuatu. Mungkin ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu Ki Iya bu, saya sedang ada masalah dengan teman dekat saya. Dan itu membuat saya memikirkannnya. Ko hmm...ya , Lalu apa kamu sudah mencoba untuk Acceptance & lead Khusus membicarakannya dengan temanmu? Ki Belum Bu Ko belum? Bagaimana masalah bisa selesai kalau kamu tidak mau menyelesaikannya Ki Saya takut Bu Ko takut ? apa yang menyebabkan kamu takut? Ki saya takut, teman saya tidak bisa memafkan saya Ko selama belum dicoba kamu belum bisa tahu bagaimana reaksi teman kamu itu Ki jadi saya harus menyampaikannya ya bu? Ko Ya ana, kalau ada masalah itu harus dibicarakan agar dapat terselesaikan. Ki Bagaimana cara saya untuk menyampaikannya Bu? Ko Sebelumnya Ibu ingin tahu, ada masalah apa antara Lead Umum kamu dan teman kamu? Ki Jadi begini Bu, Teman saya itu sering kali membuat saya kesal dengan memakai barang saya tanpa ijin. Saya ingin sekali melarangnya Bu, tapi saya tidak berani. Ko Jadi dengan kata lain, kamu ingin sekali berkata pada Klarifikasi temanmu bahwa kamu tidak suka jika barang-barang kamu dipakai tanpa ijin? Ki Iya bu Ko Dari penuturan kamu tadi, sepertinya kamu termasuk Interpretasi dalam orang yang tidak asertif. Ki Asertif?apa itu Bu Ko Asertif adalah usaha seseorang untuk mempertahankan Penjelasan mengenai teknik hak-hak rasionalnya. Semacam berani menegor, berani menolak ajakan teman, dan lainnya. Ki Oh begitu, iya bu sepertinya saya termasuk tidak asertif, lalu harus bagaimana Bu Ko Kamu harus latihan agar menjadi asertif. Mungkin Latihan asertif dengan belajar untuk mengemukakan pendapat kamu, berani untuk berkata jangan pada teman mu itu. Tapi penyampaian pendapat kamu tadi menggunakan kata- kata yang sopan yang didahului dengan “maaf, saya” Ki Iya Bu, mungkin kalau begitu terlihat sopan ya Bu? Ko Iya ana Ki Baiklah Bu, saya akan mencobanya. Terima kasih Bu, atas bantuannya. Saya harus kembali ke kelas karena ada pelajarn lagi. Ko Sama-sama Ana. Selamat mencoba, dan Ibu tunggu Pengakhiran kabar selanjutnya Ki Iya Bu, permisi assalumailakum
2. Desensitisasi Ssitematis
Teknik Desensitisasi Sistematis adalah teknik konseling
dalam pendekatan konseling perilaku yang didasarkan pada prinsip pengkondisian klasik. Ini dikembangkan oleh Wolpe selama 1950-an. Teknik konseling ini bertujuan untuk menghilangkan respons ketakutan dari fobia, dan menggantikan respons relaksasi dengan stimulus kondisional secara bertahap menggunakan pengkondisian balik. Jumlah sesi yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan fobia. Biasanya 4-6 sesi, atau bisa sampai 12 sesi untuk fobia yang parah. Pelaksanaan konseling akan selesai setelah tujuan dari konseling yang disepakati terpenuhi (tidak harus ketika ketakutan orang tersebut telah benar-benar hilang). Pelaksanaannya bisa dilakukan dengan 2 cara: 1. In vitro - Konseli membayangkan paparan stimulus fobia. 2. In vivo - Konseli benar-benar terkena stimulus fobia. Contoh :
Misalnya, ada seorang konseli yang memiliki phobia dengan laba-
laba. Phobia ini mungkin akan membuat konseli berfikir bahwa seekor laba-laba kecil yang diam sejauh 5 meter hanya sebagai ancaman ringan, tetapi laba-laba besar yang bergerak cepat sejauh 1 meter sebagai ancaman yang sangat tinggi. Konseli mencapai keadaan relaksasi yang dalam, dan kemudian diminta untuk membayangkan (atau dihadapkan pada) situasi yang paling tidak mengancam dalam hierarki kecemasan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk,
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respons pada stimulus yang disenangi dengan kebalikan respons terhadap stimulus tersebut, dibarengi stimulus yang merugikan atau tidak mengenakan dirinya.Contoh, untuk menyembuhkan pria homoseks.Kepada pria homoseks diperlihatkan foto pria telanjang sambil mengalitkan setrum listrik pada kakinya yang tidak beralas.Dalam terapi ini, setiap kali kepada klien diperlihatkan stimulus yang disenangi (foto pria telanjang) diikuti dengan rasa sakit akibat di setrum listrik.Begitu terus setiap melihat foto pria telanjang selalu dibarengi rasa sakit dan lama kelamaan tidak tertarik lagi pada pria. (Soeharto dkk, 2011 : hlm 81)
Teknik- teknik pengkondisian aversi, yang telah digunakan secara
luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral spesifik, melibatkan pengasosian tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculan.Stimulus-situmulus aversi biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramua yang membuat mual.Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman.Contoh pelaksanaan penarikan pemerkuat positif adalah mengabaikan ledakan kemarahan anak guna menghapus kebiasaan mengungkapkan ledakan kemarahan pada si anak.Jika perkuatan ditarik, tingkah laku yang tidak diharapkan cenderung berkurang frekuensinya. Contoh penggunaan hukuman sebagai cara pengendalian adalah pemberian kejutan listrik kepada anak autistik ketika tingkah laku spesifik yang tidak diinginkan muncul. Butir yang penting adalah bahwa prosedur- prosedur aversif ialah menyajikan cara-cara menahan respons-respons maladaptif dalam suatu periode sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternatif yang adaptif dan yang akan terbukti memperkuat dirinya .
4. Pembentukan Tingkah Laku Model
Teknik modeling adalah proses belajar mengamati terhadap
seorang model yang dibuat sebagai perangsang suatu gagasan, sikap atau perilaku, kemudian untuk dapat ditiru dan mengalami perubahan tingkah laku seperti model yang diamati. Teknik modeling digunakan untuk memperkuat perilaku yang telah terbentuk sebelumnya, serta dapat juga digunakan untuk membentuk perilaku baru yang belum ada pada diri konseli atau individu. Teknik modeling juga diartikan sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap- sikap, atau tingkah laku sebagai bagian. Teknik modeling memanfaatkan proses belajar dengan menggunakan seseorang atau bahkan beberapa orang yang dianggap memiliki sikap yang teladan dan bisa berperan untuk merangsang pikiran, tindakan, maupun sikap orang lain. Teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan seorang model (orang lain), tetapi modeling juga melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, dan melibatkan proses kognitif. Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru dalam dirinya.
Contoh Penerapan Teknik Modeling Dalam Konseling Behavioristik
1. Konselor memberikan contoh model cara berbicara di depan umum
2. Konselor menyuruh siswa menirukan contoh dari model tersebut 3. Konselor menyuruh siswa merasakan apa yang dia rasakan setelah menirukan contoh model tersebut 4. Konselor menyuruh siswa mempraktikkannya dikehidupan sehari-hari baik itu dilingkungan Sekolah, dan Masyarakat.