Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP MATA KULIAH PRAKTIKUM

KONSELING BEHAVIORISTIK

Dosen Pengampu :
Heribertus Wicaksono, M.Psi

Nama Mahasiswa :
Maulida Putri Lesmana (208620100111)
Kelas 2020 B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI
A. LATIHAN ASERTIF

Latihan asertif merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan pada


individu yang diganggu sebuah kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-
haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu
mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggun.Asertif adalah suatu
pernyataan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi kemudian
menunjukkan kepada orang lain dengan penuh percaya diri.
Contoh:
Pekerjaan Anna sedang menumpuk, tetapi ada rekan kerja seniornya yang
meminta tolong untuk mengerjakan suatu tugas tambahan. Padahal, tugas itu
sebenarnya bukan tanggung jawab Si Anna.
Sikap asertif adalah jika Anna menolak permintaan tolong itu dengan sopan dan
tenang. Anna juga akan menyatakan dengan jujur bahwa ia tidak bisa membantu,
karena dirinya juga sedang banyak pekerjaan.

B. DESENSITISASI SISTEMATIS

Teknik Desensitisasi Sistematis adalah teknik konseling dalam pendekatan


konseling perilaku yang didasarkan pada prinsip pengkondisian klasik. Ini
dikembangkan oleh Wolpe selama 1950-an. Teknik konseling ini bertujuan untuk
menghilangkan respons ketakutan dari fobia, dan menggantikan respons relaksasi
dengan stimulus kondisional secara bertahap menggunakan pengkondisian balik.
Jumlah sesi yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan fobia. Biasanya 4-6
sesi, atau bisa sampai 12 sesi untuk fobia yang parah. Pelaksanaan konseling akan
selesai setelah tujuan dari konseling yang disepakati terpenuhi (tidak harus ketika
ketakutan orang tersebut telah benar-benar hilang). Pelaksanaannya bisa dilakukan
dengan 2 cara:

1. In Vitro, Konseli membayangkan paparan stimulus fobia


2. In Vivo, Konseli benar-benar terkena stimulus fobia.

CONTOH :

Misalnya, ada seorang konseli yang memiliki phobia dengan Belalang. Phobia
ini mungkin akan membuat konseli berfikir bahwa seekor belalang kecil yang diam
sejauh 5 meter hanya sebagai ancaman ringan, tetapi laba-laba besar yang bergerak
cepat sejauh 1 meter sebagai ancaman yang sangat tinggi. Konseli mencapai keadaan
relaksasi yang dalam, dan kemudian diminta untuk membayangkan (atau dihadapkan
pada) situasi yang paling tidak mengancam dalam hierarki kecemasan.

C. PENGKONDISIAN AVERSI
Pengkondisian aversi merupakan teknik konseling yang bertujuan untuk meni
ngkatkan kepekaan konseli terhadap stimulus yang disukai dengan stimulus yang
tidak disukai. Pengkondisian aversi ini menghubungkan perilaku yang tidak disukai
dengan situasi yang dibenci atau menyakitkan. Tujuannya untuk menghukum perilaku
yang negatif dan memperkuat perilaku positif. Pada awal perkembangannya,
hukuman yang diberikan berupa kejutan listrik atau memberikan zat kimia yang bisa
membuat seseorang mual-mual atau muntah. Stimulus berupa hukuman yang tidak
menyenangkan ini diberikan bersamaan dengan munculnya perilaku negatif yang
tidak diinginkan. Dengan pengkondisian diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku
yang tidak diinginkan dengan stimulus yang tidak menyenangkan, atau hukuman.
Contoh :
Seperti, seorang terapis mencoba untuk membantu seseorang menghilangkan
perilaku bermasalah dengan menunjukkan foto seseorang dari sesuatu yang terkait
dengan masalah perilaku --merokok, obat-obatan, dan sebagainya-- dan kemudian
dibarengi dengan sebuah kejutan, misalnya cubitan pada anggota tubuh.

D. TEKNIK MODELLING
Teknik modeling adalah proses belajar mengamati terhadap seorang model yang
dibuat sebagai perangsang suatu gagasan, sikap atau perilaku, kemudian untuk dapat
ditiru dan mengalami perubahan tingkah laku seperti model yang diamati. Teknik
modeling digunakan untuk memperkuat perilaku yang telah terbentuk sebelumnya, serta
dapat juga digunakan untuk membentuk perilaku baru yang belum ada pada diri konseli
atau individu. Teknik Modeling sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah
laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai bagian dari
individu yang mengobservasi model yang ditampilkan.
Teknik modeling dalam konseling, konselor menunjukkan kepada klien atau konseli
tentang perilaku model, bisa menggunakan model simbolis atau gabungan antara model
langsung dengan model simbolis yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak
dicontoh. Model hidup/langsung dapat dilakukan oleh konselor, guru, teman sebaya atau
pihak lain. Konselor dapat menjadi model langsung dengan mendemonstrasikan tingkah
laku yang dikehendaki. Sedangkan model simbolis dapat berupa film, video, buku
pedoman, dll. Terdapat juga teknik modeling dengan cara mengimajinasikan seseorang
melakukan suatu perilaku tujuan yang dinamakan dengan modeling terselubung. Untuk
memenuhi tujuan disusun langkah-langkah yang akan diperagakan oleh model baik secara
langsung maupun melalui media. ketrampilan yang diajarkan dapat berupa ketrampilan
tunggal atau ketrampilan kombinasi. Ketrampilan tunggal hanya memuat satu ketrampilan
dasar saja. Sedangkan ketrampilan kombinasi adalah mengenai aplikasi ketrampilan dasar
untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan nyata.

COVERT SENSITIZATION
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien
tapi menyimpang, seperti homosex, alcoholism.
Contoh : mencoba untuk belajar rileks dan diminta membayangkan tingkah laku yang
disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan sesuatu yang tidak
menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang pemabuk, sambil rileks diminta untuk
membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk
membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta berulangkali dilakukan,
hingga hilang tingkah laku peminumnya.

E. THOUGHT STOPING
Pelaksanaan teknik Thought stopping berasal dari teknik Cognitive Restructrusing dalam
pendekatan Rational emotif behavior therapy. teknik thought stopping yang berada
dalam cognitive restructuring merupakan strategi pengubahan tingkah laku yang
penekanannya pada perubahan kognitif dari pemikiran yang positif dengan cara
menghentikan pikiran negatif dari diri konseli dengan mengatakan kata ”stop” , sehingga
pikiran negatif dapat terhenti digantikan dengan pikiran positif.
Contoh:
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh
menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang
mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata saya jahat!. Jika klien
memberi tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya:
saya jahat!), terpis segera berteriak dengan nyaring : berhenti!. Pikiran yang tidak karuan
itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini,
hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.
Referensi
Abimanyu, Soli. & M. Thayeb Manrihu. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling.
Jakarta: Depdikbud Dikti P2TA
Corey, Gerald. 1995. Theory And Practice Of Counseling ANd Psychotherapy.
Belmont: Thompson Brooks-Cole
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Aditama
Gunarsa, SInggih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Hendrarno, Eddy. dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang
Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual: Teori dan praktek. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai