Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SURVEILANS GIZI

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Haripin Togap Sinaga,DCN

DISUSUN OLEH :

NATALIA ROSARI PASARIBU


P01031220109
D-IV VIC

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2023
1. Perbedaan kerangka teoritis, kerangka konsep, dan kerangka berpikir

Kerangka Teori

 Semua variabel penelitian ditulis (yang diukur maupun yang tidak diukur oleh peneliti).
 Dasar pembuatan dari tinjauan pustaka.
 Dibuat dalam bentuk diagram yang lebih kompleks dibandingkan kerangka konsep.
 Merupakan dasar pembuatan kerangka konsep.
 Kerangka teoritis dapat dibangun saat peneliti telah melakukan survei literatur.
 Merupakan sebuah kumpulan teori inti dan teori pendukung yang relevan dengan judul
penelitian
 Sebuah landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, arah konsep, dan
pemilihan hipotesa
 Teori pada dasamyamerupakan pernyataan tentanghubungal dua variabel atau Iebih
yang telah diuji kebenarannya

Kerangka Berpikir

 Hanya variabel variabel yang diukur yang ditulis.


 Dasar pembuatan dari kerangka teori.
 Umumnya telah menjelaskan kedudukan variabel yang akan diukur sebagai variabel
terikat, variabel bebas, variabel perancu, dan variabel antara
 Lebih ringkas dibandingkan kerangka teori.
 Dibuat setelah membaca buku-buku penelitian
 Mendeskripsikan teori serta hasil penelitian
 Menganalisis teori dan juga hasil penelitian secara kritis
 Menganalisis komparatif tentang teori dan hasil penelitian
 Kerangka tersebut dibuat untuk bisa menjelaskan intruksi dari aliran logika itu dengan
secara sistematis.

Kerangka Konseptual

 Grafik dibuat pada satu halaman.

 Sertakan beberapa masukan, seperti penelitian sebelumnya, termasuk studi


percontohan; teori yang relevan; fenomena atau hubungan variabel; dan pemikiran
para profesional lain di bidangnya.

 Hasilkan konsistensi internal dalam peta grafis.


 Akan terjadi beberapa iterasi dari kerangka grafis.

 Sertakan item/elemen, daripada mengecualikannya/membuangnya, jika tidak yakin.

 Sederhanakan grafik berdasarkan pengalaman yang di dapat di lapangan.

2. Apa hubungan Kerangka teori,konseptual dengan hypothesis

Kajian pustaka / teori mempunyai peranan penting dalam hal melakukan penelitian
kuantitatif. Dengan kajian pustaka, peneliti dapat menjustifikasi adanya masalah
penelitian dan mengidentifikasikan arah penelitian. Justifikasi masalah penelitian berarti
peneliti menggunakan kepustakaan untuk menunjukkan pentingnya permasalahan
penelitian untuk diteliti. Sedangkan mengidentifikasi arah penelitian berarti peneliti
menelaah atau mengkaji kepustakaan dan mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang
layak dan berhubungan serta memiliki kecenderungan potensial yang perlu diuji dalam
penelitian.

Sedangkan Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila


penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi
teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya variabel
yang diteliti.

Hubungannya ialah Hipotesis diturunkan melalui teori. Hipotesis merupakan jawaban


sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih
harus diuji kebenarannya secara empiris. (Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun
dalam Iskandar (2008 : 56), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan
tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori. Tujuan peneliti
mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti
tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian
hipotesis. Agar pemilihan alternatif dapat tepat, peneliti dituntut untuk hati-hati dan
cermat.

3. Kerangka Konsep

gambar 2.

penelitian Pemberian
Ikan Gabus Status gizi
nugget Ikan Gabus
4. Teori 1
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan
tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin,
jika dalam keadaan sebaliknya maka akan terjadi masalah gizi (almatsier, 2009).

Teori 2
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan
antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar
tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat
berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005). Status gizi
normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua orang (Apriadji, 1986).

Teori 3
Status gizi dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
essensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Baik pada status
gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan
oleh faktor primer atau sekunder (Almatsier, 2015)

Teori 4
Pengetahuan gizi seimbang merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber – sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga
tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam
makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo, 2003).

Teori 5
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. (Kemenkes RI, 2014).

Anda mungkin juga menyukai