PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai
derajat kesehatan suatu bangsa. Angka kematian dan kesakitan ibu masih
merupakan masalah besar. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi.
Menurut SDKI terdapat sebanyak 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2013). Jumlah prevalensi kejadian persalinan normal di Rumah Sakit
Umum Wonosari dalam satu tahun terakhir kurang lebih sebanyak 450
persalinan normal.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan
yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat
digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat
mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan
yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian perinatal.
Penyebab kematian ibu dalam persalinan salah satunya adalah persalinan
macet yang merupakan 8% penyebab kematian ibu secara global. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah fistula vesikovaginalis dan/ atau rektovaginalis.
Disamping itu, dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan sepsis.
Komplikasi lain adalah rupture uteri dapat mengakibatkan perdarahan dan syok,
bahkan kematian.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
(JKPK-KR,2008;h.37)
Partus kala II disebut kala pengeluaran, dimulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, oleh karena
1
berkat kekuatan His dan kekuatan mengedan janin di dorong keluar sampai
lahir. Proses fisiologis kala II persalinan juga diartikan sebagai serangkaian
peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode dan diakhiri dengan lahirnya
bayi secra normal. Tanda dan gejala kala II merupakan mekanisme alamiah bagi
ibu yaitu setelah terjadi pembukan lengkap saat itu bidan mengisyaratkan ibu
untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. (Wiknjosastro,
2008).
Lamanya persalinan kala II untuk primigravida 1 – 2 jam sedangkan
untuk multipara 0,5 – 1 jam. Lama kala II rata-rata menurut Friedman adalah
satu jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. (Aderhoid dan
robert, 2010).
Seorang bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan
memilih sendiri posisi persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan
keinginan bidannya sendiri. Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang
dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman. Ibu dapat memilih posisi meneran yang
nyaman yang dapat mempersingkat kala II. Membiarkan ibu mengambil posisi
yang diinginkan selama meneran dan melahirkan akan memberikan banyak
manfaat, termasuk sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama kala II yang
lebih pendek, laserasi perineum lebih sedikit, lebih membantu meneran dan
nilai apgar lebih baik. Serangkaian posisi untuk meneran dan melahirkan
meliputi posisi duduk/setengah duduk, berjongkok, merangkak dan miring ke
kiri (Pusdiknakes, 2009).
Menurut WHO, posisi bersalin dalam persalinan dapat mempengaruhi
lamanya proses berlangsung, ibu lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih
posisi yang mereka pilih sendiri mengalami proses persalinan yang lenih
singkat, dan rasa nyeri yang berkurang. Oleh karena itu ibu bersalin diberi
kebebasan memilih posisi yang dirasakan paling nyaman kecuali ada
kontraindikasi lain.
Di negara berkembang, beberapa Rumah sakit Ibu dan Anak masalah
yang timbul pada kala II terbanyak adalah inersia uteri, partus macet dan
kelelahan, sedangkan posisi meneran yang diajarkan bidan pada ibu bersalin
adalah dominan posisi yang sesuai dengan keinginan dan kenyamanan ibu.
Masalah kala II terjadi pada fase aktif kala I dan kala II, sebab – sebab yang
sering terjadi misalkan inersia uteri adalah salah dalam memimpin persalinan
(pimpinan meneran). Pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu akan memberikan
2
banyak manfaat, sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama kala II yang lebih
pendek sehingga ibu tidak lelah.
Berdasarkan uraian di atas kami tertarik untuk menganalisis jurnal yang
berjudul ; “Pengaruh Posisi Meneran Terhadap Lamanya Persalinan Kala II Di
Rsia Kumalasiwi Pecangaan Kabupaten Jepara”.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metodologi Penelitian
a) Penelitian Kualitatif
4
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi.
5
5. Mengembangkan kegiatan dan materi komunikasi,
informasi dan edukasi yang sesuai
6
dikumpulkan. Penelitian etnografi bersifat antropologis karena
akar-akar metodologinya dari antropologi.
2) Studi Kasus (Case Studies)
Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang
individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program
kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya
untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari
sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk
selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana
prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus
diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif.
3) Studi Dokumen (Document Study)
Studi dokumen atau teks merupakan kajian yang menitik
beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis
berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang
terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat,
film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk
memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus
yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini
bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di
dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan.
4) Pengamatan Alami (Natural Observation)
Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar
tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya
ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana
perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang
anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda. Dan,
bagaimana pula perilaku dia jika berada dalam kelompok
yang homogen. Peneliti menggunakan kamera tersembunyi
atau isntrumen lain yang sama sekali tidak dikatahui oleh
orang yang diamati (subjek).
7
5) Wawancara Terpusat (Focused Interviews)
Penelitian jenis ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
yang sudah didesain untuk mengetahui respons subjek atas isu
tertentu. Tidak seperti kuesioner yang pilihan jawabannya
sudah tersedia, penelitian ini memberikan kebebasan kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan sesuai maksud mereka.
Dengan pertanyaan yang tidak tersrtuktur dan terbuka,
penelitian ini sangat fleksibel untuk memperoleh respons yang
muncul dengan cepat atas sebuah isu.
6) Fenomenologi (Phenomenology)
Istilah fenomenologi memiliki tiga konsep. Pertama, ia
merupakan salah satu nama teori sosial mikro yang secara
garis besar konsepnya adalah setiap gejala atau peristiwa apa
saja yang muncul tidak pernah berdiri sendirian. Dengan kata
lain, selalu ada rangkaian peristiwa lain yang melingkupinya.
Selain itu, menurut fenomenologi, yang tampak bukan
merupakan fakta atau realitas yang sesungguhnya, sebab ia
hanya merupakan pantulan-pantulan yang ada di baliknya.
Kedua, fenomenologi merupakan jenis paradigma penelitian
sebagai kontras dari positivistik. Jika positivistik merupakan
akar-akar metode penelitian kuantitatif, maka fenomenologi
merupakan akar-akar metode penelitian kualitatif. Jika
positivistik lebih memusatkan perhatian pada data yang
empirik dan mencari hubungan antar-variabel, maka
fenomenologi sebaliknya berfokus pada data abstrak dan
simbolik dengan tujuan utama memahami gejala yang muncul
sebagai sebuah kesatuan utuh. Ketiga, fenomenologi
merupakan jenis penelitian kualitatif yang konsep dasarnya
adalah kompleksitas realitas atau masalah itu disebabkan oleh
pandangan atau perspektif subjek. Karena itu, subjek yang
berbeda karena memiliki pengalaman berbeda akan
memahami gejala yang sama dengan pandangan yang berbeda.
Lewat wawancara yang mendalam, peneliti fenomenologi
berupaya memahami perilaku orang melalui pandangannya.
“Human behaviour is a refelection of human mind”. Yang
8
membedakan dengan jenis penelitian kualitatif yang lain,
fenomenologi menggunakan orang sebagai subjek kajian,
bukan teks atau organisasi, dsb.
Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk
menjelaskan fenomena, penampilan dari suatu yang khusus,
misalnya pengalaman hidup. Berikut adalah contoh penelitian
fenomenologi :
a. Pengalam hidup penderita HIV-AIDS di kabupaten …….
b. Pengalaman perempuan yang mengalami kegagalan
dalam program KB
c. Pengalaman keluarga dengan anak autis
7) Grounded Theory
Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan teori
dari fenomena sosial berdasarkan data lapangan. Pengalaman
bergulat dengan data akan melahirkan pemahaman,
pertanyaan, dan hipotesis yang memandu peneliti untuk
memusatkan perhatian pada isu tertentu. Karena itu, semakin
kaya data, peneliti semakin memperoleh insight yang tajam
dan mendalam tentang isu yang diteliti. Pertanyaan penelitian
dipertajam setelah peneliti melakukan pengumpulan data di
lapangan. Disebut grounded , sebab teori dilahirkan dari data,
bukan dari teori yang lain yang sudah ada sebelumnya.
Dalam bukunya Saryono (2011) contoh penelitian grounded
theory adalah “ Konsep stress dan mekanisme koping pada ibu
yang berhasil melakukan VBAC di …..”
8) Penelitian Historis (Historical Research)
Jenis penelitian ini mengkaji dokumen atau artifak untuk
memperoleh pengetahuan tentang apa yang terjadi di masa
lampau. Keberhasilan pemahaman yang komprehensip
tergantung pada ketepatan dan kelengkapan data dan catatan
peneliti tentang dokumen tersebut. Misalnya, seorang peneliti
pendidikan ingin mengetahui kecenderungan yang terjadi di
sebuah di wilayah tertentu sejak awal berdirinya hingga
sekarang dengan fokus perhatian pada isu tunggal.
9
2. Penelitian kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah Adalah metode yang lebih menekankan
pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk
dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam
beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di
tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda –
beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable
tersebut.
10
d) Metode Survei
Metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian di
mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang,
melalui pertanyaan-pertanyaan”, menurut Gay & Diehl (1992)
“metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan
sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan
wawancara”, sedangkan menurut Bailey (1982) “metode penelitian
survei merupakan satu metode penelitian yang teknik
pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis atau
lisan”
e) Metode Ex Post Facto
Metode Ex post Facto adalah metode yang digunakan dalam
penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat yang tidak
dimanipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab
akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu
mengakibatkan variable tertentu
f) Metode True Experiment
Dikatakan true experiment (eksperimen yang sebenarnya/betul-
betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua
variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan
demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true
experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara
random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya
kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random
g) Metode Quasi Experiment
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
h) Metode subjek Tunggal
Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental),
merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal.
11
Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif
Sugiyono (2012) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai
metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional,
dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai iptek
baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitiannya
berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2012) berdasarkan teknik pengumpulan data
penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara :
(a) Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak
terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai
pengumpul datanya) dan dapat dilakukan secara langsung (tatap
muka) maupun secara tidak langsung (melalui media seperti
telepon).
Kelebihan dan kekurangan teknik wawancara (Notoatmodjo,
2010) yaitu :
1. Kelebihan
a) Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun
respondennya buta huruf sekalipun, atau pada lapisan
masyarakat yang manapun, karena alat utamanya
adalah bahasa verbal. Dengan pengertian, bahwa
interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa dan
cara dengan latar belakang responden.
12
b) Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka
metode wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi
data terhadap data yang diperoleh dengan cara
observasi ataupun angket.
c) Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai
untuk mengadakan observasi terhadap perilaku
pribadi.
d) Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali
gejala-gejala psikis, terutama yang berada di bawah
sadar.
e) Dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat
cocok untuk digunakan di dalam pengumpulan data-
data sosial.
2. Kekurangan
a) Kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga,
pikiran dan biaya.
b) Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari
interviewer.
c) Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja
memutar balikkan jawaban. Bahkan memberikan
kemungkinan interviewer untuk memalsu jawaban
yang dicatat di dalam catatan wawancara (tidak
jujur).
d) Apabila interviewer dan interviewee mempunyai
perbedaan yang sangat mencolok, sulit untuk
mengadakan rapport sehingga data yang diperoleh
kurang akurat.
e) Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi sekitar, sehingga akan menghambat dan
mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh.
(b) Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Serta
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
13
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika
jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas.
Kelebihan dan kekurangan kuesioner (angket) (Notoatmodjo,
2010) yaitu :
1. Kelebihan
a.) Dalam waktu singkat (serentak) dapat diperoleh data
yang banyak.
b.) Menghemat tenaga, dan mungkin biaya.
c.) Responden dapat memilih waktu senggang untuk
mengisinya, sehingga tidak terlalu terganggu bila
dibandingkan dengan wawancara.
d.) Secara psikologis responden tidak merasa terpaksa,
dan dapat menjawab lebih terbuka, dan sebagainya.
2. Kekurangan
a) Jawaban akan lebih banyak dibumbui dengan sikap
dan harapan-harapan pribadi, sehingga lebih bersifat
subjektif.
b) Dengan adanya bentuk (susunan) pertanyaan yang
sama untuk responden yang sangat heterogen, maka
penafsiran pertanyaan akan berbeda-beda sesuai
dengan latar belakang sosial, pendidikan dan
sebagainya dari responden.
c) Tidak dapat dilakukan untuk golongan masyarakat
yang buta huruf.
d) Apabila responden tidak dapat memahami pertanyaan
atau tidak dapat menjawab, akan terjadi kemacetan,
dan mungkin responden tidak akan menjawab seluruh
angket.
e) Sangat sulit untuk memutuskan pertanyaan-
pertanyaan secara cepat dengan menggunakan bahasa
yang jelas atau bahasa sederhana.
(c) Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
14
yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak
selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain. Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012:145) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaannya,
observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu observasi berperan
serta (participant observation) dan observasi non partisipan (non
participant observation).
Kelebihan dan kekurangan teknik observasi (Notoatmodjo,
2010) yaitu :
1. Kelebihan
a) Merupakan cara pengumpulan data yang murah,
mudah, dan langsung dapat mengamati terhadap
macam-macam gejala.
b) Tidak mengganggu, sekurang-kurangnya tidak terlalu
mengganggu pada sasaran pengamatan (observe).
c) Banyak gejala-gejala psychis penting yang tidak atau
sukar diperoleh dengan teknik angket ataupun
interview, tetapi dengan metode ini mudah diperoleh.
d) Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara
serempak kepada sasaran pengamatan yang lebih
banyak.
2. Kekurangan
a) Banyak peristiwa psychis tertentu yang tidak dapat
diamati, misalnya harapan, keinginan, dan masalah-
masalah yang sifatnya sangat pribadi.
b) Sering memerlukan waktu yang lama sehingga
membosankan, karena tingkah laku atau gejala yang
dikehendaki tidak muncul-muncul.
c) Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa
mereka sedang diamati, mereka akan dengan sengaja
menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau
15
tidak menyenangkan, atau berperilaku yang dibuat-
buat.
d) Sering subjektivitas dari observer tidak dapat
dihindari.
16
2. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono, 2011).
Snowball samping, yakni proses penentuan informan
berdasarkan informan atau responden sebelumnya tanpa
menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi
terkait topik penelitian yang diperlukan (Nugraha, 2005)
Misalnya suatu penelitian menggunakan sampel sebanyak 10
orang, tetapi karena peneliti merasa dengan 10 orang sampel ini
datanya masih kurang lengkap, maka peneliti mencari orang lain
yang dirasa layak dan lebih tahu tentang penelitiannya dan mampu
melengkapi datanya.
17
3. Jenis Publikasi
1. Korespondensi
Korespondensi berasal dari istilah correspondence dalam bahasa
Inggris, yang artinya surat-menyurat atau komunikasi dengan surat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa korespondensi
berarti hal surat-menyurat. Korespondensi dapat juga diartikan dengan
berkirim-kiriman surat. Ini berarti bahwa korespondensi adalah kegiatan
berkomunikasi dengan menggunakan surat sebagai sarana.
2. Laporan Tertulis
a. Laporan penelitian
(1) Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah berdasarkan hasil
penelitian lapangan dan atau studi kepustakaan yang disusun
mahasiswa sesuai dengan bisang studinya sebagai tugas akhir
dalam studi formalnya.
Tujuan dan Kegunaan Skripsi yaitu menyajikan hasil-
hasil temuan penelitian secara ilmiah yang berguna bagi
pengembangan ilmu dan atu kepentingan praktis administrasi
negara dan komunikasi.
(2) Tesis
Tesis berasal dari kata Thesis berarti pernyataan atau
kesimpulan teoretis yang diajukan serta ditunjang oleh
argumentasi ilmiah dan referensi-referensi yang diakui secara
ilmiah, yang dibuat oleh seorang kandidat Magister.
Tesis disusun oleh kandidat Magister secara mandiri pada
akhir masa studi dan merupakan salah satu syarat mencapai
gelar Magister.
(3) Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang
mahasiswa dalam menyelesaikan Program S3 ilmu
pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang
bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin Ilmu
Pendidikan.
18
b. Jurnal
Jurnal adalah hal-hal yang berkaitan dengan menyiarkan
berita atau ulasan berita sehari-hari yang umum dan aktual.
Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut juga
dengan jurnal.
(1) Jurnal nasional
Hal-hal yang berkaitan dengan menyiarkan berita atau
ulasan berita sehari-hari yang umum dan aktual di
dalam negara.
(2) Jurnal internasional
Hal-hal yang berkaitan dengan menyiarkan berita atau
ulasan berita sehari-hari yang umum dan aktual yang
mencakup dunia.
c. Artikel
(1) Koran
Koran (berasal dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa
Peranciscourant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan
yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada
kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang
berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik.
(2) Majalah
Majalah penerbitan berkala yang berisi bermacam macam
artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa
diterbitkan mingguan atau bulanan. Majalah biasanya
memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan
kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa
yang mudah di mengerti oleh banyak orang.
(3) Media online
Media online adalah jaringan luas komputer yang dengan
perizinan yang dapat saling berkoneksi untuk
menyebarluaskan dan membagikan digital files, serta
memperpendek jarak antar Negara.
19
3. Pertemuan Ilmiah
a. Ceramah
Ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu (Legree,
lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum
dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran
dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan
penggunaan buku.
b. Seminar
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk
membahas suatu masalah tertentu dengan prasarana serta tanggapan
melalui suatu diskusi untuk mendapatkan suatu keputusan bersama
mengenai masalah yang diperbincangkan.
c. Kongres
Kongres adalah rapat gabungan resmi dan khusus dari kedua
rumah dari Parlemen dalam rangka memperbaiki amandemen
ke Konstitusi.
d. Simposium
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan
pengunjung dengan seorang pemimpin. Simposium menampilkan
beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek
pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi,
suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap
aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai
sudut pandangan.
20
a) makalah yang sudah disajikan pada pertemuan ilmiah dan telah
disahkan oleh kepala sekolah, surat keterangan dari panitia
seminar atau sertifikat/piagam dari panitia pertemuan ilmiah.
b) Makalah yang disajikan harus merupakan tulisan ilmiah yang
berisi ringkasan laporan hasil penelitian, gagasan, ulasan, atau
tinjauan ilmiah.
Kerangka isi makalah pada pertemuan ilmiah pada umumnya
mengikuti ketentuan yang ditetapkan panitia pertemuan ilmiah.
Namun demikian, setidak-tidaknya makalah tersebut,
mempunyai bagian-bagian isi sebagai berikut :
(1) Bagian awal
Memuat judul, keterangan tentang waktu pelaksanaan,
penyelenggara tempat penyelenggaraan, dan pada
kegiatan apa pertemuan ilmiah tersebut dilakukan.
(2) Bagian Isi
a) Sajian abstraks/ringkasan
b) Paparan masalah utama berikut pembahasan
masalah,
c) Penutup.
(3) Bagian akhir (daftar pustaka)
21
c. Tulisan ilmiah populer
Tulisan Ilmiah Populer adalah tulisan ilmiah yang
dipublikasikan di media massa (koran, majalah, atau sejenisnya),
dalam kaitan dengan upaya pengembangan profesi guru
merupakan tulisan yang lebih banyak mengandung isi
pengetahuan, berupa ide, atau gagasan pengalaman penulis yang
menyangkut bidang pendidikan.
d. Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan
Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang
berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan
formal dan pembelajaran di satuan pendidikan
yang dimuat di jurnal ilmiah.
3. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru
Terdiri dari :
a. Membuat buku pelajaran per tingkat/buku pendidikan per judul
Buku berisi pengetahuan untuk bidang ilmu atau mata pelajaran
tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada suatu jenjang
pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru,
baik sebagai buku utama maupun sebagai buku pelengkap.
b. Membuat modul atau diktat pembelajaran per semester
Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan
secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan
dapat menyerap sendiri materi tersebut.
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau
bidang studi yang dipersiapkan guru untuk
mempermudah/memperkaya materi mata pelajaran/bidang studi
yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Diktat adalah buku pelajaran yang 'masih' mempunyai
keterbatasan, baik dalam jangkauan penggunaannya maupun
cakupan isinya.
Modul atau diktat tersebut harus secara jelas menunjukkan
nama mata pelajaran atau materi pokok tertentu yang menjadi isi
utamanya, tahun/semester diterbitkan, serta penjelasan kelas dari
22
siswa yang akan menggunakan berdasarkan tingkat tingkat
provinsi/kabupaten/sekolah.
c. Membuat buku dalam bidang pendidikan
Buku dalam Bidang Pendidikan merupakan buku yang
berisi pengetahuan terkait dengan bidang kependidikan.
d. Membuat karya hasil terjemahan
Tulisan yang dihasilkan dari penerjemahan buku pelajaran
atau buku dalam bidang pendidikan dari bahasa asing atau
Bahasa daerah ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya dari Bahasa
Indonesia ke bahasa asing atau bahasa daerah yang akan
digunakan untuk membantu proses pembelajaran.
e. Membuat buku pedoman guru
Buku tulisan guru yang berisi rencana kerja tahunan guru.
Isi rencana kerja tersebut paling tidak meliputi upaya dalam
meningkatkan/memperbaiki kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi proses pembelajaran.
23
diketik dengan spasi tunggal dengan menggunakan format yang lebih
sempit dari teks utamanya (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2
cm). Dapat disimpulkan dalam menulis isi abstrak, harus menyampaikan 4
hal secara ringkas yaitu :
1) Apa yang dikerjakan
2) Metode yang digunakan
3) Hasil penelitian
4) Kesimpulan
Di bagian akhir dari abstrak harus disertakan kata kunci. Kata
kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
diteliti atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam
karangan asli, berupa kata tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci
sekitar 3-5 buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem
informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul
penelitian abstraknya dengan mudah.
c) Pendahuluan (introduction)
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak
dan kata kunci. Pendahuluan penting karena terkandung tentang : (1)
Scope, (2) problem, (3) existence research, (4) gap. Untuk penelitian
skripsi Strata-1 cukup terdiri dari scope dan problem sedangkan penelitian
S2/S3 harus menyampaikan secara jelas tentang existence research dan
gap. Existence Research dapat dilakukan dengan melakukan literature
review, kemudian menganalisa tentang metode-metode yang digunakan,
data, permasalahan dan kompleksitas dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang berkaitan. Bagian ini menyajikan kajian pustaka yang
berisi paling sedikit tiga gagasan :
1) latar belakang atau rasional penelitian,
2) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah,
3) rumusan tujuan penelitian.
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang bisa
menjamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional.
Pembahasan kepustakaan harus disajikan secara ringkas, padat, dan
langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek yang dibahas dapat
mencakup landasan teorinya, segi historisnya atau segi lainnya. Penyajian
latar belakang atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa
24
sehingga mengarahkan pembaca ke rumusan masalah penelitian yang
dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah dan akhirnya ke rumusan
tujuan.
Secara ringkas isi dari pendahuluan meliputi :
1) Kegunaan.
2) Permasalahan.
3) Penelitian terkait dengan permasalahan. Penelitian terkait artinya
penelitian sebelumnya yang mendukung penilitian ini dan
metodenya digunakan ataupun dikembangkan dalam penelitian ini.
4) Kekurangan dari penelitian terkait atau permasalahan yang tersisa
atau belum berhasil dikerjakan. Kekurangan yang dimaksud bisa
berupa metode, kecepatan, kwalitas hasil, cara pemrosesan,
kompleksitas, dan bisa juga menyampaikan harga.
5) Tujuan, atau proposed method. Jelaskan rencana peneyelesaian
permasalahan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
penelitian.
6) Organisasi dari makalah. Menjelaskan bagian-bagian dari paper
yang ditulis.
d) Metode (method)
Metode menyajikan bagaimana penelitian dilakukan. Uraian
disajikan dalam beberapa paragraf tanpa subbagian, atau dipilah-pilah
menjadi beberapa subbagian. Hanya hal-hal pokok saja yang disajikan.
Uraian tentang rancangan penelitian tidak perlu diberikan.
Materi pokok metode penelitian adalah bagaimana data
dikumpulkan, siapa sumber data, dan bagaimana data dianalisis. Apabila
uraian disajikan dalam subbagian, maka subbagian itu antara lain berisi
keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen
pengumpulan data, rancangan penelitian, dan teknik analisis data.
Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan mengenai kehadiran
peneliti, subjek penelitian dan informan beserta cara-cara menggali data
penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian. Selain itu juga
diperlukan mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.
e) Hasil (result)
Sampaikan proses penelitian yang dilakukan untuk mencapai hasil
yang diharapkan sesuai dengan metode yang sudah direncanakan
25
menggunakan obyek yang sudah ditetapkan. Penejelasan parameter-
parameter yang dipakai menggunakan data dari obyek penelitian. Pada
bagian akhir jelaskan hasil penelitian yang didukung dengan gambar, tabel
maupun grafik agar pembaca mengerti hasil penelitian yang sudah
dilakukan dan pembaca dapat tertarik dengan yang dipaparkan oleh
peneliti.
f) Pembahasan (discussion)
Pada bagian pembahasan ini jelaskan interpretasi dari hasil
penilitian yang sudah dilakukan. Pada bagian ini dijelaskan penekanan
dari hasil misalnya saat terjadi penurunan nilai yang ditunjukkan oleh
grafik memiliki arti tertentu, dan jelaskan penekanan-penekanan tersebut
yang didukung oleh grafik, gambar maupun tabel.
Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel
ilmiah. Tujuan pembahasan adalah:
1) menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana
tujuan penelitian itu dicapai,
2) menafsirkan temuan-temuan,
3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam kumpulan
pengetahuan yang telah mapan,
4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada.
Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus
disimpulkan hasil-hasil penelitian secara eksplisit. Temuan diintegrasikan
ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan
membandingkan temuan itu dengan temuan penelitian sebelumnya, atau
dengan teori yang ada, atau dengan kenyataan di lapangan. Pembandingan
harus disertai rujukan.
Jika penelitian ini menelaah teori (penelitian dasar), teori yang
lama bisa dikonfirmasi atau ditolak, sebagian atau seluruhnya. Penolakan
sebagian dari teori haruslah disertai dengan modifikasi teori, dan
penolakan terhadap seluruh teori haruslah disertai dengan rumusan teori
baru.
Untuk penelitian kualitatif, pembahasan memuat ide-ide peneliti,
keterkaitan antara kategori-kategori dan dimensi-dimensi serta posisi
temuan atau penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.
g) Kesimpulan (conclusion)
26
Kesimpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada
bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada bagian kedua
bagian itu, dikembangkan pokok-pokok pikiran yang merupakan esensi
dari uraian tersebut. Kesimpulan disajikan dalam bentuk essei, bukan
dalam bentuk numerikal. Saran mengacu kepada tindakan praktis, atau
pengembangan teoritis, dan penelitian lanjutan.
Pada bagian ini menjelaskan kesesuaian dengan tujuan penelitian.
Misalnya penelitian ini berhasil ….. dengan ketelitian ………… dan
kecepatan …..
h) Daftar Rujukan (reference)
Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang
disajikan dalam batang tubuh artikel ilmiah. Bahan pustaka yang
dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam batang
tubuh artikel. Demikian pula semua rujukan yang disebutkan dalam
batang tubuh harus disajikan dalam daftar rujukan.
1) Pengertian EBN
27
Gambar 1.
Model Keputusan Klinis Berdasarkan Bukti Ilmiah (dari Haynes et al)
28
d) Sumber-sumber
Yang dimaksud dengan sumber-sumber di sini adalah sumber-
sumber terhadap perawatan kesehatan. Hampir seluruh keputusan
dalam perawatan kesehatan mempunyai implikasi terhadap sumber-
sumber, misalnya pada saat suatu intervensi mempunyai potensi
yang menguntungkan bagi pasien, namun tidak dapat segera
dilaksanakan karena keterbatasan biaya.
2) Tujuan EBN
Tujuan EBN memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti
ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan
menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang
ada di tempat pemberian pelayanan terhadap pasien, mencapai
kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar
kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani & Bajnok,
2001/2002).
29
4. Mengkritisi penelitian
5. Mengubah praktek keperawatan jika hasil penelitian yang dikritisi
menyarankan hal tersebut.
5) Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan cara berpikir perawat tentang bagaimana
mengorganisir perawatan terhadap individu, keluarga dan komunitas.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dalam proses ini, antara lain
membantu meningkatkan kolaborasi dengan tim kesehatan, menurunkan
biaya perawatan, membantu orang lain untuk mengerti apa yang dilakukan
oleh perawat, diperlukan untuk standar praktek profesional, meningkatkan
partisipasi klien dalam perawatan, meningkatkan otonomi pasien,
meningkatkan perawatan yang spesifik untuk masing-masing individu,
meningkatkan efisiensi, menjaga keberlangsungan dan koordinasi
perawatan, dan meningkatkan kepuasan kerja (Wilkinson, 2007). Dalam
proses keperawatan, terdapat banyak aktivitas pengambilan keputusan dari
saat tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Pada setiap fase proses keperawatan tersebut, hasil-hasil penelitian dapat
membantu perawat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan
yang mempunyai dasar/rasional hasil penelitian yang kuat.
1. Tahap pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk mengkaji
kebutuhan pasien dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh
melalui wawancara dengan pasien, anggota keluarga, perawat yang
lain, atau tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat melalui rekam
medis, dan observasi. Masing - masing sumber tersebut berkontribusi
secara unik terhadap hasil pengkajian secara keseluruhan. Hasil
penelitian yang dapat digunakan dapat berupa hal yang terkait dengan
cara terbaik untuk mengumpulkan informasi, tipe informasi ap ayang
perlu diperoleh, bagaimana menggabungkan seluruh bagian data
pengkajian, dan bagaimana meningkatkan akurasi pengumpulan
informasi. Hasil penelitian juga dapat membantu perawat dalam
memilih alternative metode atau bentuk untuk tipe pasien, situasi
maupun pada tempat pelayanan tertentu.
2. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan
30
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah hal yang
terkait membuat diagnosis keperawatan secara lebih akurat dan
frekuensi terjadinya masing-masing batasan karaktersitik yang terkait
dengan suatu diagnosis keperawatan.
3. Tahap perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain hasil
penelitian yang mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu
yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya tertentu, tipe dan
masalah tertentu, dan pada pasien tertentu.
4. Tahap intervensi/implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan melakukan intervensi
keperawatan yang sebanyak mungkin didasarkan pada hasil-hasil
penelitian.
5. Tahap evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai apakah intervensi
yang dilakukan berdasarkan perencanaan sudah berhasil dan apakah
efektif dari segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan pada
tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan ataupun kegagalan
dalam suatu pemberian asuhan keperawatan.
31
Critical appraisal adalah telaah kritis dimana para klinisi mampu
menilai secara efisien apakah suatu literatur kedokteran dapat digunakan
untuk menjawab pertanyaan klinis dan mampu menilai metodologi
penelitian yang digunakan dalam penelitian tertentu sehingga dapat
diputuskan apakah hasil penelitian tersebut dapat diterima atau tidak.
- Relevansi
- Pembahasan
- Kesimpulan
32
- Critical appraisal merupakan keterampilan yang tidak sulit
dikuasai dan dikembangkan.
b. Kekurangan critical appraisal
- Membutuhkan banyak waktu, terutama pada awal.
- Tidak selalu memberikan jawaban yang mudah.
- Mengurangi semangat, terutama bila akses terhadap hasil
penelitian yang baik pada bidang tertentu sangat terbatas.
b) Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis
perlu dinilai tidak hanya validitas (kebenaran) nya tetapi juga apakah
intervensi tersebut memberikan informasi diagnostic ataupun
terapetik yang substansial, yang cukup penting (important), sehingga
33
berguna untuk menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang
efektif.
Suatu tes diagnostik dipandang penting jika mampu mendiskriminasi
(membedakan) pasien yang sakit dan orang yang tidak sakit dengan
cukup substansial, sebagaimana ditunjukkan oleh ukuran akurasi tes
diagnostik. Suatu intervensi medis yang mampu secara substantif
dan konsisten mengurangi risiko terjadinya hasil buruk (bad
outcome), atau meningkatkan probabilitas terjadinya hasil baik
(good outcome), merupakan intervensi yang penting dan berguna
untuk diberikan kepada pasien. Suatu intervensi disebut penting
hanya jika mampu memberikan perubahan yang secara klinis
maupun statistic signifikan, tidak bisa hanya secara klinis signifikan
atau hanya secara statistik signifikan. Ukuran efek yang lazim
digunakan untuk menunjukkan manfaat terapi dalam mencegah
risiko terjadinya hasil buruk adalah absolute risk reduction (ARR),
relative risk reduction (RRR), dan number needed to treat (NNT).
c) Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika
bisa diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. Bukti terbaik
dari sebuah setting riset belum tentu bisa langsung diekstrapolasi
(diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk memahami
pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi
(efficacy) dan efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah
bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatuintervensi,
baik secara klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada
situasi riset yang sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol
sering kali tidak sama dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu
intervensi menunjukkan efikasi jika efek intervensi itu valid secara
internal (internal validity), dengan kata lain intervensi itu
memberikan efektif ketika diterapkan pada populasi sasaran (target
population).
Agar intervensi efektif ketika diterapkan pada populasi yang lebih
luas, yang tidak hanya meliputi populasi sasaran tetapi juga populasi
eksternal (external population), maka intervensi tersebut harus
34
menunjukkan efektivitas. Efektivitas (effectiveness) adalah bukti
tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik
secara klinis maupun statistik, sebagaimana ditunjukkan/ diterapkan
pada dunia yang nyata (“the real world”).
Efektivitas menunjukkan manfaat praktis-pragmatis dari sebuah
intervensi ketika diterapkan pada lingkungan pelayanan dokter yang
sesungguhnya, di mana banyak terdapat ketidakteraturan
(irregularity) dan ketidakpastian (uncertainty), meskipun pada
lingkungan yang sangat terkontrol alias terkendali intervensi itu
mungkin efektif.
Kemampuan penerapan intervensi dipengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya kesesuaian antara karakteristik populasi pasien dalam riset
dan pasien di tempat praktik, kesesuaian antara variabel hasil yang
diteliti dalam riset dan hasil yang diinginkan pada pasien (perbaikan
klinis), akseptabilitas dan kepatuhan pasien, keamanan (jangka
pendek maupun jangka panjang), biaya, cost-effectiveness, fisibilitas
(kelayakan), perbandingan dengan alternatif intervensi lainnya,
preferensi pasien, akseptabilitas sosial, dan sebagainya.
Pertimbangan semua faktor tersebut diperlukan untuk menentukan
kemampuan penerapan intervensi.
35
2. Validitas interna, hubungan non-kasual
Bias
Chance
Confounding
3. Validitas interna, hubungan kausa
Hubungan waktu
Asosiasi kuat
Hubungan dosis
Hasil konsisten
Hubungan bersifat spesifik
Koherensi
Hasil biologically plausible.
4. Validitas eksterna
Hasil dapat diterapkan pada subjek terpilih.
Hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau.
Hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas.
36
BAB III
ANALISA JURNAL
CriticAl
Point critical apprasial Ya tidak Keterangan
appraisal
Apakah judul Tidak Judul Penelitian belum lengkap dan
memenuhi kaidah belum memenuhi kaidah penulisan
penulisan judul judul sesuai dengan 5 W + 1 H (what,
jurnal when, who, where, why, how), dimana
pada judul tidak dicantumkan siapa
Apakah penulisan Tidak yang dijadikan penelitian serta tidak
judul ada tahun penelitian.
Judul
mengunakan
tanda Tanya (?)
Apakah penulisan
judul Tidak
mengunakan
tanda seru (!)
Penulis Apakah nama Ya Ita Rahmawati, S. SiT, M. Kes
penulis di
cantumkan ?
37
topic penulis? kesehatan yaitu Akademi Perawat
(AKPER) 17 Karanganyar
38
memperoleh data yang lebih lengkap
yang dilakukan dengan cepat sekaligus
dapat menggambarkan perkembangan
individu selama dalam masa
pertumbuhan karena mengalami subjek
dari berbagai tingkat umur..
39
di keperawatan ? Pecangaan Jepara, diharapkan petugas
kesehatan di RSIA Kumalasiwi
Pecangaan Jepara meningkatkan
kualitas asuhan pada ibu dalam hal
memimpin persalinan yaitu meneran.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
40
Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus
berlangsung. Posisi persalinan mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks,
maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran. Penolong
persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi meneran dan
menjelaskan alternatif-alternatif posisi meneran bila posisi bila posisi yang dipilih
ibu tidak efektif.
Persalinan kala II di mulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan
lahirnya seluruh janin. Persalinan Kala II ini di bagi menjadi beberapa fase, yaitu
fase I (tenang), fase II (mengeran), fase III (perineal) di mana di setiap fase-fase
tersebut terdapat perbedaan baik dari perilaku ibu maupun derajat kontraksi dan
nyeri. Dalam persalinan juga diperlukan persiapan-persiapan, baik itu persiapan dari
ibu dan keluarga, maupun persiapan penolong persalinan dan peralatan yang akan
digunakan. Di antara persiapan-persiapan tersebut yang perlu diperhatikan adalah
persiapan ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga dalam hal ini memegang peranan
penting, psikologis ibu mempengaruhi kelancaran proses persalinan. Dan kehadiran
keluarga dalam mendampingi ibu tentunya akan memberi dorongan psikologis ibu,
tentunya dengan tidak mengkesampingkan persiapan-persiapan yang lain.
Proses persalinan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu diantaranya Posisi
tubuh si ibu, Pencegahan rupture, melahirkan kepala, melahirkan bahu, melahirkan
tangan dan tubuh serta kaki, dan yang terakhir memotong tali pusat.
Adapun macam-macam posisi meneran yang dianjurkan pada persalinan kala II
yaitu : Duduk atau Setengah Duduk, Merangkak, Berbaring Miring ke Kiri,
Jongkok/Berdiri. Pada persalinan kala II tidak dianjurkan untuk memposisikan
terlentang karena akan menyebabkan salah satunya terjadi Hipotensi dapat beresiko
terjadinya syok dan berkurang suplay oksigen sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat
menyebabkan hipoksia bagi janin.
Hal ini menunjukan bahwa pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu dapat
memberikan banyak manfaat diantaranya sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan,
kala 2 persalinan menjadi lebih pendek, laserasi perineum lebih sedikit, lebih
membantu meneran serta nilai apgar lebih baik.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut SDKI terdapat sebanyak 359
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2013). Penyebab langsung
41
kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi,
dan eklampsia (Saifuddin, 2009).
Di negara berkembang, beberapa Rumah sakit Ibu dan Anak masalah yang
timbul pada kala II terbanyak adalah inersia uteri, partus macet dan kelelahan,
sedangkan posisi meneran yang diajarkan bidan pada ibu bersalin adalah dominan
posisi yang sesuai dengan keinginan dan kenyamanan ibu. Masalah kala II terjadi
pada fase aktif kala I dan kala II, sebab – sebab yang sering terjadi misalkan inersia
uteri adalah salah dalam memimpin persalinan (pimpinan meneran). Pilihan posisi
berdasarkan keinginan ibu akan memberikan banyak manfaat, sedikit rasa sakit dan
ketidaknyamanan, lama kala II yang lebih pendek sehingga ibu tidak lelah.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian
besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat
penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh
dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana
bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek
terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan
sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh
dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Menurut WHO, posisi bersalin dalam persalinan dapat mempengaruhi lamanya
proses berlangsung, ibu lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih posisi yang
mereka pilih sendiri mengalami proses persalinan yang lenih singkat, dan rasa nyeri
yang berkurang. Oleh karena itu ibu bersalin diberi kebebasan memilih posisi yang
dirasakan paling nyaman kecuali ada kontraindikasi lain.
Terdapat 33 orang ibu bersalin sebagai responden dalam penelitian ini,
berdasarkan hasil distribusi posisi meneran Ibu bersalin di RSIA Kumalasiwi
pecangaan Jepara terdapat 4 responden dengan posisi duduk/setengah duduk, 2
responden dengan posisi merangkak, 1 responden dengan posisi jongkok dan 26
orang dengan posisi berbaring ke kiri. Hal ini menunjukkan sebagian besar posisi
meneran responden dengan berbaring miring ke kiri sebanyak 26 orang dan paling
sedikit dengan posisi jongkok sebanyak 1 orang. Sebagian ibu bersalin yang menjadi
responden dalam penelitian ini mengungkapkan rasa nyaman dengan posisi miring
kiri yang telah diajarkan oleh petugas kesehatan.
Menurut Sumarah, 2009 posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hipoksia karena suplay oksigen tidak terganggu dapat memberi suasana
42
rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya
laserasi/robekan jalan lahir. Adapun keuntungan yang diberikan jika melakukan
meneran dengan posisi miring ke kiri yaitu :
a) Oksigenisasi janin maksimal karena dengan miring kekiri sirkulasi darah
ibu ke janin lebih lancar.
b) Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
c) Mencegah terjadinya laserasi
d) Kontraksi uterus lebih efektif.
e) Memudahkan bidan dalam memberikan pertolongan persalinan. Karena
tidak terlalu menekan proses pembukaan akan berlangsung sehingga
persalinan berlangsung lebih nyaman.
B. IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Implikasi dalam memimpin posisi saat meneran ini bisa diberikan pada saat ibu
bersalin memasuki Kala I Fase laten.
2. Pemberian asuhan pada ibu bersalin tentang posisi saat meneran dapat
menjadikan sebuah implementasi mengingat peran perawat sebagai care giver.
3. Upaya dalam mengurangi resiko angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi
dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada ibu bersalin seperti
penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatus yang berkualitas.
4. Mengingat peran perawat sebagai peneliti, perlu adanya penelitian lanjutan yang
dapat digunakan dan dikembangkan sehingga implementasi keperawatan dapat
berjalan dengan optimal.
43
pada tahun 2014, dapat menjadikan sebuah implementasi yang cukup bagus dan
sesuai dengan peran perawat, bidang ilmu peneliti sesuai dengan topik, penulis
jurnal merupakan mahasiswa ilmu keperawatan dan sesuai dengan bidang ilmu
yang diteliti, hasil peneltian jelas dan mudah dipahami, daftar pustaka yang
digunakan up to date dan banyak menggunakan buku dan hasil penelitian
sebelumnya.
2. KELEMAHAN (WEAKNESS)
Kelemahan penelitian ini adalah judul yang belum mencakup salah satu dari 5
komponen penulisan judul menurut Arikunto, yaitu belum ada adalah subjek
dalam penelitian dan tahun penelitian dilakukan pada judul, tujuan penelitian
yang ditulis hanya tujuan umum dan tidak menuliskan tujuan khusus, serta
dalam jurnal ini tidak dicantumkan teknik pengambilan sample yang
digunakan..
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
44
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Adakemi Keperawatan 17
Karangayar sudah bagus, setiap penelitian pasti terdapat kekurangan dan kelebihan
sama halnya dengan penelitian ini pun memiliki banyak kelebihan disamping adanya
kekurangan – kekurangan. Namun penelitian ini dapat diimplementasikan dalam
dunia keperawatan sesuai dengan peran perawat.
Hasil dari penelitian ini yaitu sebagian besar posisi meneran responden dengan
berbaring miring ke kiri (78,8%), Sebagian besar lama persalinan kala II ibu bersalin
lebih pendek (54,5%) dan terdapat pengaruh posisi meneran terhadap lamanya
persalinan Kala II di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara dengan nilai p value
0,019..
Dari hasil penelitian ini menunjukan pentingnya untuk meningkatkan asuhan
pada ibu bersalin dalam memimpin persalinan terutama dalam bimbingan meneran
sehingga memberikan rasa nyaman pada ibu dalam proses persalinan.
B. SARAN
1. Bagi Keperawatan
Diharapkan agar hasil penelitian dan analisis jurnal ini dijadikan sebagai salah
satu referensi ilmu keperawatan terutama dalam bidang Keperawatan Maternitas
dalam menangani kasus-kasus Intranatal serta pentingnya untuk meningkatkan
asuhan pada ibu bersalin dalam memimpin persalinan terutama dalam bimbingan
meneran sehingga memberikan rasa nyaman pada ibu dalam proses persalinan.
2. Bagi RSUD Wonosari
Diharapkan dapat meningkatkan asuhan pada ibu bersalin dalam memberikan
bimbingan meneran saat persalinan sehingga sebagai implementasi keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual sehingga peran
perawat dapat dijalankan khusunya keperawatan maternitas dirumah sakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
APN.2007 Asuhan Persalinan Normal (APN). Jakarta: Depkes RI. JNPK-KR/POGI &
JHIPIEGO
45
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Edisi Revisi 2010. Jakarta :
Rineka Cipta
Astuti, Titi. 2006. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Masa Intranatal. Banda Lampung:
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Keperawatan.
Desy & Hanifah. 2009. Obgynacea Obstetri & Ginekologi. Yogyakarta : Tosca Entreprise
Liesmayani, Elvi Era. 2008. Materi Ajar Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin. Bandar
Lampung:Akademi Keperawatan Panca Bhakti
Nurasiah, Ai dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. PT Refika Adirama : Bandung
http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/macam-posisi-meneranmengejan-saat.html
Diakses tanggal 5 Desember 2015
46