Anda di halaman 1dari 3

Mannitol (DIH, 999)

Indikasi : Menurunkan tekanan intrakranial yg berkaitan dgn oedema serebral,


meningkatkan ekskresi urine, irigasi genitourinary
Mekanisme aksi : meningkatkan tekanan osmotik filtrat glomerolus, menghambat
reabsorpsi air dan elektrolit tubular dan meningkatkan output urine
Dosis untuk menurunkan TIK : iv 0,25-1,5 g/kg/dosis dapat diulang setiap 6-8 jam
Syarat penggunaan Manitol :
1. Tidak diberikan pada severe renal disease
Manitol merupakan obat nefrotoksik terutama pada dosis tinggi. Untuk
meminimalkan adverse renal effect dilakukan penyesuaian osmolalitas serum
320 mOsmol/L atau dihentikan bila terjadi acute tubular necrosis. Ekskresi
manitol melalui urine. Memperberat kerja ginjal terkait dengan mekanisme
aksinya
2. Tidak diberikan pada Severe dehidration
3. Tidak diberikan pada hearth failure
Dapat menyebabkan hipotensi danhipertensi berkaitan dengan mekanisme
aksinya
4. Tidak diberikan pada pulmonary congestion atau pulmonary oedema
Mannitol dapat memperburuk pulmonary oedema
5. Tidak diberikan pada pasien sepsis
Kondisi sepsis memicu terjadinya hipoventilasi, apabila diberikan manitol
yang dapat menyebabkan hipotensi, maka akan memperburuk kondisi sepsis
6. Penggunaan bersama dengan furosemide perlu diperhatikan terjadinya
gangguan elektrolit
7. Perlu diperhatikan apabila penggunaannya bersamaan dengan agen
nefrotoksik

Penggunaan antikejang pada ICH


Tidak ada bukti yg cukup untuk mendukung penggunaan anti kejang untuk
pencegahan kejang primer dan sekunder pasca stroke ( antiepileptic drugs for the
primary and secondary prevention of seizures after stroke, Cochrane Summaries,
Januari 2010)
Tidak ada bukti yg cukup untuk mendukung penggunaan anti kejang untuk
pencegahan kejang primer dan sekunder yang terjadi pada intracranial venous
thrombosis (antiepileptic drugs for the primary and secondary prevention of
seizures after intracranial venous thrombosis/ICVT, Cochrane summaries, Desember
2011)

Tekanan intrakranial (TIK)

Gejala : sakit kepala, nausea,vomitting, dilatasi pupil, pandangan kabur, penurunan


kesadaran, hipertensi, apnea, bradikardia, vocal defisit diikuti kejang, papiloedema,
perubahan status mental (letargi, iritabilitas, abnormal social behaviour)
Penyebab peningkatan TIK :
1. meningitis,encephalitis, infeksi, abses intrakranial
2. perdarahan subarakhnoid
3. hidrosefalus
4. trauma kepala
5. tumor otak
6. cerebral vemous trombosis
7. idiopatic intracranial hipertensi
monitoring : skor GCS < 9 dan CT scan abnormal, skor GCS < 9 dan CT scan normal
tapi memenuhi 2 dari syarat usia > 40 tahun, unilateral atau bilateral posturing, TD
> 90 mmHg
Cerebral oedema : peningkatan kadar air dalam otak (> 80 %), Biasa muncul karena
brain injury
Manajemen cerebral oedema : mengontrol hiperventilasi (menurunkan
mempertahankan PaCo2 10mmHg dari target 30-35mmHg selama 4-6 jam),

dan

Penggunaan antiplatelet pada stroke hemoragik


Antiplatelet prescribing was common after ICH. Subsequent ischemic strokes or
myocardial infarctions were more common than recurrent ICH. Antiplatelet
prescribing did not appear to have a clinically significant impact on outcomes
measured (American Heart Association, 2010)
Penggunaan antiplatelet untuk stroke hemoragik akut tidak direkomendasikan.
Penggunaan antiplatelet untuk prevensi serangan ulang stroke masih belum jelas.
Penggunaan antiplatelet harus hati-hati mengingat resiko erdarahan yang mungkin
terjadi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antiplatelet :
platelet count (150-450x10pangkat 9 per liter, critical value < 50 atau > 999 x 10
pangkat 9, efek samping (melena, hematuria))
Jurnal : Prior antiplatelet use doesnt affect hemorrhage grouth or outcome after
ICH, Pubmed, 2009 (penggunaan antiplatelet dalam pengobatan perdarahan
intraserebral tidak berhubungan dgn peningkatan volume perdarahan, ekspansi
perdarahan atau outcome klinik pada 90 hari. Penemuan ini mengindikasikan
bahwa penggunaan antiplatelet pasca ICH tidak dijamin)
Role of antiplatelet agent in hematoma expansion during the acute periode of ICH,
Pubmed, 2010 (pasien yang memilikiriwayat penggunaan antiplatelet memiliki

tingkat ekspansi hematoma yang sama dibandingkan dengan pasien yang tidak
menggunakan antiplatelet)
Antiplatelet therapy in aneurisma subarachnoid hemorrhagic : a systematic review,
AHA journal, 2003 (penggunaan antiplatelet menurunkan resiko terjadinya DCI pada
pasien perdarahan subarachnoid, tetapi penggunaan antiplatelet secara rutin belum
direkomendasikan karena masih membutuhkan penelitian lebih lanjut karena jumlah
sample belum mencukupi)

Anda mungkin juga menyukai