Anda di halaman 1dari 17

GAWAT DARURAT MATERNAL NEONATAL

TANDA DAN GEJALA KEGAWATDARURATAN

Dosen Pengampu:

Dara Himalaya,S.ST.,M .Keb

Kelompok 4 Disusun Oleh:

1. Lydia Fitriani (F0G022023)


2. Dewi Intan Fitriani (F0G022021)
3. Nurul Janah Andriani (F0G022017)
4. Serly Wahyuningsih (F0G022014)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Pencipta puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas rahmat-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Tanda Dan Gejala Kegawatdarutan”. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah gawat darurat maternal neonatal di universitas bengkulu. Dalam
penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada bunda Darah Himalaya, S. ST., M.Keb selaku dosen mata kuliah gawat
darurat maternal neonatal yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi para pelajar. Dan juga semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua. Sebelumnya
kami mohon maaf sebesar-besarnya kami menyadari bahwa penyelesaian
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan,
penulisan dan penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan
saran dari dosen pembimbing mata kuliah gawat darurat maternal neonatal untuk
menyempurkan makalah ini. Jika ada kesalahan dalam penyusunan kata. Tak ada
yang sempurna di dunia ini terkecuali sang Maha Pencipta Allah Swt.

Bengkulu,22 Januari 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Penanganan Lanjut Kegawatdaruratan........................................................3


B. Prinsip Pencegahan,Penentuan Dan Penanganan Syok .............................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorian,
2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius
dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau
selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan
ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). Kasus
gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002).
Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi
kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara
bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis
(≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali
perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang
bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006).Penderita atau
pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan tepat, cermat,
dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari
pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon time) dari penolong.
Pengertian lain dari penderita gawat darurat adalah penderita yang bila
tidak ditolong segera akan meninggal. atau menjadi cacat, sehingga
diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena waktu
yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara
sistematis dengan menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan
urutan ABC, yaitu:

1
A. (Air Way): yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas
hambatan
B. (Breathing): yaitu menjamin ventilasi lancar
C. (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penanganan lanjut kegawatdaruratan?
2. Apa saja prinsip pencegahan,penentuan dan penanganan syok?
C. Tujuan
1. Mengetahui penanganan lanjut kegawatdaruratan
2. Mengetahui prinsip pencegahan,penentuan dan penanganan syok

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penanganan Lanjut Kegawatdaruratan
1.Sistem Rujukan
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang
menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat
atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara
horisontal maupun vertikal.Tujuan umum rujukan yaitu Memberikan
petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan rujukan medis
dalam rangka menurunkan IMR dan AMR. Persiapan Rujukan
dilakuakan dengan Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan
keluarganya. Jika terjadi penyulit, seperti keterlambatan untuk merujuk
ke fasilitas kesehatan yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan
atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi
tertulis semua asuhan dan perawatan hasil penilaian (termasuk partograf)
yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan (Syafrudin, 2009).
Jika ibu datang untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi
dan ia tidak siap dengan rencana. rujukan, lakukan konseling terhadap
ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat
rencana rujukan pada saat awal persalinan (Syafrudin, 2009).Kesiapan
untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu menjadí syarat bagi keberhasilan upaya
penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi
fasilitas rujukan yang mampu untuk penatalaksanaan kasus gawatdarurat
Obstetri dan bayi baru lahir dan informasi tentang pelayanan yang
tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan puma waktu, biaya
pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ke tempat rujukan. Persiapan
dan informasi dalam rencana rujukan meliputisiapa yang menemani ibu
dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang sesuai, sarana tranfortasi yang

3
harus tersedia, orang yang ditunjuk menjadi donor darah dan uang untuk
asuhan medik, tranfortasi, obat dan bahan. Singkatan BAKSOKUDO
(Bidan, Alat
1Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang, Dokumen) dapat di gunakan
untuk mengingat hal penting dalam mempersiapkan rujukan (Dinkes,
2009) Rujukan material dan neonatal adalah sistem rujukan yang dikelola
secara strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin
pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripuma
dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu
dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan
ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu
hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan pelayanan
kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes, 2006),
1. Alur rujukan kasus kegawatdaruratan
a. Dari kader Dapat langsung merujuk ke:
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin/bidan desa
3) Puskesmas rawat inap
4) RS swasta/pemerintah
b. Dari posyandu Dapat langsung merujuk ke
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin/hidan desa
1. Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari
a. Kader dan dukun bayi
b. Posyandu.
c. Pondok bersalin/bidan desa
d. Peskesmas pembantu
e. Puskesmas rawat inapt
f. RS kabupaten tipe C/D
2. Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal
a. Menentukan kegawatdaruratan penderita

4
1) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita
yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun
bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan
ke tingkat kegawatdaruratan.
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus
yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,
mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
b. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan
dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah
dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap
dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya
tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan
pada saat awal persalinan.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
3) Meminta petunjuk dan cara penangananuntuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

5
B (Bidan) Pastikan ibu/bayi/ klien didampingi oleh tenaga
kesehatan. yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan .
A (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yangdiperlukan
seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop .
K (keluarga) Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien)
dan alasan mengapa ia dirujuk, Suami Suami dan dan anggota
keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (Surat) Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ihu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat
yang telah diterima ibu .
O (Obat) Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.
K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempar rujukan.
DA (Darah) Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan
transfusi darah apabila terjadi perdarahan.
f. Pengiriman penderita (ketersediaan sarana kendaraan)Untuk
mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu
diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.
g. Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor
harus ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah
2. Rujukan Kasus Kegawatdaruratan Maternal
a. Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:

6
1) Rujukan kegawatdaruratan
2) Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan
sesegeramungkin karena berhubungan dengan kondisi
kegawatdaruratan yang mendesak
3) Rujukan berencana
4) Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan
persiapan yanglebih panjang ketika keadaan umum ibu masih
relatif lebih baik, misalnyadi masa antenatal atau awal persalinan
ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak
dilakukan dalam kondisi gawat darurat rujukan ini dapat
dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yanglebih
beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
a) Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
b) Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
c) Persalinan sudah akan terjadi
d) Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menernani
e) Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
b. Indikasi Rujukan Ibu
1) Riwayat Seksio Sesaria
2) Perdarahan pervaginam
3) Persalinan kurang bulan (usia kehanilan kurang dari 37 minggu)
Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
4) Ketuban pecah lama (kurang lebih 24 jam)
5) Ketuban pecah padapersalinan kurang bulan Ikterus
6) Anemia berat
7) Tanda/gejala infeksi
8) Preeklamsia /hipertensi dalam kehamilan
9) Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
10) Gawat janin
11) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala
janin masuk 5/5

7
12) Presentasi bukan belakang kepala
13) Kehamilan kembar (gemeli)
14) Presentasi majemuk
15) Tali pusat menumbung
16) Syok
3. Rujukan Kasus Kegawatdaruratan Neonatal
a. Pengertian
Menurut Kepmenkes No. 031/Birhup/72 menyatakan bahwa
sistem rujukan adalah sistem di dalam pelayanan kesehatan di mana
terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kesehatan yang timbul baik secara vertikal maupun
horizontal. Menurut Depkes RI 2006 menyatakan bahwa sistem
rujukan adalah sistem sist yang dikelola secara strategis, proaktif,
pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatalyang paripuma dan komprehensif
bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru
lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan
neonatal di wilayah mereka berada.Suatu sistem yang memberikan
suatu gambaran tata cara pengiriman neonatus resiko tinggi dari
tempat yang kurang mampu memberikan penanganan ke Rumah
Sakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam
hal penatalaksanaannya secara menyeluruh (mempunyai fasilitas
yang lebih dalam hal tenaga medis, laboratorium, perawatan dan
pengobatan).
b. Tujuan
1) Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat
dan tepat
2) Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefesien mungkin
Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus
pada unit-unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan
unit-unit tersebut

8
3) Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi
4) Meningkatkan upaya promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif
secara berdaya guna dan berhasil gunac.
c. Jenis rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari rujukan
internal dan rujukan eksternal
1) Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
2) Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit
dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari
puskesmas ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari
puskesmas ke rumah. sakit umum daerah)
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari:
a) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan meliputi pencegahan dan peningkatan
kesehatan
b) Rujukan medis
Rujukan medis meliputi pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan pemulihan dan pengobatan
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan
bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak
berdiri sendiri- sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan
1) Tingkat perawatan pelayanan kesehatan
a) Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D,
b) Puskesmas, Rumah Bersalin.
c) Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS
Kabupaten, RS Swasta, RS Propinsi

9
d) Pelayanan subspesialistisialah RS kelas A, RS kelas B
pendidikan/non pendidikan pemerintah atau swasta
2) Sesuai dengan pembagian tingkat perawatan maka unit perawatan
bayi baru lahir dapat dibagi menjadi:
a) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III
Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah bayi kurang bulan,
sindroma ganguan pemafasan, kejang, cacat bawaan yang
memerlukan tindakan segera, gangguan pengeluaran
mekonium disertai kembung dan muntah, ikterik yang
timbulnya terlalu awal atau lebih dari dua minggu dan
diare.Pada unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan
pertama kegawatan BBL yaitu identifikasisindroma ganguan
nažas, infeksi atau sepsis, cacat hawaan dengan tindakan
segeta, ikterus, muntah, pendarahan, BBLR dan diare.
b) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II:
Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi
pertolongan resusitasi bayi baru lahir dan resusitasi pada
kegawatan selama pemasangan endotrakeal, terapi oksigen,
pemberian cairan intravena, terapi sinar dan tranfusi tukar,
penatalaksanaan hipoglikemi, perawatan BBLR dan bayi lahir
dengan tindakan.Pada unit ini diperlukansarana penunjang
berupa laboratorium dan pemeriksaan radiologis serta
ketersediaan tenaga medis yang mampu melakukantindakan
bedah segera pada bayi.
c) Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I
Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan
masalahperinatologi dan neonatologi dapat ditangani disini.
Unit ini merupakanpusat rujukan sehingga kasus ditangani
sebagian besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam
kehamilan, persalinanmaupun bayi baru lahir.
e. Masalah Rujukan Pada Neonatus dan Bayi Faktor Bayi:
1. Prematur/BBLR (BB-1750-2000gr)

10
2. Umur kehamilan 32-36 minggu
3. Bayi dari ibu DM
4. Bayi dengan riwayat apneu
5. Bayi dengan kejang berulang
6. Sepsis
7. Bayi dengan ganguan pendarahan
8. Bayi dengan gangguan nafas (respiratory distress)
B. Prinsip Pencegahan ,Penentuan Dan Penanganan Syok
Pencegahan dan Penanganan Syok pada Neonatus:
1. Monitor Tanda Vital:
a) Pemantauan terus-menerus detak jantung, pernafasan, dan suhu
tubuh neonatus.
b) Deteksi dini perubahan dapat mengurangi risiko syok.
2. Stabilisasi Suhu:
a) Menjaga suhu tubuh neonatus agar tetap stabil untuk mencegah
hipotermia.
3. Pemberian Oksigen:
a) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk memastikan tingkat
saturasi yang adekuat.
4. Manajemen Cairan:
a) Pemantauan cermat terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit
neonatus.
b) Mencegah dehidrasi atau overhydrasi.
5. Pertolongan Pernapasan:
a) Intervensi cepat bila diperlukan pernafasan mekanis atau bantuan
pernafasan lainnya.
6. Penanganan Infeksi:
a) Pencegahan dan pengobatan infeksi dengan memberikan antibiotik
jika diperlukan.

Pencegahan dan Penanganan Syok pada Maternal:

1. Monitor Tanda Vital Maternal:

11
a) Pemantauan tekanan darah, denyut jantung, dan suhu tubuh secara
teratur.

2. Manajemen Cairan:
a) Menggantikan cairan yang hilang untuk mencegah atau mengatasi
syok hipovolemik.
3. Pencegahan dan Penanganan Pendarahan:
a) Identifikasi dan mengatasi sumber pendarahan, baik yang bersifat
eksternal maupun internal.
4. Manajemen Kondisi Kritis:
a) Terapi spesifik sesuai dengan penyebab syok seperti sepsis atau
kegagalan organ.
5. Intervensi Kebidanan Cepat:
a) Pemantauan ketat dan intervensi bedah atau persalinan sesegera
mungkin jika diperlukan.
6. Pemberian Obat-obatan:
a) Pemberian obat-obatan seperti vasopressor untuk meningkatkan
tekanan darah jika dibutuhkan.
Pencegahan dan penanganan syok pada neonatus dan maternal
melibatkan pendekatan holistik dan terpadu. Pentingnya deteksi dini,
evaluasi cepat, dan intervensi yang tepat tidak dapat diabaikan untuk
meningkatkan prognosis kedua pihak. Kolaborasi tim medis yang efektif
juga krusial dalam situasi kegawatdaruratan ini.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara
tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorian, 2011).
Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell,
2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah
persalinan dan kelahiran. Pencegahan dan penanganan syok pada neonatus dan
maternal melibatkan pendekatan holistik dan terpadu. Pentingnya deteksi dini,
evaluasi cepat, dan intervensi yang tepat tidak dapat diabaikan untuk
meningkatkan prognosis kedua pihak. Kolaborasi tim medis yang efektif juga
krusial dalam situasi kegawatdaruratan ini.
B. Saran
Sebaiknya beberapa puskesmas sudah disediakan untuk mendukung
pelayanan dan penanganan kegawatdaruratan obstetri, namun sarana prasarana
dan SDM dinilai masih kurang memadai. Kemudian terkait sistem perujukan,
komunikasi yang baik antara perujuk dengan tenaga kesehatan di rumah sakit
rujukan menjadi salah satu hal penting yang memegang peranan untuk
menurunkan peningkatan risiko rujukan pada ibu hamil. Hal lain yang juga
perlu diperhatikan yaitu kurangnya pemanfaatan fasilitas ANC terpadu di
puskesmas sehingga deteksi dini komplikasi kehamilan kurang optimal.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Achmad Feryanto. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.
JNPK. 2002, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
JHPIEGO, Pusdiknakes, dan WHO. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan.
Jakarta.
KEMENKES RI. 2016, Modul Bahan Ajar Asuhan Kebidanan
Kegawadaruratan Maternal dan Neonatal.

14

Anda mungkin juga menyukai