Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MASALAH-MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DAN CARA


PENANGANANNYA

Dosen Pengampu:
Asmariyah, S.ST., M. Keb.

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Tri Wulandari F0G022001


2. Fitri Suci Angraini F0G022018
3. Ervi Juliani F0G022022
4. Pipi Sulaiman Putri F0G022025
5. Tri Okta Pian F0G022027
6. Nadia Asmara F0G022030
7. Mellyana Destia Ananda F0G022032
8. Fera Zulita Putri F0G022034

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Kesehatan perempuan dan perencanaan keluarga. Dalam menyusun
makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah mendukung
terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Bengkulu, 10 Februari 2024

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Infertilitas.......................................................................................................
B. Penyakit Menular Seksual (Pms)/Sexual Transmitted Disease (Std)............

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

iii
iv
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Ap itu Infertilitas ?
2. Apa Itu Penyakit Menular Seksual (Pms)/Sexual Transmitted Disease
(Std) ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Infertilitas.
2. Untuk Memahami Penyakit Menular Seksual (Pms)/Sexual Transmitted
Disease (Std).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. INFERTILITAS
1. Definisi
a. Tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan
intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun
(WHO).
b. Pasangan infertil adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis
serta telah berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terjadi
kehamilan (Manuaba, 2009).

2. Jenis/Macam Infertil
a. Infertilitas primer: jika istri belum pernah hamil walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.
b. Infertilitas sekunder: jika istri pernah hamil akan tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

3. Penyebab Infertilitas
a. Faktor Pria
1) Faktor hormonal:
Gangguan hormonal biasanya merupakan faktor utama penyebab
infertilitas/ ketidaksuburan. Produksi sperma laki-laki diatur oleh
hormon seksual pria. Apabila terjadi gangguan atau masalah
hormonal maka hormon gonadotrofin akan turun dan produksi
sperma pun juga akan menurun. Sperma yang sedikit jumlahnya
biasanya juga disebabkan karena kekurangan hormon testosterone.
2) Impotensi:
Mungkin bersifat psikologik, hormonal, berkaitan dengan ejakulasi
prematur, ejakulasi retrograd atau impotensi erektil
3) Sumbatan pada saluran vas deferens:
Hal ini mengakibatkan sperma terhalang pengirimannya dari testis
ke seminal vesikel untuk diolah lebih lanjut menjadi cairan semen,
sehingga semen yang dihasilkan tidak mengandung sperma sama
sekali/dalam jumlah yang tidak cukup.
4) Kegagalan menghasilkan sperma yang berkualitas:
Cacat bawaan sejak lahir, kegagalan testis untuk turun ke kantong
buah pelir (scrotum) sebelum pubertas (kriptokismus), penyakit
seperti mums (gondongan) yang terjadi pada usia dewasa,
pemaparan berbahaya (seperti sinar x, radioaktivitas, zat-zat kimia

2
dan logam beracun, gas karbon monoksida dari asap rokok dan
knalpot mesin), Gangguan genital: jaringan parut (varikolel) yang
menyumbat saluran sperma dan infeksi tuberkulosa pada prostat.
Kondisi panas di sekitar testis, misalnya karena pakaian yang
terlalu ketat, obesitas, kondisi pekerjaan, dll. Faktor vitalitas:
kesehatan yang buruk, nutrisi yang adekuat, tidak berolahraga,
merokok, dll. Stres emosional, tidak melakukan hubungan seksual
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan jumlah
sperma abnormal.
5) Usia
6) Penyakit autoimun
7) Faktor genetik
8) Penyakit metabolik
9) Keganansan atau kanker
b. Faktor Wanita
1) Gangguan organ reproduksi
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan
menghambat transportasi sperma ke vagina.
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen
yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus
sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim
terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks
sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim.
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan
adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai
darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.
d) Kelainan tuba fallopi akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba fallopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
2) Gangguan ovulasi
a) Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH
dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi.
Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stres,
dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan
sekresi kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan

3
dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi
sperma ke vagina.
b) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen
yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus
sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim
terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks
sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim.
c) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan
adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai
darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.
d) Kelainan tuba fallopi akibat infeksi yang mengakibatkan
adhesi tuba fallopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
3) Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk tempat
nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium
tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang
dan terjadilah abortus.
4) Endometriosis
5) Faktor immunologi
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
6) Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan memengaruhi
kesuburan.
7) Faktor lain (PMS/IMS, kebiasaan merokok, napza, minuman
beralkohol, frekuensi coitus).

4. Pemeriksaan Pasangan Infertil


a. Syarat pemeriksaan infertile
1) Istri berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha
untuk mendapatkan anak selama 12 bulan, pemeriksaan dapat
dilakukan lebih dini apabila: riwayat keguguran berulang, diketahui
mengidap kelainan endokrin, pernah radang rongga panggul atau
rongga perut, riwayat bedah ginekology.

4
2) Istri berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan
pertama pasangan itu ke dokter.
3) Istri pasangan infertil yang berumur.
c. Jenis pemeriksaan infertil
1) Pemeriksaan mikroskopis Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
sperma.
2) Uji kecocokan immunologic
Uji kontak air mani dengan lendir serviks (sperm cervical mucus
test-SCMC test) yang dikembangkan oleh Kremer dan Jager dapat
mempertunjukkan adanya antibody local pada pria atau wanita.
3) Uji pascasenggama
Uji ini belum diterima secara seragam karena belom adanya
standarisasi cara melakukan. Cara pemeriksaan: setelah abstinen
selama 2 hari, pasangan dianjurkan melakukan senggama 2 jam
sebelum saat ditentukan untuk datang kedokter. Dengan spekulum
vagina kering, serviks ditampilkan, kemudian lendir serviks yang
tampak dibersihkan dengan kapas kering pula. Jangan
menggunakan kapas basah oleh antiseptik karena dapat mematikan
protozoa. Lendir serviks diambil dengan isapan semprit tuberkulin,
kemudian disemprotkan keluar pada gelas objek, lalu ditutup
dengan gelas penutup. Pemeriksaan mikrokopis dilakukan dengan
Lapangan Pandang Besar (LPB).
4) Uji in vitro
5) Biopsi endometrium
6) Histerosalpingografi
7) Histeroskopi
8) Pemeriksaan hormonal
9) Laparaskopi diagnostic
10) Sitologi vagina hormona

5. Penanganan Infertilitas
Penanganan infertilitas dapat dibedakan penanganan pada pria.
Pena- nganan pada wanita dapat dibagi dalam 7 (tujuh) langkah yang
digam- barkan sebagai berikut.

Langkah I (anamnesis), cara yang terbaik untuk mencari penyebab


infertilitas pada wanita. Banyak faktor penting yang berkaitan de- ngan
infertilitas dapat ditanyakan pada pasien. Anamnesis meliputi hal-hal
berikut.
a. Lama fertilitas.
b. Riwayat haid, ovulasi, dan dismenorea.
c. Riwayat sanggama, frekuensi sanggama, dyspareunia

5
d. Riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik,
kehamilan terakhir.
e. Konstrasepsi yang pernah digunakan.
f. Pemeriksaan infertilitas dan pengobatan sebelumnya.
g. Riwayat penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes melitus, tiroid).
h. Pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
i. Riwayat bedah perut/hipofisis/ginekologi.
j. Riwayat PID, PHS, leukorea.
k. Riwayat keluar ASI.
l. Pengetahuan kesuburan.

Langkah II (analisis hormonal), dilakukan jika dari hasil anamnesis


ditemukan riwayat, atau sedang mengalami gangguan haid, atau dari
pemeriksaan dengan suhu basal badan (SBB) ditemukan anovulasi.
Hiperprolaktinemia menyebabkan gangguan sekresi GnRH yang
akibatnya terjadi anovulasi. Kadar normal prolaktin adalah 5- 25 ng/ml.
Pemeriksaan dilakukan antara pukul 7 sampai 10. Jika ditemukan kadar
prolaktin >50 ng/ml disertai gangguan haid, perlu dipikirkan ada tumor di
hipofisis. Pemeriksaan gonadotropin dapat memberi informasi tentang
penyebab tidak terjadinya haid.

Langkah III (uji pasca sanggama). Tes ini dapat memberi informasi
tentang interaksi antara sperma dan getah serviks. Untuk pelaksa- naan uji
pasca-sanggama telah dijelaskan sebelumnya. Jika hasil UPS negatif,
perlu dilakukan evaluasi kembali terhadap sperma. Hasil UPS yang
normal dapat menyimpulkan penyebab infertilitas suami.

Langkah IV (penilaian ovulasi). Penilaian ovulasi dapat diukur de- ngan


pengukuran suhu basal badan (SBB). SBB dikerjakan setiap hari pada saat
bangun pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, atau sebelum
makan/minum. Jika wanita memiliki siklus haid ber- ovulasi, grafik akan
memperlihatkan gambaran bifasik, sedangkan yang tidak berovulasi
gambaran grafiknya monofasik.

Pada gangguan ovulasi idiopatik yang penyebabnya tidak di-


ketahui, induksi ovulasi dapat dicoba dengan pemberian estrogen (umpan
balik positif) atau antiestrogen (umpan balik negatif). Untuk umpan balik
negatif, diberikan klomifen sitrat dosis 50-100 mg, mulai hari ke-5 sampai
ke-9 siklus haid. Jika dengan pemberian estrogen dan klomifen sitrat tidak
juga terjadi sekresi gonadotropin, untuk pematangan folikel terpaksa
diberikan gonadotropin dari luar. Cara lain untuk menilai ovulasi adalah
dengan USG. Jika dia- meter folikel mencapai 18-25 mm, berarti

6
menunjukkan folikel yang matang dan tidak lama lagi akan terjadi
ovulasi.

Langkah V (pemeriksaan bakteriologi). Perlu dilakukan pemeriksaan


bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi akibat Clamydia tracho- matis
dan gonokokus sering menyebabkan sumbatan tuba. Jika dite- mukan
riwayat abortus berulang atau kelainan bawaan pada kehamil- an
sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap TORCH.

Langkah VI (analisis fase luteal). Kadar estradiol yang tinggi pada fase
luteal dapat menghambat implantasi dan keadaan seperti ini sering
ditemukan pada unexplained infertility. Pengobatan insu- fisiensi korpus
luteum dengan pemberian sediaan progesteron ala- miah. Lebih
diutamakan progesteron intravagina dengan dosis 50- 200 mg daripada
pemberian oral.

Langkah VII (diagnosis tuba falopii). Karena makin meningkatnya


penyakit akibat hubungan seksual, pemeriksaan tuba menjadi sa- ngat
penting. Tuba yang tersumbat, gangguan hormon, dan anovu- lasi
penyebab tersering infertilitas. Untuk mengetahui kelainan pada tuba
tersedia berbagai cara, yaitu uji insuflasi, histe- rosalpingografi, gambaran
tuba falopii secara sonografi, hidrotubasi, dan laparoskopi. Penanganan
pada tiap predisposisi infertilitas ber- gantung pada penyebabnya,
termasuk pemberian antibiotik untuk infertilitas yang disebabkan oleh
infeksi

B. Penyakit Menular Seksual (Pms)/Sexual Transmitted Disease (Std)


1. Definisi
Didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi
organisme virus, bakteri, parasit dan kutu. Penyakit kelamin yang sebagian
besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis
ataupun sesama jenis (Aprilianingrum, 2002). PMS/STD yaitu salah satu
infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan
kelamin. ISR adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab
infeksi ke dalam saluran reproduksi.

2. Penyebab
Penyebabnya yaitu: bakteri (contoh: sifilis, gonorrhea, chlamydia), jamur
(contoh: candidiasis), virus (contoh: HIV, herpes), dan parasit (contoh:
scabies).

3. PMS yang sering terjadi:


a. Kandiloma Akuminata

7
Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis
yang disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV),
paling sering ditemukan di daerah genital dan jarang di selaput lendir.
Kondiloma akuminata (kondiloma akuminata, genital warts, kutil
kelamin) atau lebih dikenal dengan istilah penyakit Jengger Ayam,
karena bentuknya yang mirip jengger pada kondiloma yang luas,
kelainan kulit berbentuk kutil dengan permukaan berlekuk- lekuk mirip
jengger ayam yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV)
tipe tertentu (Seringnya HPV 6 dan 11). Cara penularan infeksi
biasanya melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi
sebelumnya, penularan ke janin atau bayi dari ibu yang telah terinfeksi
sebelumnya dan risiko mengembangkan karsinoma sel skuamosa.
HPV dapat menembus sel-sel basal epidermis. Hal ini dapat
mengaktifkan pembentukan protein, meningkatkan sel-sel proliferasi,
penebalan lapisan yang keras sehingga dapat menimbulkan
papillomatosa. Saat ini kondiloma akuminata menjadi penyebab paling
utama suatu penyakit menular seksual bahkan melebihi herpes genital.
Kondiloma akuminata adalah infeksi anorektal yang paling umum yang
memengaruhi pria homoseksual. Namun, juga sering terjadi pada pria
biseksual dan heteroseksual dan wanita. Meskipun cara penularan
paling umum melalui hubungan seksual namun penyebab nonseksual
juga dapat terjadi. Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus
sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama. HPV yang
masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan
di sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran
seperti bunga kol. Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan
mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena pelepasan virus
bersama epitel. HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon
radang yang merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin
yang dapat menstimulasi saraf perifer. Stimulasi ini menghantarkan
pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang nervus ke
dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai
rasa gatal di korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat
menyebabkan keputihan dan disertai infeksi mikroorganisme yang
berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat
melakukan hubungan seksual.
Kebanyakan keluhan yang paling sering adalah ada benjolan atau
terdapat lesi di perianal. Jarang terdapat gejala seperti gatal, perdarahan,
atau dispaurenia. Lesi sering ditemukan di daerah yang mengalami
trauma selama hubungan seksual dan mungkin soliter tetapi sering akan
ada 5 sampai 15 lesi dari 1-5 mm diameter. Kutil dapat menyatu
menjadi plak yang lebih besar dan ini lebih sering terlihat dengan

8
imunosupresi dan diabetes. Pada pria yang tidak disunat, rongga
prepusium (glans penis, sulkus koronal, frenulum) yang paling sering
terkena, sementara pria yang telah di disunat biasanya terdapat di
batang penis. Kandiloma Akuminata pada pria dapat juga terjadi pada
orificium uretra, pubis, skrotum, pangkal paha, perineum, daerah
perianal, dan anus. Pada perempuan, lesi dapat terjadi pada labia
minora, labia mayora, pubis, klitoris, orificium uretra, perineum, daerah
perianal, anus, introitus, vagina, dan ectocervix. Kutil anogenital dapat
bervariasi secara signifikan dalam warna, dari merah muda ke salmon
merah, putih keabu-abuan sampai coklat (lesi berpigmen). Kondiloma
Akuminata umumnya berupa lesi yang tidak berpigmen. Lesi
berpigmen sebagian besar dapat terlihat pada labia mayora, pubis,
selangkang, perineum, dan daerah perianal.
b. Ulkus Mole
Ulkus Mole (Chancroid) disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi.
Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain:
a. Luka lebih dari diameter 2 cm
b. Cekung, pinggirnya tidak teratur
c. Keluar nanah dan rasa
d. Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin
e. Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat
paha berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah
dan nyeri
f. Komplikasi yang mungkin terjadi: kematian janin pada ibu hamil
yang tertular, memudahkan penularan infeksi HIV. Tes
laboratorium untuk mendeteksinya dengan pewarnaan gram dan
biakan agar selama seminggu.
c. HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyerang pada manusia, seseorang yang telah terinfeksi virus HIV
belum menunjukkan gejala-gejala klinis dan masih tampak sehat dan
seperti orang normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV
yang ditandai dengan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Penderita AIDS mudah diserang infeksi oportunistik (infeksi yang
disebabkan oleh kuman yang pada keadaan sistem kekebalan tubuh
normal tidak terjadi), kanker dan biasanya berakhir dengan kematian.
d. Gonore (GO)
Gonore atau Gonorrhea (bahasa Inggris) atau kencing nanah adalah
penyakit kelamin disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae, yang
dapat menyerang pria maupun wanita. Penyakit ini sangat menular
terutama melalui hubungan seksual dengan bergonta-ganti pasangan.

9
Penyakit ini menyerang atau menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum, tenggorokan (melalui oral seksual), dan bagian putih
mata (konjungtiva), jika terkena mengenai mata.
Pada wanita gejalanya adalah terasa nyeri sewaktu BAK (buang air
kecil) atau disebut drysurria, mengeluarkan cairan yang berlebihan dari
vagina (vaginal discharge), demam. Infeksi dapat menyerang leher
rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Jika tidak segera diobati akan menyebabkan kemandulan. Pada pria
gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam
kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari
penis (menurut wikipedia). Penyakit ini mengintai orang-orang yang
melakukan nikah kontrak dengan bergonta-ganti pasangan seksual.
Meskipun penyakit yang sangat mengerikan dan menular ini dapat
diobati, pencegahan adalah langkah terbaik sebelum tertular.
Pencegahan yang paling utama adalah tidak melakukan aktivitas
seksual dengan bergonta-ganti pasangan.
e. Herpes Genetalia
Herpes kelamin atau herpes genitalia adalah PMS yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks (HSV), penyakit ini sangat menular dan
mengifeksi daerah kelamin. Gejala dari herpes disebut wabah. Dan
biasanya muncul luka (bisul) di dekat daerah di mana virus telah
memasuki tubuh kemudian berubah menjadi lepuh, menjadi gatal dan
menyakitkan, dan kemudian sembuh dan kemudian muncul kembali
jika ada faktor pemicunya. Kadang- kadang orang tidak tahu bahwa
mereka memiliki herpes karena mereka tidak menunjukkan gejala atau
gejala sangat ringan.
Penyakit ini dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan dan akan
tetap bermukim di dalam tubuh. Tetapi obat dapat membantu tubuh
melawan virus dalam tubuh, dapat membantu mengurangi gejala,
menurunkan wabah, dan menurunkan risiko penularan virus kepada
orang lain. Herpes genitalia umumnya menyerang dan menyebabkan
luka pada daerah genital atau dubur, bokong, dan paha yang didapatkan
dari berhubungan seks, maupun seks oral yang terinfeksi virus ini.
Virus dapat menyebar meskipun tidak ada luka/bisul. Bayi baru lahir
juga dapat terinfeksi virus ini jika sang ibu mengidap penyakit yang
mengerikan ini. Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita
herpes karena lecet terjadi di dalam vagina.f. Infeksi Jamur/Candidiasis
Genital/vulvovaginal candidiasis (VVC) atau disebut juga infeksi
jamur, adalah salah satu penyakit kelamin yang disebabkan oleh jamur.
Wanita dewasa lebih rentan terserang infeksi jamur, jika pertumbuhan
jamur melebihi batas normal. Candida (jamur) selalu hadir dalam dan

10
pada tubuh dalam jumlah kecil. Namun, ketika ketidakseimbangan
terjadi, seperti ketika perubahan tingkat keasaman normal vagina atau
ketika perubahan keseimbangan hormon, Candida dapat berkembang
biak. Gejala pada wanita dapat berupa gatal pada kelamin, perasaan
terbakar, keputihan. Pada pria biasanya ruam gatal pada penis. Gejala-
gejala VVC serupa dengan banyak infeksi kelamin lainnya, sehingga
sangat penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika memiliki gejala-
gejala tersebut. Infeksi jamur pada kelamin dapat disembuhkan dengan
krim anti jamur. Langkah- langkah ini dapat membantu mencegah
infeksi jamur vagina:
1) Mengenakan pakaian dalam dari katun
2) Menghindari pakaian ketat yang terbuat dari serat sintetis, seperti
nilon
3) Gunakan kertas toilet putih nonparfum
4) Menjaga kebersihan area genital
5) Gunakan handuk untuk mengeringkan daerah genital
6) Melepaskan pakaian renang yang basah sesegera mungkin setelah
berenang
7) Menggunakan pembalut yang bebas parfum
f. Sifilis
Sifilis atau syphilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh
bakteri spiroseta, treponema pallidum. Menginfeksi daerah kelamin,
bibir, mulut, atau anus baik pria maupun wanita. Sifilis adalah penyakit
seksual yang sangat menular dan didapatkan dari aktivitas kontak
seksual dengan seseorang yang terinfeksi sifilis, pada proses kehamilan
dari ibu ke banyinya, perilaku menyimpang (homoseksual), bergonta-
ganti pasangan seksual dan orang yang terinfeksi HIV. Gejala atau
tanda-tanda sifilis adalah adanya luka kecil, bulat, terasa sakit pada
kelamin, anus atau mulut serta menyebabkan ruam pada tubuh terutama
pada telapak tangan atau telapak kaki. Kadang-kadang menyebabkan
pembengkakan pada kelenjar getah bening di dekatnya.
Banyak orang tidak menyadari gejalanya selama bertahun-tahun
karena gejala ini bisa datang dan pergi. Dalam tahap/stadium yang
parah sifilis dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, mata, jantung,
pembuluh darah, hati, tulang dan sendi. Jika tidak ditangani dengan
serius sifilis dapat menyebabkan kelumpuhan, mati rasa, kebutaan,
cacat lahir atau keguguran dan yang paling ekstrem dapat menyebabkan
kematian

4. Pencegahan Penyakit Menular Seksual


Cara utama untuk mencegah penyakit menular seksual adalah
dengan menerapkan perilaku seks yang aman, yaitu dengan menggunakan

11
kondom setiap berhubungan intim dan tidak bergonta-ganti pasangan
seksual. Selanjutnya, perlu dilakukan skrining rutin untuk semua pria dan
wanita usia 15–65 tahun yang aktif berhubungan seksual, serta semua
pasangan yang merencanakan kehamilan. Tergantung pada jenis
penyakitnya, metode skrining dapat berupa tes usap kelamin atau tes
darah.

Beberapa tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah:

a. Bersikap setia kepada satu pasangan seksual


b. Menjalani vaksinasi, terutama vaksin HPV dan hepatitis B
c. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, khususnya yang
berkaitan dengan organ reproduksi
d. Tidak menggunakan NAPZA, terutama dengan berbagi penggunaan
jarum suntik
e. Tidak berhubungan intim jika didiagnosis menderita penyakit
menular seksual sampai dinyatakan sembuh oleh dokter

5. Pengobatan Penyakit Menular Seksual


Pengobatan terhadap penyakit menular seksual adalah dengan
pemberian obat-obatan, yang jenisnya disesuaikan dengan penyebabnya.
Penting untuk diingat, obat-obatan ini hanya boleh digunakan dengan
resep dokter dan harus diminum sesuai dosis untuk menghindari resistensi
obat dan mencegah kekambuhan.
Berikut adalah jenis obat-obatan yang diresepkan kepada pasien penyakit
menular seksual:
a. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti gonore,
chlamydia, dan sifilis. Antibiotik harus tetap dikonsumsi walaupun
gejala yang dirasakan telah membaik. Hal ini dilakukan untuk
mencegah infeksi kembali terjadi.
Jenis antibiotik yang diberikan untuk mengobati penyakit menular
seksual akibat infeksi bakteri, antara lain:
1) Azithromycin dan doxycycline, untuk mengobati chlamydia
2) Ceftriaxone dan gentamicin, untuk mengobati gonore
3) Penisilin, doxycycline, tetracycline, amoxicillin, dan
ceftriaxone, untuk mengobati sifilis
4) Metronidazole, untuk mengobati trikomoniasis

Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk tidak berhubungan


intim hingga 7 hari setelah pengobatan berakhir dan semua gejala
menghilang.

12
b. Antivirus
Pengobatan dengan obat antivirus hanya bertujuan untuk meredakan
gejala dan mengurangi risiko penyebaran infeksi virus. Beberapa
jenis obat antivirus yang digunakan untuk menangani penyakit
menular seksual akibat infeksi virus adalah:
1) Acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir, untuk menangani
herpes genital
2) Adefovir, entecavir, interferon, dan lamivudine, untuk
menangani hepatitis
3) Podofilox, imiquimod, dan sinecatechins, untuk menangani
HPV

c. Antiretroviral (ARV)
Khusus untuk penderita HIV, dokter akan memberikan obat
antiretroviral (ARV). ARV bekerja untuk memperlambat
perkembangan virus dan mencegah virus HIV menghancurkan
sistem kekebalan tubuh. Perlu diketahui, bila pasien masih
berhubungan seksual secara aktif, pasangan seksual pasien juga
harus mendapatkan pengobatan. Tujuannya adalah untuk memutus
siklus penularan dan mencegah kekambuhan. Penting untuk
diingat, pengobatan penyakit menular seksual membutuhkan waktu
yang lama. Pasien juga harus melakukan kontrol rutin agar dokter
bisa memantau efektivitas pengobatan

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamidah, Syafrudin. 2009. Buku ajar kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Rokhaya Yayan, inayanti eli, siti rusyanti. 2021. Buku Ajar Kesehatan Repriduksu
dan Keluarga Berencana. Jawa Tengah : NEM.

Saifuddin, B A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Ed. 2, cet. 2.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.

15

Anda mungkin juga menyukai