Anda di halaman 1dari 20

STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN MENOPAUSE NORMAL

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Menopause


Dosen Pembimbing : Ibu Dwi Purwanti S.Kp.SST.,M.Kes.

Disusun oleh :
- Riska Fauziyah
- Shania Salsabil Cendekia

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Studi Kasus Asuhan Kebidanan Menopause Normal”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Menopause di Poltekkes
Kemenkes Surabaya Prodi Pendidikan Profesi Bidan. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mengucapkan terimakasih terutama kepada :
1. Ibu Evi Pratami, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan;
2. Ibu Dwi Purwanti S.Kp.SST.,M.Kes.selaku dosen pengajar mata kuliah
Asuhan Kebidanan Menopause;
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan, dan penyusunan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing
mata kuliah Asuhan Kebidanan Menopause untuk menyempurnakan makalah
ini.

Surabaya, Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .................................................................................................i
Kata Pengantar ................................................................................................ii
Daftar Isi ..........................................................................................................iii
Daftar Tabel .....................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3


2.1 Pengertian Menopause ...........................................................................3
2.2 Jenis-jenis Menopause ...........................................................................3
2.3 Fisiologi Menopause ...............................................................................4
2.4 Tahapan Menopause .............................................................................4
2.5 Gejala Menopause ..................................................................................8
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause ......................................9
2.7 Perubahan yang Terjadi Pada Masa Meopause ....................................10
2.8 Penatalaksanaan ....................................................................................11

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................14
3.2 Saran .......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................28


LAMPIRAN ......................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menopause merupakan fase dimana wanita tidak mengalami menstruasi.
Seringkali wanita menghadapi menopause dengan rasa cemas dan takut
karena memasuki usia tua dan sudah tidak dapat melahirkan anak Akibat yang
ditimbulkan dari keadaan ini menurunnya hormon estrogen, hormon
progesteron dan hormon seks dapat menimbulkan gejala fisik yang mungkin
dialami saat mencapai masa menopause yakni berupa rasa panas yang tiba-
tiba menyerang bagian atas tubuh, keluar keringat yang berlebihan pada malam
hari, sulit tidur, iritasi pada kulit, gejala pada mulut dan gigi, kekeringan vagina,
kesulitan menahan buang air kecil, dan peningkatan berat badan (Intan, 2017).
Saat memasuki menopause, ada wanita yang menyambutnya dengan biasa
karena menganggap kondisi ini sebagai bagian dari siklus kehidupan alamiah.
Sebaliknya ada beberapa wanita menganggap masa tua itu sebagai momok
yang menakutkan, kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan
menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi ketika menopause itu
datang. Keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungan dengan
suami maupun lingkungan sosialnya. Kurang minat bekerja dan menekuni hobi.
Wanita menopause memilliki ketergantungan tinggi pada orang lain. Perilaku
gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, mengeluh,
menangis (Manuaba,1999 ; h. 188).
Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 menunjukan bahwa proporsi wanita 30-34 tahun di Indonesia yang
mengalami menopause sebanyak 9,7%, umur 35-39 tahun sebanyak 11,0%,
umur 40-41 tahun sebanyak 12,7%, umur 42-43 tahun sebanyak 14,2%, umur
44-45 tahun sebanyak 17,1%, umur 46-47 tahun sebanyak 26,7%, umur 48-49
tahun sebanyak 43,1% atau jumlah total sekitar 16,1% meningkat sekitar 2% .
Sebagai data pembanding dari jumlah penduduk Indonesia hasil SP2020
menunjukan pada usia 40-55 tahun sebanyak 21, 88% dengan penduduk usia
produktif (15-64) Tahun sebesar 70,72% dari 270,20 juta jiwa (Badan Pusat
Statistik, 2021). Salah satu upaya untuk meningkatkan kesiapan ibu dalam
menghadapi menopause adalah melakukan perubahan pola hidup dan pola
makan yaitu dengan mengkonsumsi zat gizi yang dapat mengurangi gejala
menopause serta mencegah masalah yang timbul setelah menopause (Lestari,
2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian menopause
2. Jenis-jenis menopause
3. Fisiologi menopause
4. Tahapan menopause
5. Gejala menopause
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause
7. Perubahan yang terjadi pada masa meopause
8. Penatalaksanaan

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada masa menopause
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian menopause;
b. Untuk mengetahui jenis-jenis menopause;
c. Untuk mengetahui fisiologi menopause;
d. Untuk mengetahui tahapan menopause;
e. Untuk mengetahui gejala menopause;
f. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi menopause ;
g. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada masa menopause;
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Menopause


Menopause berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata men
dan pauseis yang berarti berhentinya menstruasi. Hal ini disebabkan
adanya perubahan hormonal yaitu penurunan produksi hormon estrogen
yang dihasilkan ovarium (Mulyani, 2015). Menopause adalah berhentinya
proses fisiologis siklus menstruasi yang berkaitan dengan usia wanita.
Berhentinya siklus menstruasi secara permanen disebabkan oleh
hilangnya aktivitas folikel ovarium yang dinyatakan apabila mengalami
amenore (tidak haid) selama 12 bulan.

2.2 Jenis-Jenis Menopause


Berdasarkan etiologinya terbagi menjadi 4 jenis menopause yaitu :
1) Menopause alami
Menopause alami diawali dengan ketidakteraturan menstruasi
disebabkan oleh faktor usia pada wanita dan berkurangnya hormon
estrogen yang menyebabkan level FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone) meningkat secara bertahap. Menopause
alami atau menopause normal terjadi pada usia sekitar 45-55 tahun
(Ginting, 2017).
2) Menopause prematur
Menopause prematur terjadi dibawah usia 40 tahun, ditandai dengan
penghentian masa menstruasi sebelum pada waktunya disertai adanya
hot flushes dan kadar hormon gonadotropin meningkat. Menopause ini
dapat disebabkan oleh faktor herediter, gizi buruk, penyakit menahun dan
penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Namun kejadian ini
sangat langka ditemui prevalensinya yaitu satu diantara seratus wanita
(Febrina, 2017).

3) Menopause buatan
Menopause buatan terjadi pada sebagian wanita karena disebabkan
oleh proses pengangkatan ovarium, kerusakan folikel ovarium akibat
infeksi, radiasi terhadap kedua ovarium dan efek samping dari kemoterapi
(Ginting, 2017).
4) Menopause terlambat
Umumnya batas usia normal wanita mengalami menopause adalah
usia 55 tahun. Namun sebagian wanita yang mengalami siklus menstruasi
di usia lebih dari 55 tahun dapat dikatakan menopause terlambat
(Pasaribu, 2018). Faktor yang menyebabkan terjadinya menopause
terlambat, diantaranya fibromioma uteri, tumor ovarium yang
menghasilkan estrogen dan wanita dengan karsinoma endometrium
(Febrina, 2017).

2.3 Fisiologi Menopause


Pada saat wanita lahir, terdapat sekitar dua juta folikel primordial di
dalam ovarium dan ketika wanita memasuki masa pubertas, jumlah folikel
primordial berkurang sekitar 300.000 karena degenerasi spontan folikel.
Selama masa reproduksi, sekitar 400 folikel mengalami ovulasi atau
pematangan (Ginting, 2017). Beberapa wanita berusia 35 tahun memiliki
100.000 folikel, sementara wanita lain pada usia yang sama hanya
memiliki 10.000 folikel (Lubis, 2016). Saat memasuki masa menopause,
hanya beberapa folikel yang tersisa karena ovarium akan memiliki
jaringan stroma yang padat (Ginting, 2017).
Ovarium wanita menjadi tidak responsif terhadap gonadotropin
dengan bertambahnya usia dan fungsi ovarium akan menurun karena
terjadi penurunan jumlah folikel primordial dalam ovarium yang
mempercepat proses penghentian siklus menstruasi pada wanita.
Ovarium tidak lagi mensekresi progesteron dan 17𝛽- estradiol dalam
jumlah yang cukup dan estrogen diproduksi dalam jumlah kecil melalui
aromatisasi androstenedion di dalam jaringan perifer (Barrett dkk., 2012).
Umpan balik negatif hormon estrogen menyebabkan sekresi FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) meningkat yang
mengindikasikan kegagalan pada ovarium (Ginting, 2017).
Estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin karena
mempunyai struktur kimia berintikan steroid yang secara fisiologis
sebagian besar diproduksi di kelenjar endokrin sistem reproduksi wanita.
Estrogen alamiah yang terpenting adalah Estradiol (E2), Estron (E1) dan
Estriol (E3), jenis estrogen yang terbesar adalah estradiol. Estrogen
dihasilkan oleh ovarium dan dibentuk melalui reaksi aromatisasi androgen
dalam proses yang kompleks dan melibatkan tiga tahap hidroksilasi yang
masingmasing memerlukan O2. Estrogen tidak di produksi pada wanita
menopause karena ovarium tidak lagi responsif (Saryono, 2008).

2.4 Tahapan Menopause


Penurunan kadar estrogen menyebabkan periode menstruasi yang
tidak teratur. Inilah yang biasanya dijadikan sebagai tanda dimulainya
masa menopause. Terdapat empat tahapan menopause yaitu :
1) Pra-menopause
Pra-menopause yaitu masa 4-5 tahun sebelum menopause,
biasanya terjadi pada usia 40-45 tahun. Pra-menopause ditandai dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur dan biasanya disertai rasa nyeri. Pada
wanita tertentu, terdapat keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom
prahaid. Dari hasil analisis hormonal, ditemukan kadar FSH dan estrogen
yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat mengakibatkan
stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga kadar estrogen menjadi
sangat tinggi. Keluhan yang muncul pada fase premenopause dapat
terjadi pada kondisi sistem hormon yang normal maupun tinggi (Saraniga,
2017).
2) Perimenopause
Perimenopause umumnya dimulai pada umur 40 tahun, ditandai
dengan penurunan hormon estrogen dan progesterone yang
menyebabkan siklus mestruasi menjadi tidak teratur, perdarahan ketika
menstruasi memanjang dan rasa neyeri ketika menstruasi (Ginting, 2017).

3) Menopause
Menopause yaitu terjadinya haid terakhir sekitar umur 45-55 tahun.
Menopause terjadi ketika jumlah folikel-folikel menurun dibawah suatu
ambang rangsang yang kritis, kira-kira jumlahnya hanya 1.000 folikel dan
tidak tergantung umur. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar
estrogen tidak mulai mengalami penurunan yang besar sampai kira-kira
satu tahu sebelum menopause (Diniyati & Heriyani, 2016).
4) Pasca-menopause
Pasca-menopause yaitu masa 3-5 tahun setelah menopause. Pasca
menopause adalah masa setelah menopause sampai senium yang
dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi dan
kadar estrodiol yang rendah mengakibatkan endometrium menjadi atropi
sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi. Namun, pada wanita yang gemuk
masih dapat ditemukan kadar estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita
pasca menopause umumnya telah mengalami berbagai macam keluhan
yang diakibatkan oleh rendahnya kadar estrogen (Saraninga, 2017).

2.5 Gejala Menopause


Gejala yang dialami oleh wanita menopause antara lain:
1) Gejolak rasa panas (Hot flashes) dan berkeringat dimalam hari
Hot flashes dan berkeringat dimalam hari merupakan gejala
vasomotor pada wanita menopause dan sering terjadi dengan
intensitasnya berbeda pada setiap wanita. Gejala ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah, wajah, leher, bahu,
dada dan punggung, sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh
yang drastis secara mendadak. Biasanya diikuti dengan kulit wajah yang
memerah dan disertai dengan berkeringat banyak (Ginting, 2017).
2) Perubahan pada daerah urogenital
Perubahan pada daerah urogenital terjadi karena kadar estrogen
menurun sehingga akan menimbulkan penipisan pada jaringan di saluran
urogenital. Kadar estrogen yang berkurang juga menyebabkan vagina
kehilangan kolagen, jaringan adiposa dan kemampuan mempertahankan
air. Perubahan yang terjadi mempengaruhi kualitas hidup karena terjadi
penurunan kontrol urogenital sehingga sulit untuk menahan buang air
kecil. Gejala yang dirasakan antara lain disuria, inkontinensia urgensi dan
meningkatnya frekuensi berkemih (Ginting, 2017).
3) Perubahan psikologi
Perubahan psikologi berperan dalam kehidupan bermasyarakat pada
wanita menopause. Beberapa gejalanya antara lain mudah cemas,
depresi, pemurung, suasana hati yang mudah berubah, mudah emosi,
pelupa, konsentrasi berkurang, pesimis dan merasa letih (Ginting, 2017).
4) Sindorm Mulut Terbakar (SMT)
Gejala SMT ditandai dengan sensasi terbakar pada mukosa oral
tanpa dijumpai lesi klinis. Gejala yang dirasakan setiap individu berbeda.
Hal ini sesuai dengan ketidaksesuaian hormon di dalam tubuhnya.
Berdasarkan penelitian Gao dkk., hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa wanita yang mengalami SMT memiliki hormon FSH yang lebih
tinggi dan hormon estradiol yang lebih rendah dibandingkan wanita tanpa
gejala SMT (Ginting, 2017).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menopause


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi menopause adalah sebagai
berikut:
1) Faktor psikis
Keadaan psikis akan mempengaruhi terjadinya menopause pada
wanita. Menurut beberapa penelitian, keadaan wanita yang tidak menikah
dan bekerja akan mengalami waktu menopause yang lebih cepat
dibandingkan yang menikah dan tidak bekerja (Febrina, 2017).
2) Usia saat menstruasi pertama kali (menarche)
Usia menarche merupakan usia pertama kali mengalami menstruasi.
Menarche merupakan pertanda mulainya fungsi ovarium untuk berovulasi
dan menandakan terjadinya pubertas pada wanita (Anindita, 2015). Usia
terjadinya menarche seringkali dihubungkan dengan masalah kesehatan
terutama kesehatan reproduksi. Beberapa penelitian menemukan adanya
hubungan antara usia saat pertama kali haid dengan usia memasuki masa
menopause. Semakin muda usia saat pertama kali haid, semakin tua usia
memasuki masa menopause (Asbar & Mawarpury, 2018).
Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16-17 tahun akan
mengalami menopause lebih dini sedangkan wanita yang haid lebih dini
seringkali akan mengalami menopause sampai usianya mencapai 50
tahun (Ferbrina, 2017). Wanita yang mengalami menarche pada usia yang
lebih cepat memiliki jumlah Anti Mullerian Hormone (AMH) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia
lambat.
Anti Mullerian Hormone (AMH) disekreksikan oleh sel-sel granulosa
dalam pertumbuhan folikel ovarium primer, sekunder dan antral dengan
sekresi tertinggi terdapat pada tahap sekunder dan antral, kemudian
berakhir dengan pertumbuhan folikel lanjut. Tingkat AMH rendah pada
saat lahir, meningkat pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada saat
remaja, kemudian menurun secara bertahap berdasarkan usia (Bragg
dkk., 2012).
3) Usia melahirkan
Menurut penelitian Beth Israel Deacones Medical Center in Boston
menyatakan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun
akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini
disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem
kerja organ reproduksi bahkan akan memperlambat sistem penuaan
(Febrina, 2017).
4) Penggunaan kontrasepsi oral
Kontrasepsi merupakan suatu upaya mencegah bertemunya sel telur
dengan sel sperma untuk mencegah kehamilan dengan memakai cara,
alat atau obat-obatan (BKKBN, 2011). Terdapat beberapa pilihan
penggunaan alat kontrasepsi, salah satunya adalah penggunaan
kontrasepsi oral (pil KB). Kontrasepsi oral dapat mencegah kehamilan
dengan cara mengkonsumsi obat tersebut pada wanita usia subur.
Namun, penggunaan kontrasepsi oral sering dikaitkan dengan gangguan
reproduksi salah satunya terhadap usia menopause. Wanita yang pernah
menggunakan kontrasepsi oral diketahui akan lebih cepat memasuki
masa menopause dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan kontrasepsi oral dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Hal ini dikarenakan cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium
atau indung telur (Anindita, 2015).
5) Paritas
Paritas merupakan jumlah kehamilan yang telah berhasil dilahirkan
dan mencapai batas viabilitas, tanpa memperhitungkan jumlah anak
(Oxorn, 2010). Paritas sering dikatikan dengan masalah reproduksi, salah
satunya usia menopause. Wanita dengan paritas tinggi, memiliki jumlah
kumulatif siklus menstruasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
wanita yang tidak memiliki anak. Dengan demikian, dapat mempengaruhi
jumlah cadangan oosit yang lebih banyak dan paparan hormon estrogen
yang lebih lama sehingga wanita yang memiliki paritas banyak cenderung
akan mengalami menopause pada usia yang lebih lambat (Dorjgochoo
dkk., 2008).
6) Status gizi
Mengkonsumsi makanan sembarangan dapat mempengaruhi
terjadinya menopause dini. Jika ingin mencegah menopause dini dapat
dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti ketika masih
muda sering mengkonsumsi makanan sehat seperti kedelai, kacang
merah, bengkoang atau pepaya (Febrina, 2017).
7) Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat
mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri
dengan klimakterium dini (Febrina, 2017).

2.7 Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Menopause


1) Pada perubahan fisik
Seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit
berkurang sehingga kulit menjadi kendur. Kulit mudah terbakar sinar
matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit
tumbuh bintik hitam. Otot bawah kulit wajah mengendur sehingga jatuh
lembek. Kelenjar kulit kurang berfungsi, sehingga kulit menjadi kering dan
keriput. Perubahan metabolism tubuh ditandai dengan menurunnya
pengeluaran hormone tiroksin dan insulin, pembakaran, dan keperluan
tubuh menjadi menurun. Untuk dapat menyesuaikan penurunan
metabolism dilakukan perubahan pola makan dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Bila pola makan tetap bebas seperti usia sekitar 30 tahun,
kelebihan bahan nutrisi akan disimpan dalam bentuk lemak dan gula.
Akibatnya akan terjadi kegemukan, deposit lemak terdapat pada bokong,
payudara, dan perut. Kelebihan gula (makanan yang mengandung banyak
gula) dapat menyebabkan gangguan metabolism gula yang akan
menjurus pada penyakit kencing manis (Manuaba, 2009).
2) Perubahan pola makan dianjurkan kea rah makanan yang mengandung
banyak serat.
Juga terjadi perubahan pada kerja usus halus dan besar.
Menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi
lambat. Kemampuan mmereabsorbsi sari makanan semakin berkurang.
Kerja usus halus dan besar yang lambat menimbulakan gangguan buang
air besar berupa konstipasi (Manuaba, 2009).
3) Perubahan sistem jantung dan pembuluh darah
Terjadi karena adanya perubahan metabolism, menurunnya
estrogen, menurunnya pengeluaran hormone paratiroid. Meningkatkan
hormone FSH dan LH serta rendahnya estrogen dapat menimbulkan
perubahan pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah,
leher, dan tengkuk menimbulkan rasa panas yang disebut “hot flushes”,
badan terasa panas. Penimbunan kolesterol pada pembuluh darah
menimbulkan penyakit jantung coroner (Manuaba, 2009).
4) Perubahan genetalia
Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang senggama
terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan
mudah terjadi infeksi (infeksi kandung kencing, infeksi liang senggama).
Kepuasan berkemih dan buang air besar semakin berkurang, seolah-olah
masih terdapat sisa (Manuaba, 2009).

5) Perubahan pada tulang


Terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormone estrogen dan
hormone paratiroid. Tulang mengalami dekalsifikasi (pengapuran) artinya
kalium menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang
(Manuaba, 2009).
6) Penurunan hormone estrogen
Setelah menopause jumlah estrogen dalam tubuh wanita ikut
mengalami penurunan. Hormone estrogen berfungsi dalam membantu
pengeluaran asam urat melalui urin (Nengsi, Bahar, Salam, 2014). Sejalan
dengan pertambahan usia dan menopause yang dialaminya, resiko
penyakit asam urat pada wanita akan meningkat terkait penurunan
produksi estrogen. Keberadaan estrogen sangat penting untuk membantu
pengaturan sekresi asam urat sehingga mampu melindungi wanita dari
hiperurisemia (Lingga, 2012). Menurut Proverawati (2010) perubahan
yang terjadi pada masa menopause diantaranya :
a) Uterus (Rahim)
Uterus mengecil, selai disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan
hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstisial. Serabut
otot myometrium menebal, pembuluh darah myometrium menebal dan
menonjol.
b) Tuba falopi (saluran telur)
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, mengkerut,
endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang.
c) Serviks (mulut Rahim)
Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta
servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek, sehingga
menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen.
d) Vagina
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae,
berkurangnya vaskularisasi, elastisitas berkurang.
e) Dasar pinggul
Kekuatan badan elastisitas menghilang, karena atrofi dan lemahnya daya
sokong disebabkan prolapses utero vaginal.
f) Perineum dan anus
Lemak subkutan menghilang, atrofi, otot sekitarnya menghilang yang
menyebabkan tonus sprinter melemah dan menghilang.
g) Vesika urinaria (kandung kemih)
Tampak aktivitas kendali sprinter dan destrusor hilang, sehingga sering
kencing tanpa sadar.

2.8 Penatalaksanaan
Siklus kehidupan seorang wanita akan melalui fase-fase
perkembangan yang dimulai sejak bayi, balita, anak-anak, remaja, dan
lansia, termasuk didalamnya fase menopause. Menopause merupakan
periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia
45 sampai 50 tahun (Kasdu, 2004).
1) Olahraga
Olahraga memberikan manfaat yang sangat luar biasa, tidak terkecuali
untuk perempuan dengan masa menopause. Dilansir dari EndocrineWeb,
aktivitas fisik ini membantu mencegah terjadinya kenaikan berat badan,
melindungi terhadap penyakit jantung, diabetes, dan osteoporosis.
Bahkan, olahraga membantu mengurangi stres dan meredakan hot
flashes.
2) Tidak Merokok
Selain risiko kesehatan, merokok juga memberikan dampak negatif bagi
perempuan menopause. Merokok meningkatkan kemungkinan kamu
mengalami penyakit jantung dan osteoporosis serta membuat hot flashes
menjadi lebih buruk. Tidak hanya itu, merokok bisa memicu terjadinya
komplikasi jika kamu mengonsumsi obat terapi hormon.
3) Konsumsi Makanan Kaya Kalsium dan Vitamin D
Makanan kaya kalsium, seperti yoghurt, susu, keju, dan sayuran berdaun
hijau seperti sawi hijau, bayam, dan kangkung bisa menjadi beberapa
pilihan alternatif. Berjemur juga menjadi pilihan tepat karena kulit akan
membantu memroduksi vitamin D, tetapi seiring dengan bertambahnya
usia, kulit menjadi tidak lagi terlalu efisien dalam membuatnya. Apabila
tidak terlalu senang berjemur, bisa diganti mengonsumsi makanan dengan
kandungan vitamin D seperti minyak ikan, telur, atau mengonsumsi
suplemen vitamin D agar kebutuhan nutrisi satu ini selalu terpenuhi di
tubuh.
4) Istirahat
Istirahat yang cukup Kondisi depresi, brain fog, dan mood swing
merupakan tanda menopause yang sering terjadi. Hal ini bisa dikarenakan
fluktuasi hormon dan kurangnya waktu tidur. Tidur cukup dan nyenyak
merupakan salah satu cara mengatasi hormon stres dan mengistirahatkan
pikiran. Waktu tidur yang disarankan untuk wanita menopause setidaknya
delapan jam sehari. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan 40 Volume
4 No 2, 2022 Copyright © 2022, JPMK, e-ISSN: 2654-7996
5) Perbanyak minum air putih
Wanita menopause biasanya mengalami gejala menopause vagina kering
dan kulit kering yang disebabkan oleh penurunan hormon estrogen. Guna
mencegah vagina kering dan menjaga kulit sehat masa menopause,
konsumsi air perlu tingkatkan.
6) Cara mengolah makanan
Sebagai contoh, menggoreng makanan bisa meningkatkan kandungan
lemak dan kolesterol pada makanan. Agar makanan untuk wanita
menghadapi masa menopause tetap sehat, kurangi mengolah makanan
dengan cara menggoreng atau membakar makanan. Lebih baik mengolah
makanan dengan cara mengukus, merebus, atau memanggang. Jika
memang perlu digoreng, gunakan sedikit minyak zaitun dengan
pengaturan api yang sedang.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menopause merupakan proses biologis yang akan terjadi pada
setiap wanita, hal ini ditandai dengan penurunan hormon stradiol dan
progesterone namun terjadi peningkatan pada hormon perangsang
folikel/follicle stimulating hormone (Hess, dkk,2011). Pernyataan ini
sejalan pula dengan definisi menopause menurut World Health
Organization (WHO), yaitu berhentinya siklus menstruasi secara
permanen yang diakibatkan hilangnya aktivitas folikel ovarium.
Perubahan fisik dan psikis adalah hal yang pasti terjadi oleh karena
itu masyarakat khususnya wanita premenopause harus mempersiapkan
segala kemungkinan yang terjadi dan selalu berkonsultasi pada tenaga
kesehatan.
Untuk mengurangi gejala yang dirasa tidak nyaman saat menopause
bisa menerapkan gaya hidup sehat, pola makan sehat sejak dini sehingga
bisa menikmati masa menopause dengan lebih baik.

3.2 Saran
1) Bagi Klien
Diharapkan masa menopause berjalan dengan baik dengan menerapkan
gaya hidup sehat.
2) Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu lebih meningkatkan wawasan mengenai
asuhan kebidanan pada masa menopause dan lebih teliti dalam
melakukan pengkajian dan penanganan dengan tepat sehingga klien
bisa mendapatkan penanganan yang sesuai dan optimal.
3) Bagi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi Pendidikan Profesi Kebidanan dapat
memberikan tambahan wawasan mengenai asuhan kebidanan pada
masa menopause dengan berbagai masalah yang sering terjadi pada
masa menopause.
4) Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan terutama bidan harus selalu mengembangkan
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi masa menopause dan bagaimana cara menjalani masa
menopause dengan sehat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Indrawati, Nuke Devi, dkk. (2022). Health Education Knowledge Of Healthy


Living Patterns On Menopaused Women. Diakses 3 Agustus 2022,
dari Program studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
2. Santoro, Nanette, dkk. (2021). The Menopause Transition: Signs,
Symptoms, and Management Options. Diakses 3 Agustus 2022, dari
The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
3. Geraci, Annalisa, dkk. (2021). Sarcopenia and Menopause: The Role of
Estradiol. Diakses 3 Agustus 2022, dari Frontiers In Endocrinology
(Geriatric Unit, Fondazione IRCCS Ca’ Granda Ospedale Maggiore
Policlinico, Milan, Italy).
4. Emmot, Emily, dkk. (2020). The relationship between social support,
stressful events, and menopause symptoms. Diakses 3 Agustus 2022,
dari Plos One (Department of Anthropology, University College
London, London, United Kingdom).
5. Hyvärinen, Matti, dkk. (2022). Metabolic health, menopause, and physical
activity—a 4-year follow-up study. Diakses 3 Agustus 2022, dari
Springer Nature.
6. Sani, dkk. (2022). Pengaruh Cuka Apel Dalam Menurunkan Kadar Asam
Urat Pada Wanita Menopause di Posyandu Lansia Dusun Pasinan
Desa Jabon. Diakses 3 Agustus 2022. Dari Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
7. Istiwani, dkk. (2022). Gambaran wanita usia menopause dan belum
menopause yang mengalami penurunan kadar HDL. Diakses 3
Agustus 2022. Dari Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai