Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

INFERTILITAS

Diajukan Untuk Memenuhi Stase Keperawatan Maternitas Profesi Ners

Disusun Oleh :

Niendy Septiancy Pratiwi

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2020
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Burner and, suddarth, 2001)
 Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

B. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun koitus teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika perempuan pernah hamil, akan tetapi
kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. (Bobak. 2004)

C. Etiologi Infertilitas
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a) Faktor penyakit
- Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan
paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.
Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan
myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung
telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.

- Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita
bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding
dalam panggul.
- Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada
di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan
tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering
menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam
(lapisan endometrium).

- Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya
diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi
rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan
sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan
susah tumbuh.

- Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang
tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia. Terdapat
berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan.
Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis
kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium
polikistik.

- Saluran Telur yang Tersumbat


Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel
telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.

- Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya
merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).
Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid
yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu
semua, maka sebaiknya untuk periksa ke dokter. (Burner and, suddarth. 2001)

b) Faktor fungsional
- Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan
(immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

- Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)


Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi
gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal.

- Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat
memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka
perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan
adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur
matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin)
maka gerakan sperma melambat.

- Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim


Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi
embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium.
Perempuan yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung
mengalami gangguan pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain
karena struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai
c) Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anastesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan (Burner and, suddarth. 2001)

2. Penyebab pada laki-laki (suami)


a. Kelainan pada alat kelamin
 Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis
 Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung
kemih
 Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju buah zakar terlalu
besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang
berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
 Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun

b. Kegagalan fungsional
- Kemampuan ereksi kurang
- Kelainan pembentukan spermatozoa
- Gangguan pada sperma

c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)


Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas
mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis
dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi
yang bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.

d. Gangguan di daerah testis (testicular)


Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau
infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik,
sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai
“pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu
34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-
menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.

e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)


Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan
lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir,
terkena infeksi penyakit seperti tuberkulosis (Tb), serta vasektomi yang memang
disengaja.

f. Tidak adanya semen


Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila
tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini
biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

g.  Kurangnya hormon testosterone


Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.

h. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi dan obat-obatan anti kanker.
(Burner and, suddarth. 2001)

3. Penyebab pada suami dan istri


a. Gangguan pada hubungan seksual
Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina,
impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan
anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)


1) Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2) Masalah dalam pendidikan
3) Emosi karena didahului orang lain hamil (Burner and, suddarth. 2001)
D. Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
(Bobak. 2004) 

2) Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan
penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya
akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu. (Bobak. 2004)
PATHWAY INFERTILITAS

Pada Pria
Pada Wanita

Gg. Hipotalamamus dan Disfungsi Hipotalamus dan


Hipofisis, Terpapar Radiasi, Hipofisis, Gaya hidup,
Toksik, Gaya Hidup Terpapar Radiasi, Toksik

Mempengaruhi
Hormon dalam Ketidakseimban
tubuh (Produksi gan Hormonal
Hormon tidak

Pembentukan F Obs Ketid


FSH dan LH u truk akma
n si mpua
Duk n
Terjadi gg. Pada Pro untuk
duk Infl Koitu
pembentukkan folikel di
si am s/
ovarium Mem
spe peng
Gg. Bentuk M aruhi
Bentu K:
anatomi Abnormalitas k fakto
Re
sistem Serviks sperm sik
a Ce
Bentuk tuba menja ma
palopi yang Mempengaruhi s
di
ntidak sesuai proses M
akibat cedera / pemasukkan K:
sperma
Sperma tidak
dapat lewat
dan tidak
terjadi
fertilisasi dari

Hasil
konsepsi Tidak Timbul rasa Gg. Harga
tidak kunjung malu dan Diri
berkemban hamil tidak
g normal MK : HDR
MK :
Ansietas
E. Manifestasi Klinis
1. Perempuan
- Terjadi kelainan system endokrin
- Hipominore dan amenore
- Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
- Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
- Wanita infertil dapat memiliki uterus
- Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi, atau tumor
- Traktus reproduksi internal yang abnormal

2.  Laki-laki
- Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
- Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
- Hipertiroidisme dan hipotiroid
- Tumor hipofisis atau prolactinoma
- Disfungsi ereksi berat
- Ejakulasi retrograt
- Hypo/epispadia
- Mikropenis
- Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
- Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
- Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
- Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
- Abnormalitas cairan semen

F. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan fisik
- Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
- Pembesaran kel tiroid
- Galaktorea
- Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
- PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa (Reeder, Sharon J. 2011)

b. Pemeriksaan penunjang
a) Analisis sperma
Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya
diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih
sehat/ nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut. Perlu diingat bahwa apapun
hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan
pemilihan penatalaksanaan infertilitas.
b) Deteksi ovulasi
- Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar 
- Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1⁰C setelah ovulasi : Bifasik 
- Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks
encer,daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan
terjadi Estradiol meningkat
c) Hormonal : FSH, LH, E2, Progesteron, Prolaktin
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat memberikan tentang sebab infertilitas,
dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan
hipotalamus dengan hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin
(follicle stimulation hormone (FSH), hormone luteinisasi (LH), dan hormone (estrogen dan
progesterone, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan dapat  menerangkan
kemungkinan infertilitas dari  kegagalannya melepaskan telur (ovulasi)..
d) Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
e) Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa menyerbu lender serviks.
f) Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya
dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
g) Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat
dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
h) Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
i) Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri.
(Reeder, Sharon J. 2011)

G. Penatalaksanaan
1) Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon 
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
5. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
7. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate, 
8. Pengangkatan tumor atau fibroid
9. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi (Burner
and, suddarth. 2001)

2) Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus 
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida (Burner and, suddarth. 2001)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Wanita
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di
rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d) Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi
b. Pria
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
9) Riwayat vasektomi
b)  Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

B. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ  genital wanita maupun pria
a.  Pemeriksaan wanita
 Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina
sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut
vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan
atau perolehan.
 Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini
perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks
yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim
diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan
hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam
setelah PAP Smear.

b. Pemeriksaan Pria
 Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang
tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan
hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah
kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi
jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun
(kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma.

 Penampungan air mani


Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang
bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya
penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam
setelah dikeluarkan.

Analisa Data
No Analisa Data Problem Masalah
Keperawatan
1. Ds: Klien Gg. Hipotalamamus dan Hipofisis, Terpapar Radiasi, Ansietas
Toksik, Gaya Hidup
mengatakan cemas
dengan kondisinya Mempengaruhi Hormon dalam tubuh (Produksi
Hormon tidak seimbang)
saat ini yang tak
Pembentukan FSH dan LH menurun
kunjung hamil
Do : Terjadi gg. Pada pembentukkan folikel di ovarium
Klien tampak tegang
Gg. Bentuk anatomi sistem reproduksi
Klien tampak gelisah
Bentuk tuba palopi yang ntidak sesuai akibat cedera /
infeksi

Sperma tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari


ovum dan sperma

Hasil konsepsi tidak berkembang normal

Tidak kunjung hamil

Ansietas
2 Ds : Klien Gg. Hipotalamamus dan Hipofisis, Terpapar Radiasi, Harga diri
Toksik, Gaya Hidup
mengatakan dirinya Rendah
tidak berguna Mempengaruhi Hormon dalam tubuh (Produksi
Hormon tidak seimbang)
sebagai seorang istri
Pembentukan FSH dan LH menurun
Klien mengatakan
malu dan merasa Terjadi gg. Pada pembentukkan folikel di ovarium

bersalah karena tak Gg. Bentuk anatomi sistem reproduksi


kunjung hamil
Bentuk tuba palopi yang ntidak sesuai akibat cedera /
Do : infeksi
Klien menolak Sperma tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari
berinteraksi dengan ovum dan sperma

orang lain Hasil konsepsi tidak berkembang normal


Klien tidak mampu
Tidak kunjung hamil
membuat keputusan
Timbul rasa malu dan tidak berguna

Gangguan harga diri


Harga diri Rendah
3 Ds : klien Gg. Hipotalamamus dan Hipofisis, Terpapar Radiasi, Berduka
Toksik, Gaya Hidup
mengatakan merasa
bersalah karena tak Mempengaruhi Hormon dalam tubuh (Produksi
Hormon tidak seimbang)
kunjung hamil
Pembentukan FSH dan LH menurun
Klien menngatakan
ia merasa tidak ada Terjadi gg. Pada pembentukkan folikel di ovarium

harapan lagi Gg. Bentuk anatomi sistem reproduksi


Do :
Klien tampak Bentuk tuba palopi yang ntidak sesuai akibat cedera /
infeksi
menangis
Klien tampak panik Sperma tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari
ovum dan sperma

Hasil konsepsi tidak berkembang normal

Tidak kunjung hamil

Kehilangan status sebagai istri

Berduka

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d krisis situasional d.d merasa khawatir dengan akibat yang dari kondisi
yang dihadapi
2. Harga diri rendah situasional b/d perubahan peran sosial d.d menilai diri negatif (mis.
Tidak berguna)
3. Berduka b/d antisipasi kehilangan (fungsi dan status ) d.d merasa tidak ada harapan

D.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 24 jam - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
tingkat ansietas menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
- Perilaku gelisah menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
- Perilaku tegang menurun - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Verbalisasi khawatir akibat - Pahami situasi yang membuat ansietas
kondisi yang hadapi Edukasi :
menurun - Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan dam prognosis
- Anjurkan keluarga untuk teteap bersama pasien
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 24 jam - Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
harga diri meningkat dengan Terapeutik :
kriteria hasil : - Tingkatkan aktifitas fisik sesuai kemampuan
- Penilaian diri positif - Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
meningkat - Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan
- Penerimaan penilaian pembicaraan
positif terhadap diri Edukasi :
sendiri meningkat - Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif
3 Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 x 24 jam - Identifikasi proses berduka yang dialami
tingkat berduka membaik - Identifikasi kehilangan yang dihadapi
dengan kriteria hasil : Terapeutik :
- Verbalisasi perasaan - Tunjukkan sikap menerima dan empati
berguna meningkat - Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang
- Verbalisasi perasaam terdekat
bersalah atau - Fasilitasi mengekspresikam perasaan dengan cara yang
menyalahkan orang nyaman
lain menurun Edukasi :
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap
meningkari, marah, tawar menawar, sepresi dan menerima
adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
- Ajrkan melewati proses berduka secara bertahap

DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan
Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Ktiteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai