A P2 A0 PARTUS MATURUS
DENGAN POST SECTIO CAESAREA A.I GAWAT JANIN
DI RUANG MERPATI RS AU DR.M.SALAMUN
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan
Maternitas yang berjudul“Asuhan Keperawatan Pada Ny.A P2 A0 Partus Maturus Dengan
Post Sectio Caesarea A.I Gawat Janin DiRuang Merpati Rs Au Dr. M. Salamun” yang
Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.
Penulisan laporan kasus makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen
dalam mata kuliah stase maternitas untuk menunjang mahasiswa agar lebih menguasai dan
memahami tentang “Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea A.I Gawat Janin”. Namun
penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekuranganya,baik pada teknis
penulisanmaupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makala
selanjutnya.
Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Kepala Rumah Sakit AU dr.M.Salamun
2. Sekretaris Rumah Sakit AU dr.M.Salamun
3. Kepala ruangan Merpati Rumah Sakit AU dr.M.Salamun serta jajarannya
4. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Institu Kesehatan Rajawaliyang tiadahenti-hentinya
memberikan dukungan dan masukan yang sangat membantu dalam proses penyusunan makalah
asuhan keperawatan ini.
Akhirnya penulis berserah diri kehadirat-Nya, karena sadar dengan segala keterbatasan
sehingga jauh dari kesempurnaan. Namun demikian dengan penuh harapan dan do’a
semoga makalahasuhankeperawatanini nantinya bermanfaat adanya, Aamiin.
Bandung, 18Juni2021
Penulis
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL/COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.......................................................................................
1.2 TjuanPenulisan......................................................................................
1.3 MetodePenulisan...................................................................................
1.4 SistematikaPenulisan............................................................................
BAB II TINJAUAN TEPRITIS
2.1 KonsepPenyakit....................................................................................
2.2 KonsepAsuhanKeperawatan.................................................................
BAB IIITINJAUAN KASUS ASKEP
3.1 Pengkajian.............................................................................................
3.2 DiagnosaKeperawatan..........................................................................
3.3 Perencanaan/IntervensiKeperawatan....................................................
3.4 Pelaksanaan/ImplementasiKeperawatan...............................................
3.5 Evaluasi.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................
4.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada Ny.A dengan diagnose medis Post Sectio
Caesarea a.i (Atas Indikasi) GawatJanin
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengkaji Ny.A dengan diagnose medis Post Sectio Caesarea a.i (Atas
Indikasi) Gawat Janin
b. Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada Ny.A dengan diagnose medis Post
Sectio Caesarea a.i (Atas Indikasi) Gawat Janin
c. Dapat menentukan intervensi keperawatan pada Ny.A dengan diagnose medis Post
Sectio Caesarea a.i (Atas Indikasi) GawatJanin
d. Dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan pada Ny.A dengan diagnose
medis Post Sectio Caesarea a.i (Atas Indikasi) Gawat Janin
e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada Ny.A dengan diagnose medis Post
Sectio Caesarea a.i (Atas Indikasi) Gawat Janin
1.3 MetodePenulisan
1. Wawancara
Dalam metode wawancara ini dilakukan pengkajian yang terdiri dari identitas
pasien, keluhan yang dirasakan pasien, riwayat penyakit pasien, sampai dengan hasil
pemeriksaan penunjang.
2. Pemeriksaan fisik
Dalam metode pemeriksaan fisik ini dilakukan pemeriksaan berupa head to toe
atau persistem dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gawat janin adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin, yang kemudian
berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya (Sarwono,2009). Fetal
Distress( Gawat janin) terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga
mengalami hipoksia.Hipoksia adalah keada jaringan yang kurang oksigen,sedangkan
hipoksemia adalah kadar oksigen dalam darah yang kurang. (Rukiyah, Ai Yeyeh
dkk.2002).
Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 110 per menit atau lebih dari
160 per menit . Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 yang cukup, sehingga
akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam jangka waktu yang
lama atau akut.Disebut gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin diatas
160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya
mekonium yang kental pada awal persalinan (Prawirohardjo, 2009). Gawat janin
merupakan suatu reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup
(Dewi.A.h.,Cristine.C.P., 2010).
B. Etiologi
Etiologi Gawat Janin
Menurut Prawirohardjo (2007) penyebab gawat janin sebagai berikut :
1. Persalinan berlangsung lama
Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida
dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Nugrahaeni, 2010). Persalinan lama dapat
mengakibatkan ibu menjadi Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi
cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Bandle
Ring, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapatmekonium.
2. Induksi persalinan dengan oksitosin
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil belum inpartu baik secara
operatif maupun mesinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga
terjadi persalinan.Akibat pemberian oksitosin yang berlebih-lebihan dalam
3
persalinan dapat mengakibatkan relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian
plasenta.
3. Ada perdarahan
Infeksi, yang disebabkan oleh pecahnya ketuban pada partus lama dapat
membahayakan ibu dan janin,karena bakteri didalam amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin. Pneomonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya (Prawirohadjo, 2009).
5. Insufisiensiplasenta
Hal ini terjadi karena akibat berkurangnya aliran darah uterus- plasenta dalam
waktu singkat, berupa: aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonika uterus, dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena kava,
posisi terlentang, perdarahan ibu karena solusio plasenta atau solusioplasenta.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronis
Hal ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus-plasenta dalam waktu
yang lama.Misalnya : pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi.
6. Kehamilan Postterm
Meningkatnya resiko pada janin postterm adalah bahwa dengan diameter tali pusat
yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin pada
intrapartum, terutama bila disertai dengan oligohidramnion. Penurunan cairan
amnion biasanya terjadi ketika usia kehamilan telah melewati 42 minggu, mingkin
juga pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang
4
terjadipadasindromaspirasimekonium.
7. Preeklamsia
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau
kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan
patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung
janin. Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah :
a. Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava
sehingga timbul Hipotensi.Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan
posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.
b. Infusoksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi
uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami
kelainan.Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi.Pengawasan kontraksi harus
ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
c. Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah
jantung dan penyuluhan darah uterus.Obat anastesia epidural dapat menimbulkan
kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan
dapat terjadi deselerasi lambat.Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai
pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
5
2. Gawat janin sebelum persalinan
a. Gawat janin kronik
b. Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status
fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
c. Gawat janin akut, yaitu suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi
oksigenasi janin.
3. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin
kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi
uterus.Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan
pH janin yang menurun (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi,
2007).
D. Manifestasiklinis
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat
melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah
tendangan janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat
makan pagi sampai dengan makan siang.Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan
janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya.Hal ini
dapat dilakukan oleh semua ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutama diminta
untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yang mengeluh
terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlah minimal
sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau pusat
kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.6 Tanda-tanda gawat
janin:
1. Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala
2. Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantungjanin
6
E. Patofisiologi
c. dibetes militus (DM pada dasarnya gula dapat menjadikan suatu aliran darah
menjadi mengental(viskositas). Maka dari itu akan dapat menimbulkan sebuah
gangguan pada laju/aliran darah, terutama padaplasenta.
2. Faktor uteroplasental
a. kelainan talipusat
Bentuk plasenta yang yang normal ialah ceper dan bulat.diameternya antara 15-20
cm dan tebal 1,5-3 cm. panjang tali pusat adalah sektar 55cm.
b. Tali pusatpendek
Kadang tali pusat sedemikian pendeknya sehingga perut anak berhubungan
dengan plasenta,dalam hal ini selalu disertai umbelikalis. Tali pusat harus lebih
panjang dari 20-30m untuk memungkinkan kelahiran anak ,bergantung pada
apakah plasenta terletak dibawah atau diatas. Tali psat yang terlalu pendek dapat
menimbulkan herniaumbilikalis,solusio plasenta,persalinan tak maju dalam
pengeluaran dan karena tali pusat tertarik mungkin bunyi jantung menjadi buruk
dan inversio uteri.
c. Tali pusat terlalu panjang
Memudahkan terjadinya lilitan tali pusat, lilitan tali pusat, biasanya terdapat pada
leher anak.Lilitn tali pusat menyebabkan tali pusat menjadi relatif pendek dan
mungkin juga menyebabkan letak defleksi.setelah kepala anak lahir, lilitan perlu
di bebaskan melalui kepala atau di gunting antara 2 kocher.
3. Faktor pada janin
a. kompresi tali pusat sehingga menghambat aliran darah dari ibu kejanin bisa
7
karena puntiran tali pusat yang menghambat ataupun karena prolaps talipusat
b. penurunan kemampuan janin membawa oksigen di karenakan hb yang turun atau
dari plasenta yang tidak berfungsi secara normal.( Martaadisoebrata,2004)
8
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
1. Asfiksia
Asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi tali pusat akibat berkurangnya
cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus tali pusat atau KPD pada
kehamilan yang sangat muda dan disertai oligohidramnion yang lama menyebabkan
terjadinya deformitas janin
2. Menyebabkan IUFD (Intra Uterine Fetal Death) jika tidak segera ditangani
denganbaik.
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan umum:
a. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan pembawaan oksigen
dari obu ke janin lebihlancar.
b. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksiajanin.
c. Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin, karena dapat
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang berlanjut dan meningkat
dengan resiko hipoksisjanin.
d. Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi
mekonium pada cairan amnion, lakukan hal sebagaiberikut:
1) Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai.
2) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari penyebab gawatjanin.
Prinsip Umum :
2. PenatalaksanaanKhusus
10
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi mekanis tali pusat, penurunan
perfusi plasenta.
Tujuan :
Mempertahankan kontrol pernafasan
Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik vena/ sirkulasi plasenta.
Kriteria hasil : Bebas dari variabel atau deselerasi lanjut dengan DJJ
2. Hipoksiab.d disfungsi plasenta, gangguan pertukaran gas dan nutrisi ditandai dengan
embolus (sumbatan).
Tujuan : melancarkan aliran darah terutama pada janin.
Kriteriahasil :tekanandarah normal, pernapasanadekut.
3. Rasa nyerib.drobeknya serviks ditandai dengan trauma
Tujuan :
Mengatasi/mengurangi rasa nyeri
Usahakan agar
Kehamilan dapat berlangsung dengan beristirahat dan pemberian progesteron.
4. Infeksi karena bakteri padajanin b.d malpersentasi, pencetus kelahiran
Tujuan :
berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan menurunkan
factor resiko yang teridentifikasi.
Kriteria hasil :menunjukkan denyut jantung janin ( djj ) batas normal
11
BAB III
LAPORAN KASUS
13
secara mandiri seperti mandi mandiri. Kebersihan diri
2x/hari, mencuci rambut dibantu oleh oleh keluarga
1x/hari, menggosok gigi dan perawat
2x/hari, menggunakan
pakaian secara mandiri
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum Baik
2. Tanda tanda vital TD : 110/80 S : 36,1 RR : 24 N : SPO2 :
mmhg 88x/meni 98%
t
3. Kepala Rambut berwarna hitam, tidak rontok, tidak ada ketombe
4. muka Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : hidung bersih
Mulut : mukosa mulut lembab, tidak ada caries, keadaan mulut
bersih
Telinga : tidak ada serumen, telinga bersih
5. leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
6. dada a. Jantung Sesak : tidak
I : ictus cordis tidak terlihat merasa sesak
P : ictus cordis tidak teraba Nyeri : tidak
P : batas jantung RIC III-V merasa nyeri
A : reguler
b. Paru
I : simetris kiri dan kanan tidak terdapat otot
bantu
P : fremitus kiri dan kanan
P : sonor
A : vesikuler, wheezing (-), ronchi (-).
c. Payudara
I : puting susu menonjol, simetris kiri dan
kanan
P : tidak ada bendungan asi, tidak teraba
benjolan
7. Abdomen TFU : 2 jari dibawah pusat Kondisi luka post
14
Kontraksi : tidak ada kontraksi op :
Uterus : lembek Luka tertutup
Post SC : ya perban pada
Nyeri : skala nyeri 4 abdomen bagian
bawah
I. Psikososial
Konsep Diri
Peran : klien berperan menjadi seorang ibu
Identitas diri : kliem merupakan seorang perempuan dan istri yang sekarang
menjadi seorang ibu
Harga diri : tidak ada keluhan
15
Ideal diri : klien berharap agar kondisinya cepat pulih dan bisa berkumpul
dengan keluarganya dirumah
Body image : tidak ada keluhan
K. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
10/06/202 Panel covid Negatif Negatif
GDS 79 mg/dl 70-130 mg/dl
1
Hemoglobin 10,6 g/dl 8,4-10,5 gr/dl
Leukosit 12.000/mm3 5000-10.000/mm3
Hematokrit 32% LK 44-48% /PR38-43%
Trombosit 344.000/mm3 150.000-400.000/mm3
11/06/202 Hemoglobin 13,1 g/dl 12,0-16,0 g/dl
1
16
9. Berapa lama ibu bersedia tinggal dirumah sakit setelah melahirkan ? 3 hari sesuai
anjuran dokter
M.Laporan Persalinan
1) Jam masuk 12.00 Tanggal : 10/06/2021
2) Riwayat persalinan
a. Pada ibu
Kontraksi : 2 x 10 menit
Frekwensi : 150 cc
Intensitas : 10 detik
BB : 70 kg
TB : 150 cm
Tanda-tanda vital : TD : 110/60 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit,
S : 36,8oC.
Payudara :
Ekstremitas : terpasang infus
Ekstremitas bawah tidak ada edema.
Pembukaan : 3
Pendataran hodge : - II
Selaput ketuban : utuh
Warna cairan ketuban : -
Mekanium : -
b. Pada janin
DJJ : 110 x/menit
Presentasi : kepala
Posisi : bagian-bagian kecil tak teraba
N. Pindah kamar bersalin
1. Tanggal / jam : 10/06/2021
2. Tanda dan gejala : pembukaan tidak ada kemajuan
3. Kontraksi : 2 x 10 menit
4. Pembukaan :3
5. Pendataran :-
6. Hodge : II
7. DJJ : 110 x/ menit
17
ANALISA DATA
18
Do :
- Terpasang infuse RL 20 tpm Invasi bakteri
- Ada luka post operasi SC
tertutup perban pada abdomen Resiko infeksi
bagian bawah
3.3 Intervensi
No dx Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Untuk mengetahui skala nyeri
tindakan nyeri 2. Untuk mengetahui
keperawatan selama 2. Identifikasi lokasi, karakteristik dari nyeri
1 x 24 jam nyeri karakteristik, durasi, 3. Dengan diberikan teknik non
menurun. Dengan kualitas dan farmakologis diharapkan dapat
kriteria hasil : intensitas nyeri mengurangi rasa nyeri
Keluhan nyeri 3. Berikan teknik non 4. Diharapkan pasien dapat
menurun farmakologis untuk memahami dan melakukan
Melaporkan mengurangi rasa secara mandiri saat nyeri
nyeri terkontrol nyeri datang
meningkat 4. Ajarkan teknik non 5. Dengan pemberian anlgetik
farmakalogis untuk diharapkan dapat menurunkan
mengurangi rasa nyeri
nyeri
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
2 Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Diharapkan dapat mengetahui
tindakan gangguan fungsi yang mengakibatkan kelelahan
keperawatan selama tubuh yang 2. Diharapkan dapat meningkatkan
1 x 24 jam toleransi mengakibatkan rentang gerak pasien
aktivitas meningkat kelelahan 3. Dengan dilakukan tirah baring
19
dengan kriteria hasil 2. Lakukan latihan diharapkan dapat mengurangi
: rentang gerak pasif kelemahan pasien
Kemudahan &/ aktif 4. Diharapkan agar pasien dapat
dalam melakukan 3. Anjurkan tirah melakukan aktivitas sedikit
aktivitas sehari- baring demi sedikit
hari meningkat 4. Anjurkan
Perasaan lemah melakukan aktivitas
menurun secara bertahap
3 setelah dilakukan 1. Monitor vital sign 1. Adanya peningkatan suhu
tindakan keperawatan dan kaji adanya menunjukkan adanya tanda-
selama 1 x 24 jam peningkatan suhu tanda infeksi
tingkat infeksi 2. Lakukan prinsip 2. Untuk mencegah kontaminasi
menurun. Dengan steril dalam kuman masuk ke luka insisi
kriteria hasil : perawatan luka sehingga menurunkan resiko
Nyeri menurun 3. Pantau hasil terjadinya infeksi
Kemerahan laboratorium pada 3. Angka leukosit yang tinggi,
menurun pemeriksaan melebihi batas normal
leukosit menunjukkan tanda-tanda
4. Kolaborasi dalam terjadinya infeksi
pemberian 4. Untuk menurunkan terjadinya
antibiotic sesuai penyebaran organisme.
advis dokter
3.4 IMPELEMENTASI
Tanggal / No Implementasi Respon pasien paraf
waktu DX
10/06/20211 1. Mengidentifikasi skala nyeri 1. Skala nyeri klien 4 dari 10
2. Mengidentifikasi lokasi, 2. Lokasi nyeri dirasakan pada
karakteristik, durasi, kualitas bekas pos operasi sc, nyeri
dan intensitas nyeri terasa berdenyut-denyut
3. Memberikan teknik non dengan durasi nyeri >30
farmakologis untuk menit
mengurangi rasa nyeri 3. Nyeri agak berkurang
4. Mengajarkan teknik non setelah dilakukan tindakan
20
farmakalogis untuk non farmakologis
mengurangi rasa nyeri 4. Klien mendengarkan dan
5. Berkolaborasi pemberian mengikuti instruksi pada saat
analgetik diajarkan teknik non
farmakologis
5. Klien mengatakan nyeri
berkurang setelah diberikan
analgetik
10/06/2021
2. 1. Identifikasi gangguan 1. Klien merasakan lemah dan
fungsi tubuh yang lelaah akibat post operasi sc
mengakibatkan kelelahan 2. Klien mengatakan masih
2. Lakukan latihan rentang sulit melakukan gerakan
gerak pasif &/ aktif 3. Klien mengatakan merasa
3. Anjurkan tirah baring enakan setelah dianjurkan
4. Anjurkan melakukan tirah baring
aktivitas secara bertahap 4. Klien mengikuti intruksi
untuk melakukan aktivitas
secara bertahap
10/06/2021
3 1. Monitor vital sign dan kaji 1. TTV klien :
adanya peningkatan suhu Td : 120/80, RR : 20 x/menit,
2. Lakukan prinsip steril N : 80 x/menit, S : 36,5
dalam perawatan luka 2. –
3. Pantau hasil laboratorium 3. Hasil leukosit klien normal
pada pemeriksaan leukosit 4. Klien mengatakan bersedia
4. Kolaborasi dalam diberikan antibiotik
pemberian antibiotic sesuai
advis dokter
11/06/2021
1 1. Mengidentifikasi skala 1. Skala nyeri klien 3 dari 10
nyeri 2. Nyeri agak berkurang
2. Memberikan teknik non setelah dilakukan tindakan
farmakologis untuk non farmakologis
mengurangi rasa nyeri 3. Klien mengatakan nyeri
3. Berkolaborasi pemberian berkurang setelah diberikan
analgetik analgetik
11/06/2021
2. 1. Lakukan latihan rentang 1. Klien mengatakan mulai
21
gerak pasif &/ aktif bisa melakukan gerakan
2. tirah baring sedikit demi sedikit
3. Anjurkan melakukan 2. Klien mengatakan merasa
aktivitas secara bertahap nyaman diberikan tirah
baring
3. Klien mulai bisa melakukan
aktivitas sedikit demi sedikit
11/06/2021
3 1. Monitor vital sign dan kaji 1. TTV klien : TD : 110/80,
adanya peningkatan suhu RR : 24 x/menit, N : 85
2. Lakukan prinsip steril dalam x/menit, S : 37,0
perawatan luka 2. –
3. Pantau hasil laboratorium 3. Hasil leukosit klien normal
pada pemeriksaan leukosit 4. Klien mengatakan bersedia
4. Kolaborasi dalam pemberian diberikan antibiotik
antibiotic sesuai advis
dokter
12/06/2021
1 1. Mengidentifikasi skala 1. Skala nyeri klien 2 dari 10
nyeri 2. Nyeri berkurang setelah
2. Memberikan teknik non dilakukan tindakan non
farmakologis untuk farmakologis
mengurangi rasa nyeri 3. Klien mengatakan nyeri
3. Berkolaborasi pemberian berkurang setelah diberikan
analgetik analgetik
12/06/2021
2 1. Lakukan latihan rentang 1. Klien mengatakan sudah
gerak pasif &/ aktif bisa melakukan gerakan
2. tirah baring sedikit demi sedikit
3. Anjurkan melakukan 2. Klien mengatakan merasa
aktivitas secara bertahap nyaman diberikan tirah
baring
3. Klien sudah bisa melakukan
aktivitas sedikit demi sedikit
12/06/2021
3 1. Monitor vital sign dan kaji 1. TTV klien : TD : 110/80,
adanya peningkatan suhu RR : 24 x/menit, N : 85
2. Lakukan prinsip steril x/menit, S : 37,0
dalam perawatan luka 2. –
22
3. Pantau hasil laboratorium 3. Hasil leukosit klien normal
pada pemeriksaan leukosit 4. Klien mengatakan bersedia
4. Kolaborasi dalam diberikan antibiotik
pemberian antibiotic sesuai
advis dokter
3.5 EVALUASI
Tanggal / NoDX Evaluasi Paraf
waktu
10/06/2021
1 S : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi masih terasa
O:
- Klien tampak meringis kesakitan
- Skala nyeri 3
- Tampak luka bekas operasi post op sc
tertutup kassa steril sepanjang 10 cm
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
10/06/2021
2 S : pasien mengatakan belum mampu melakukan
aktivitas mandiri sepenuhnya
O:
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak lemah dan lemas
- Pasien tampak melakukan aktivitas dibantu
oleh keluarga
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
10/06/2021
3 S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada luka
post operasi SC
O:
- Keadaan umum baik
- tampak luka jahitan tertutup kassa steril
sepanjang 10 cm
- TTV
TD : 120/80
23
RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,5
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
11/06/2021
1 S : pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan
operasi mulai berkurang
O:
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Skala nyeri 2
- Tampak luka bekas operasi post op sc
tertutup kassa steril sepanjang 10 cm
A : nyeri melahirkan teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
11/06/2021
2 S : pasien mengatakan sudah mulai bisa melakukan
aktivitas sedikit demi sedikit
O:
- Keadaan umum baik
- Pasien melakukan tampah berusaha
melakukan aktivitas sendiri
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
11/06/2021
3 S : pasien mengatakan nyeri pada luka bekas
operasi berkurang
O:
- Keadaan umum baik
- tampak luka jahitan tertutup kassa steril
sepanjang 10 cm
- TTV klien :
TD : 110/80
RR : 24 x/menit
N : 85 x/menit
S : 37,0
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan tetang asuhan keperawatan pada pasien Ny.A dengan
diagnose medis Post Sectio Caesareaa.i (AtasIndikasi) GawatJanin di RuanganMerpati
RSAU dr. M. Salamun penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian sangat penting pada pasien Post Sectio Caesarea a.i (Atas Indikasi) Gawat
Janin yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah oksigenasi.
2. Dari hasil pengkajian penulis didapatkan 4 keperawatan meliputi kerusakan pertukaran
gas padajanin, hipoksia, nyeri, dan risiko infeksi
3. Intervensi :diagnose keperawatan yang di tampilkan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan khusus terjadi kesamaan namun masing-masing intervensi tetap mengacup ada
sasaran, criteria hasil dan criteria waktu.
4. Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkordinasi dan terintegrasi inti
pelaksanaan dignosa pada kasus tidak semua sama pada tinjauan pustaka.
5. Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan harapan penulis dapat
mengetahui perkembangan yang terjadi pada pasien setiap saat. Pada akhir evaluasi
semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga
dan tim kesehatan.
4.2 Saran
26
1. Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan baik perlu
ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk mencapai hasil
keperawatan yang diharapkan.
2. Pemahaman dan pengembangan mengenai konsep kesehatan perlu ditingkatkan secara
komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA