Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN

PADA KELUARGA BPK S DI RT 04 RW 02


DESA PEKUNCEN KECAMATAN SEMPOR
KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu PKMD

Disusun Oleh:

Talita Khairunnisa Jihan Hamidah (B2020017)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BPK S


RT 04 RW 02 DESA PEKUNCEN
KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu Keluarga Binaan

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui

Tanggal………………

Menyetujui

Pendidik Klinik Lahan Pendidik Klinik Akademik

(Esti Retiningsih S.Tr.Keb) (Wulan Rahmadhani, S.ST, MMR, DrPH)


HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BPK S


RT 04 RW 02 DESA PEKUNCEN
KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu Keluarga Binaan

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui

Tanggal………………

Menyetujui

Ketua Prodi DIII Kebidanan Kepala Desa


Universitas Muhammadiyah Gombong

(Siti Mutoharoh, S.S.T., MPH) (Hasto Nugroho S.Pd.)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat saya pengkajian Survey Mawas Diri di Desa Selokerto Rt
04 RW 02 saya menemukan keluarga Tn S yang merupakan pasangan usia
subur yang memiliki 2 anak berusia 7 tahun dan 7 bulan, Ibu positif
HBsAG, ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi dan balita ibu dalam 3
bulan terakhir mengalami demam, diare dan sebagainnya.
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan
komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan derajat Kesehatan
keluarga. Dalam sebuah keluarga biasanya dijumpai lebih dari satu
permasalahan Kesehatan. Pada keluarga Tn S terdapat beberapa masalah,
dari beberapa masalah tersebut nantinya akan dicari penanganan masalah.
Dalam hal ini penulis mengambil kasus pada keluarga Tn S pada
Rt 04 RW 02 Desa Pekuncen, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen
sebagai bukti pelaksanaan praktek kebidanan komunitas dan melaksanakan
implementasi sesuai dengan prioritas masalah. Diharapkan keluarga lebih
mengerti dan memahami tentang pentingnya Kesehatan keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas terhadap
keluarga Tn. S yang dalam keluarganya istri positif HBsAg (Hepatitis
B) ,tidak menggunakan alat kontrasepsi , dan balita dalam 3 bulan
terakhir mengalami demam, diare dan sebagainnya.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan, diagnosa dan
penatalaksanaan terhadap keluarga Tn. S
b) Mahasiswa dan keluarga dapat mengidentifikasi masalah
kebidanan di dalam keluarga.
c) Mahasiswa dan keluarga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
umum di dalam keluarga.
d) Mahasiswa membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah
yang ada pada keluarga Tn. S
e) Keluarga mampu mengubah perilaku hidup agar lebih sehat.
f) Melaksanakan evaluasi kebidanan komunitas
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk mengimplementasikan asuhan kebidanan terhadap keluarga
binaan dengan baik sehingga tercermin citra bidan yang profesional.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan keluarga binaan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan sumber kepustakaan bagi Universitas Muhammadiyah
Gombong pada asuhan kebidanan komunitas.
3. Bagi Keluarga Binaan
Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi
keluarga Tn. S guna mewujudkan keluarga yang sehat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pasangan Usia Subur


1. Pengertian
Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan salah satu komposisi
penduduk yang masih banyak mengalami gejolak dalam masalah
reproduksi. Pasangan Usia Subur (PUS) dilihat secara fisik dan seksual
sudah matang diikuti psikologisnya terhadap pengetahuan reproduksi.
Masalahnya saat ini program kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS)
dikembangkan dengan penekanan pemakaian alat kontrasepsi setelah
menikah untuk menjarangkan kehamilan, bukan pada kebutuhan yang
lebih besar menyangkut informasi kesehatan reproduksi, edukasi atau
penyediaan. Kurangnya pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)
tentang kesehatan reproduksi dapat berpengaruh pada kesehatan
reproduksinya atau pada kesuburan pasangan usia subur.
2. Hepatitis B
a. Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan
infeksi bakteri, virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan,
alkohol dan zat berbahaya lainnya. (Kemenkes RI, 2016) Hepatitis
B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang
merusak hati dengan masa inkubasi 14-160 hari. Penyebaran
penyakit melalui darah dan produknya, suntikan yang tidak aman,
transfusi darah, proses persalinan, melalui hubungan seksual.
b. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013)
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Hepatitis B adalah:
1. ASR (SGOT)/ALT (SGPT) Awalnya meningkat. Dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim-enzim intra seluler
yang terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet,
terlepas dari jaringan yang rusak, meningkatkan pada
kerusakan hati.
2. Darah Lengkap (DL) Eritrosit menurun sehubungan dengan
penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia Trombositopenia mungkin ada (splenomegaly).
4. Diferensia Darah Lengkap Leukositosis, monositosis, limfosit,
atipikal dan sel plasma.
5. Feses Warna seperti tanah liat, steatorea (penurunan fungsi
hati).
3. Program Keluarga Berencana
a. Pengertian keluarga berencana
Pengertian KB menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan,
serta bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan dan
bantuan dalam mewujdukan hak-hak reproduksi serta
penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang
diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang
ideal, mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak,
mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan
anak (BKKBN, 2015)
b. Tujuan program keluarga berencana
Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk
membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek
pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan
keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan
angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi
secara sukarela yang didasari keinginan dan tanggung jawab
seluruh masyarakat. Upaya unuk menurunkan angka kelahiran
sekaligus membentuk keluarga sejahtera merupakan cerminan dari
program KB (Bappeda, 2013).
Tujuan umum pelaksanaan keluarga berencana adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan
anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya (BKKBN, 2015)
c. Sasaran program keluarga berencana
Sasaran utama pelayanan Keluarga Berencana adalah
pasangan usia subur (PUS) yang berusia 15-49 tahun. Menurut
BKKBN 2015 pasangan usia subur (PUS) yang istrinya berumur
15-499 tahun atau pasangan suami istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau istri berumur 15 tahun tetapi masih haid
(datang bulan).
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga atau PUS pada
umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan tersebut diklarifikasikan dalam 3 fase, yaitu fase menunda
atau mencegah kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, serta fase
menghentikan atau mengakhiri kehamilan/kesuburan.
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
a. Pengertian
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode
kontrasepsi yang masa kerjanya lama dan mempunyai efektivitas
tinggi terhadap pencegahan kehamilan, yang terdiri dari
susuk/implant, AKDR/IUD, MOP, dan MOW (BkkbN, 2011 c).
Implant dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra
Uterine Devices) adalah metode kontrasepsi jangka panjang paling
efektif yang bersifat reversible, sedangkan MOW dan MOP adalah
metode kontrasepsi jangka panjang yang tidak reversible. Implant
dan AKDR juga memiliki keuntungan tambahan yaitu
menyenangkan, disukai pengguna, dan murah dengan angka
kegagalan < 1% serta bisa “dilupakan” tidak harus dikonsumsi
setiap hari seperti pil atau harus disuntik ulang setiap 1 atau 3
bulan seperti kontrasepsi suntikan. Oleh karena itu, implant dan
AKDR seharusnya menjadi metode kontrasepsi pilihan pertama
yang ditawarkan kepada sebagian besar wanita (Brown, 1997;
Stoddard, 2011).
b. Jenis-jenis MKJP bagi penderita Hepatitis B
1) Alat kontrasepsi dalam Rahim(AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD) merupakan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim. Alat kontrasepsi dalam
rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran
tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 8-10 tahun,
dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel
mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau
bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang
terpapar infeksi menular seksual.
a) Cara kerja AKDR
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
falopii.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
cavum uteri.
3. Mencegah sperma dan ovum bertemu, membuat sperma
sulit masuk kedalam alat reproduksi dan mengurangi
sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus
b) Keuntungan AKDR
1. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahunpertama (1 kegagalan dalam 125 - 170
kehamilan).
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-
380A dan tidak perlu diganti).
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak takut
untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus
(apabila tidak terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menapouse ( 1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir).11)Tidak ada interaksi
dengan obat-obat.
c) Kelemahan
1. Adanya efek samping yang umum terjadi, seperti :
perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama
dan akan berkurang setelah 3bulan), haid lebih lama
dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid
lebih sakit
2. Merasa sakit dan kram selama 3- 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang bila pemasangan
benar).
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan perempuan dengan IMS atau
sering berganti pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan
dengan IMSmemakai AKDR, PRP dapat memicu
infertilitas
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks
diperlukan dalampemasangan AKDR.
7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera
setelahpemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1 - 2 hari.
8. Pencabutan AKDR hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter atau bidan) yang terlatih.
9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
(sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah
melahirkan).
10. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari
waktu ke waktu.
2) Kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil),
atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis
saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang
tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal,
yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk
seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada
kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya
penambahan spermicidal) maupun sebagai aksesoris aktivitas
seksual (Saifuddin, 2003).
a) Jenis Kondom
Klasifikasi kondom berdasarkan jenis kelaminnya terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu kondom pria dan kondom wanita
(USU, 2009) :
1. Kondom Pria
Kondom pria merupakan selubung/sarung karet tipis
yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan
air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama
sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada dua
macam, yaitu polos dan berputing. Bentuk berputing
ada kelebihannya yaitu untuk menampung sperma
setelah ejakulasi. Cara kerja kondom yaitu mencegah
pertemuan ovum dan sperma atau mencegah
spermatozoa mencapai saluran genital wanita (USU,
2009).
Jenis/tipe kondom pria adalah :
a. Kondom lateks
Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks
halus dan berbentuk silinder bulat, umumnya
memiliki panjang 15-20 cm, tebal 0,03-0,08 mm,
garis tengah sekitar 3,0-3,5 cm, dengan satu ujung
buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang
terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah
tersedia dalam ukuran yang lebih besar atau lebih
kecil dari standar.
b. Kondom berpelumas
Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas,
telah diperkenalkan variasi kondom yang
berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna,
memiliki rasa, dan beraroma.
c. Kondom anti alergi
Kondom anti alergi terbuat dari karet lateks dengan
rendah residu dan tidak dipralubrikasi.
d. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standar,
dipasarkan terutama untuk hubungan intim per-anus
pada pria homoseks untuk memberikan
perlindungan tambahan terhadap penularan
HIV/AIDS (USU, 2009).
2. Kondom Wanita
Kondom untuk wanita adalah suatu sarung polyurethane
dengan panjang 15 cm dan garis tengah 7 cm yang
ujungnya terbuka melekat ke suatu cincin polyurethane
lentur. Cincin polyurethane ini berfungsi sebagai alat
untuk memasang dan melekatkan kondom di vagina.
Kondom wanita mengandung pelumas berbahan dasar
silikon dan tidak memerlukan pelumas spermisida serta
hanya sekali pakai. Efektivitas dari penggunaan
kondom ini menunjukkan sama dengan efektivitas dari
penggunaan diafragma (USU, 2009).
Bahan polyurethane kurang menyebabkan reaksi alergi
dibandingkan kondom lateks. Bahan tersebut juga kuat
dan jarang robek (40% lebih kuat dari kondom lateks)
tetapi tipis sehingga sensasi yang ditimbulkan tetap
dapat dipertahankan. Kondom wanita ini dapat
mencegah kehamilan dan penularan penyakit seksual
termasuk HIV apabila digunakan dengan benar (Lubis,
2008).
b) Kelebihan pemakaian kondom
1. Tidak mengganggu produksi ASI.
2. Tidak mengganggu kesehatan klien.
3. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
4. Murah dan dapat dibeli secara umum.
5. Dapat mencegah IMS
c) Kekurangan pemakaian kondom
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi.
3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung).
4. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat
umum.
7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah (Saifuddin, 2003).

B. Manajemen / Asuhan Kebidanan pada Keluarga


Manajemen kebidanan adalah proses penyelesaian masalah
menggunakan metode mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori, penemuan, ketrampilan dengan tahap yang logis
untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada keluarga.
Langkah-langkah manajemen kebidanan (varney) :
a. Pengumpulan data
Pada langkah pertama ini di kumpulkan semua
data dasar untuk evaluasi, tahap ini merupakan langkah
awal yang menetukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi
dan menentukan proses interprestasi yang benar / tidak
dalam tahap selanjutnya sehingga dalam pendekatan ini
harap komperhensif meliputi data subjektif, objektif dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan data
yang valid.
b. Interprestasi data dasar
Data dasar yang sudah di kumpulkan di
interprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnose
dan masalah yang spesifik.
c. Mengantisipasi masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah
potensial atau diagnose potensial yang sudah di
interprestasi, bila memungkinkan di lakukan
pencegahan dan waspada serta bersiap – siap mencegah
diagnose atau masalah potensial benar-benar terjadi.
d. Kolaborasi /melakukan evaluasi kebutuhan
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Dari data yang di
kumpulkan dapat menunjukan suatu situasi yang
memerlukan intervensi langsung.
e. Rencana asuhan
Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang
menyeluruh berdasarkan langkah – langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
yang di identifikasi atau di antisipasi.
f. Penerapan rencana asuhan / tindakan
Pada langkah ini,rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah di uraikan pada rencana tindakan
harus di laksanakan secara efisien dan nyaman.
g. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan
dari asuhan yang sudah di berikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar - benar terpenuhi
atau sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah di
identifikasi dalam diagnose dan masalah. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana efektif sedang
dalam managemen asuhan kebidanan pada keluarga ada
lima bagian yang memang menjadi pokok dalam
keluarga antara lain :
1) Lima tugas dalam keluarga dalam bidang kesehatan
a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya
b) Mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat
c) Memberikan perawatan pada anggota keluarga
yang sedang mengalami masalah kesehatan
seperti sakit
d) Mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbale balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan yang
menunjukan pemanfaatan fasilitas dengan baik.
2) Peran bidan dalam asuhan kebidanan keluarga:
a) Pelaksana : Memberikan asuhan kesehatan
kepada anggota keluarga yang sakit
b) Pengelola yaitu Koordinator pelayanan kesehatan
keluarga
c) Fasilitator : menjadikan layanan mudah di
jangkau, mudah menampung   permasalahan
yang di hadapi dan membantu mencari jalan
penyelesaianya
d) Pendidik : Merubah perilaku keluarga dari yang
tidak sehat menjadi sehat. Penyuluhan dan
konsultasi memberikan petunjuk tentang asuhan
kesehatan dasar pada keluarga  disamping
menjadi penasehat dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
BAB III

ASUHAN / MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KELUARGA BINAAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Kepala Keluarga
Nama : Tn. S
Umur : 33 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Swasta
Alamat : Pekuncen 04/02
Anggota 1
Nama : Ny. T
Umur : 37 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Pekuncen 04/02
Anggota 2
Nama : An A
Umur : 4 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Pekuncen 04/02
Anggota 3
Nama : An R
Umur : 7 bulan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Pekuncen 04/02
2. Penghasilan keluarga rata-rata perbulan : 1.000.000
3. Kepemilikan Jaminan Kesehatan
4. Kesehatan Lingkungan Rumah (Kepala Keluarga)
a. Kebiasaan makan
1) Keluarga Tn.S kadang-kadang makan teratur dengan frekuensi 2-
3 kali per hari
2) Keluarga memakan makanan yang memenuhi gizi seimbang
dengan jenis nasi,sayur,lauk
3) Keluarga melakukan kebiasaan cuci tangan dengan air dan sabun
sebelum makan dan sesudah makan
4) Pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan
5) Keluarga menggunakan bahan masak garam beryodium
b. Sanitasi Lingkungan
1) Keluarga memiliki satu jamban
2) Jamban keluarga cukup bersih
3) Keluarga memiliki kandang ternak
4) Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah
5) Sampah di lingkungan sekitar rumah tidak berserakan
6) Pembuangan air limbah rumah tangga, keluarga memiliki resapan
air limbah di halaman
7) Keluarga memiliki sumber air bersih yaitu sumur
c. Indicator Capaian Keluarga Yang Diharapkan Pada Program Indonesia
Sehat
1) Keluarga tidak mengikuti program KB
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi dalam keluarga sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapatkan ASI ekslusif
5) Balita pada keluarga Tn. S mendapatkan pengobatan sesuai standar
6) Di dalam keluarga tidak terdapat penderita TB paru
7) Di dalam keluarga tidak terdapat penderita hipertensi
8) Di dalam keluarga tidak terdapat penderita gangguan jiwa
9) Di dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang merokok
10) Keluarga merupakan anggota jaminan kesehatan nasional
11) Keluarga memiliki sarana air bersih
12) Keluarga menggunakan jamban sehat
d. Pengkajian Pasangan Usia Subur
1) Ibu tidak ingin memiliki anak lagi
2) Ibu tidak memakai alat kontrasepsi
3) Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi karena mempunyai
hepatitis B
4) Pengetahuan ibu mengenai KB kurang baik
5) Pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS kurang baik
e. Pengkajian Balita An. A
1) An. A berusia 4 tahun
2) An. A rutin di bawa ke posyandu oleh ibunya
3) An. A memiliki buku KIA/KMS
4) Tinggi badan An. A saat ini 103 cm bulan lalu 102 cm
5) Berat badan An. A saat ini 14 kg dan bulan lalu 13,5 kg
6) Status gizi An. A baik
7) An. A tidak stunting
8) An. A mendapatkan Asi Ekslusif sampai 6 bulan
9) An. A tidak diberikan susu formula dan makanan tambahan
lainnya ( pisang madu ) sebelum usia 6 bulan
10) Usia anak ketika diberikan MPASI yaitu 6 bulan
11) Perkembangan anak normal
12) An. A mengalami demam, diare dan lainnya dalam 3 bulan
terakhir
13) Imunisasi yang di dapatkan An. A sudah lengkap
14) An. A mendapatkan vitamin A ketika usia 6 bulan – sekarang
B. Analisis Data

No. Data Masalah


1. Keluarga Tn. S Pengetahuan klien
DS: Ibu positif HBsAG tentang KB kurang
DO: Klien tidak menggunakan
alat kontrasepsi

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang KB

No. Kriteria Penilaian Skor Pembenaran


a. Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3 Keuarga kurang
1) Potensial :1 pengetahuan
2) Resiko : 2 tentang KB
3) Aktual : 3
Bobot : 1
b. Kemungkinan masih dapat 2/1x 2 2 Keluargadapat
diubah menerima
1) Mudah : 2 penjelasan yang
2) Sebagian : 1 diberikan
3) Tidak dapat: 0
Bobot : 2
c. Potensial 2x1 2 Keluarga
1) Tinggi : 3 memiliki potensi
2) Cukup : 2
3) Rendah : 1
Bobot : 1
d. Penonjolan masalah 1/2x1 1 /2 Masalah
1) Segera ditangani : 2 sebagian
2) Ada masalah tapi dirasakan
tidak segera
ditangani : 1
3) Masalah tidak
dirasakan : 0
Bobot : 1

C. Prioritas Masalah
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang KB

D. Perencanaan
1. Lakukan pendidikan kesehatan tentang KB
2. Lakukan Pendidikan Kesehatan tentang Hepatitis B

B. Pelaksanaan
1. Melakukan pendidikan kesehatan tentang KB
2. Melakukan pendidikan kesehatan tentang Hepatitis B

C. Evaluasi
1. Pendidikan kesehatan tentang KB sudah dilakukan
2. Pendidikan kesehatan tentang Hepatitis B
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Dalam keluarga Tn. S memiliki beberapa masalah yaitu keluarga Tn .


S yang merupakan pasangan usia subur yang memiliki 2 anak berusia 74
tahun dan 7 bulan. Ibu positif HBsAG, ibu tidak menggunakan KB dan
kurang paham tentang alat kontrasepsi.
Setelah dilakukan identifikasi masalah, kemudian dilakukan beberapa
tindakan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu memberikan pendidikan
kesehatan dan membuat contoh memberikan pendidikan kesehatan dengan
memberikan pendidikan kesehatan dengan metode leaflet tentang kesehatan
KB dan memberikan pendidikan kesehatan dengan metode leaflet tentang
Hepatitis B.

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, saat ini keluarga Tn. S sudah


mengetahui masalah dalam keluarga dan berharap semua masalah dapat
teratasi dengan baik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD) di desa Pekuncen 04/02 Kecamatan sempor yang dilakukan sejak
tanggal 27 Desember 2022- 31 januari 2022, kami melakukan kegiatan
membina salah satu keluarga, dari seluruh kepala keluarga yang telah
disurvey, dari seluruh keluarga yang memiliki masalah kesehatan
khususnya di bidang kesehatan dan kebidanan.
Kami melakukan pembinaan dan kunjungan pada keluarga,
melakukan pemeriksaan dan mengkaji tentang masalah yang ada pada
keluarga ini. Pada saat melakukan kunjungan kami memberikan
pendidikan Kesehatan Hepatitis B, memberikan pendidikan kesehatan
tentang kesehatan KB.
B. Saran
1. Lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan terhadap
masyarakat sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkan pelayanan
yang maksimal terutama dibidang pelayanan komunitas.
2. Lebih meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga dapat menghasilkan
calon bidan yang profesional dan terampil.
3. Agar mahasiswa lebih meningkatkan kualitas pengetahuan dan
kemampuannya dalam melakukan asuhan kebidanan komunitas

Anda mungkin juga menyukai