Anda di halaman 1dari 15

FORM LAPORAN

KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

Nama Mahasiswa: Kelompok 3


1. Nur Injiyah (B2020014)
2. Shevia Triyani (B2020015)
3. Siti Nurfay Waluyo (B2020016)
4. Talita Khairunnisa Jihan Hamidah (B2020017)
5. Tyas sayekti Pratama (B2020018)
Hari/ Tanggal : 05 Desember 2022
Tempat Pelaksana : Zoom
Stase : Kegawatdaruratan
Komponen Uraian
1. Tema Hukum Darah Setelah Kuret Dengan Usia Kehamilan Dibawah 20 Minggu
2. Nara Sumber Puji Handoko S.Ag M.Pd

3. Kajian Ke-Islaman Identitas pasien :


 Nama : Ny.R
 Tanggal lahir : 25-11-1994
 Umur : 28 tahun
 Jenis kelamin: Perempuan
 Alamat : Sidobunder RT 04 RW 02, Kecamatan Puring
 Diagnosa Medis : Ny.R umur 28 Tahun Usia Kehamilan 8 Minggu
P1A1 dengan Abortus Inkomplit ( Post Curettage)
 Hasil laboratorium :
Darah Lengkap
 Lekosit 8.76 rb/ul
 Eritrosit 4.53 juta/L
 Hemoglobin 12.8 gr/dl
 Hematokrit 38.2 %
 MCV 84.3 fl
 MCH 28.2 pg
 MCHC 33.5 g/dl
 Trombosit 263 rb/ul
Hitung Jenis
 Basofil 0.2 %
 Eosinofil 2.6 %
 Neutrofil 65.1 %
 Limfosit 26.5 %
 Monosit 5.6 %
Hematologi
Golongan Darah : O
 USG (+) Abortus Inkomplit
 Masih ada sisa plasenta di rahim

Alasan di lakukan kuretase pada Ny.R :


Pasien Ny.R datang ke RS PKU Muhammadiyah Gombong pada
tanggal 23 November 2022 dan sampai di IGD PKU Muhammdiyah
Gombong pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan hamil 8 minggu
mengeluhkan keluar darah banyak dari jalan lahir. Setelah dilakukan
pemeriksaan dalam sudah ada pembukaan pada OUI dan teraba sisa
jaringan. Dari hasil USG ibu positif mengalami Abortus Inkomplit yaitu
masih ditemukannya sisa-sisa jaringan di rahim. Dari Dokter DPJP, ibu
disarankan untuk dilakukan kuretase. Dari pihak keluarga dan pasien
setuju dan bersedia untuk menandatangani inform consent. Ny.R
direncanakan untuk dilakukan kuretase keesokan harinya yaitu pada
tanggal 24 November 2022 pukul 10.00 WIB. Ny.R dipindah ke ruang
rahmah untuk dilakukan pemantauan sebelum dilakukan kuretase. Dari
hasil Pemeriksaan Umum dan TTV untuk Keadaan Ibu baik, Kesadaran
Composmentis, TD = 118/80x/mnt, Nadi = 88x/menit, RR=24x/menit,
Suhu = 36,1 0C, dan untuk PPV(+) dan ibu dianjurkan untuk berpuasa
mulai jam 02.00 WIB.
Pada tanggal 24 November 2022 pukul 10.00 WIB Ibu dipakaikan baju
ok dan diantar ke VK untuk dilakukan kuretase setelah selesai pukul 10.30
ibu dipindah ke ruang rahmah untuk diobservasi. Dari hasil Pemeriksaan
Umum dan TTV untuk Keadaan Ibu baik, Kesadaran Composmentis, TD
= 110/80 x/mnt, Nadi = 88x/menit, RR=24x/menit, Suhu = 36,4 0C,
Kontraksi : Baik ( keras ) dan untuk jumlah darah lochea + 1-2 kali ganti
pembalut per 4 jam. Setelah 2 jam post kuret ibu, diajari untuk mobilisasi
yaitu untuk berlatih miring kanan, kiri dan duduk.
Ibu mengatakan masih bingung hukum darah post kuret apakah
termasuk darah nifas atau bukan ( apakah termasuk darah istihadhah)
apabila usia kehamilan 8 minggu dan ibu mengatakan masih bingung
bagaimana ibadah untuk post kuret apakah dihukumi seperti nifas setelah
melahirkan atau tidak. Untuk memecahkan keraguan tersebut kami
mengambil beberapa sumber sebagai bahan referensi.
Hukum Islam tentang Darah Post Kuret Menurut Al-Qur’an dan
Hadist
“Darah yang keluar dari rahim karena adanya kelahiran baik dua/tiga hari
sebelumnya ataupun setelahnya hngga waktu (paling lama)empat pupuh hari
dari dimulainya keluar bayi”

Ada persamaan diantara para ulama dalam hal ini, yaitu semua menyepakati
yang terpenting dari nifas itu bahwa darah ini keluar karena sebab kelahiran,
walaupun ada sedikit perbedaan dalam waktunya, sebelum lahiran, ketika
lahiran atau sesudah lahiran. Rasanya definis dari ulama Hanabilah lebih luas,
bahwa darah tersebut sudah dinilai nifas sebelum, saat, dan sesudah lahiran.
Maka perihal darah yang keluar karena sebab keguguran, para ulama fikih
menyepakati bahwa jika terjadi keguguran pada fase 40 hari pertama (0-5
minggu) maka darah yang keluar dihukumi sebagai darah istihadhah atau darah
yang rusak, ia bukan darah nifas, setidaknya ini adalah pendapat para ulama dari
empat madzhab yang ada.

Karenanya dalam kondisi seperti ini perempuan tetap wajib shalat dan puasa,
hanya saja khusus untuk shalat diharapkan untuk membersihkan darah terlebih
dahulu dan berwudhu pada setiap kali shalat. Jika ada shalat yang tertinggal
karena kondisi ini berarti shalatnya harus di qadha (ganti).

Alasannya sederhananya bahwa pada fase ini masih belum jelas seputar kodisi
calon bayi didalam rahim ibunya, dan struktur anatomi calon bayi juga belum
jelas, hanya masih berupa gumpalan darah (alaqah) yang masih penuh
kemungkinan lainnya. Biasanya perempuan juga belum berani memastikan bagi
dirinya apakah dia memang benar-benar hamil atau belum, dan terkadang
diminggu kelima ini perempuan juga baru menyadari kalau haidhnya telat,
bahkan bagi sebagian perempuan tes urin pun mereka belum mau. Hal ini mirip
dengan penjelasan medis bahwa memang benar ada proses perubahan pada
rentang waktu ini, namun sekali lagi proses ini sangat rumit dan bahkan hanya
diketahui dengan menggunakan tekhnologi, itupun terkadang hasilnya tidak
selalu benar.

Berikutnya jika darah yang keluar karena sebab keguguran pada kondisi dimana
sudah jelas bentuk calon bayi yang ada didalam rahim, maka para ulama juga
menyepakati bahwa jika terjadi keguguran dan ada darah yang keluar, maka
darah tersebut dihukumi sebagai darah nifas, sehingga perempuan yang
mengalami kondisi seperti ini tidak boleh shalat, puasa, dst, hingga darah
tersebut hilang dan kembali suci, tentunya dengan terlebih dahulu melakukan
ritual mandi wajib. Alasanya karena memang sudah ada kejelasan tentang janin
yang ada didalam rahim, dimana janin sudah menyerupai manusia sempurna,
karenanya darah yang membersamai janin itulah yang dinilai sebagai darah
haidh oleh seluruh ulama.

Hal yang Diperselihkan

Namun jika keguguran terjadi pada 40 hari kedua (setelah minggu ke 5), dimana
kondisi bayi belum berbentuk apa-apa juga belum jelas struktur anatominya,
maka darah yang keluar karena sebab keguguran ini menjadi perdebatan
diantara para ulama, apakah yang demikian juga dihukumi darah nifas, atau
hanya ia hanya istihadhah.

Para ulama Hanafiyah [7] dan pendapat zhohir dari madzhab Syafii [8] juga salah
satu riwayat dari Imam Ahmad [9] menyakini bahwa jika yang keluar hanya
berupa alaqah (darah beku) atau berupa mudghah (daging) yang belum
berbentuk manusia, maka darah yang keluar karena sebab itu dihukumi sebagai
darah istihadhah. Bahkan sebagian ulama Hanabilah meyakini bahwa untuk
keguguran pada usia kandungan diatas 81 hari (11 minggu) saja yang darahnya
dihukumi darah nifas, sebelumnya tidak. Alasannya bahwa disebut hamil
sempurna jika memang sudah sampai pada fase dimana janin yang berada
dalam rahim sudah menyeruapi manusia, jika hanya sebatas gumpalan darah
atau daging yang belum berbentuk manusia maka itu belum apa-apa, dan yang
demikian belum bisa disebut melahirkan.

Namun para ulama Malikiyah [10] dan sebagian ulama Syafiiyah [11] menilai
bahwa jika terjadi keguguran pada fase alaqah (darah beku) maupun mudghah
(daging) maka darah yang keluar dari sebab keguguran itu tetap dihukumi
sebagai darah nifas, bukan darah istihadhah, baik belum berbentuk manusia
ataupun sudah berbentuk manusia.

Alasannya adalah firman Allah swt:

َ َ‫ال َأ َجلُه َُّن َأن ي‬


‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن‬ ُ ‫َوُأوْ اَل‬
ِ ‫ت اَأْلحْ َم‬

“dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai
mereka melahirkan kandungannya”(QS. At-Thalaq: 4)

Keumuman ayat diatas mengandung makna bahwa keguguran pada fase


alaqah/mudghah juga sudah bisa disebut dengan melahirkan kandungan, karena
walau bagaimanapun keberadaan alaqah ada mudghah yang belum berbentuk
manusia sempurna juga sudah disebut dengan kandungan.

Dan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

َ ِ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ ُمضْ َغةً ِم ْث َل َذل‬، َ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ َعلَقَةً ِم ْث َل َذلِك‬، ‫ط ِن ُأ ِّم ِه َأرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما‬
ُ ‫ ثُ َّم يَ ْب َع‬، ‫ك‬
‫ث‬ ْ َ‫ِإ َّن َأ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع خَ ْلقُهُ فِي ب‬
‫ت َويُقَا ُل لَهُ ا ْكتُبْ َع َملَهُ َو ِر ْزقَهُ َوَأ َجلَهُ َو َشقِ ٌّي َأوْ َس ِعي ٌد ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فِي ِه الرُّ وح‬
ٍ ‫هَّللا ُ َملَ ًكا فَيُْؤ َم ُر بَِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬

”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam


selama empat puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari),
kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian Allah
mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan
dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rizki dan ajalnya, serta celaka atau bahagia-
(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.”

Menunjukkan bahwa pada dasarnya pada fase 40 hari pertama saja sudah ada
proses penciptaan dan secara perlahan terus mengalami perubahan hingga
masuk fase 40 ke dua dan ketiga, walaupun mungkin sebagian proses itu tidak
bisa diketahui secara pasti, tapi yang jelas perubahan itu pasti ada. Belakangan
hal ini dipertegas oleh ilmu kedokteran modern bahwa ternyata pada minggu ke
8 itu harusnya janin yang ada dalam kandungan sudah mulai menyerupai
manusia dengan mulai terlihat wajah, tangan dan kaki, walaupun ukurannya
masih sangat kecil.

Hukum Islam Tentang Darah Post Kuret Menurut Tarjih


Muhammadiyah

Hadist dan para ulama

Hadits Rasulullah shallallhu alaihi wasallam riwayat Imam Al-Bukhari


yang berbunyi:

‫ك‬َ ِ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ ُمضْ َغةً ِم ْث َل َذل‬، ‫ك‬ َ ِ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ َعلَقَةً ِم ْث َل َذل‬، ‫ط ِن ُأ ِّم ِه َأرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما‬
ْ َ‫ِإ َّن َأ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع َخ ْلقُهُ فِي ب‬
‫ت َويُقَا ُل لَهُ ا ْكتُبْ َع َملَهُ َو ِر ْزقَهُ َوَأ َجلَهُ َو َش •قِ ٌّي َأوْ َس • ِعي ٌد ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ‬ ٍ ‫ث هَّللا ُ َملَ ًكا فَيُْؤ َم ُر بَِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬
ُ ‫ ثُ َّم يَ ْب َع‬،
‫فِي ِه الرُّوح‬

”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya


dalam selama empat puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula
(40 hari), kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari);
kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat
kalimat (hal), dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rizki dan ajalnya,
serta celaka atau bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya.”

Maka perihal darah yang keluar karena sebab keguguran, para ulama fikih
menyepakati bahwa jika terjadi keguguran pada fase 40 hari pertama (0-5
minggu) maka darah yang keluar dihukumi sebagai darah istihadhah atau
darah yang rusak, ia bukan darah nifas, setidaknya ini adalah pendapat
para ulama dari empat madzhab yang ada.

Namun jika keguguran terjadi pada 40 hari kedua (setelah minggu ke 5),
dimana kondisi bayi belum berbentuk apa-apa juga belum jelas struktur
anatominya, maka darah yang keluar karena sebab keguguran ini menjadi
perdebatan diantara para ulama, apakah yang demikian juga dihukumi
darah nifas, atau hanya ia hanya istihadhah.

Para ulama Hanafiyah dan pendapat zhohir dari madzhab Syafii juga salah
satu riwayat dari Imam Ahmad menyakini bahwa jika yang keluar hanya
berupa alaqah (darah beku) atau berupa mudghah (daging) yang belum
berbentuk manusia, maka darah yang keluar karena sebab itu dihukumi
sebagai darah istihadhah. Bahkan sebagian ulama Hanabilah meyakini
bahwa untuk keguguran pada usia kandungan diatas 81 hari (11 minggu)
saja yang darahnya dihukumi darah nifas, sebelumnya tidak. Alasannya
bahwa disebut hamil sempurna jika memang sudah sampai pada fase
dimana janin yang berada dalam rahim sudah menyeruapi manusia, jika
hanya sebatas gumpalan darah atau daging yang belum berbentuk manusia
maka itu belum apa-apa, dan yang demikian belum bisa disebut
melahirkan.

Kesimpulannya apabila keguguran terjadi tatkala janin masih berbentuk


zigote sebelum 40 hari. Atau masih berbentuk embrio ( pada 40 hari kedua
) maka wajib bagi wanita tersebut untuk mengenakan pembalut (yang
dapat menahan keluarnya darah mengenai pakaian ) karena Nabi
shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan Asma binti Umair untuk
mengenakan pembalut tatkala melahirkan di Dzil khulaifah. ( HR
Muslim ). Wanita tersebut wajib untuk tetap melaksanakan sholat dan
berpuasa jika ia sedang berpuasa serta boleh bagi suami untuk
menggaulinya. Darah yang keluar dengan sebab keguguran pada masa ini
lebih dekat kepada perkataan ahli ilmu bahwa darah tersebut tidak
membatalkan wudhu dan tidak wajib baginya untuk mengulang wudhunya
disetiap sholat apabila tidak ada yang membatalkan wudhunya seperti
karena keluar angin atau buang air.

Tarjih Muhammadiyah

Majelis Tarjih dan Tajdid pernah mengeluarkan Putusan berkenaan dengan


hukum abortus, yaitu ketika Muktamar Tarjih XXII di Malang. Para ulama
Islam sepakat mendefinisikan nifas sebagai darah yang keluar dari alat
vital wanita sesaat setelah ia melahirkan. Mazhab Maliki kemudian
menambahkan bahwa darah nifas selain keluar setelah proses kelahiran,
juga merupakan darah yang keluar saat melahirkan itu sendiri. Mazhab
Hanbali juga menghitung darah yang keluar dua atau tiga hari sebelum
persalinan sebagai darah nifas (Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah:
vol. 41/5). Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam ilmu fikih nifas
diartikan sebagai darah yang keluar dari alat vital wanita disebabkan
karena persalinan, baik sebelum, ketika atau sesudah berlangsungnya
persalinan tersebut. Dalam ilmu kedokteran masa nifas atau disebut
puerpurium dihitung sejak satu jam setelah lahirnya plasenta (tali pusar)
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (R. Soerjo Hadijono, 2008:
356).

Berangkat dari definisi fikih dan kedokteran tersebut, maka darah wanita
yang melahirkan, baik dalam kondisi normal ataupun karena abortus, tetap
dihukumi sebagai darah nifas. Memang ada sementara ulama yang baru
menghitung darah sebagai nifas jika usia janin telah lebih dari 80 hari (al-
Mughni: vol. I, 249, Mughni al-Muhtaj, vol. III, 389). Pendapat tersebut
mereka ambil karena mereka menganggap bahwa setelah hari ke-80 organ
tubuh bayi sudah mulai terbentuk. Menurut mereka, apabila janin
meninggal sebelum masa pembentukan organ tubuh maka darah yang
keluar dari rahim wanita tidaklah dianggap sebagai darah nifas. Pendapat
ini tidak kami pilih, karena menurut hemat kami, baik dalam kacamata
syari maupun kaca mata kedokteran, usia janin (bayi dalam perut) tidak
memiliki kaitan sama sekali dengan darah nifas. Hanya saja, janin yang
lahir di bawah usia kandungan 9 bulan secara otomatis akan
mengakibatkan sang ibu mengalami masa nifas lebih singkat dari wanita
yang melahirkan janin secara normal. Penjelasan kedokteran dari hal
tersebut adalah bahwa pada kelahiran normal, uterus (rahim) memiliki
bobot 900 gram, berdiameter 12, 5 cm dan berada pada posisi 33 cm di
atas kondisi ketika rahim tidak sedang mengalami kehamilan (Kebidanan
Postpartum, 2003: 7, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan,
1996: 164). Kehamilan yang tidak mencapai usia tersebut akan
membentuk posisi dan kondisi uterus yang berbeda. Sebaliknya, dalam
kondisi kelahiran karena abortus, masa involusi atau pengerutan uterus
akan berlangsung lebih cepat, sehingga masa nifasnya pun akan
berlangsung lebih sebentar. Secara fikih hal tersebut dimungkinkan terjadi,
karena baik hadis maupun para ulama tidak pernah membuat batasan
tentang masa paling sebentar (aqallu muddah) dalam nifas (Fiqh al-
Sunnah, 2006: vol. I/84). Dalam fikih hanya diatur masa paling lama
(athwalu muddah) dari waktu nifas, yaitu empat puluh hari. Sehingga jika
lewat dari empat puluh hari, darah yang keluar dari sang ibu dihitung
darah istihadah. Pembatasan waktu maksimal dari masa nifas tersebut
didasarkan pada hadis:

َ‫ تَ ْق ُع ُد بَ ْع َد نِفَا ِسهَا َأرْ بَ ِعين‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت النُّفَ َسا ُء َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬ ْ َ‫ع َْن ُأ ِّم َسلَ َمةَ قَال‬
ِ َ‫ت َكان‬
ً‫يَوْ ًما َأوْ َأرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬

Artinya: “Dari Ummu Salamah, ia berkata: wanita-wanita yang mengalami


masa nifas duduk (tidak melakukan ibadah khusus) selama 40 hari atau 40
malam” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan al-Daruquthni).

Dengan demikian, wanita yang mengalami abortus dalam usia kehamilan 8


minggu, seperti yang saudara tanyakan, tetap dikenai hukum nifas dengan
jangka waktu sampai darah tersebut berhenti keluar. Karena si ibu
mengalami hukum nifas, maka berlaku pula baginya hukum-hukum yang
berkaitan dengan nifas, yaitu dilarang berhubungan suami istri, berpuasa,
salat dan tawaf.

Nara Sumber,

Puji Handoko S.Ag M.Pd

FORM PENILAIAN
KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

Nama mahasiswa : Kelompok 3


1. Nur Injiyah (B2020014)
2. Shevia Triyani (B2020015)
3. Siti Nurfay Waluyo (B2020016)
4. Talita Khairunnisa Jihan Hamidah (B2020017)
5. Tyas sayekti Pratama (B2020018)
Hari/ Tanggal : 5 Desember 2022
Tempat pelaksanaan : Zoom
Tema : Hukum Darah Setelah Kuret Dengan Usia Kehamilan Dibawah 20
Minggu
SKORE
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT TOTAL
4 3 2 1
1. Partisipasi dalam kajian klinik Ke-Islaman 50

2. Melaporkan hasil kajian klinik Ke-Islaman : 50


a. Pada saat penilaian OSLER.
b. Penulisan sesuai dengan aturan / form yang
disediakan.
Jumlah Skor
NILAI= Jumlah Skor/4

Jumat, 05 Desember 2022

Mahasiswa, Penilai,

(………………………..) Puji Handoko S.Ag M.Pd

Pertanyaan:

1. Saya imelia Putri izin bertanya ke kelompok 3 ,pada usia 8 Minggu ,apakah masa
nifasnya tetap normal antara 4 - 8 minggu ataukah bisa jadi bertambah lama?

Jawaban:
Saya Tyas Sayekti Pratama B2020018 izin menjawab
Kehamilan yang tidak mencapai usia tersebut akan membentuk posisi dan kondisi uterus
yang berbeda. Sebuah kaedah bisa dibuat di sini bahwa semakin tua usia kandungan,
maka rahim akan semakin membuka, dan secara otomatis akan menyebabkan sang ibu
mengalami masa nifas lebih lama.
Sebaliknya, dalam kondisi kelahiran karena abortus, masa involusi atau pengerutan uterus
akan berlangsung lebih cepat, sehingga masa nifasnya pun akan berlangsung lebih
sebentar. Secara fikih hal tersebut dimungkinkan terjadi, karena baik hadis maupun para
ulama tidak pernah membuat batasan tentang masa paling sebentar (aqallu muddah)
dalam nifas (Fiqh al-Sunnah, 2006: vol. I/84). Dalam fikih hanya diatur masa paling lama
(athwalu muddah) dari waktu nifas, yaitu empat puluh hari.

2. Saya dhea kurnia sari dari kelompok 1 izin bertanya kepada kelompok 3, berapa lama
masa nifas setelah kuret menurut muhammadiyah?

Jawaban:
Saya Talita Khairunnisa B2020017, ijin menjawab pertanyaan Dhea Kurniasari:
Meski tidak sering, pada beberapa kasus, perdarahan yang cepat berhenti justru diikuti
dengan perdarahan berat sekitar satu sampai dua minggu kemudian. Kejadian ini sering
kali disalahartikan sebagai timbulnya suatu masalah lain, padahal kondisi ini masih
termasuk normal.Dengan catatan, perdarahan ini tidak berlangsung lebih dari dua
minggu.
Perdarahan berat ini biasanya disebabkan tubuh yang masih dalam proses ‘bersih-bersih’,
yaitu menghilangkan sebagian plasenta yang tertinggal saat keguguran. Namun, jika
darah masih keluar dan rasa sakit berlanjut melebihi waktu normalnya, yakni 10-14 hari.

3. Saya Ika izin bertanya ke kelompok 3 , apakah hamil anggur juga akan dianggap darah
nifas ?

Jawaban :
Nur Injiyah NIM B2020013 ijin menjawab
Tindakan yang umum disebut kuret ini, diindikasikan semisal pada jaringan yang tersisa
akibat abortus (keluarnya jaringan embrio/janin secara spontan sebelum mampu bertahan
hidup) atau hamil anggur (mola hidatidosa). Keluhan yang dialami pasien biasanya
adalah perdarahan yang banyak dari jalan lahir.
Apakah tindakan kuret yang “hasilnya” belum mewujud manusia ini dihukumi
sebagaimana wiladah, sehingga darah pasca-kuret dapat dihukumi nifas? Berikut
keterangan fiqih yang bisa Anda rujuk: ‫ط ُر الصَّاِئ َم ِة بِهَا‬ ْ ِ‫ُت لِ ْل َعلَقَ ِة ِم ْن َأحْ َك ِام ْال ِواَل َد ِة ُوجُوبُ ْال ُغ ْس ِل َوف‬
ُ ‫يَ ْثب‬
َ‫ُت لِ ْل ُمضْ َغ ِة َذلِك‬
ُ ‫‘“ َوتَ ْس ِميَةُ ال َّد ِم َعقِبَهَا نِفَاسًا َويَ ْثب‬Alaqah (gumpalan darah yang keluar dari jalan lahir)
ditetapkan memiliki hukum sebagaimana melahirkan, sehingga diwajibkan mandi, boleh
tidak berpuasa, dan darah yang keluar setelah itu dianggap sebagai nifas. Dan demikian
juga mudigah (gumpalan jaringan yang padat).” (Syekh Sulaiman al-Ujaili, Hasyiyatul
Jumal, Beirut-Darul Fikr, juz 1, hal. 234)

4. Saya Anisa Nur Hamidah ijin bertanya ke kelompok 3, bagaimana hukum darah yang
terjeda jeda keluarnya pada masa nifas? terimakasih

Jawab :
Siti Nurfay Waluyo izin menjawab..
Para ulama fiqih pada umumnya bersepakat darah yang terjeda-jeda pada masa nifas
selama tidak dijeda dengan batasan minimal suci 15 hari, maka darah tersebut dihukumi
sebagai darah nifas semuanya. Tetapi jika sampai terjedanya sudah 15 hari atau lebih
maka mereka berbeda pendapat. Darah yang keluar setelah 15 hari adalah darah haidh ini
merupakan pendapat dari madzhab Maliki dan pendapat Imam Asy-Syafi’I dalam qaul
jadidnya. Sedangkan madzhab Hanafi dan Hambali berpendapat selama terjedanya masih
dalam kurun waktu 40 hari, maka sebentar atau lama jeda tersebut semuanya terhitung
nifas.

5. Saya Anida nur ngarofah dari kelompok 1 izin bertanya kepada kelompok 3,jika menurut
imam Syafi'i darah kuret termasuk juga dengan nifas apakah menurut pandangan
Muhammadiyah darah kuret itu juga termasuk nifas atau bukan?. terimakasih

Jawab :
Saya Siti Nurfay Waluyo izin menjawab..
Majelis Tarjih dan Tajdid pernah mengeluarkan Putusan berkenaan dengan hukum
abortus, yaitu ketika Muktamar Tarjih XXII di Malang. Para ulama Islam sepakat
mendefinisikan nifas sebagai darah yang keluar dari alat vital wanita sesaat setelah ia
melahirkan. Darah wanita yang melahirkan, baik dalam kondisi normal ataupun karena
abortus, tetap dihukumi sebagai darah nifas. Jadi, wanita yang mengalami abortus dalam
usia kehamilan 8 minggu, tetap dikenai hukum nifas dengan jangka waktu sampai darah
tersebut berhenti keluar. Karena si ibu mengalami hukum nifas, maka berlaku pula
baginya hukum-hukum yang berkaitan dengan nifas, yaitu dilarang berhubungan suami
istri, berpuasa, salat dan tawaf.

Anda mungkin juga menyukai