Anda di halaman 1dari 4

Definisi Abortus Inkomplit

'Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gr atau usia

kehamilan kurang dari 20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus

spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus imminens

((hreatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus

inkomplit, abortus komplit. missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent

abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik (Maryam,

2019). Adapun abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi

pada kehamilan sebelum 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr

dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Pada abortus inkomplit ini

didapatkan kanalis servikalis yang membuka. (Cunningham, et al., 2014)

Menurut Al Qur'an dan Hadist

Dalam Madzhab Hanafiyah yang disebut dengan nifas adalah:

‫اسم للدم الخارج من الرحم عقيب الوالدة‬

“Darah yang keluar dari rahim setelah adanya kelahiran” [1]

Dalam madzhab Malikiyah menyebutkan bahwa nifas itu adalah:

‫الدم خرج للوالدة‬

“Darah yang keluar karena adalanya kelahiran”[2]

Sedangkan dalam madzhab Syafiiyah disebutkan bahwa nifas itu adalah:

‫دم يرخيه الرحم في حال الوالدة وبعدها‬.

“Darah yang keluar dari rahim pada saat adanya kelahiran atau darah yang keluar setelahnya” [3]

Dan menurut madzhab Hanabilah yang dimaksud dengan nifas adalah:

‫هو دم تُرخيه ال َّر ِح ُم مع الوالدة وقبلها بيومين أو ثالثة بأمار ٍة وبعدها إلى تمام أربعين من ابتداء خروج بعض الولد‬
“Darah yang keluar dari rahim karena adanya kelahiran baik dua/tiga hari sebelumnya ataupun
setelahnya hngga waktu (paling lama)empat pupuh hari dari dimulainya keluar bayi” [4]

Ada persamaan diantara para ulama dalam hal ini, yaitu semua menyepakati yang terpenting dari nifas
itu bahwa darah ini keluar karena sebab kelahiran, walaupun ada sedikit perbedaan dalam waktunya,
sebelum lahiran, ketika lahiran atau sesudah lahiran. Rasanya definis dari ulama Hanabilah lebih luas,
bahwa darah tersebut sudah dinilai nifas sebelum, saat, dan sesudah lahiran.

Maka perihal darah yang keluar karena sebab keguguran, para ulama fikih menyepakati bahwa jika
terjadi keguguran pada fase 40 hari pertama (0-5 minggu) maka darah yang keluar dihukumi sebagai
darah istihadhah atau darah yang rusak, ia bukan darah nifas, setidaknya ini adalah pendapat para
ulama dari empat madzhab yang ada.

Karenanya dalam kondisi seperti ini perempuan tetap wajib shalat dan puasa, hanya saja khusus untuk
shalat diharapkan untuk membersihkan darah terlebih dahulu dan berwudhu pada setiap kali shalat. Jika
ada shalat yang tertinggal karena kondisi ini berarti shalatnya harus di qadha (ganti).

Alasannya sederhananya bahwa pada fase ini masih belum jelas seputar kodisi calon bayi didalam rahim
ibunya, dan struktur anatomi calon bayi juga belum jelas, hanya masih berupa gumpalan darah (alaqah)
yang masih penuh kemungkinan lainnya. Biasanya perempuan juga belum berani memastikan bagi
dirinya apakah dia memang benar-benar hamil atau belum, dan terkadang diminggu kelima ini
perempuan juga baru menyadari kalau haidhnya telat, bahkan bagi sebagian perempuan tes urin pun
mereka belum mau.

Hal ini mirip dengan penjelasan medis bahwa memang benar ada proses perubahan pada rentang
waktu ini, namun sekali lagi proses ini sangat rumit dan bahkan hanya diketahui dengan menggunakan
tekhnologi, itupun terkadang hasilnya tidak selalu benar.

Berikutnya jika darah yang keluar karena sebab keguguran pada kondisi dimana sudah jelas bentuk calon
bayi yang ada didalam rahim, maka para ulama juga menyepakati bahwa jika terjadi keguguran dan ada
darah yang keluar, maka darah tersebut dihukumi sebagai darah nifas, sehingga perempuan yang
mengalami kondisi seperti ini tidak boleh shalat, puasa, dst, hingga darah tersebut hilang dan kembali
suci, tentunya dengan terlebih dahulu melakukan ritual mandi wajib.

Alasanya karena memang sudah ada kejelasan tentang janin yang ada didalam rahim, dimana janin
sudah menyerupai manusia sempurna, karenanya darah yang membersamai janin itulah yang dinilai
sebagai darah haidh oleh seluruh ulama.

Hal yang Diperselihkan

Namun jika keguguran terjadi pada 40 hari kedua (setelah minggu ke 5), dimana kondisi bayi belum
berbentuk apa-apa juga belum jelas struktur anatominya, maka darah yang keluar karena sebab
keguguran ini menjadi perdebatan diantara para ulama, apakah yang demikian juga dihukumi darah
nifas, atau hanya ia hanya istihadhah.

Para ulama Hanafiyah [7] dan pendapat zhohir dari madzhab Syafii [8] juga salah satu riwayat dari Imam
Ahmad [9] menyakini bahwa jika yang keluar hanya berupa alaqah (darah beku) atau berupa mudghah
(daging) yang belum berbentuk manusia, maka darah yang keluar karena sebab itu dihukumi sebagai
darah istihadhah. Bahkan sebagian ulama Hanabilah meyakini bahwa untuk keguguran pada usia
kandungan diatas 81 hari (11 minggu) saja yang darahnya dihukumi darah nifas, sebelumnya tidak.

Alasannya bahwa disebut hamil sempurna jika memang sudah sampai pada fase dimana janin yang
berada dalam rahim sudah menyeruapi manusia, jika hanya sebatas gumpalan darah atau daging yang
belum berbentuk manusia maka itu belum apa-apa, dan yang demikian belum bisa disebut melahirkan.

Namun para ulama Malikiyah [10] dan sebagian ulama Syafiiyah [11] menilai bahwa jika terjadi
keguguran pada fase alaqah (darah beku) maupun mudghah (daging) maka darah yang keluar dari sebab
keguguran itu tetap dihukumi sebagai darah nifas, bukan darah istihadhah, baik belum berbentuk
manusia ataupun sudah berbentuk manusia.

Alasannya adalah firman Allah swt:

ُ ‫َوُأوْ اَل‬
َ َ‫ت اَأْلحْ َما ِل َأ َجلُه َُّن َأن ي‬
‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن‬

“dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya”(QS. At-Thalaq: 4)

Keumuman ayat diatas mengandung makna bahwa keguguran pada fase alaqah/mudghah juga sudah
bisa disebut dengan melahirkan kandungan, karena walau bagaimanapun keberadaan alaqah ada
mudghah yang belum berbentuk manusia sempurna juga sudah disebut dengan kandungan.

Dan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

ٍ ‫ث هَّللا ُ َملَ ًكا فَيُْؤ َم ُر بَِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬


>‫ت‬ َ ِ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ َعلَقَةً ِم ْث َل َذل‬، ‫ط ِن ُأ ِّم ِه َأرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما‬
َ ِ‫ ثُ َّم يَ ُكونُ ُمضْ َغةً ِم ْث َل َذل‬، ‫ك‬
ُ ‫ ثُ َّم يَ ْب َع‬، ‫ك‬ ْ َ‫ِإ َّن َأ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع َخ ْلقُهُ فِي ب‬
‫َويُقَا ُل لَهُ ا ْكتُبْ َع َملَهُ َو ِر ْزقَهُ َوَأ َجلَهُ َو َشقِ ٌّي َأوْ َس ِعي ٌد ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فِي ِه الرُّ وح‬

”Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya dalam selama empat puluh
hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula (40 hari), kemudian menjadi mudhghah selama itu pula
(40 hari); kemudian Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal), dan
dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rizki dan ajalnya, serta celaka atau bahagia-(nya); kemudian
ditiupkan ruh padanya.”

Menunjukkan bahwa pada dasarnya pada fase 40 hari pertama saja sudah ada proses penciptaan dan
secara perlahan terus mengalami perubahan hingga masuk fase 40 ke dua dan ketiga, walaupun
mungkin sebagian proses itu tidak bisa diketahui secara pasti, tapi yang jelas perubahan itu pasti ada.
Belakangan hal ini dipertegas oleh ilmu kedokteran modern bahwa ternyata pada minggu ke 8 itu
harusnya janin yang ada dalam kandungan sudah mulai menyerupai manusia dengan mulai terlihat
wajah, tangan dan kaki, walaupun ukurannya masih sangat kecil.

Anda mungkin juga menyukai