Anda di halaman 1dari 18

DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

UPT PUSKESMAS RENGAS PULAU

PEDOMAN
PENURUNAN STUNTING

UPT. PUSKESMAS RENGAS PULAU


2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat
kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama
dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua
tahun.1 Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya. Masyarakat belum menyadari bahwa
stunting adalah suatu masalah serius, hal ini dikarenakan belum banyak yang
mengetahui penyebab, dampak dan pencegahannya.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa dewasanya. Secara jangka
panjang, stunting dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi akibat
stunting pada angkatan kerja di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 10,5% dari
produk domestik bruto (PDB), atau setara dengan Rp 386 triliun.
Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting
merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita menderita stunting dan
29.9% baduta pendek dan sangat pendek – yang apabila dilakukan intervensi yang tepat
maka dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Masalah gizi lain terkait dengan
stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah ibu hamil Kurang
Energi Kronis atau KEK (17,3%), anemia pada ibu hamil (48,9%), bayi lahir prematur
(29,5%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita dengan status gizi buruk
(17,7%) dan anemia pada balita.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi
prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tersedianya Pedoman Pencegahan untuk penurunan stunting


2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi bagi tenaga
kesehatan (utamanya bidan, perawat, petugas gizi, petugas promosi
kesehatan, petugas sanitasi) di puskesmas
b. Tersedianya pedoman yang mengandung unsur pencegahan,
deteksi dini, tatalaksana, dan rehabilitasi gizi buruk pada balita
melalui rawat jalan dan rawat inap, dengan melibatkan peran
serta aktif keluarga dan masyarakat.

c. Tersedianya acuan tentang faktor pendukung, termasuk obat-


obatan dalam tatalaksana gizi buruk pada balita untuk
pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.
d. Tersedianya acuan pengelolaan upaya penanggulangan gizi
buruk pada balita yang komprehensif dan integratif sejak proses
perencanaan, pelaksanaan dengan kerjasama lintas
program/sektor, dan keterlibatan keluarga/masyarakat, serta
pemantauannya.
e. Terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi bagi kader
posyandu.
f. Terlaksananya komunikasi antar pribadi oleh tenaga kesehatan puskesmas
kepada kelompok sasaran pada saat memberikan pelayanan kesehatan
g. Terlaksananya kampanye terkait stunting.
h. Terjadinya peningkatan perubahan perilaku dalam upaya pencegahan
stunting pada semua kelompok sasaran.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

1. Standar asuhan medis yang diberikan untuk pasien stunting dan


wasting
2. Standar asuhan keperawatan dan gizi yang diberikan untuk pasien
stunting
3. Pelayanan pada pasien bayi usia 6 bulan dengan gizi buruk
dengan/tanpa komplikasi dan balita 6 - 59 bulan dengan komplikasi
4. Sumber daya manusia dan pengembangan staf yang terdiri dari dokter
spesialis anak, perawat, ahli gizi, dan apoteker.
5. Fasilitas dan sarana prasarana berupa alat antropometri (untuk
mengukur berat badan dan tinggi/panjang badan) dan form
pemantauan balita dengan stunting dan/atau wasting

D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- 2025.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/ Menkes/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
6. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan,
Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah.
14. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
15. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ Menkes/577/2018
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting Kementerian Kesehatan.
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2018 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/165/2023
Tentang Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal

E. Struktur Tim Percepatan Penurunan Stunting

Ketua
(dr. Sri Nuryani)

Sekretaris
(Teriansyah, SKM)

Anggota :
dr. Rohayatun
Tri Setiawati Str.Gz
Sumarni, Str.Keb
Erni Setiawati, A.Md KG
Ns. Yuli Fitrianti, S.Keb
Nurzani, A.Md KL
Auliya M Noor, SKM

F. Sasaran
Sasaran prioritas pencegahan stunting, yaitu keluarga berisiko stunting ibu
hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan, terdapat kategori sasaran penting,
yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur (WUS), pasangan usia subur
dan remaja putri

G. Cara Melaksanakan Kegiatan


Secara umum pelaksanaan kegiatan dapat mengarah ke 8 Aksi Integrasi Intervensi
Penurunan Stunting, Yaitu Analisis Situasi, Rencana Kegiatan, Rembuk Stunting,
Peraturan Bupati/Walikota tentang Peran Desa, Pembinaan KPM, Sistem Manajemen
Data, Pengukuran, dan Publikasi Stunting, serta Riviu Kinerja Tahun.
H. Jadwal Kegiatan Penurunan Stunting

Bulan
No. Kegiatan Ju
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Agt Sep Okt Nop Des
l
Pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan
1 x x x
KB
2 Validasi dan evaluasi data GIKIA x x x x x x x x x x x x
Koordinasi/sosialisasi program bagi
3 Kantor Urusan Agama (KUA) di x x
Kecamatan
Edukasi bimbingan perkawinan/konseling
4 pranikah di KUA dan skrining calon x x x x x x
pengantin
Penyuluhan praktek P2GP dan kesehatan
reproduksi, pencegahan kekerasan pada
5 x x
perempuan dan anak, dan kesehatan
penyandang disabilitas
Pendampingan ibu hamil KEK, anemia,
6 bumil risti, BBLR dan bayi balita dengan x x x x x x x x x x x x
masalah gizi
7 Pelaksanaan gerakan cegah stunting x x x
Pendampingan bayi balita dengan
8 x x x x x x x x x x x x
masalah gizi
9 Balita gizi kurang mendapat PMT x x x x x x x x x x x x
10 Ibu hamil KEK mendapat PMT x x x x x x x x x x x x
11 Pelayaanan imunisasi rutin di Posyandu x x x x x x x x x x x x
Inspeksi Kesling di sarana tempat dan
fasilitas umum, sarana tempat
12 x x x x x x x x x x x x
pengelolaan pangan, sarana air minum
dan fasyankes
13 Pemberian TTD ke Sekolah x x x x x x x x x x x x
14 Pemeriksaan HB Ke Sekolah x x
Rujukan balita yang memiliki masalah
15 x x
kesehatan
Pemantauan dan evaluasi TTD ke
16 x x x x
Sekolah
I. Monitoring dan Umpan Balik
- Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan penurunan
stunting

- Sumber informasi pemantauan adalah dokumen rencana kegiatan penurunan


stunting dengan menggunakan komunikasi dengan lintas sectoral di wilayah kerja

- Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali secara terpadu melalui laporan
secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program dan pembinaan terpadu.

- Umpan balik (feedback) hasil pemantuan dapat disampaikan melalui mekanisme


persuratan dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut
yang memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi.

- Hasil pemantauan akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi


upaya penurunan stunting secara keseluruhan.

J. Pencatatan Pelaporan, Evaluasi


Pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan setiap bulan mengenai perkembangan
penurunan stunting serta di evaluasi per semester.
BAB II

Kegiatan Penurunan Stunting

A. KEGIATAN UPAYA PENURUNAN STUNTING

No. Kegiatan Pokok Pelaksanaan Kegiatan Sasaran Jadwal

1 Pelaksanaan  Penyuluhan di dalam  Masyarakat 3x/tahun


penyuluhan dan gedung yang datang
pelayanan KB  Di luar Gedung : berkunjung
di
Di polindes, pustu,
puskesmas
dan posyandu
 Kelompok
Masyarakat
di wilayah
kerja UPT.
Puskesmas
Skw Utara II

2 Validasi dan evaluasi Di dalam Gedung Bidan dan Setiap


data GIKIA petugas gizi bulan
puskesmas

3 Edukasi bimbingan Di kantor Urusan Calon 6x/tahun


perkawinan/konseling Agama (KUA) di pengantin
pranikah di KUA dan kecamatan
skrining calon
pengantin

4 Pendampingan ibu Di luar Gedung : Ibu hamil Setiap


hamil KEK, anemia, Kunjungan rumah berisiko KEK bulan
bumil risti, BBLR dan dan Ibu hamil
bayi balita dengan KEK, Ibu hamil
masalah gizi anemia, bayi
dan balita
dengan
masalah gizi

5 Pelaksanaan  Di dalam Gedung : Ibu yang 3x/tahun


gerakan cegah - Penyuluhan di memiliki bayi
balita, ibu
stunting dalam Gedung hamil, Wanita

 Di luar Gedung : dengan usia


produktif,
- Di sekolah tingkat
remaja putri di
SMP dan SMA
posyandu
- Posyandu balita
remaja dan
dan remaja
sekolah

6 Pemberian PMT Pendistribusian PMT Balita dengan Setiap hari


Lokal pada balita gizi Lokal ke rumah-rumah status gizi selama 3
kurang sasaran kurang bulan

7 Pemberian PMT Pendistribusian PMT Ibu Hamil Setiap hari


Lokal pada ibu hamil Lokal ke rumah-rumah Kurang Energi selama 3
KEK sasaran Kronik (KEK) bulan

8 Pelayaanan Di posyandu yang Bayi dan balita Setiap


imunisasi rutin di berada di wilayah kerja bulan
Posyandu Puskesmas Skw Utara II

9 Inspeksi Kesling di Di Tempat Fasilitas Kelompok Setiap


sarana tempat dan Umum (TFU) dan Masyarakat bulan
fasilitas umum, Tempat Pengelolaan yang berada di
sarana tempat Pangan (TPP) TFU dan TPP
pengelolaan pangan,
sarana air minum
dan fasyankes

10 Pemberian TTD ke Pendistribusian TTD di Remaja putri di Seminggu


Sekolah sekolah tingkat SMP sekolah sekali
dan SMA di wilayah
kerja puskesmas

11 Pemeriksaan HB Ke Sekolah tingkat SMP Remaja putri di 2x/tahun


Sekolah dan SMA di wilayah sekolah
kerja puskesmas

12 Rujukan balita yang  Dalam Gedung : Bayi balita Setiap kali


memiliki masalah - Bayi atau balita dengan status ada kasus
kesehatan yang berobat ke gizi buruk atau

puskesmas kurang dengan


indikasi
 Luar Gedung : penyakit

- Bayi balita di penyerta

posyandu

13 Pemantauan dan Sekolah tingkat SMP Remaja putri & 4x/tahun


evaluasi TTD ke dan SMA di wilayah guru UKS di
Sekolah kerja puskesmas sekolah

1. Pelaksanaan Penyuluhan dan Pelayanan KB

Kegiatan ini dilakukan dengan sasaran yaitu Wanita Usia Subur (WUS), baik yang
sudah menikah maupun belum yang bertujuan supaya mampu mencegah terjadinya
stunting, yaitu ibu mempunyai banyak waktu, energi, dan sumber daya untuk menyusui
bayi yang dilahirkan dan fokus terhadap pengasuhan anak pada periode 1000 HPK.
Kehamilan yang direncanakan dan terjadi ketika wanita berusia >18 tahun, praktik
menyusui menjadi lebih baik dan mengarah pada perbaikan nutrisi anak.

2. Validasi dan Evaluasi Data GIKIA

Stunting telah menjadi Program Prioritas Nasional, untuk itu perlu dilakukan validasi dan
evaluasi data gizi dengan kader kesehatan sebagai pemegang data real di lapangan,
terutama pada bayi dan balita berisiko stunting. Pertemuan ini juga menjelaskan terkait
kohort pemantauan bayi dan balita berisiko stunting di Posyandu. Dengan adanya
pertemuan ini, diharapkan dapat memantau bayi dan balita yang memiliki kemungkinan
gizi kurang, sehingga dapat mencegah stunting.

3. Edukasi Bimbingan Perkawinan / Konseling Pranikah di KUA dan Skrining


Calon Pengantin

Stunting telah menjadi salah satu fokus permasalahan nasional. Oleh


karena itu, perlu dilakukan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin
yang bertujuan supaya mereka memiliki wawasan mengenai kehidupan
setelah menikah. Salah satunya yaitu pemenuhan zat gizi bagi keluarga,
terutama saat sebelum hamil dan setelah melahirkan. Dimana ibu hamil dan
setelah melahirkan, pemenuhan zat gizi harus diperhatikan untuk
mencegah terjadinya stunting. Karena hal tersebut bisa dicegah saat 1000
HPK untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.
4. Pendampingan ibu hamil KEK, anemia, bumil risti, BBLR dan bayi balita dengan
masalah gizi

Kegiatan pendampingan ini dilakukan dengan sasaran ibu hamil yang berisiko , yaitu
anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK), bayi BBLR dan bayi balita dengan masalah
gizi. Dengan diadakannya kegiatan ini, diharapkan sasaran yang berisiko, segera
tertangani dengan tepat sehingga kondisi tidak semakin memburuk. Ibu hamil dengan
kondisi Kurang Energi Kronik (KEK) selama masa kehamilan dengan pendidikan dan
pengetahuan yang rendah memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yg berisiko
stunting. Anemia dan KEK pada ibu hamil dapat mempengaruhi Kesehatan janin dan
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah yang kemudian dapat mnyebabkan
stunting.

5. Pelaksanaan gerakan cegah stunting


Kegiatan Gerakan cegah stunting dilaksanakan di sekolah tingkat SMP dan
SMA di wilayah kerja UPT. Puskesmas Singkawang Utara II. Dalam kegiatan
ini dilakukan penyuluhan mengenai Anemia, Tablet Tambah Darah (TTD),
dan stunting kepada para remaja putri di sekolah. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan para siswi mengenai pentingnya pemenuhan zat
gizi khususnya pada usia pranikah untuk mencegah terjadinya stunting pada
generasi yang akan dilahirkan.

6. Pemberian PMT Lokal pada balita gizi kurang

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal ini diberikan kepada balita


dengan status gizi kurang yang bertujuan untuk meningkatkan status
gizinya. Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian makanan
berbahan pangan lokal selama 90 hari yang berupa makanan kudapan dan
makanan lengkap.

7. Pemberian PMT Lokal pada ibu hamil KEK

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal ini diberikan kepada Ibu Hamil
dengan Kurang Energi Kronik (KEK) yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizinya. Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian makanan
berbahan pangan lokal selama 90 hari yang berupa makanan kudapan dan
makanan lengkap.

8. Pelayaanan imunisasi rutin di Posyandu


Imunisasi lengkap sangat penting sekali untuk menjaga kesehatan dan mencegah
stunting. Balita yang tidak mendapatkan imunisasi lebih berisiko tinggi mengalami
stunting. Penelitian menunjukkan, balita yang tidak diimunisasi 1,78 persen lebih berisiko
mengalami stunting daripada anak yang mendapatkan imunisasi. Oleh karenanya,
penting bagi orang tua untuk memberikan imunisasi dasar sejak si kecil berusia di bawah
1 tahun, kemudian dilanjutkan dengan vaksin booster pada usia 18 tahun dan usia
sekolah. Dengan pemberian imunisasi sesuai usia pada bayi, balita, anak sekolah, serta
remaja, dr. Mei berharap agar anak-anak Indonesia bisa menjadi generasi sehat yang
terhindar dari risiko stunting dan penyakit berbahaya lainnya

9. Inspeksi Kesling di sarana tempat dan fasilitas umum, sarana tempat pengelolaan
pangan, sarana air minum dan fasyankes

Kegiatan inspeksi ini termasuk ke dalam intervensi gizi sensitive. Diantaranya


peningkatan penyediaan air minum dan sanitas melalui kegiatan akses sanitasi yang
layak dan akses air minum yang aman. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi jadi
salah satu penyebab tingginya kondisi stunting pada anak di Indonesia. Selain
kurangnya asupan gizi dan metode pola asuh. Menurut riset Kementerian Kesehatan,
air bersih dan sanitasi mempunyai kontribusi sebanyak 60% dalam upaya penurunan
angka stunting pada anak.

10. Pemberian TTD ke Sekolah

Remaja putri perlu meminum Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak satu
kali dalam seminggu. Upaya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
menjadi penting untuk diberikan untuk remaja putri dalam proses
pertumbuhannya. Selain untuk meminimalisir potensi anemia yang
berakibat terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet
tambah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat
sebelum menjadi seorang ibu. Pemberian TTD pada remaja putri ini untuk
mencegah ibu nantinya melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting)
atau berat badan lahir rendah (BBLR).

11. Pemeriksaan HB Ke Sekolah


Salah satu upaya preventif yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting
yaitu dengan cara menjaga agar remaja putri tidak mengalami anemia.
Pemeriksaan Hb ke sekolah ini bertujuan untuk mengetahui apakah remaja
putri di sekolah mengalami anemia atau tidak. Jika ditemukan kasus
anemia pada remaja putri di sekolah, maka akan segera diintervensi
dengan pemberikan Tablet Tambah Darah ekstra untuk membantu
meningkatkan kadar Hb darah. Hal ini merupakan intervensi gizi spesifik
dalam upaya pencegahan stunting. Apabila anemia pada remaja putri tidak
segera ditangani dan jika hal ini berlanjut terus, maka remaja putri tersebut
sangat berisiko untuk melahirkan bayi yang berpotensi stunting.

12. Rujukan balita yang memiliki masalah kesehatan

Rujukan ini dilakukan saat ditemukan kasus bayi atau balita yang memiliki masalah gizi,
contohnya gizi buruk maupun perawakan sangat pendek yang disertai dengan penyakit
penyerta. Bayi balita dengan kondisi tersebut perlu segera dirujuk kepada Dokter
Spesialis Anak (DSA) karena sangat berisiko mengalami stunting dan gangguan
Kesehatan lainnya.

13. Pemantauan dan evaluasi TTD ke Sekolah

Kegiatan pemberian TTD pada remaja di sekolah diberikan setiap 1 kali dalam
seminggu. Walaupun sudah diberikan sosialisasi mengenai pentingnya minum TTD
secara rutin perlu dilakukan juga keguatan pemantauan dan evaluasi terkait pemberian
TTD ini untuk mengetahui kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi TTD yang
diberikan. Ini merupakan kegiatan preventif, dimana hal ini sangat berperan untuk
membantu menurunkan risiko stunting pada generasi penerus.

B. Upaya Lintas Sektor dalam Penurunan Stunting

No. Kementerian/Lembaga Kegiatan Utama

1. Kementerian  Kampanye Gerakan Masyarakat Sehat


Kesehatan
 Meningkatkan pendidikan tentang gizi
seimbang dan pemberian ASI esklusif, serta
aktivitas fisik

2. Kementerian  Meningkatkan kegiatan Usaha Kesehatan


Pendidikan dan Sekolah (UKS), mendorong sekolah sebagai
Kebudayaan KTR, dan mendorong sekolah ramah anak
 Meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/ olahraga
di sekolah dan satuan Pendidikan secara
eksternal dan

 Ekstrakulikuler serta penyediaan sarana


sanitasi sekolah

 Meningkatkan pendidikan keluarga untuk


hidup sehat

3. Kementerian  Meningkatkan komunikasi, informasi dan


Pemberdayaan edukasi Germas bagi keluarga, perempuan,

Perempuan & dan anak

Perlindungan

Anak

4. Kementerian  Memastikan Sinergitas perencanaan


Perencanaan percepatan penurunan stunting
Pembangunan/ Badan
 Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan
Perencanaan
komunikasi perubahan perilaku percepatan
Pembangunan
pencegahan stunting
Nasional (Bappenas)
 Memasukkan pencegahan stunting dalam
pelaporan hasil pelaksanaan Germas
BAB III

PENUTUP

Pedoman penurunan stunting ini agar dijadikan acuan dalam penyelenggaraan


kegiatan penurunan stunting di UPT Puskesmas Singkawang Utara II.

Anda mungkin juga menyukai