PEDOMAN
PENURUNAN STUNTING
A. Latar Belakang
Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat
kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama
dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua
tahun.1 Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya. Masyarakat belum menyadari bahwa
stunting adalah suatu masalah serius, hal ini dikarenakan belum banyak yang
mengetahui penyebab, dampak dan pencegahannya.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa dewasanya. Secara jangka
panjang, stunting dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi akibat
stunting pada angkatan kerja di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 10,5% dari
produk domestik bruto (PDB), atau setara dengan Rp 386 triliun.
Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting
merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita menderita stunting dan
29.9% baduta pendek dan sangat pendek – yang apabila dilakukan intervensi yang tepat
maka dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Masalah gizi lain terkait dengan
stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah ibu hamil Kurang
Energi Kronis atau KEK (17,3%), anemia pada ibu hamil (48,9%), bayi lahir prematur
(29,5%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita dengan status gizi buruk
(17,7%) dan anemia pada balita.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi
prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- 2025.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/ Menkes/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
6. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan,
Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah.
14. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
15. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ Menkes/577/2018
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting Kementerian Kesehatan.
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2018 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/165/2023
Tentang Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal
Ketua
(dr. Sri Nuryani)
Sekretaris
(Teriansyah, SKM)
Anggota :
dr. Rohayatun
Tri Setiawati Str.Gz
Sumarni, Str.Keb
Erni Setiawati, A.Md KG
Ns. Yuli Fitrianti, S.Keb
Nurzani, A.Md KL
Auliya M Noor, SKM
F. Sasaran
Sasaran prioritas pencegahan stunting, yaitu keluarga berisiko stunting ibu
hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan, terdapat kategori sasaran penting,
yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur (WUS), pasangan usia subur
dan remaja putri
Bulan
No. Kegiatan Ju
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Agt Sep Okt Nop Des
l
Pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan
1 x x x
KB
2 Validasi dan evaluasi data GIKIA x x x x x x x x x x x x
Koordinasi/sosialisasi program bagi
3 Kantor Urusan Agama (KUA) di x x
Kecamatan
Edukasi bimbingan perkawinan/konseling
4 pranikah di KUA dan skrining calon x x x x x x
pengantin
Penyuluhan praktek P2GP dan kesehatan
reproduksi, pencegahan kekerasan pada
5 x x
perempuan dan anak, dan kesehatan
penyandang disabilitas
Pendampingan ibu hamil KEK, anemia,
6 bumil risti, BBLR dan bayi balita dengan x x x x x x x x x x x x
masalah gizi
7 Pelaksanaan gerakan cegah stunting x x x
Pendampingan bayi balita dengan
8 x x x x x x x x x x x x
masalah gizi
9 Balita gizi kurang mendapat PMT x x x x x x x x x x x x
10 Ibu hamil KEK mendapat PMT x x x x x x x x x x x x
11 Pelayaanan imunisasi rutin di Posyandu x x x x x x x x x x x x
Inspeksi Kesling di sarana tempat dan
fasilitas umum, sarana tempat
12 x x x x x x x x x x x x
pengelolaan pangan, sarana air minum
dan fasyankes
13 Pemberian TTD ke Sekolah x x x x x x x x x x x x
14 Pemeriksaan HB Ke Sekolah x x
Rujukan balita yang memiliki masalah
15 x x
kesehatan
Pemantauan dan evaluasi TTD ke
16 x x x x
Sekolah
I. Monitoring dan Umpan Balik
- Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan penurunan
stunting
- Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali secara terpadu melalui laporan
secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program dan pembinaan terpadu.
posyandu
Kegiatan ini dilakukan dengan sasaran yaitu Wanita Usia Subur (WUS), baik yang
sudah menikah maupun belum yang bertujuan supaya mampu mencegah terjadinya
stunting, yaitu ibu mempunyai banyak waktu, energi, dan sumber daya untuk menyusui
bayi yang dilahirkan dan fokus terhadap pengasuhan anak pada periode 1000 HPK.
Kehamilan yang direncanakan dan terjadi ketika wanita berusia >18 tahun, praktik
menyusui menjadi lebih baik dan mengarah pada perbaikan nutrisi anak.
Stunting telah menjadi Program Prioritas Nasional, untuk itu perlu dilakukan validasi dan
evaluasi data gizi dengan kader kesehatan sebagai pemegang data real di lapangan,
terutama pada bayi dan balita berisiko stunting. Pertemuan ini juga menjelaskan terkait
kohort pemantauan bayi dan balita berisiko stunting di Posyandu. Dengan adanya
pertemuan ini, diharapkan dapat memantau bayi dan balita yang memiliki kemungkinan
gizi kurang, sehingga dapat mencegah stunting.
Kegiatan pendampingan ini dilakukan dengan sasaran ibu hamil yang berisiko , yaitu
anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK), bayi BBLR dan bayi balita dengan masalah
gizi. Dengan diadakannya kegiatan ini, diharapkan sasaran yang berisiko, segera
tertangani dengan tepat sehingga kondisi tidak semakin memburuk. Ibu hamil dengan
kondisi Kurang Energi Kronik (KEK) selama masa kehamilan dengan pendidikan dan
pengetahuan yang rendah memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yg berisiko
stunting. Anemia dan KEK pada ibu hamil dapat mempengaruhi Kesehatan janin dan
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah yang kemudian dapat mnyebabkan
stunting.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal ini diberikan kepada Ibu Hamil
dengan Kurang Energi Kronik (KEK) yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizinya. Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian makanan
berbahan pangan lokal selama 90 hari yang berupa makanan kudapan dan
makanan lengkap.
9. Inspeksi Kesling di sarana tempat dan fasilitas umum, sarana tempat pengelolaan
pangan, sarana air minum dan fasyankes
Remaja putri perlu meminum Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak satu
kali dalam seminggu. Upaya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
menjadi penting untuk diberikan untuk remaja putri dalam proses
pertumbuhannya. Selain untuk meminimalisir potensi anemia yang
berakibat terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet
tambah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat
sebelum menjadi seorang ibu. Pemberian TTD pada remaja putri ini untuk
mencegah ibu nantinya melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting)
atau berat badan lahir rendah (BBLR).
Rujukan ini dilakukan saat ditemukan kasus bayi atau balita yang memiliki masalah gizi,
contohnya gizi buruk maupun perawakan sangat pendek yang disertai dengan penyakit
penyerta. Bayi balita dengan kondisi tersebut perlu segera dirujuk kepada Dokter
Spesialis Anak (DSA) karena sangat berisiko mengalami stunting dan gangguan
Kesehatan lainnya.
Kegiatan pemberian TTD pada remaja di sekolah diberikan setiap 1 kali dalam
seminggu. Walaupun sudah diberikan sosialisasi mengenai pentingnya minum TTD
secara rutin perlu dilakukan juga keguatan pemantauan dan evaluasi terkait pemberian
TTD ini untuk mengetahui kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi TTD yang
diberikan. Ini merupakan kegiatan preventif, dimana hal ini sangat berperan untuk
membantu menurunkan risiko stunting pada generasi penerus.
Perlindungan
Anak
PENUTUP