Anda di halaman 1dari 11

DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

UPT PUSKESMAS RENGAS PULAU

PEDOMAN
PENURUNAN STUNTING

UPT. PUSKESMAS RENGAS PULAU


2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat
kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama
dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua
tahun.1 Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya. Masyarakat belum menyadari bahwa
stunting adalah suatu masalah serius, hal ini dikarenakan belum banyak yang
mengetahui penyebab, dampak dan pencegahannya.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit, tetapi juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan saat ini dan produktivitas anak di masa dewasanya. Secara jangka
panjang, stunting dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Kerugian ekonomi akibat
stunting pada angkatan kerja di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 10,5% dari
produk domestik bruto (PDB), atau setara dengan Rp 386 triliun.
Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting
merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita menderita stunting dan
29.9% baduta pendek dan sangat pendek – yang apabila dilakukan intervensi yang tepat
maka dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Masalah gizi lain terkait dengan
stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah ibu hamil Kurang
Energi Kronis atau KEK (17,3%), anemia pada ibu hamil (48,9%), bayi lahir prematur
(29,5%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita dengan status gizi buruk
(17,7%) dan anemia pada balita.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi
prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tersedianya Pedoman Pencegahan untuk penurunan stunting


2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi bagi tenaga
kesehatan (utamanya bidan, perawat, petugas gizi, petugas promosi
kesehatan, petugas sanitasi) di puskesmas
b. Tersedianya pedoman yang mengandung unsur pencegahan,
deteksi dini, tatalaksana, dan rehabilitasi gizi buruk pada balita
melalui rawat jalan dan rawat inap, dengan melibatkan peran
serta aktif keluarga dan masyarakat.

c. Tersedianya acuan tentang faktor pendukung, termasuk obat-


obatan dalam tatalaksana gizi buruk pada balita untuk
pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.
d. Tersedianya acuan pengelolaan upaya penanggulangan gizi
buruk pada balita yang komprehensif dan integratif sejak proses
perencanaan, pelaksanaan dengan kerjasama lintas
program/sektor, dan keterlibatan keluarga/masyarakat, serta
pemantauannya.
e. Terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi bagi kader
posyandu.
f. Terlaksananya komunikasi antar pribadi oleh tenaga kesehatan puskesmas
kepada kelompok sasaran pada saat memberikan pelayanan kesehatan
g. Terlaksananya kampanye terkait stunting.
h. Terjadinya peningkatan perubahan perilaku dalam upaya pencegahan
stunting pada semua kelompok sasaran.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

1. Standar asuhan medis yang diberikan untuk pasien stunting dan


wasting
2. Standar asuhan keperawatan dan gizi yang diberikan untuk pasien
stunting
3. Pelayanan pada pasien bayi usia 6 bulan dengan gizi buruk
dengan/tanpa komplikasi dan balita 6 - 59 bulan dengan komplikasi
4. Sumber daya manusia dan pengembangan staf yang terdiri dari dokter
spesialis anak, perawat, ahli gizi, dan apoteker.
5. Fasilitas dan sarana prasarana berupa alat antropometri (untuk
mengukur berat badan dan tinggi/panjang badan) dan form
pemantauan balita dengan stunting dan/atau wasting

D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- 2025.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/ Menkes/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.
5. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
6. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan,
Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah.
14. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
15. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ Menkes/577/2018
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting Kementerian Kesehatan.
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2018 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
18. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/165/2023
Tentang Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal

E. Struktur Tim Percepatan Penurunan Stunting

Ketua
(dr. Voidance Bakara)

Sekretaris
(Evita Harahap, SKM)

Anggota :
dr. Aisyah
Yayang Malahayati, A.Md.Gz,
Darmawati, AM.Keb,
Nuryani, AM.Keb

F. Sasaran
sasaran prioritas pencegahan stunting, yaitu keluarga berisiko stunting ibu
hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan, terdapat kategori sasaran penting,
yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur (WUS), pasangan usia subur
dan remaja putri

G. Cara Melaksanakan Kegiatan


Secara Umum Pelaksanaan Kegiatan dapat mengarah ke 8 Aksi Integrasi Intervensi
Penurunan Stunting, Yaitu Analisis Situasi, Rencana Kegiatan, Rembuk Stunting,
Peraturan Bupati/Walikota tentang Peran Desa, Pembinaan KPM, Sistem Manajemen
Data, Pengukuran, dan Publikasi Stunting, serta Riviu Kinerja Tahun.
H. Jadwal Kegiatan Penurunan Stunting
No. Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt No Des
p
1 Kegiatan x x x x x x x x x x x x
1000 HPK
2 Bapak x x x x x x x x x x x X
Asuh Anak
Stunting
3 Aksi x x
Bergizi
4 Cegah x x
Stunting
dengan 5
Kunci
ABCDE
5 Pemberian x x x x x x x x x x x x
Tablet
Tambah
Darah

I. Monitoring dan Umpan Balik

- Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan penurunan


stunting

- Sumber informasi pemantauan adalah dokumen rencana kegiatan penurunan


stunting dengan menggunakan komunikasi dengan lintas sectoral di wilayah kerja

- Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali secara terpadu melalui laporan
secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program dan pembinaan terpadu.

- Umpan balik (feedback) hasil pemantuan dapat disampaikan melalui mekanisme


persuratan dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut
yang memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi.

- Hasil pemantauan akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi


upaya penurunan stunting secara keseluruhan.

J. Pencatatan Pelaporan, Evaluasi


Pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan setiap bulan mengenai perkembangan
penurunan stunting serta di evaluasi per semester.

BAB II

Kegiatan Penurunan Stunting

A. KEGIATAN UPAYA PENURUNAN STUNTING

No. Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Sasaran Jadwal


Pokok

1 GEMAS 1000 1. Konseling di dalam Pengunjung 1-2x/


HARTA Gedung prioritas yang minggu

(Gerakan datang ke

Masyarakat puskesmas

Sadar 1000
HPK)

2. Konseling di luar Kelompok 2x/tahun


Gedung Masyarakat

2. BAAS (Bapak Pemberian/ Anak Asuh 1x/minggu


Asuh Anak Pendistribusian Dana Stunting/
Stunting) yang dijadikan dalam Keluarga
bentuk Daging, Telur, dan Berisiko
susu oleh TPK

3. Aksi Bergizi Edukasi dan Penyuluhan Sasaran 2x/tahun


kepada kelompok utama : Anak
masyrakat Sekolah,
Kader
Kesehatan

4 Cegah Dalam Gedung : Pengunjung Setiap hari


Stunting Penyebaran melalui media yang datang
dengan 5 elektronik (TV) yang ke puskesmas
Pesan Kunci ditampilkan tentang cegah
stunting di ruang tunggu

Edukasi dan Penyuluhan Kelompok 2x/tahun


kepada kelompok Masyarakat
masyrakat
5. Pemberian Dalam Gedung : Pengunjung Setiap hari
Tablet Pemberian dapat prioritas yang
Tambah diberikan ketika datang ke
Darah pasien/sasaran puskesmas

berkunjung ke puskesmas

Luar Gedung : Kelompok 1-2x/bulan

Pemberian dapat melalui Masyrakat

ketika Posyandu, Sekolah

1. Kegiatan 1000 HPK

1.000 HPK merupakan masa yang paling kritis dalam tumbuh kembang
anak. BBLR merupakan salah satu penyebab utama stunting. Pemberian
ASI, makanan, dan pola asuh pada periode 0-23 bulan yang tidak tepat
mengganggu tumbuh kembang anak. Namun, stunting tidak hanya
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan anak selama 1.000 HPK, tetapi
juga dipengaruhi oleh gizi ibu pada periode sebelumnya, terutama pada
periode pra konsepsi yaitu wanita usia subur dan remaja.

Terdapat tiga kelompok intervensi gizi spesifik:

a. Intervensi prioritas, yaitu intervensi yang diidentifikasi memiliki


dampak paling besar pada pencegahan stunting dan ditujukan untuk
menjangkau semua sasaran prioritas

b. Intervensi pendukung, yaitu intervensi yang berdampak pada


masalah gizi dan kesehatan lain yang terkait stunting dan
diprioritaskan setelah intervensi prioritas dilakukan.

c. Intervensi prioritas sesuai kondisi tertentu, yaitu intervensi yang


diperlukan sesuai dengan kondisi tertentu, termasuk saat darurat
bencana (program gizi darurat)

2. Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS)


Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang telah dilaksanakan sejak
pertengahan tahun 2022 merupakan gerakan gotong royong seluruh elemen
bangsa untuk berpartisipasi dalam upaya Percepatan Penurunan Stunting
dengan menjadi Bapak Asuh atau Bunda Asuh bagi keluarga berisiko
stunting. Kegiatan BAAS dilakukan dengan memberikan biaya yang
dikontribusikan dari bapak asuh, sekitar Rp500 ribu per anak per bulan.
Dana yang diberikan dikelola oleh TPK/tenaga pengelola yang
didistribusikan ke anak asuh setiap minggunya Untuk wilayah kerja
Puskesmas Rengas Pulau, pihak TPK tidak memberikan dalam bentuk uang
melainkan memberikan berupa daging ayam, telur, dan susu setiap
minggunya kepada anak asuh.

3. Kegiatan Aksi Bergizi

Gerakan AksiBergizi diyakini menjadi salah satu upaya strategis dalam


meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri yang juga
merupakan salah satu indikator layanan intervensi gizi spesifik dalam
percepatan penurunan stunting.

Kegiatan ini dilaksanakn berupa penyuluhan serta edukasi dengan


kelompok sasaran.

Kegiatan AksiBergizi dilaksanakan dengan tiga intervensi utama, yaitu

(1) Sarapan dan Minum TTD bersama di sekolah/madrasah setiap minggu;

(2) Edukasi gizi yang bersifat multi-sektor dengan tujuan mempromosikan


asupan makan yang sehat dan aktivitas fisik; serta

(3) Komunikasi untuk perubahan perilaku yang relevan dan komprehensif

4. Cegah Stunting dengan 5 Pesan Kunci (ABCDE)

ABCDE adalah kunci untuk mencegah terjadinya stunting pada anak. A itu
aktif minum tablet penambah darah; B, bumil harus teratur memeriksakan
kegamilannya; C, cukup mengonsumsi protein hewani untuk bayi; dan D,
datang ke posyandu setiap bulan; serta E adalah eksklusif ASI enam bulan

5. Pemberian Tablet Tambah Darah

Remaja dan wanita usia subur (WUS) perlu meminum Tablet Tambah Darah
(TTD) sebanyak satu kali dalam seminggu. Sementara, ibu hamil
mengkonsumsi TTD sebanyak 90 tablet atau lebih selama masa
kehamilannya untuk mencegah anemia saat hamil.

Upaya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi penting untuk


diberikan untuk remaja putri dalam proses pertumbuhannya. Selain untuk
meminimalisir potensi anemia yang berakibat terhadap kesehatan dan
prestasi di sekolah, pemberian tablet tambah darah juga untuk
mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat sebelum menjadi seorang
ibu. Pemberian TTD pada remaja putri ini untuk mencegah ibu nantinya
melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir
rendah (BBLR)

B. Upaya Lintas Sektor dalm Penurunan Stunting

No. Kementerian/Lembaga Kegiatan Utama

1. Kementerian  Kampanye Gerakan Masyarakat Sehat


Kesehatan
 Meningkatkan pendidikan tentang gizi
seimbang dan pemberian ASI esklusif, serta
aktivitas fisik

2. Kementerian  Meningkatkan kegiatan Usaha Kesehatan


Pendidikan dan Sekolah (UKS), mendorong sekolah sebagai
Kebudayaan KTR, dan mendorong sekolah ramah anak

 Meningkatkan kegiatan aktivitas fisik/ olahraga


di sekolah dan satuan Pendidikan secara
eksternal dan

 Ekstrakulikuler serta penyediaan sarana


sanitasi sekolah

 Meningkatkan pendidikan keluarga untuk


hidup sehat

3. Kementerian  Meningkatkan komunikasi, informasi dan


Pemberdayaan edukasi Germas bagi keluarga, perempuan,

Perempuan & dan anak

Perlindungan

Anak

4. Kementerian  Memastikan Sinergitas perencanaan


Perencanaan percepatan
Pembangunan/ Badan
 Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan
Perencanaan
komunikasi perubahan perilaku percepatan
Pembangunan
pencegahan stunting
Nasional (Bappenas)
 Memasukkan pencegahan stunting dalam
pelaporan hasil pelaksanaan Germas
BAB III

PENUTUP

Pedoman penurunan stunting agar dijadikan acuan dalam penyelenggaraan


kegiatan penurunan stunting di UPT Puskesmas Rengas Pulau Kota Medan.

Anda mungkin juga menyukai