Disusun Oleh:
D-III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN MANDIRI GRESIK
Jl. KH.SYAFI’I NO.15 DAHANREJO KEBOMAS – GRESIK
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERMASALAHAN PADA GIZI BURUK”.
Shalawat beriring salam kita sanjung sajikan kepangkuan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya , berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan betapa
bermaknanya hidup dari alam yang penuh kebodohan hingga yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Oleh karena itu,
dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yg sebesar-
besarnya kepada Ibu dosen pengasuh mata kuliah Kesehatan Masyarakat.
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat konstruktif dan membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan nya.
Penulis hanya dapat berdo’a semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii
Dfatar Isi……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.4 Tujuan…………………………………………………………………………..…6
2.5 Sasaran…………………………………………………………………………….6
2.7 Kebijakan………………………………………………………………………….8
2.8 Strategi…………………………………………………………………………….8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….…14
4.2 Saran……………………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi
buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga
Berbagai masalah yang timbul akibat Gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan, jika Ibu hamil
menderita kurang Energi Protein akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan
kecerdasan anak, dan juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi
yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang
Salah satu masalah atau gangguan kesehatan yang cukup mendapat perhatian saat ini
adalah masalah gizi buruk pada balita. Diperkirakan 15% balita didunia memiliki kekurangan
berat badan, dibeberapa negara, tercatat 1 dari 3 anak meninggal setiap tahunnya akibat
buruknya kualitas gizi (Anonim, 2013)
1
Prevalensi kurang gizi secara nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah
(Riskesda) tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi
kurang. (Depkes RI, 2008)
1. Sebagai bahan informasi dan masukan dalam perencanaan strategi promosi kesehatan
bagi Pemerintah Daerah
2. Masukan dalam pengembangan kebijakan promosi kesehatan dan program pembinaan
gizi masyarakat.
3. Bagi Puskesmas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan korektif
terhadap perkembangan dan tuntutan masyarakat akan peningkatan program
pembinaan gizi.
4. Diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan konsep dan
pengetahuan bidang menejemen promosi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Berita munculnya kembali kasus gizi buruk di NTB dan NTT seperti diberitakan oleh
Kompas dan media massa lainnya, menunjukkan bahwa masalah kekurangan gizi di negeri
tercinta ini masih “tersembunyikan”. Kejadian ini mirip seperti kejadian tahun 1998, ketika
dilaporkan meningkatnya kejadian gizi buruk di berbagai media massa (Kompas) “Kasus
Bayi-HO Pertanda Beratnya Kemiskinan”, (Merdeka) “Fungsikan Kembali Posyandu”.
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana
dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan
standar yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak
disebut dengan gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh
dibawah standar dikatakan gizi buruk. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis
disebut “Marasmus” atau “Kwashiorkor”. Sementara itu, pengertian di masyarakat tentang
“Busung Lapar” adalah tidak tepat. Sebutan “Busung Lapar” yang sebenarnya adalah
keadaan yang terjadi akibat kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu
wilayah, sehingga mengakibatnya kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, yang pada
akhirnya berdampak pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini
terjadi pada semua golongan umur. Tanda-tanda klinis pada “Busung Lapar” pada umumnya
sama dengan tanda-tanda pada marasmus dan kwashiorkor.
Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan atau sedang tidak selalu diikuti dengan
gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila diamati
dengan seksama badannya mulai kurus. Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun
2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat
gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%), WHO (1999) mengelompokkan wilayah
berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (dibawah 10%),
sedang (10-19%), tinggi (20-29%), sangat tinggi (=˃ 30%).
3
2.2 Penyebab Gizi Buruk
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu:anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak
tidak mendapat asuhan gizi yang menandai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi.
Ketiga penyebab langsung tersebut diuraikan sebagai berikut:
Pertama, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang. Bayi dan balita tidak
mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air
Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup
mengandung energy dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat,
vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan
sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah
seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan
gizi balita karena ketidaktahuan.
Kedua, anak menderita penyakit infeksi. Terjadi hubungan timbale balik antara
kejadian infeksi penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami
penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain anak yang
menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk. Cakupan pelayanan kesehatan
dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang tidak naik berat
badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di Posyandu,
penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan menentukan tingginya kejadian penyakit
infeksi. Mewabahnya berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti demam berdarah,
diare, polio, malaria dan sebagainya secara hampir bersamaan di mana-mana,
menggambarkan melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah.
Ketiga, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai. Suatu studi “positive
deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita disuatu desa miskin
hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin.
4
Dari studi ini diketahui pola pengasuhnya anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak
yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal
pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata
anaknya lebih sehat.
Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita
disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13
kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54%
penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.
Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbale balik
anatara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar
masalah gizi buruk. Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik
dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang
kekurangan gizi, makin tinggi pendapatan makin makin kecil persentasinya. Kurang gizi
berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.
5
2.4 Tujuan
Tujuan umum Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
adalah tercapainya sasaran penurunan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi setinggi-
tingginya 20% dan prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun 2009.
a. Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita bulanan di
Posyandu, Puskesmas, dan Jaringannya.
b. Meningkatnya cakupan tatalaksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas, dan
Rumah tangga.
c. Meningkatnya kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas,
Rumah Tangga.
d. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan norma
keluarga sadar gizi.
e. Meningkatnya fungsi sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
2.5 Sasaran
1. Sasaran Dampak
a. Prevalensi gizi kurang turun menjadi setinggi-tingginya 20%
b. Prevalensi gizi buruk turun menjadi setinggi-tingginya 5%
2. Sasaran:
a. Semua balita ditimbang setiap bulan dan berat badannya naik
b. Meningkatnya cakupan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan
c. Semua anak 6-24 bulan mengkonsumsi MP-ASI yang bergizi
d. Semua keluarga mendapatkan penyuluhan makanan sehat dan bergizi seimbang
e. Semua balita gizi kurang dari keluarga miskin mendapat makanan tambahan yang
bergizi seimbang
f. Meningkatnya cakupan distribusi kapsul vitamin A pada ibu nifas, bayi dan balita
menjadi sekurangnya 80%
g. Semua Puskesmas dan Rumah Sakit mampu melakukan tatalaksana penanggulangan
gizi buruk sesuai dengan standar
6
h. Semua Kabupaten/Kota melaksanakan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Indicator keberhasilan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Gizi Buruk dilihat dari
berbagai indicator sebagai berikut:
a. Indicator Dampak
o Prevalensi Gizi Kurang
o Prevalensi Gizi Buruk
b. Indicator Keluaran
o Jumlah balita yang ada dan di data
o Jumlah balita yang didaftar dan memiliki KMS
o Jumlah balita yang datang dan ditimbang
o Jumlah balita ditimbang dan berat badannya naik
o Jumlah balita berat badan 2 kali Tidak Naik dan Bawah Garis Merah (BGM)
pada KMS dirujuk
o Jumlah balita gizi buruk dirawat sesuai dengan standar
o Jumlah keluarga yang menerapkan norma keluarga sadar gizi:
Menimbang berat badan secara teratur terutama balita
Memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan
Menggunakan garam beryodium
Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang
Memberikan suplementasi gizi kepada anggota keluarga yang
memerlukan.
c. Indiator Masukan
o Jumlah Posyandu Aktif.
Posyandu aktif minimal mampu melaksanakan pemantauan berat badan balita
dengan KMS dengan baik dan benar sehingga nilai SKDN dapat dimanfaatkan
dengan maksimal.
o Jumlah Posyandu Binaan oleh kerjasama antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat.
7
2.7 Kebijakan
a) Mengingat besaran dan sebaran gizi buruk yang ada disemua wilayah Indonesia dan
dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia, pencegahan dan penanggulangan
gizi buruk merupakan program nasional, sehingga perencanaan, pelkasanaan,
pemantauan, dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan
daerah.
b) Penanggulangan masalah gizi buruk diselenggarakan secara demokratis dan
transparan melalui kemitraan di tingkat kabupaten/kota antara pemerintah daerah,
dunia usaha, dan masyarakat.
c) Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan komprehensife,
dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan yang didukung
upaya pengobatan dan upaya pemulihan.
d) Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan oleh semua kabupaten/kota secara
terus menerus, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.
e) Penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan
masayarakat yaitu dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, serta keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan. Masyarakat yang telah berdaya diharapkan berperan sebagai
pelaku/pelaksana, melakukan advokasi dan melakukan pemantauan untuk
peningkatan pelayanan public.
2.8 STRATEGI
A. Revitalisasi Posyandu
Revitalisasi Posyandu bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu
terutama dalam pemantauan pertumbuhan balita.
Pokok kegiatan revitalisasi Posyandu meliputi:
a) Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas, petugas sector lain dan kader yang
berasal dari masyarakat
b) Pelatihan ulang petugas dan kader
c) Pembinaan dan pendampingan kader
d) Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/buku KIA, panduan posyandu, media
KIE, sarana pencatatan
e) Penyediaan biaya operasional
f) Penyediaan modal usaha kader melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) dan
mendorong partisipasi swasta
B. Revitalisasi Puskesmas
Revitalisasi Puskesmas bertujuan meningkatkan fungsi dan kinerja Puskesmas
terutama dalam pengelolaan kegiatan gizi di Puskesmas, baik penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat.
Pokok kegiatan revitalisasi Puskesmas meliputi:
9
a) Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi pimpinan dan petugas
puskesmas dan jaringannya.
b) Penyediaan biaya operasional Puskesmas untuk pembinaan posyandu,
pelacakan kasus, kerjasama LS tingkat kecamatan, dll.
c) Pemecahan sarana antroprometri dan KIE bagi puskesmas dan jaringannya
d) Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan puskesmas
perawatan.
C. Promosi Keluarga Sadar Gizi
Promosi keluarga sadar gizi bertujuan dipraktikannya norma keluarga sadar gizi bagi
seluruh keluarga di Indonesia, untuk mencegah terjadinya masalah kurang gizi,
khususnya gizi buruk. Kegiatan promosi keluarga sadar gizi dilakukan dengan
memperhatikan aspek-aspek sosial budaya.
Pokok kegiatan promosi keluarga sadar gizi meliputi:
a) Menyusun startegi (pedoman) promosi keluarga sadar gizi
b) Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi pada
masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan, tempat kerja, dan
tempat-tempat umum.
c) Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media efektif
terpilih.
d) Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma dengan
dukungan petugas.
D. Advokasi dan Pendampingan
Ada 2 tujuan dari kegiatan advokasi dan pendampingan. Pertama, meningkatkan
komitmen para penentu kebijakan, termasuk legislative, tokoh masyarakat, tokoh
agama, pemuka adat, dan media massa agar peduli dan bertindak nyata di
lingkungannya untuk memperbaiki status gizi anak. Kedua, meningkatkan
kemampuan teknis petugas dalam pengelolaan program gizi.
Pokok kegiatan advokasi dan pendampingan adalah sebagai berikut:
a) Diskusi dan rapat kerja dengan DPR, DPD, dan DPRD secara berskala
b) Melakukan pendampingan di kabupaten.
10
BAB III
A. Tujuan
Tujuan umum
Setelah diadakan penyuluhan diharapkan ibu-ibu yang mempunyai anak balita
dapat mengerti dan memahami tentang gizi pada anak balita.
Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan sasaran dapat:
a. Mengetahui tentang pengertian gizi pada anak balita
b. Mengetahui tentang macam-macam makanan yang bergizi pada anak balita.
c. Mengetahui dampak kekurangan-kekurangan zat makanan yang bergizi.
d. Mengetahui tentang cara memasak yang tepat.
B. Sasaran
Pada penyuluhan kali ini sasaran ditujukan kepada ibu-ibu yang memiliki balita.
C. Media Penyuluhan
LCD (Powerpoint)
Leaflet
D. Metode Penyuluhan
Ceramah
Tanya jawab
E. Waktu dan Tempat
Hari : Selasa
Tanggal : 23 April 2019
Tempat : Puskesmas Gending, Gresik
11
F. Materi Penyuluhan
a. Pengertian gizi buruk
b. Pemberian makan balita
c. Dampak kekurangan zat gizi
d. Cara memasak yang tepat
G. Rincian Anggaran
Total biaya untuk penyuluhan ini sebesar Rp. 100.000- Terlampir
H. Deskripsi Kerja Kegiatan Penyuluhan
Terlampir
I. POA (Plan of Action)
Terlampir
J. Evaluasi
a. Keikutsertakan ibu-ibu yang memiliki balita di Desa Gresik. Partisipasi yang cukup
besar dari ibu-ibu yang memiliki balita karena pentingnya gizi seimbang bagi
balitanya.
b. Ibu-ibu dapat menjawb pertanyaan dari post test yang kami berikan yaitu:
o Apa saja makanan bergizi pada balita?
o Bagaimana cara memasak yang tepat?
o Apa akibat dari kurang gizi
K. Penutup
Demikian proposal rencana kegiatan penyuluhan dengan tema “Gizi Seimbang
Balita” ini dibuat. Besar harapan kami supaya kegiatan ini dapat terlaksana dengan
baik dan semoga bermanfaat.
12
Lampiran 1
Rincian Pengeluaran:
Kenang-kenangan : Rp.50.000
Lain-lain : Rp.30.000
Rp.100.000
Lampiran 2
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik dari konsekuensinya
terhadap penurunan kualitas sumberdaya manusia maupun faktor penyebab. Gizi buruk
secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan kecerdasan anak, mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan serta menurunkan produktivitas. Dari aspek penyebab, gizi
buruk sangat terkait dengan kondisi daya beli keluarga, tingkat pendidikan dan pola asuhan
gizi keluarga serta keadaan kesehatan.
Seringkali Rencana Aksi tidak dilaksanakan secara baik. Beberapa masalah yang
sering disampaikan antara lain lemahnya dukungan pembiayaan dari pemerintah pusat,
propinsi dan kabupaten/kota. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk memerlukan
komitmen bersama antara unsure kepemerintahan, masyarakat, dunia usaha. Oleh karena itu
perlu dikembangkan komunikasi antar unsure yang terlibat.
Sebagai bagian dari Rencana Aksi ini perlu dilakukan serangkaian kegiatan advokasi,
sosialisasi kepada seluruh pemeran untuk meningkatkan komitmen. Lebih jauh diperlukan
jejaring yang melibatkan LSM, Perguruan Tinggi, media baik cetak maupun elektronik, local
maupun nasional.
3.2 Saran
Ketidak seriusan pemerintah terlihat jelas penanganan kasus gizi buruk terlambat
seharusnya penanganan pelayanan kesehanatan di lakukan di saat penderita gizi buruk belum
mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah
melakukan tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabilah tidak di
dukung masyarakat itu sendiri. Sebab,perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini
adalah, anak-anak yang menderita penyskit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-
anak itu di beri makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang di
berikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.
14
Tanpa data dan infomasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat
menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para
ibu mengupayakan sesuatu terbiak untuk anaknya yang nantinya anak tersebut dapat
menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilah semuanya itu, saya yakin pasti
aka nada jalan keluarnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009 Depkes RI
2005
Short,John Rendle.1994. Ikhtisar Penyakit Anak jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara. Hal 142-
144