Anda di halaman 1dari 94

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU

PENCEGAHAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAREME
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan


pada Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun Oleh:
TINA MELISA

NIM. P17320114113

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.


( QS. Al-Baqarah:286)

“Allah lebih mengetahui terhadap apa yang mereka lakukan sejak mereka
diciptakan”.
(H.R. Bukhari, Muslim)

“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia,

tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang

menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.” (Mahatma Gandhi).

“Nilai dari seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung

jawab, mencintai hidup dan pekerjaannya”. (Kahlil Gibran)

Dengan penuh rasa syukur dan bangga, saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini

Bakti dan cinta Tulus kepada Allah Swt.

Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Saw.

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mendoakan, mendukung dan

memotivasi saya

Kerabat, Guru dan Sahabat yang tidak pernah lelah mendampingi dan memberi

semangat.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Jurusan Keperawatan Bandung
Program Studi Keperawatan
Bandung, Juli 2017
Tina Melisa. P17320114113

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU


PENCEGAHAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAREME
TAHUN 2017

ABSTRAK

Xiii, 57 hal, 5 bab, 4 tabel, 1 bagan, 8 lampiran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh angka kejadian Tuberkulosis yang meningkat di


Kabupaten Bandung Barat. Puskesmas Cimareme merupakan Puskesmas dengan jumlah
kasus TB paru tertinggi di Kabupaten Bandung Barat tahun 2016 yaitu sebanyak 143 kasus.
Dukungan keluarga merupakan unsur penting dalam membantu individu menyelesaikan
masalah, dukungan keluarga akan meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi penderita
TB paru dalam berperilaku mencegah penularan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru
di wilayah kerja Puskesmas Cimareme. Metodologi penelitian yang digunakan adalah
desain penelitian cross-sectional. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan nonrandom
sampling yaitu proportional sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Uji
statistik menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji statistik korelasi
spearman rank. Hasil penelitian diperoleh nilai r = 0,44 dengan nilai probabilitas (p)
sebesar 0,001. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan pada Klien
Tuberkulosis paru di Wilayah kerja Puskesmas Cimareme. Rekomendasi yang diberikan
yaitu hendaknya Puskesmas memberikan pendidikan kesehatan minimal 2 bulan
sekali tentang pencegahan TB paru bagi masyarakat yang belum sakit, sedangkan
bagi yang sudah mengalami TB paru diberikan pendidikan kesehatan agar
meminum obat secara teratur dan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Perilaku Pencegahan, Klien Tuberkulosis Paru


Daftar Pustaka: 26 (2007 – 2017)

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya Penulis diberikan kekuatan dan kesehatan sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sesuai waktunya dengan judul:

”HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU

PENCEGAHAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CIMAREME TAHUN 2017”, sholawat beserta salam

semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw hingga kita selaku

umatnya.

Tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program studi diploma III keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes RI Jurusan Keperawatan Bandung. Dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini Penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan serta dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Ir. H. Oesman Syarief, MKM sebagai Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

2. H. Ali Hamzah, S.Kp., MNS sebagai Ketua Jurusan Keperawatan Bandung.

3. Yosep Rohyadi, S.Kp., M.Kes sebagai Pembimbing Akademik di Jurusan

Keperawatan Bandung.

4. H. Sugiyanto, S.KM, M.Kep sebagai pembimbing Karya Tulis Ilmiah.

5. Ibu Apong, Ibu Atik, Ibu Dede dan Ibu Eko selaku Kader Puskesmas Cimareme

yang telah membantu dalam proses pengumpulan data.

vi
6. Seluruh staf dosen dan petugas perpustakaan di Jurusan Keperawatan Bandung

yang telah memberi banyak ilmu dan pengetahuan kepada Penulis.

7. Orang tua tercinta Aep Saepudin dan Siti Kurnaesih serta keluarga besar tercinta

yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun

materi.

8. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan, dukungan dan kerjasamanya.

Tentunya penulis sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

sempurna di berbagai sisi, untuk kesalahan datang dari penulis, tetapi kebenaran

diharapkan datang hanya dari Allah SWT. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun penulis harapkan dari pembaca sekalian agar lebih baik untuk ke

depannya dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah Swt

senantiasa menyertai kita, Amin.

Bandung, Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK .......................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................6
1.4.1 Manfaat Praktis ............................................................................6
1.4.2 Manfaat Akademis .......................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................8


2.1 Dukungan Keluarga ..............................................................................8
2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga.......................................................8
2.1.2 Jenis Dukungan Keluarga ...........................................................8
2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga .....................................................10
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ....................10
2.2 Perilaku ...............................................................................................12
2.2.1 Definisi Perilaku.........................................................................12
2.2.2 Proses Pembentukan Perilaku ....................................................13
2.2.3 Bentuk Perilaku ..........................................................................13
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku .........................................14
2.2.5 Ranah (domain) Perilaku............................................................15
2.2.6 Perilaku Kesehatan .....................................................................16
2.2.7 Perilaku Pencegahan pada Klien TB Paru .................................18
2.3 Tuberkulosis ........................................................................................19
2.3.1 Definisi Tuberkulosis .................................................................19
2.3.2 Etiologi .......................................................................................20
2.3.3 Patofisiologi ...............................................................................21

viii
2.3.4 Cara Penularan ...........................................................................22
2.3.5 Klasifikasi TB ............................................................................22
2.3.6 Manifestasi Klinik ......................................................................23
2.3.7 Orang yang Beresiko Terkena TB..............................................24
2.3.8 Pengobatan .................................................................................24
2.3.9 Pencegahan .................................................................................26
2.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan ...........28
2.5 Kerangka Konsep Penelitian ..............................................................30
2.6 Hipotesis ............................................................................................31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................32


3.1 Desain Penelitian .................................................................................32
3.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel .........................................32
3.2.1 Variabel Penelitian ..................................................................32
3.2.2 Definisi Konseptual dan Operasional......................................33
3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................35
3.3.1 Populasi .....................................................................................35
3.3.2 Sampel ......................................................................................35
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................37
3.5 Pengumpulan Data ..............................................................................38
3.5.1 Instrumen Penelitian..................................................................38
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................40
3.6 Analisis Data .......................................................................................42
3.6.1 Pengolahan Data........................................................................42
3.6.2 Analisa Data ..............................................................................43
3.7 Keterbatasan Penelitian .......................................................................45
3.8 Etika Penelitian ...................................................................................46
3.8.1 Informed Consent .......................................................................46
3.7.2 Anominity (Tanpa Nama) ..........................................................46
3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan) ...................................................47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................48


4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................48
4.1.1 Gambaran Dukungan Keluarga dan Perilaku Pencegahan
pada Klien Tuberkulosis Paru .................................................49
4.1.2 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku
Pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru .............................49
4.2 Pembahasan .........................................................................................50
4.2.1 Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien
Tuberkulosis Paru ...................................................................50

ix
4.2.2 Gambaran Perilaku Pencegahan pada Klien
Tuberkulosis Paru ...................................................................52
4.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku
Pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru .............................53

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................56


5.1 Simpulan .............................................................................................56
5.2 Rekomendasi .......................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
DAFTAR TABEL

TABEL 1 Definisi Konsep dan Operasional Variabel ..................................... 34

TABEL 2 Kekuatan Hubungan Variabel ......................................................... 45

TABEL 3 Dukungan Keluarga dan Perilaku Pencegahan pada

Klien Tuberkulosis Paru ................................................................... 49

TABEL 4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan

pada Klien Tuberkulosis Paru........................................................... 50

xi
DAFTAR BAGAN

BAGAN 1 Kerangka Konsep Penelitian.........................................................30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Bimbingan Tugas Akhir Proposal KTI

LAMPIRAN 2 Lembar Bimbingan Tugas Akhir KTI

LAMPIRAN 3 Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN 4 Lembar Permintaan Menjadi Responden

LAMPIRAN 5 Lembar Informed Consent

LAMPIRAN 6 Lembar Kisi-kisi Kuesioner

LAMPIRAN 7 Lembar Kuesioner Penelitian

LAMPIRAN 8 Hasil Output SPSS

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan

berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat

tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkiraan masih menyerang 9,6

juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia

dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu

berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia. Berdasarkan data

dari WHO pada tahun 2015, angka kasus baru TB mencapai 395 orang per 100.000

populasi, atau mencapai 1.020.000 orang penduduk yang terjangkit TB, dengan

angka kematian TB yang mencapai 100.000 orang (40 orang per 100.000 populasi).

(WHO, Global Tuberculosis Report, 2015).

Pada tahun 2015 di Indonesia ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak

330.910 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang

ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi

yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu

Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga provinsi

tersebut sebesar 38% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. (Kemenkes RI,

2015).

Jawa Barat merupakan provisi tertinggi dengan jumlah kasus baru TB paru

sebesar 65.275 kasus. Jumlah suspek TB paru tertinggi yaitu di Kabupaten Bandung

1
2

Barat yaitu sebesar 162.942. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Laporan

penemuan Pasien TB di kabupaten Bandung Barat tahun 2016 sebanyak 1.601

kasus meningkat bila dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 1.562 kasus. Tiga

Puskesmas dengan jumlah kasus TB paru tertinggi di Kabupaten Bandung Barat

tahun 2016 yaitu Puskesmas Cimareme 145 kasus, Puskesmas Batujajar 138 kasus,

dan Puskesmas Cipeundeuy 68 kasus.

Pengendalian tuberkulosis di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman

penjajahan Belanda namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang

kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP-4).

Sejak tahun 1969 pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui puskesmas.

Pada tahun 1995, program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi

pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung (directly observed

threatment short-course, DOTS) yang dilaksanakan di puskesmas secara bertahap.

Sejak tahun 2000 stategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasyankes

secara bertahap terutama puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan

kesehatan dasar. Dengan berbagai upaya pengendalian yang telah dilakukan, namun

jumlah kasus TB paru relatif masih tinggi. (Kemenkes RI, 2015).

Pada waktu batuk atau bersin, pasien TB menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei/ percik renik). Sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3.000 percikan dahak yang dapat menjadi sumber penularan.

(Kemenkes RI, 2014). Penularan TB sangat dipengaruhi oleh masalah lingkungan,

perilaku sehat penduduk, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan. Masalah

lingkungan yang terkait seperti masalah kesehatan yang berhubungan dengan


3

perumahan, kepadatan anggota keluarga, kepadatan penduduk, konsentrasi kuman,

ketersediaan cahaya matahari, dll. Sedangkan masalah perilaku sehat antara lain

akibat dari meludah sembarangan, batuk sembarangan, kedekatan anggota

keluarga, gizi yang kurang atau tidak seimbang, dll. Untuk sarana pelayanan

kesehatan, antara lain menyangkut ketersediaan obat, penyuluhan tentang penyakit

dan mutu pelayanan kesehatan.

Tanpa peran serta masyarakat tentunya pengendalian TB tidak akan dicapai hasil

yang optimal karena TB tidak hanya masalah kesehatan namun juga merupakan

masalah sosial. Keberhasilan penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat

kesadaran dan partisipasi masyarakat. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang merupakan sistem dasar tempat perilaku dan perawatan kesehatan diatur,

dilakukan dan dijalankan. Keluarga memiliki tanggung jawab utama dalam layanan

kesehatan yaitu dengan memberikan informasi kesehatan (promosi kesehatan) dan

perawatan kesehatan preventif, serta perawatan kesehatan lain bagi anggota

keluarga yang sakit (Friedman, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Jufrizal, dkk tahun 2016 tentang peran keluarga

sebagai pengawas minum obat (PMO) dengan tingkat keberhasilan pengobatan

penderita TB paru didapatkan hasil bahwa ada peran keluarga sebagai PMO dengan

tingkat keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru (p=0,000; OR=20,476).

Keluarga yang memenuhi peran yang baik sebagai PMO berpeluang 20 kali

memperoleh tingkat keberhasilan pengobatan penderita TB paru. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Nur Lailatul M, dkk tahun 2015 tentang upaya keluarga untuk

mencegah penularan dalam perawatan anggota keluarga dengan TB paru


4

didapatkan hasil 3 tema yaitu modifikasi lingkungan, upaya memutus transmisi

penyakit, konsumsi obat dan kontrol rutin ke puskesmas. Diharapkan keluarga

berpartisipasi aktif dalam pencegahan penularan penyakit TB paru di rumah dengan

cara melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menjemur alat tidur,

membuka pintu dan jendela setiap hari, makan makanan bergizi, tidak merokok dan

minum minuman keras, olahraga secara teratur, tidak tukar menukar peralatan

mandi serta melakukan perawatan pada keluarga dengan baik dan benar. Penelitian

mengenai dukungan keluarga yang dilakukan oleh Asra Septia, dkk tahun 2014

tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada

penderita TB paru didapatkan hasil bahwa ada hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB paru di Rumah Sakit Umum

Daerah Arifin Achmad. Hasil uji statistik nilai p-value = 0,036 (p < 0,05).

Berdasarkan hipotesis yang diajukan apabila p-value ≤ = 0,05 maka dapat dikatakan

ada hubungan yang bermakna antara dua variabel, sehingga H0 ditolak.

Dukungan dari keluarga merupakan unsur penting dalam membantu individu

menyelesaikan masalah, dukungan keluarga akan meningkatkan rasa percaya diri

dan motivasi penderita TB paru dalam berperilaku mencegah penularan (Subhakti,

2013). Dukungan keluarga juga temasuk kedalam faktor-faktor pendorong

(reinforcing factors) dalam perilaku pencegahan penularan TB. Berdasarkan uraian

tersebut maka peneliti tertarik untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga

terhadap perilaku pencegahan pada klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja

Puskesmas Cimareme.
5

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 17 April 2017 didapatkan

bahwa dari 32 Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat, Puskesmas

Cimareme merupakan Puskesmas dengan jumlah kasus TB paru tertinggi di

Kabupaten Bandung Barat tahun 2016 yaitu sebanyak 143 kasus, yang terdiri dari

BTA positif baru sebanyak 72 kasus, BTA negatif RO positif 38 kasus, TB anak 20

kasus, TB kambuh 5 kasus dan TB ekstra paru 8 kasus. 10 kasus diantaranya

merupakan kasus TB paru diluar wilayah kerja Puskesmas Cimareme namun

berobat ke Puskesmas tersebut. Wilayah kerja Puskesmas Cimareme terdiri dari 6

desa yaitu desa Margajaya, Cimareme, Gadobangkong, Tanimulya, Cilame dan

Pakuhaji.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan hasil studi pendahuluan diatas,

maka penulis merasa perlu untuk meneliti tentang dukungan keluarga dengan

perilaku pencegahan pada Klien TB paru dan membuatnya menjadi sebuah

penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku

Pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Cimareme”.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan pada Klien

Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan

pada Klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap Klien Tuberkulosis paru

di wilayah kerja Puskesmas Cimareme

b. Mengidentifikasi perilaku pencegahan Tuberkulosis paru di wilayah

kerja Puskesmas Cimareme

c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan perilaku

pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas

Cimareme

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

menentukan pendekatan yang tepat dalam upaya pencegahan TB paru dan

menjadi referensi menentukan metode penyuluhan tentang TB paru yang

lebih efektif dari sebelumnya.


7

1.4.2 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai

pencegahan TB paru serta dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

penelitian selanjutnya mengenai perilaku pencegahan TB paru dengan

variabel yang berbeda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Keluarga

2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat

mendukung dan memberikan pertolongan kepada anggota keluarga. Dukungan

keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial

(Friedman, 2010).

2.1.2 Jenis Dukungan Keluarga

Terdapat empat jenis dukungan keluarga, yaitu:

a. Dukungan informasional

Jenis dukungan informasional meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, usulan atau saran, petunjuk atau pengarahan dan pemberian

informasi. Dukungan informasional berfungsi sebagai pengumpul informasi

tentang segala sesuatu yang digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.

Keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi dalam dukungan

informasional ini. Keluarga dapat menyediakan informasi tentang perilaku

pencegahan TB paru.

8
9

b. Dukungan penilaian

Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai umpan balik,

membimbing, menangani masalah, serta sebagai sumber dan validator identitas

anggota keluarga. Dukungan penilaian dapat dilakukan dengan memberikan

support atau dukungan, pengakuan, penghargaan, serta perhatian kepada anggota

keluarga.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai

sumber pertolongan praktis dan konkrit yaitu berupa bantuan langsung dari orang

terdekat seperti materi, tenaga, dan sarana. Dukungan instrumental memiliki

manfaat untuk mengembalikan energi, semangat yang menurun, memberikan

perhatian dan kepedulian pada seseorang yang sedang mengalami kesusahan.

d. Dukungan emosional

Dukungan emosional yaitu dukungan yang menempatkan keluarga sebagai

tempat aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta dapat membantu

penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional memiliki beberapa aspek

meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengarkan.


10

2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga

Terdapat dua sumber dari dukungan sosial keluarga menurut Friedman antara

lain:

a. Sumber dukungan keluarga internal

Sumber dukungan sosial keluarga internal meliputi dukungan dari suami

atau istri, atau dukungan dari saudara kandung dan keluarga besar.

b. Sumber dukungan sosial keluarga eksternal

Sumber dukungan sosial keluarga eksternal meliputi jaringan kerja sosial

dari keluarga inti. Jaringan kerja sosial merupakan struktur yang

menggambarkan hubungan dari seseorang. Jaringan kerja sosial ini antara lain

tetangga, teman, sahabat, rekan kerja, kelompok pengajian, pemberi perawatan

kesehatan dan kelompok-kelompok yang menjadi mitra pengungkapan sebuah

keluarga yang menyangkut kepentingan bersama.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga antara lain :

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan

Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dan dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, sehingga setiap rentang usia (bayi – lansia)

memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-

beda.
11

2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh intelektual yang

terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman di masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang yang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit

dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan diri.

3) Faktor Emosi

Faktor emosional mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara

melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons terhadap stress di dalam

setiap perubahan hidupnya akan cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit,

respon yang dilakukan yaitu dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya.

4) Spiritual

Aspek spiritual terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga dan

teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dari hidup.

b. Faktor Eksternal

1) Praktik di Keluarga

Praktik di keluarga adalah bagaimana cara keluarga memberikan dukungan yang

biasanya dapat mempengaruhi pasien dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya, pasien akan melakukan tindakan pencegahan apabila keluarganya juga

melakukan hal yang sama atau anak yang selalu diajak oleh orang tuanya untuk
12

melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika anak tersebut memiliki

keturunan atau anak dia akan melakukan hal yang sama.

2) Faktor Sosio Ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan

mempengaruhi cara seseorang dalam mendefinisikan dan bereaksi terhadap

penyakitnya. Variabel psikososial mencakup stabilitas perkawinan, gaya hidup dan

lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari

kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan

cara pelaksanaannya. Faktor ekonomi juga mempengaruhi dukungan keluarga

karena semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka seseorang tersebut akan

lebih cepat tanggap terhadap tanda dan gejala penyakit yang dirasakan, sehingga

seseorang tersebut akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan

pada kesehatannya.

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,

dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.2 PERILAKU

2.2.1 Definisi Perilaku

Perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap

lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.

(Ensiklopedia Amerika dalam Notoadmodjo, 2007).


13

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan

bahkan dapat dipelajari. (Robert Kwick 1974 dalam Notoadmodjo, 2007).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah tindakan organisme atau seseorang

sebagai suatu reaksi terhadap rangsangan dari lingkungan yang dapat diamati dan

dipelajari.

2.2.2 Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Teori Skinner dalam Notoadmodjo 2010 menjelaskan

adanya dua jenis respons, yakni:

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimulus

karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimulasi atau reinforcer,

karena berfungsi untuk memperkuat respons.

2.2.3 Bentuk Perilaku

Perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi respons terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
14

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau

“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“observable behavior”.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: (Green LW & Kreuter MW,

1991 dalam Nursalam 2010)

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor

internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

yang mempermudah individu untuk berperilaku yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang

menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat.


15

2.2.5 Ranah (Domain) Perilaku

1. Pengetahuan (knowledge):

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek maupun indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

2. Sikap (attitude):

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sehingga

sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi

tertutup.

3. Tindakan atau praktik (Practice):

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yakni:

a. Praktik terpimpin (guided respons):

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.


16

b. Praktik secara mekanisme (mechanism):

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption):

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja,

tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

2.2.6 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih terinci perilaku kesehatan itu

mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun

aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit yakni:

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makanan-makanan

yang bergizi, olahraga, dan sebagainya.


17

b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), adalah

respon untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya: tidur

memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi,

dan sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan

penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking

behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,

misalnya berusaha mengobati diri sendiri penyakitnya, atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,

dokter praktik, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan

tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan dengan

usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit.

Misalnya melakukan diet mematuhi anjuran dokter dalam rangka

pemulihan kesehatannya.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan modern maupun

tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan,

cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya yang terwujud

dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan

obat-obatan.
18

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan

serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengolahan

makanan dan sebagainya, sehubungan kebutuhan tubuh kita.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environtmental health behaviour)

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Lingkup perilaku ini seluar lingkup kesehatan lingkungan itu

sendiri.

2.2.7 Perilaku Pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru

Untuk mencegah penularan kepada orang sehat, seorang pasien TB hendaknya:

1) Menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara lengkap dan teratur sampai

sembuh.

2) Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin.

3) Cuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup mulut

pada waktu batuk dan bersin

4) Mengusahakan ventilasi yang cukup, sehingga udara segar dan sinar

matahari masuk ke dalam rumah

5) Mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur. Menjemur alat-alat

tidur sesering mungkin, karena kuman TB mati oleh sinar matahari.

6) Tidak meludah di sembarang tempat, tetapi meludah di tempat tertentu

seperti tempolong atau kaleng tertutup yang sudah diisi dengan air sabun,
19

karbol atau lisol. Buanglah dahak tersebut ke lubang WC atau timbun ke

dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.

7) Bagi orang di sekitar pasien TB, agar menjaga daya tahan tubuhnya

dengan makan makanan yang bergizi dan menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat.

Bagi keluarga, kader dan lingkungan pasien TB

1) Anjurkan orang yang mempunyai gejala TB untuk segera memeriksakan

diri ke sarana pelayanan TB

2) Awasi pengobatannya sampai sembuh/selesai

3) Ajarkan dan anjurkan perilaku hidup bersih dan sehat tanpa TB

4) Imunisasi BCG bagi balita untuk mencegah TB berat (misalnya: TB

selaput otak dan TB paru berat)

2.3 TUBERKULOSIS

2.3.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan infeksi bakterikronik yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan di tandai oleh pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitifitas yang di perantai sel (cell-

mediated hypersensitivity). Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh

manusia, dan yang paling sering terkena adalah organ paru (90%). (PPTI 2004

dalam Ns. Abd Wahid, dkk 2013). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi

menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat

menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.(Kemenkes RI, 2015)


20

Jadi dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis merupakan infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang semua bagian

tubuh khususnya paru dan ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan

yang terinfeksi.

2.3.2 Etiologi

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycbacterium tuberculosis yang juga dikenal dengan sebagai bakteri tahan asam

(BTA). Secara umum sifat kuman ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron.

b. Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan

dibawah mikroskop.

c. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka

waktu lama pada suhu antara 4̊ C sampai minus 70̊.

d. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.

e. Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan

mati dalam waktu beberapa menit.

f. Dalam dahak pada suhu antara 30-37̊ C akan mati dalam waktu lebih kurang

1 minggu.

g. Kuman dapat bersifat dormant (“tidur”/ tidak berkembang).


21

2.3.3 Patofisiologi

Port de’ entry kuman microbacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,

saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberkulosis

terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung

kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri

dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih lebih besar cenderung tertahan di

saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah

berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru, atau di

bagian atas lobus bawah. Basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan.

Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria

namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka

leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi

dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan

sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan

terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga

menyebar melalu getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga

membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya

membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.


22

2.3.4 Cara Penularan

1) Langsung

Kuman TB berasal dari pasien TB Bakteri Tahan Asam (BTA) positif

berpindah ke orang lain secara langsung pada waktu pasien TB tersebut batuk

atau bersin. Kuman tersebut akan menyebar ke udara dalam bentuk percikan

dahak dan terhisap oleh orang lain. Sekali batuk pasien TB dapat menghasilkan

3000 percikan dahak.

2) Tidak langsung

Bila pasien TB meludah di tempat yang lembab kemudian ludah yang

mengandung kuman TB tersebut mengering, maka akan diterbangkan angin lalu

terhisap oleh orang lain. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi

jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.

Percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap

dan lembab.

2.3.5 Klasifikasi TB

1. Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan Bakteriologis:

Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasarkan hasil

pemeriksaan contoh uji biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis

langsung, biakan atau tes diagnostik cepat direkomendasikan oleh

Kemenkes RI (misalnya: GeneXpert). Termasuk dalam kelompok pasien ini

adalah:
23

a. Pasien TB paru BTA positif

b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif

c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif

d. Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis, baik

dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang

terkena.

e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.

2. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:

Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara

bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan

diputuskan untuk diberikan pengobatan TB. Termasuk dalam kelompok

pasien ini adalah:

a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto thoraks

mendukung TB

b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun

laboratoris dan hispatologis tanpa konfirmasi bakteriologis

c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring

2.3.6 Manifestasi Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
24

jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gejala TB antara lain

sebagai berikut:

1) Gejala utama berupa batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu

atau lebih

2) Batuk bercampur darah

3) Sesak nafas dan nyeri dada

4) Nafsu makan berkurang

5) Berat badan menurun

6) Lemas

7) Demam/meriang berkepanjangan

8) Berkeringat dimalam hari tanpa melakukan kegiatan

2.3.7 Orang yang beresiko tinggi terkena TB

1) Orang-orang yang kontak erat dengan pasien TB yang belum diobati

2) Orang yang status gizinya rendah

3) Orang dengan daya tahan tubuh rendah

4) Bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif

5) Orang dengan HIV dan AIDS

2.3.8 Pengobatan

a. Tujuan Pengobatan TB

1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas

hidup.
25

2) Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk

selanjutnya

3) Mencegah terjadinya kekambuhan TB

4) Menurunkan penularan TB

5) Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat

b. Tahapan Pengobatan TB

1) Tahap awal: pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada

tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah

kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari

sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien

mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,

harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara

teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun

setelah pengobatan selama 2 minggu.

2) Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting

untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya

kuman persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya

kekambuhan.

3) Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

OAT lini pertama terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid

(Z), Streptomisin (S), Etambutol (E). Sedangkan OAT yang digunakan

dalam pengobatan TB MDR yaitu:


26

a). Golongan 1: OAT lini pertama oral terdiri dari Piramizid (Z),

Etambutol (E)

b). Golongan 2: OAT suntikan terdiri dari Kanamycin (Km), Amikacin

(Am), Capreomycin (Cm).

c). Golongan 3: Fluorokuinolon terdiri dari Levofloksasin (Lfx),

Moksifloksasin (Mfx)

d). Golongan 4: OAT lini kedua oral terdiri dari Para-aminosalicylic acid

(PAS), Cycloserine (Cs) dan Ethionamide (Etio).

e). Golongan 5: obat yang masih belum jelas manfaatnya dalam

pengobatan TB resisten obat yaitu Clofazimine (Cfz), Linezolid (Lzd),

Amoxicillin/Clavulanate (Amx/Clv), Thioacetazone (Thz),

Imipenem/Cilastatin (Ipm/Cln), Isoniazid dosis tinggi (H),

Clarithromycin (Clr), Bedaquilin (Bdq).

2.3.9 Pencegahan

A. Cara pencegahan penyakit TB :

1) Mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif

2) Hidup sehat (makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup,

olahraga yang teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stres)

3) Bila batuk mulut di tutup

4) Jangan meludah di sembarang tempat

5) Lingkungan sehat

6) Vaksinasi pada bayi


27

B. Pencegahan penularan TB:

1) Menelan OAT secara lengkap dan teratur sampai sembuh. Pasien TB

harus menutup mulutnya dengan saputangan atau tisu atau tangan pada

waktu bersin dan batuk, dan mencuci tangan.

2) Tidak membuang dahak disembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat

khusus dan tertutup. Misalnya: dengan menggunakan wadah/kaleng

bertutup yang sudah diberi air sabun. Buanglah dahak ke lubang WC atau

timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.

3) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS):

a) Menjemur alat tidur

b) Membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar

matahari masuk. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman

TB.

c) Makan makanan bergizi

d) Tidak merokok dan minum minuman keras

e) Olahraga secara teratur

f) Mencuci pakaian hingga bersih

g) Buang air besar di jamban/WC

h) Mencuci tangan hingga bersih di air yang mengalir setelah selesai

buang air besar, sebelum dan sesudah makan.

i) Beristirahat cukup

j) Jangan tukar menukar peralatan makan dan mandi.


28

2.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan pada Klien

Tuberkulosis paru

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat

mendukung dan memberikan pertolongan kepada anggota keluarga, yang terdiri

dari dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Sumber internal dukungan keluarga meliputi dukungan dari

suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung dan keluarga besar.

Sedangkan sumber eksternal dukungan keluarga meliputi jaringan kerja sosial dari

keluarga inti antara lain tetangga, teman, sahabat, rekan kerja, kelompok pengajian,

pemberi perawatan kesehatan dan kelompok-kelompok yang menjadi mitra

pengungkapan sebuah keluarga yang menyangkut kepentingan bersama.

Perilaku pencegahan penyakit TB paru (health prevention behaviour) adalah

respon untuk melakukan pencegahan penyakit TB paru, misalnya: menelan OAT

secara lengkap dan teratur sampai sembuh; menutup mulut pada waktu batuk dan

bersin; cuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup mulut

pada waktu batuk dan bersin; mengusahakan ventilasi yang cukup, sehingga udara

segar dan sinar matahari masuk ke dalam rumah; mengusahakan sinar matahari

masuk ke ruang tidur, menjemur alat tidur sesering mungkin karena kuman TB mati

oleh sinar matahari; tidak meludah di sembarang tempat, tetapi meludah ditempat

tertentu seperti tempolong atau kaleng tertutup yang sudah diisi dengan air sabun,

karbol dan lisol; bagi orang disekitar pasien TB, agar menjaga daya tahan tubuhnya
29

dengan makan makanan yang bergizi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan

sehat.

Penelitian yang dilakukan oleh Asra Septia, dkk tahun 2014 tentang hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB paru di

Ruangan Kenanga dan Poli paru Rumah sakit Umum daerah Arifin Achmad (n=58)

didapatkan 43 orang mendapatkan dukungan keluarga positif (74,14%), 32 orang

patuh minum obat (55,17%), dan 11 orang tidak patuh (18,97%). Responden yang

mendapatkan dukungan keluarga negatif berjumlah 15 orang (25,86%), 6 orang

patuh (10,34%) dan 9 orang tidak patuh (15,52%). Dari hasil analisis diperoleh nilai

OR=4,3 artinya penderita yang mendapatkan dukungan keluarga negatif

mempunyai 4,3 kali untuk tidak patuh dalam meminum obat jika dibandingkan

penderita yang memperoleh dukungan positif. Hal tersebut menunjukkan terdapat

hubungan yang kuat antara dukungan positif dengan kepatuhan minum obat

penderita TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad.


30

2.5 Kerangka Konsep

BAGAN 1

Kerangka Konsep Penelitian


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan
Pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Cimareme
Tahun 2017

Perilaku Pencegahan
Dukungan Keluarga
pada Klien TB Paru

a) Pengetahuan

b) Sikap

c) Kepercayaan

d) Nilai-nilai

e) lingkungan

Keterangan:

: Diteliti
: Tidak diteliti

(Sumber: Green LW & Kreuter MW, 1991 dalam Nursalam 2015)


31

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam

penelitian. (La Biondo&Haber 2002 dalam Nursalam, 2015).

Dalam penelitian ini hipotesis yang diambil oleh peneliti adalah: ada hubungan

dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru di

wilayah kerja Puskesmas Cimareme.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Rancangan atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

memengaruhi akurasi suatu hasil. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

rancangan penelitian cross-sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada

satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan

pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. (Nursalam, 2015).

3.2. Definisi Konsep dan Operasional Variabel

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Soeparto, Putra,& Haryanto 2000 dalam

Nursalam, 2015).

a. Variabel Independen

Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah dukungan keluarga.

32
33

a. Variabel Dependen

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel yang lain.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah perilaku

pencegahan pada Klien TB paru.

3.2.2 Definisi Konseptual dan Operasional

Definisi konsep adalah pengertian konseptual tentang variabel penelitian.

Sedangkan definisi operasional variabel berisi penjelasan secara sistematik dan

operasional tentang bagaimana mengukur variabel penelitian. Dalam penelitian ini

definisi konsep dan operasional variabelnya adalah sebagai berikut:


34

TABEL 1

Definisi Konsep dan Operasional Variabel

N Variabel Definisi Definisi Alat Hasil Cara Skala


o Konseptual Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Dukungan Proses hubungan Bantuan atau Kuesioner
1. Mendukung Angket Ordinal
keluarga antara keluarga tindakan jika hasil ≥
dengan nyata yang Median
lingkungan diberikan Kurang
sosialnya yang oleh Mendukung
dapat diakses seseorang jika hasil <
oleh keluarga dalam Median
yang dapat keluarga (Sumber:
bersifat untuk Septia, 2014)
mendukung dan mencegah
memberikan TB paru
pertolongan
kepada anggota
keluarga

2 Perilaku Tindakan atau Kegiatan atau Kuesioner Perilaku Baik Angket Ordinal
pencegahan perbuatan perbuatan jika hasil ≥
pada Klien seseorang yang yang Median
TB paru dapat diamati dilakukan Perilaku
dan bahkan sehari-hari Kurang baik
dapat dipelajari. yang telah jika hasil <
menjadi Median
suatu (Sumber:
kebiasaan Septia, 2014)
Klien TB
untuk
mencegah
penularan TB
Paru kepada
anggota
keluarganya.
35

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme yang berjumlah 133

orang.

3.3.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi

porsi dari populasi yang dapat dapat mewakili populasi yang ada.

a. Besar sampel

Peneliti menentukan besar sampel dalam penelitian ini dengan rumus

jumlah sampel dalam Notoadmodjo 2010 yaitu:


𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2

Keterangan :

n = Perkiraan besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kesalahan yang dipilih 5% (d= 0,05)


36

Maka besar sampel adalah sebagai berikut: :


133
n = 1+133 (0,05)2

133
=1,33

= 100 sampel

b. Kriteria Sampel

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi

penelitian ini yaitu:

a. Klien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme dan tinggal

satu rumah dengan keluarga

b. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Cimareme

c. Klien TB paru yang memiliki pendengaran dan penglihatan yang

baik

d. Bersedia menjadi responden, dibuktikan dengan kesediaan untuk

menandatangani informed consent.

2) Kriteria eklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena pelbagai sebab, antara lain:

a. Klien TB paru yang tinggal sendiri.


37

c. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. (Sastroasmoro & Ismail 1995

dalam Nursalam, 2015)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara pengambilan sampel

non random sampling dengan menggunakan proportional sampling, adalah

suatu tekhnik pengambilan sampel yang tidak semua anggota sampel diberi

kesempatan untuk dipilih sebagai anggota sampel. Pengambilan sampel

memperhatikam pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi

penelitian. (Sugiyono, 2003). Besar sampel dalam penelitian ini yaitu

sebanyak 100 sampel, peneliti memilih 4 desa di Wilayah kerja Puskesmas

Cimareme sehingga dari tiap desa tersebut diambil sebanyak 25 sampel.

3.4. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan :

Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme

Alamat : Jl. Cimareme Indah No.1 Kec. Cimareme

Waktu : Bulan April – Juni 2017


38

3.5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-

langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan

tekhnik instrumen yang digunakan. (Burns&Grove 1999 dalam Nursalam, 2015).

3.5.1 Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner berupa angket yang berisi daftar

pernyataan bersifat closed ended questions dengan menggunakan Skala Likert yang

disusun sedemikian rupa sehingga responden diberi kemudahan dalam mengisi

dengan memberikan tanda centang (√) pada jawaban Selalu, Sering, Jarang, dan

Tidak pernah. Masing-masing item pernyataan terdiri dari pernyataan yang

mendukung atau positif (favourable), sistem penilaian pernyataan tersebut dimulai

dari Selalu = 4, Sering = 3, Jarang = 2, Tidak Pernah = 1. Bobot penilaian item

pernyataan yang tidak mendukung atau negatif (unfavourable) pernyataan dimulai

dari Selalu = 1, Sering = 2, Jarang = 3, Tidak Pernah = 4. Untuk menggabungkan

kedua kedua jenis skor mentah tersebut menjadi satu skor yang menunjukkan

dukungan keluarga dan perilaku pencegahan TB, skor mentah tersebut perlu

dibakukan sebelum dijadikan satu skor. Skor baku bisa berupa z-score (Mean = 0,

SD = 1) dan t-score (Mean = 10, SD = 10). Rumus t-score adalah:

𝑇 = 50 + (10𝑥𝑍)
39

Keterangan: Z adalah nilai z variabel yang akan dicari t nya.

Instrument penelitian dibuat oleh peneliti sehingga harus dilakukan uji validitas

dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Teknik uji yang digunakan untuk instrumen penelitian yaitu korelasi

pearson product moment menggunakan program komputer yaitu dengan

menggunakan rumus berikut :

𝑁 ∑ 𝑥𝑦−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{ 𝑁(∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥 2 )}{ 𝑁.∑ 𝑦 2 −(∑ 𝑦 2 )}

Pengambilan keputusan yaitu dengan melihat apabila nilai r hitung ≥ r

=0,361 maka pernyataan tersebut valid dan apabila r hitung < r = 0,361

maka pernyataan tersebut tidak valid. Besar sampel pada uji validitas ini

adalah 30 orang. Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner dukungan

keluarga yang terdiri dari 20 pernyataan hanya terdapat 8 pernyataan yang

valid. Sedangkan pada kuesioner perilaku pencegahan TB yang terdiri dari

20 pernyataan hanya terdapat 13 pernyataan yang valid. Pada kuesioner

tersebut dilakukan seleksi sehingga kuesioner dukungan keluarga terdiri

dari 10 pernyataan dan kuesioner perilaku pencegahan terdiri dari 13

pernyataan.

b. Uji Reliabilitas

Teknik uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen penelitian yang

sudah valid yaitu menggunakan teknik uji reliabilitas Alpha Cronbach

dengan rumus:
40

𝑘 ∑ 𝜎𝑏 2
𝑟11 = [ ] [1 − ]
𝑘−1 𝜎𝑡 2

Ketentuannya adalah bila Alpha Cronbach > konstanta (0,6) atau ”r

tabel” maka pertanyaan tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji reliabilitas

pada kuesioner dukungan keluarga didapatkan hasil r = 0,689 dan

kuesioner perilaku pencegahan TB didapatkan hasil r = 0,729 sehingga

dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini bersifat reliabel.

3.5.2 Tekhnik Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

pengumpulan karakteristik subjek dalam penelitian (Nursalam, 2015).

Dalam pengumpulan data langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.

2. Setelah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat,

peneliti mendatangi Puskesmas Cimareme untuk mendapatkan izin

memperoleh data.

3. Setelah mendapat izin dari Puskesmas, peneliti mencari responden yang

sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel.

4. Dalam pengumpulan data peneliti dibantu oleh Kader desa yang berjumlah

4 orang.

5. Peneliti menjelaskan dan melatih Kader desa tentang cara pengisian

kuesioner.
41

6. Peneliti dan Kader desa yang telah dilatih mendatangi responden yang

sesuai kriteria untuk mendemonstrasikan secara langsung cara pengisian

kuesioner oleh responden.

7. Peneliti dan Kader desa memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian.

8. Setelah diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan lalu membuat

kesepakatan dan kontrak waktu dan memberikan lembar inform consent

untuk di tandatangani.

9. Setelah responden setuju, peneliti memberikan lembar kuesioner berupa

angket yang telah disiapkan peneliti.

10. Peneliti memberi waktu selama 30 menit kepada responden untuk mengisi

kuesioner di rumah masing-masing responden.

11. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan di cek kelengkapannya, apabila

ada kuesioner yang belum terisi lengkap, maka peneliti mengembalikan

kuesioner kepada responden dan meminta untuk melengkapi kembali

datanya.

12. Setelah mendemonstrasikan cara pengisian kuesioner oleh responden secara

langsung kepada Kader desa, peneliti meminta Kader Desa untuk

mengulangi kembali cara pengisian kuesioner oleh responden dengan

didampingi oleh peneliti.

13. Setelah peneliti yakin bahwa Kader desa telah mampu dan memahami cara

pengisian kuesioner oleh responden, peneliti meminta Kader desa untuk

menyelesaikan pengumpulan data.


42

14. Pengumpulan data dilakukan oleh Kader desa dimulai dari tanggal 20 Mei

2017 – 11 Juni 2017.

15. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti mendatangi Kader desa untuk

mengecek kelengkapan data dan mengambil data untuk selanjutnya

dilakukan pengolahan data oleh peneliti.

3.6. Analisis Data

Tujuan dilakukan analisa data adalah untuk memperoleh gambaran dari hasil

penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-

hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara

umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang

bersangkutan. (Notoadmodjo, 2010).

3.6.1 Pengolahan Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah yang

penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian

masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk

disajikan. (Notoadmodjo, 2010).

Dalam pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,

diantaranya:
43

a. Editing

Memeriksa kembali data setiap sampel tentang dukungan keluarga dan

perilaku pencegahan pada Klien TB paru sudah terisi dengan lengkap dan

tepat.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

c. Entri Data

Memasukkan data tentang dukungan keluarga dan perilaku pencegahan

pada Klien TB paru ke dalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana dan selanjutnya

dilakukan analisa data dengan menggunakan program SPSS.

d. Cleaning

Mengetahui missing data, variasi data, dan konsistensi data dari distribusi

frekuensi data sampel tentang dukungan keluarga dan perilaku pencegahan

pada Klien TB paru.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data yang digunakan peneliti ini meliputi analisa univariat dan dan

bivariat.
44

a. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini

menggunakan SPSS untuk mendapatkan gambaran distribusi frequensi

responden yaitu dengan cara membuat tabel distribusi untuk mengetahui

nilai frequensi dan presentasi dari setiap tabel. Analisa univariat pada

penelitian ini meliputi distribusi frequensi dukungan keluarga dan perilaku

pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru.

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi. Apabila analisa data normal menggunakan analisis uji

statistik parametrik, tetapi jika asumsi distribusi data tidak normal maka

menggunakan analisis uji statistik nonparametrik. (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini analisis atau uji statistik yang digunakan adalah uji

statistik nonparametrik yaitu Uji Spearman Rank untuk mengetahui

hubungan kedua kelompok. Nilai α yang digunakan adalah 0,05. Rumus

Spearman rank yang digunakan adalah:

6 ∑ 𝑑2
𝑟𝑠 = 1 −
𝑛(𝑛2 − 1)

Keterangan:

rs = nilai kolerasi spearman rank

d2 = selisih setiap pasang rank

n = jumlah pasang rank untuk spearman (5<n<30)


45

Jika didapatkan hasil P < α maka terdapat hubungan yang bermakna

antara dua variabel yang diuji. Tetapi jika P > α maka tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Uji kolerasi

spearman rank ini juga untuk mengetahui seberapa kuat hubungan variabel

yang di uji.

TABEL 2
Kekuatan Hubungan Variabel
Nilai Kategori
0,00 – 0,199 sangat lemah
0,20 - 0,399 lemah
0,40 – 0,599 sedang
0,60 – 0,799 kuat
0,80 – 1,000 sangat kuat
(Kartika. 2017)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti

yaitu:

1. 4 desa yang dijadikan tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas

Cimareme memiliki jarak yang berjauhan. Sehingga dalam satu hari peneliti

hanya mendatangi 1 desa saja kemudian melanjutkan mendatangi desa lain

di hari yang berikutnya.

2. Waktu pengumpulan data yang terbatas karena berbarengan dengan

kegiatan Praktek Kerja Lapangan sehingga pada pengumpulan data yang

lebih banyak berperan adalah Kader desa yang telah dilatih oleh peneliti.

3. Peneliti hanya mengumpulkan data pada 10 responden saja dan sisanya

didaptkan oleh Kader desa yang telah dilatih oleh peneliti.


46

3.8. Etika Penelitian

3.8.1 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. (Hidayat,

Aziz Alimul, 2007).

Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan informed consent sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden yang akan menjadi sampel di wilayah kerja Puskesmas Cimareme.

3.8.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disampaikan.

(Hidayat, Aziz Alimul, 2007).

Dalam penelitian ini, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi

pada lembar kuesioner tersebut akan diberikan kode pengganti nama responden di

wilayah kerja Puskesmas Cimareme.


47

3.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, Aziz Alimul, 2007).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menjaga kerahasiaan responden di wilayah

kerja Puskesmas Cimareme dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan

Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru di

Wilayah Kerja Puskemas Cimareme Tahun 2017” yang dilaksanakan pada tanggal

20 Mei – 11 Juni 2017 di 4 desa diwilayah kerja Puskesmas dengan jumlah

responden 100 sampel.

Pengolahan data dilakukan pada tanggal 13 Juni 2017 menggunakan analisis

univariat (Descriptive Statistic) dan bivariat (Spearman Rank). Sebelum dilakukan

pengolahan data terlebih dahulu dilakukan Uji normalitas data. Uji normalitas pada

penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov karena responden dalam

penelitian ini lebih dari 50 responden. Hasil uji normalitas data dalam penelitian ini

didapatkan hasil data berdistribusi tidak normal. Data dikatakan berdistribusi tidak

normal karena nilai p-sign < 0,05.

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yaitu distibusi frequensi

dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru, dan

menjelaskan hasil dari analisis hubungan dukungan keluarga dengan perilaku

pencegahan pada klien Tuberkulosis paru. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel

dibawah ini:

48
49

4.1.1 Gambaran Dukungan Keluarga dan Perilaku Pencegahan pada Klien

Tuberkulosis Paru

Dukungan keluarga dan perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 3
Dukungan Keluarga dan Perilaku Pencegahan Pada Klien Tuberkulosis
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme
Tahun 2017

No Variabel f Presentase (%)


1 Dukungan Keluarga
Keluarga mendukung 53 53%
Keluarga kurang mendukung 47 47%
2 Perilaku Pencegahan
Perilaku baik 51 51%
Perilaku kurang baik 49 49%
Total 100 100%

Tabel diatas memberikan gambaran bahwa keluarga yang mendukung memiliki

presentase yang lebih tinggi yaitu 53 orang (53%) dibandingkan dengan keluarga

yang kurang mendukung pada Klien Tuberkulosis paru dan lebih dari setengahnya

yaitu 51 orang (51%) memiliki perilaku pencegahan baik.

4.1.2 Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan

pada Klien Tuberkulosis Paru

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru. Hasil analisis

selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


50

TABEL 4
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan
pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Cimareme Tahun 2017

Variabel N r p- value
Dukungan Keluarga 100 0,44 0.001
Perilaku Pencegahan

Tabel diatas memberikan gambaran bahwa analisis menggunakan Spearman

Rank diperoleh nilai r = 0,44 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,001. Hal ini

berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas

Cimareme. Nilai r = 0,44 menunjukan bahwa hubungan antara dukungan keluarga

dengan perilaku pencegahan memiliki kekuatan hubungan yang sedang.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Tuberkulosis Paru

Hasil analisis dukungan keluarga menggambarkan bahwa keluarga yang

mendukung Klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme

memiliki presentase yang lebih tinggi yaitu 53 orang (53%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Asra Septia dkk (2014) yang menunjukkan sebagian

besar responden mendapatkan dukungan keluarga baik yaitu sebesar 74,14%.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nasrudin (2015) menunjukkan hasil yang

sama bahwa sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu

sebesar 60%. Penelitian lain mengenai dukungan keluarga dilakukan oleh Khoirul
51

Amin dkk (2013) bahwa mayoritas responden mempunyai dukungan keluarga yang

baik yaitu sebesar 56,1%.

Dukungan dapat diartikan sebagai sokongan atau bantuan yang diterima

seseorang dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu

orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua,

masyarakat dan teman (Marliyah,2004).

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan

lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat

mendukung dan meberikan pertolongan kepada anggota keluarga (Friedman,

2010). Klien TB paru yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik akan

merasakan manfaat yaitu dapat membantu meningkatkan dan memelihara fisik

Klien TB paru. Salah satu fungsi yang harus dijalankan dalam keluarga adalah

fungsi perawatan keluarga yaitu memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang sakit. Proses penyembuhan pada penyakit TB paru sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan oleh keluarga klien TB paru. Dukungan keluarga

mempunyai peran penting dalam pengobatan dan perilaku pencegahan TB paru,

karena keluarga dapat memberikan dorongan baik fisik maupun mental bagi Klien

TB paru. Dukungan keluarga yang diperoleh klien TB paru di wilayah kerja

Puskesmas Cimareme berasal dari anggota keluarganya yaitu suami, istri, ayah, ibu,

anak maupun mertua. Dukungan keluarga yang diperoleh klien TB paru diharapkan

mampu memberikan pengobatan rutin dan berperilaku dalam mencegah penularan

TB paru.
52

4.2.2 Gambaran Perilaku Pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru

Hasil analisis perilaku pencegahan TB menggambarkan bahwa Klien

Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme lebih dari setengahnya

yaitu 51 orang (51%) memiliki perilaku pencegahan baik. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Moh. Akbar dkk (2015) bahwa responden yang

berperilaku baik memiliki presentase yang lebih besar yakni sebesar 55,60%.

Perilaku pencegahan penyakit TB paru (health prevention behaviour) adalah

respon untuk melakukan pencegahan penyakit TB paru, misalnya: menelan OAT

secara lengkap dan teratur sampai sembuh; menutup mulut pada waktu batuk dan

bersin; cuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup mulut

pada waktu batuk dan bersin; mengusahakan ventilasi yang cukup, sehingga udara

segar dan sinar matahari masuk ke dalam rumah; mengusahakan sinar matahari

masuk ke ruang tidur, menjemur alat tidur sesering mungkin karena kuman TB mati

oleh sinar matahari; tidak meludah di sembarang tempat, tetapi meludah ditempat

tertentu seperti tempolong atau kaleng tertutup yang sudah diisi dengan air sabun,

karbol dan lisol; bagi orang disekitar pasien TB, agar menjaga daya tahan tubuhnya

dengan makan makanan yang bergizi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan

sehat.

Perilaku pencegahan ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Semakin baik

pengetahuan dan sikap seseorang akan semakin baik juga perilaku orang tersebut.

Sebagai contoh semua klien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme yang

mendapatkan informasi tentang TB paru maka diharapkan semua klien TB paru


53

memiliki perilaku pencegahan TB paru yang baik. Upaya yang dapat dilakukan

keluarga pada Klien TB paru adalah memberikan dukungan kepada klien TB paru

dengan cara memberi informasi tentang penyakit yang dialami memberi perhatian

serta memberi pengertian kepada klien TB paru agar tidak merasa malu dengan

penyakit yang dialami.

4.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan pada Klien

Tuberkulosis Paru

Berdasarkan hasil uji statistic korelasi/hubungan dengan menggunakan uji

spearman rank dengan tingkat kesalahan (α) = 5% dan tingkat kepercayaan 95%

didapatkan nilai p-value = 0,001 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru di wilayah kerja

Puskesmas Cimareme. Nilai r = 0,44 menunjukan bahwa hubungan antara

dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan memiliki kekuatan hubungan yang

sedang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asra Septia,

dkk (2014) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum

Obat Penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad. Diperoleh

hasil yang menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat penderita TB paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad

(n=58) dengan nilai OR = 4,3 artinya penderita yang mendapatkan dukungan

keluarga kurang mendukung mempunyai 4,3 kali untuk tidak patuh dalam
54

meminum obat jika dibandingkan penderita yang memperoleh dukungan baik.

Berdasarkan odds ratio (OR) penderita yang mendapat dukungan keluarga kurang

juga memiliki peluang untuk tidak patuh dibandingkan responden yang mendapat

dukungan keluarga yang baik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

lain mengenai dukungan keluarga yang dilakukan oleh Khoerul Amin, dkk (2013)

dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Penderita TB Paru

Melakukan Kontrol Ulang di Puskemas Sidomulyo. Diperoleh hasil yang

menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan tindakan penderita TB paru melakukan kontrol ulang di Puskemas

Sidomulyo.

Dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, penilaian, instrumental dan

informasional. Bentuk nyata dari dukungan keluarga dapat ditunjukkan oleh

anggota melalui kegiatan sehari-hari, misalnya mengantarkan klien TB paru ke

pelayanan kesehatan dan membantu klien merawat penyakit TB paru yang

dialaminya. Klien TB paru yang mendaptkan manfaat dari seluruh dukungan

keluarga, maka klien TB paru tersebut telah mendapatkan stimulus positif untuk

melakukan tindakan yang dapat mencegah penularan TB paru dan tindakan yang

dapat mempercepat proses kesembuhan penyakit.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru, dimana keluarga inti maupun keluarga

besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarganya. Fungsi dasar

keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan adalah

kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah


55

kesehatan. Keluarga perlu memberikan dukungan yang baik untuk melibatkan

keluarga sebagai pendukung pengobatan sehingga adanya kerjasama dalam

pemantauan pengobatan antara petugas dan anggota keluarga yang sakit.

(Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Awal pertama kunjungan ke Puskesmas Klien TB paru datang bersama keluarga

dan petugas kesehatan menekankan perlu adanya dorongan yang kuat untuk

melibatkan keluarga sebagai pendukung pengobatan, sehingga adanya kerjasama

dalam pemantauan pengobatan antara petugas kesehatan dan anggota dari keluarga

yang sakit. Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi bahwa semakin baik

dukungan keluarga yang dimiliki oleh Klien TB paru, maka semakin baik pula

Klien TB paru menunjukan perilaku pencegahan penularan dan sebaliknya

dukungan keluarga yang kurang akan menyebabkan kurangnya perilaku

pencegahan pada klien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme. Oleh

karena dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh Klien Tuberkulosis paru agar

dapat berperilaku pencegahan baik sehingga kemungkinan penularan TB paru dapat

dicegah.
BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

5.1.1 Keluarga yang mendukung Klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja

Puskesmas Cimareme memiliki presentase yang lebih tinggi yaitu sebesar

53%.

5.5.2 Klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme yang

memiliki perilaku pencegahan baik memiliki presentase yang lebih tinggi

yaitu sebesar 51%.

5.5.3 Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku

pencegahan pada Klien Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas

Cimareme.

5.2 Rekomendasi

5.2.1 Tempat Penelitian

Hendaknya Puskesmas memberikan pendidikan kesehatan minimal 2 bulan

sekali tentang pencegahan TB paru bagi masyarakat yang belum sakit,

sedangkan bagi yang sudah mengalami TB paru diberikan pendidikan

56
57

kesehatan agar meminum obat secara teratur dan menjaga perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS).

5.2.2 Institusi Pendidikan

Hendaknya penelitian ini dapat menambah wawasan dan menjadi referensi

mengenai pencegahan TB paru.

5.2.3 Profesi Keperawatan

Hendaknya Profesi keperawatan meningkatkan asuhan keperawatan pada

klien Tuberkulosis paru dengan melibatkan peran serta aktif dari keluarga

agar keluarga dapat memberikan dukungan positif terhadap penanganan

Tuberkulosis paru.

5.2.4 Peneliti selanjutnya

Hendaknya penelitian dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya

mengenai perilaku pencegahan TB paru dengan variabel yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Andareto, Obi. (2015). Penyakit Menular Disekitar Anda: Begitu Mudah


Menular dan Berbahaya, Kenali, Hindari dan Jauhi Jangan Sampai
Tertular. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta

Akbar, Moh, dkk (2016). Hubungan Pengetahuan Pasien TBC dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Kepada Keluarga di Puskesmas Sienjo. Vol. IV
No. 2

Amin, Khoirul, dkk. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan


Penderita TB Paru Melakukan Kontrol Ulang di Puskesmas Sidomulyo

Dewi, Citra, dkk. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat


Kepatuhan Penatalaksanaan Diet Lansia dengan Hipertensi di
Lingkungan Kelurahan Tonja. ISSN: 2303-1298

Dhewi, Gendhis, dkk (2011). Hubungan antara Pengetahuan, Sikap pasien dan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB
Paru di BKPM Pati.

Dinas Kesehatan Bandung Barat. (2016). Profil Kesehatan Bandung Barat


Tahun 2015. Bandung: Dinas Kesehatan Bandung Barat

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat Tahun 2015. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori,


dan Praktek. Jakarta: EGC

Harnilawati. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi


selatan: Pustaka As Salam.

Jufrizal, dkk. (2016). Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO)
dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Penderita Tuberkulosis
Paru. 4:1 ISSN:2338-6371

Jurusan Keperawaran Bandung Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.


(2017). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Tahun 2017
Edisi 3. Bandung: Jurusan Keperawaran Bandung Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Buku Saku Kader Program
Penanggulangan TB. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Krida Pengendalian


Penyakit: SKK Imunisasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Strategi Nasional


Pengendalian TB Di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Nasional


Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Lailatul, Nur, dkk. (2015). Upaya Keluarga Untuk Mencegah Penularan Dalam
Perawatan Anggota Keluarga dengan TB Paru. P-ISSN 2086-3071 E-
ISSN 2443-0900

Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka


Cipta

. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis Edisi 3. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan


Praktis Edisi 4. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika

Septia, Asra, dkk. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan


Minum Obat Pada Penderita TB Paru. JOM PSIK Vol.1 No 2

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Penerbit Alfabeta

Wahid, Ns. Abd & Suprapto, Imam. (2013). Keperawatan Medikal Bedah:
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV
Trans info media

Wahyuni. (2008). Determinan Perilaku Mayarakat dalam Pencegahan


Penularan Penyakit TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Bendosari.
Gaster, Vol 4 No 1
LAMPIRAN 4

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
akan mengadakan suatu penelitian. Berikut data saya sebagai mahasiswa:
Nama : Tina Melisa

Nim : P17320114113
Judul penelitian :“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku
Pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Cimareme Tahun 2017”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

perilaku pencegahan pada Klien Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Cimareme.

Maka dari itu saya memohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian

ini dan kerahasiaan identitas saudara sebagai responden akan saya jaga. Demikianlah

permohonan ini atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Bandung, April 2017


Hormat saya
Pemohon

Tina Melisa
P17320114113
LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :
Jenis Kelamin :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami tentang

tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, maka saya setuju/tidak

setuju*) diikutsertakan dan bersedia berperan serta dalam penelitian yang berjudul:

“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan pada Klien

Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme Tahun 2017”.

Yang dilaksanakan oleh Tina Melisa Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Bandung.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.

Bandung, April 2017


Yang Menyatakan
Responden

( )
*) coret yang tidak pelu
LAMPIRAN 6

KISI-KISI KUESIONER

Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Butir Pernyataan Jumlah


Favourable Unfavourable Butir
Dukungan Dukungan a. Pemberi solusi 9 10 2
keluarga Informasional masalah
b. Pemberi
nasehat,
usulan/saran,
petunjuk atau
arahan
c. Pemberi
informasi

Dukungan a. Pembimbing 3, 4 5 3
Penilaian b. Pemberi
support atau
dukungan
c. Pengakuan dan
penghargaan

Dukungan a. Bantuan 1, 6, 8 3
Instrumental langsung
b. Bantuan
materi, tenaga,
dan sarana

Dukungan a. Afeksi 2 7 2
Emosional b. Kepercayaan
c. Perhatian,
mendengarkan
dan
didengarkan

TOTAL 10
Perilaku 1, 3, 5, 6, 7, 2, 4, 9
pencegahan 8, 10,11, 12,
TB Paru 13.
TOTAL 13
LAMPIRAN 7

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN
PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CIMAREME
TAHUN 2017

1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

a. Nama :………………………………………………………..

b. Umur :………tahun

c. Jenis Kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan

d. Alamat : .....................................................................................

e. Pendidikan terakhir : □ Tidak sekolah □ SD □ SMP

□ SMA/SMK □ Akademi/Sarjana

f. Pekerjaan :□ Tidak bekerja □ IRT (Ibu Rumah Tangga) □ Tani

□ Buruh □ Dagang □ Pegawai Swasta □ Pegawai Negeri □ Lain-

lain (……………)

g. Pernahkah mendapatkan informasi mengenai Tuberkulosis Paru?

□ Pernah □ Tidak pernah

h. Jika pernah, anda mendapatkan informasi Tuberkulosis Paru dari :

□ Orang tua □ Teman □ Petugas kesehatan □ Media Elektronik/TV/Radio

□ Guru □ Media Cetak □ Saudara □ Lain-lain (………………….)

i. Lama menjalani pengobatan :……………………bulan


2. PENGISIAN KUESIONER

1) Bacalah dengan teliti setiap pernyataan. Kemudian jawablah pernyataan sesuai dengan

keadaan anda yang sesungguhnya. Apabila terdapat pernyataan yang tidak dimengerti

dapat ditanyakan kepada pihak kami.

2) Isilah penyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang (√) pada kotak

Selalu, Sering, Jarang atau Tidak pernah sesuai pilihan jawaban anda.

Keterangan:

Selalu : kegiatan rutin dilakukan setiap hari maupun berdasarkan jadwal

Sering : kegiatan yang dilakukan dan tidak dilakukan sama banyak

Jarang : kegiatan pernah dilakukan tetapi lebih banyak dilewatkan

Tidak pernah : kegiatan tidak pernah dilakukan sama sekali

Contoh:

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1. Keluarga menyarankan saya untuk √
makan makanan yang bergizi, seperti
daging, susu, telur dan sayur

3) Dalam kuesioner ini tidak terdapat penilaian benar atau salah. Isilah kuesioner ini sesuai

dengan keadaan sebenarnya.


KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1. Keluarga selalu mendampingi saya
dalam perawatan TB paru
2. Keluarga tidak memberikan kasih
sayang kepada saya sama seperti dulu
sebelum saya terkena TB paru
3. Keluarga memberi pujian setelah saya
minum obat
4. Keluarga meminta pendapat saya untuk
menentukan tempat berobat/tempat
untuk memeriksakan kesehatan saya
5. Keluarga tidak mengikutsertakan saya
dalam setiap acara keluarga
6. Keluarga membantu membersihkan
seprai dan tempat tidur saya
7. Keluarga tidak meluangkan waktu
untuk mendengarkan keluhan-keluhan
yang ingin saya sampaikan
8. Keluarga tidak mengantar saya untuk
mengambil obat di puskesmas
9. Keluarga mengingatkan saya untuk
tidak membuang ludah sembarangan
10. Keluarga menyarankan saya untuk
makan makanan yang bergizi, seperti
daging, susu, telur, sayur

Keterangan:

Selalu : kegiatan rutin dilakukan setiap hari maupun berdasarkan jadwal

Sering : kegiatan yang dilakukan dan tidak dilakukan sama banyak

Jarang : kegiatan pernah dilakukan tetapi lebih banyak dilewatkan

Tidak pernah : kegiatan tidak pernah dilakukan sama sekali


PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan
bersin
2. Menutup pintu dan jendela pada
pagi/siang hari
3. Peralatan tidur dijemur pada pagi hari
4. Menggunakan peralatan makan yang
sama dengan anggota keluarga yang lain
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan
6. Meminimalkan untuk berinteraksi agar
tidak menularkan penyakit TB paru
kepada anggota keluarga
7. Tidur terpisah dengan anggota keluarga
lain
8. Menggunakan saputangan atau tisu
ketika batuk dan bersin
9. Membuang dahak di sembarang tempat
10. Menjaga kebersihan rumah setiap hari,
seperti menyapu dan mengepel ruang
tamu, kamar tidur dan ruangan lainnya
11. Makan makanan sehat dan bergizi
seimbang (nasi, lauk-pauk, sayur, buah-
buahan) setiap hari
12. Menghindari udara dingin jika keluar
rumah dengan mengenakan pakaian
tebal (jaket)
13. Melakukan pemeriksaan dahak apabila
batuk terus menerus lebih dari 2 minggu

Keterangan:

Selalu : kegiatan rutin dilakukan setiap hari maupun berdasarkan jadwal

Sering : kegiatan yang dilakukan dan tidak dilakukan sama banyak

Jarang : kegiatan pernah dilakukan tetapi lebih banyak dilewatkan

Tidak pernah : kegiatan tidak pernah dilakukan sama sekali


LAMPIRAN 8

HASIL OUTPUT SPSS

1. Karakteristik Responden

a. Output hasil distribusi frequensi jenis kelamin responden

Jenis Kelamin Responden


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 49 49,0 49,0 49,0
Valid Perempuan 51 51,0 51,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

b. Output hasil distribusi frequensi pendidikan responden

Pendidikan Terakhir Responden


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 41 41,0 41,0 41,0
SMP 27 27,0 27,0 68,0
Valid SMK/SMA 28 28,0 28,0 96,0
Akademi/Sarjana 4 4,0 4,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

c. Output hasil distribusi frequensi pekerjaan responden

Pekerjaan Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Bekerja 18 18,0 18,0 18,0
IRT 28 28,0 28,0 46,0
Tani 2 2,0 2,0 48,0
Buruh 13 13,0 13,0 61,0
Valid Dagang 7 7,0 7,0 68,0
Pegawai Swasta 10 10,0 10,0 78,0
Pegawai Negeri 2 2,0 2,0 80,0
Lain-lain 20 20,0 20,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
d. Output hasil distribusi frequensi informasi mengenai TB paru

Informasi TB paru
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pernah 93 93,0 93,0 93,0
Valid Tidak Pernah 7 7,0 7,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

e. Output hasil distribusi frequensi sumber informasi mengenai TB paru

Sumber Informasi TB paru


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Orang Tua 2 2,0 2,0 2,0
Petugas Kesehatan 86 86,0 86,0 88,0
Media
Valid 4 4,0 4,0 92,0
Elektronik?TV/Radio
Lain-lain 8 8,0 8,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

f. Output hasil distribusi frequensi lama menjalani pengobatan TB paru

Lama Menjalani Pengobatan TB paru


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3 1 1,0 1,0 1,0
6 79 79,0 79,0 80,0
8 3 3,0 3,0 83,0
Valid 9 14 14,0 14,0 97,0
12 2 2,0 2,0 99,0
24 1 1,0 1,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
2. Hasil Uji Validitas

a. Validitas pada kuesioner dukungan keluarga

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted
Instrumental_Favourable 150,0000 47,793 ,629 ,675
Emosional_Unfavourable 149,9667 49,689 ,133 ,689
Penilaian_Favourable 150,0000 48,759 ,350 ,683
Emosional_Unfavourable 149,9333 50,064 ,000 ,691
Emosional_Unfavourable 149,9333 50,064 ,000 ,691
Emosional_Favourable 149,9667 49,689 ,133 ,689
Penilaian_Favourable 150,3333 43,195 ,580 ,650
Penilaian_Unfavourable 149,9667 49,413 ,241 ,687
Penilaian_Favourable 150,3667 44,930 ,382 ,667
Penilaian_Unfavourable 150,0333 47,413 ,609 ,673
Instrumental_Unfavoura
149,9333 50,064 ,000 ,691
ble
Instrumental_Favourable 150,0667 48,892 ,162 ,687
Instrumental_Favourable 150,4667 43,706 ,494 ,656
Emosional_Favourable 150,1000 48,507 ,209 ,684
Instrumental_Unfavoura
150,2333 45,633 ,415 ,667
ble
Informasional_Unfavour
150,1000 48,990 ,072 ,692
able
Informasional_Favourabl
150,0667 45,651 ,606 ,662
e
Informasional_Favourabl
150,0667 46,823 ,514 ,670
e
Informasional_Unfavour
150,1667 48,075 ,211 ,683
able
Informasional_Favourabl
150,0000 48,552 ,271 ,683
e
SKOR 76,9667 12,516 1,000 ,659
b. Validitas pada kuesioner perilaku pencegahan TB

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's
Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
Perilaku_favourable 140,0000 188,069 ,498 ,721
Perilaku_unfavoura
140,6333 171,206 ,709 ,696
ble
Perilaku_favourable 140,7667 182,737 ,470 ,714
Perilaku_unfavoura
140,3333 178,161 ,580 ,707
ble
Perilaku_favourable 140,1667 183,730 ,625 ,714
Perilaku_favourable 140,4667 181,706 ,510 ,713
Perilaku_favourable 140,7000 170,907 ,657 ,696
Perilaku_favourable 140,3000 181,390 ,585 ,711
Perilaku_unfavoura
139,9333 190,409 ,531 ,724
ble
Perilaku_favourable 139,9667 189,068 ,599 ,722
Perilaku_favourable 140,4000 181,421 ,670 ,711
Perilaku_unfavoura
139,9667 191,826 ,268 ,727
ble
Perilaku_favourable 140,3000 188,976 ,190 ,726
Perilaku_unfavoura
140,1667 190,971 ,128 ,728
ble
Perilaku_unfavoura
140,1667 190,764 ,186 ,727
ble
Perilaku_favourable 140,3667 184,999 ,361 ,719
Perilaku_unfavoura
139,8667 194,189 ,000 ,731
ble
Perilaku_unfavoura
140,6000 190,179 ,185 ,726
ble
Perilaku_favourable 140,4333 175,564 ,749 ,701
Perilaku_favourable 139,8667 194,189 ,000 ,731
SKOR 71,9333 48,547 1,000 ,817
3. Hasil Uji Reliabilitas

a. Uji reliabilitas pada kuesioner dukungan keluarga

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,729 21

b. Uji reliabilitas pada kuesioner perilaku pencegahan TB

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,689 21

4. Hasil Uji Normalitas data

a. Normalitas data pada kuesioner dukungan keluarga

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SKOR_D
,247 100 ,000 ,822 100 ,000
K
a. Lilliefors Significance Correction

b. Normalitas data pada kuesioner perilaku pencegahan TB

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
SKOR_PP ,151 100 ,000 ,943 100 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
5. Output hasil distribusi frequensi dukungan keluaga

Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kurang 47 47,0 47,0 47,0
Valid Baik 53 53,0 53,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

6. Output hasil distribusi frequensi pencegahan TB paru

Perilaku Pencegahan TB paru


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
kurang 49 49,0 49,0 49,0
Valid baik 51 51,0 51,0 100,0
Total 100 100,0 100,0

7. Hasil uji statistik Spearman Rank

Correlations
dukungan perilaku
keluarga pencegahan
Correlation
1,000 ,440**
Coefficient
dukungankeluarga
Sig. (2-tailed) . ,000
N 100 100
Spearman's rho
Correlation
,440** 1,000
Coefficient
perilakupencegahan
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Tina Melisa

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 21 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sudimampir Rt 01 Rw 03 Ds. Cempaka

Mekar Kec. Padalang Kab. Bandung Barat

B. Riwayat Pendidikan Formal

1. 2002 – 2008 SDN Margarahayu Padalarang

2. 2008 – 2011 SMP Mustika Padalarang

3. 2011 – 2014 SMAN 1 Cikalong Wetan

4. 2014 – 2017 Politekhnik Kesehatan Kemenkes RI Bandung

C. Riwayat Pendidikan Non-formal

1. 2014 : Peserta Seminar dan Refreshing Kader SATGAS PB&WP


2. 2014 : Peserta Seminar Kesehatan Jiwa Se-Jawa Barat “ Menuju

Indonesia Sehat Jiwa”

3. 2014 : Peserta Seminar Kesehatan Nasional “Strategi Tenaga Profesi

Untuk Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Paripurna”

4. 2015 : Global English Course, English Special Purposes for Nursing I

(ESP – N I)

5. 2016 : Peserta Seminar Nasional “Pentingnya Kesehatan Untuk

Generasi Yang Berprestasi”

6. 2017 : Training BTCLS (Basic Trauma & Cardiac Life Support

Anda mungkin juga menyukai