Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Onikomikosis merupakan infeksi kuku yang disebabkan oleh
jamur. Khusus untuk infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita dikenal dengan istilah tinea unguium (Monero dan
Arenas, 2010).
Onikomikosis diperkirakan mencakup lebih dari 50% kelainan
kuku dan merupakan kelainan kuku paling sering (Welsh et al,
2010). Prevalensi onikomikosis mengalami peningkatan dari 2%
menjadi 14% dalam 20 tahun terakhir (Queller dan Bathia, 2015).
Onikomikosis mewakili sekitar 30% dari semua mikosis
superfisial (Monero dan Arenas, 2010). Kejadian mikosis superfisial
banyak terjadi di seluruh dunia. Diperkirakan mikosis superfisial
mengenai 20% sampai 25% populasi di dunia dan prevalensinya
terus meningkat (Ameen, 2010).
Berbeda dengan negara-negara barat, prevalensi onikomikosis
di Asia Tenggara relatif rendah sesuai dengan survei skala besar
yang dilakukan di Asia pada akhir tahun 1990. Namun demikian,
prevalensinya meningkat diseluruh dunia termasuk di Asia
Tenggara (Kaur et al, 2008).
Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kusmarinah dan Unandar pada tahun 2004, insiden rerata dari
onikomikosis yaitu 3,2% dari semua penyakit kulit karena jamur
atau skin fungal diseases. (Bramono dan Budimulja, 2005).
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2 Dibandingkan
dengan semua penyakit kulit insidennya sekitar 0,5%, angka ini
terbilang rendah sehingga mengesankan onikomikosis merupakan
penyakit yang under-reported. Hal ini didapatkan dari studi
retrospektif yang dilakukan dengan pengumpulan data rekam medik
pasien di sepuluh rumah sakit pendidikan yang berada di kota
Bandung, Denpasar, Jakarta, Makassar, Manado, Semarang,
Surakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Medan dari tahun 1997
sampai 1998 (Bramono dan Budimulja, 2005).
Penelitian yang sama oleh Bramono dan Budimulja pada tahun
2003, insiden onikomikosis meningkat menjadi 4,7%. Data diambil
dari empat rumah sakit pendidikan di empat kota besar di pulau
Jawa yaitu Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya (Bramono
dan Budimulja, 2005).
Secara klinis, onikomikosis dibagi menjadi empat tipe yaitu
Distal and Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO), Superficial
White Onychomycosis (SWO), Proxymal Subungual
Onychomycosis (PSO), dan Candidal Onychomycosis (Doyle dan
Devillez, 2009).
Total Dystrophic Onychomycosis merujuk pada bentuk klinis
paling lanjut dari keempat bentuk diatas. Perubahan kuku pada
onikomikosis dapat terjadi dalam bentuk yang bervariasi seperti
destruksi pada lempeng kuku, onikolisis, hiperkeratosis subungual,
penebalan dan perubahan warna pada lempeng kuku (Rafiq et al,
2013).
Temuan klinis onikomikosis biasanya tidak spesifik dan banyak
kelainan kuku yang memperlihatkan gambaran distrofik yang sama
seperti trauma pada kuku, psoriasis dan bahkan beberapa kanker
kulit. Untuk menghindari terapi anti jamur yang tidak dibutuhkan,
maka diagnosis onikomikosis harus dikonfirmasi sebelum
dimulainya pemberian terapi (Pharaon et al, 2014).
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3 Diagnosis
onikomikosis perlu melihat adanya hifa jamur pada nail plate.
Dengan penentuan spesies jamur penyebab infeksi, maka dokter
dapat memberikan terapi yang tepat. Untuk memenuhi kriteria
viabilitas dan identifikasi spesies jamur maka diperlukan minimal
dua pemeriksaan diagnostik konvensional pada kuku yang memiliki
gambaran klinis dengan kecurigaan onikomikosis (Gupta dan
Simpson, 2013).
Pemeriksaan yang tersedia diantaranya adalah pemeriksaan
dengan sediaan kalium hidroksida (KOH), kultur jamur,
histopatologis menggunakan pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS)
dan secara biologi molekular (Gupta dan Simpson, 2013).
Pemeriksaan kultur jamur merupakan baku emas untuk penegakan
diagnosis onikomikosis karena mampu memastikan spesies jamur
dengan tepat (Singal dan Khanna, 2011).
Sampai saat ini belum ada prosedur diagnostik dasar yang
seragam untuk onikomikosis (Bramono dan Budimulja, 2005).
Banyak studi yang membandingkan masing-masing
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengonfirmasi onikomikosis
dari segi sensitivitas dan spesifisitasnya. Salah satu studi yang
dilakukan oleh Yanget al di Taiwan pada tahun 2007 yaitu
membandingkan pemeriksaan KOH, kultur dan PAS. Hasil yang
didapatkan berupa pemeriksaan sediaan KOH memiliki sensitivitas
paling tinggi yaitu 87% diikuti dengan PAS sebesar 81% dan kultur
dengan hasil 67% (Yang et al, 2006).
Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisa Jamur penyebab
Infeksi Pada Kuku Kaki Pekerja Tukang Cuci“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Yang Menyebabkan
Jamur Dapat Menginfeksi Kuku Kaki Pada Pekerja Tukang Cuci“.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Penyebab Jamur Infeksi Kuku Kaki Pada
Pekerja Tukang Cuci”.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengindetifikasi Penyebab Jamur Infeksi Kuku Kaki
Pada Pekerja Tukang Cuci.
b. Untuk Menganalisis Penyebab Jamur Infeksi Kuku Kaki
Pada Pekerja Tukang Cuci.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian mengenai Analisa Penyebab Jamur
Infeksi Kuku Kaki Pada Pekerja Tukang Cuci.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Sebagai informasi bagi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Maluku tentang Analisa Penyebab Jamur
Infeksi Kuku Kaki Pada Pekerja Tukang Cuci.
b. Bagi Profesi Analis Kesehatan
Sebagai masukan atau informasi bagi tenaga
laboratorium khususnya pada bidang Bakteriologi.
c. Bagi Peneliti
Sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah
dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawsaan
keilmuan peneliti.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Onikomikosis
Onikomikosis adalah penyakit jamur pada kuku yang dapat
disebabkan oleh berbagai macam jamur, terutama Candida dan
Dermatofita . Kadang-kadang dapat pula disebabkan oleh
Fusarium, Cephalosporium, Scopulariopsis, Aspergillus dan lain-
lain. Penyakit jamur pada kuku yang disebabkan oleh jamur
Dermatofita disebut Tinea Unguium, sedangkan yang disebabkan
Candida disebut Kandidosis (Greenberg dan Benjamin,2014) kuku.
B. Epidemiologi
Onikomikosis adalah suatu keadaaan penyakit yang
mempengaruhi kira-kira 10% populasi di seluruh dunia dan
menyumbang 20-40% dari semua kelainan kuku dan sekitar 30%
pada infeksi jamur kulit. Prevalensi onikomikosis ditentukan oleh
usia, pekerjaan, iklim dan frekuensi bepergian. Pada sebuah survei
multisenter di Kanada dijumpai prevalensi onikomikosis sekitar
6,5%. Onikomikosis dapat mengenai semua ras. Meningkatnya
populasi berusia tua, infeksi HIV atau terapi imunosupresi, hobi
olahraga, kolam renang komersial dan sepatu oklusif bertanggung
jawab atas meningkatnya kejadian tersebut. Pria lebih sering
terserang mungkin disebabkan kerusakan kuku yang lebih sering
karena olahraga dan aktivitas yang banyak pada waktu luang. Kuku
kaki kira-kira tujuh kali lebih sering terserang daripada kuku tangan
karena laju pertumbuhan yang tiga kali lebih lambat, faktor-faktor
pencetus lainnya meliputi trauma kuku, penyakit vaskuler periferal,
merokok dan psoriasis.
C. Anatomi Kuku
Kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate), lipatan kuku lateral
dan proksimal, hiponikium, bantalan kuku (nail bed) dan matriks.
Lempeng kuku berwarna translucent, lempeng kuku merupakan
struktur yang paling besar, melekat kuat pada bantalan kuku
dimana perlekatan ini kurang kuat kearah proksimal, terpisah dari
sudut postolateral. Seperempat bagian kuku ditutupi oleh lunula
putih.4,10 Lipatan kuku bagian proksimal dan memiliki dua
permukaan epitel yaitu : bagian dorsal dan ventral.10,32 Matriks
kuku dapat dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian intermedia yang
menutupi lempeng kuku bagian proksimal sampai ujung distal dari
lunula, dan bagian ventral.
D. Fisiologi Kuku
Kuku tangan tumbuh lebih cepat dari kuku kaki, yakni
sepanjang 2-3 mm perbulan, sedangkan kuku kaki 1 mm perbulan.
Diperlukan waktu 100 sampai 180 hari (6 bulan) untuk mengganti
satu kuku tangan dan sekitar 12-18 bulan untuk satu kuku kaki.
Kecepatan pertumbuhan kuku menurun pada penderita penyakit
pembuluh darah perifer dan pada usia lanjut.
E. Etiologi
Sangat beragam jenis jamur yang menyebabkan onikomikosis
bervariasi antara satu daerah geografik dengan daerah geografik
lainnya dan disebabkan kondisi iklim yang berbeda-beda.
1. Dermatofita adalah agen penyebab yang paling sering dalam
onikomikosis (kira-kira 90% pada kuku kaki dan 50% pada kuku
tangan). Invasi dermatofita pada kuku disebut dengan istilah
tinea unguium. Trichophyton rubrum (T.rubrum) adalah agen
penyebab paling umum yang diikuti oleh Trichophyton
mentagrophytes.
2. Non-dermatofita/mold menyerang kuku kaki dan kadang-kadang
kuku tangan. Non-dermatofita menyebabkan 1,5-6% dari semua
onikomikosis yang terbagi dalam dua kategori utama :
a. Kelompok pertama mencakup jamur yang hampir selalu
diisolasi dari kuku sebagai agen etiologik, seperti Scytalidium
dimidiatum dan Scytalidium hyalinum.
b. Kelompok kedua dibentuk oleh jamur oportunistik yang juga
bisa diisolasi dari kontaminan, seperti Scopulariopsis
brevicaulis, Aspergillus sydowii dan Onychocola canadensis.
Non-dermatofita tertentu seperti spesies Acremonium bisa
menginvasi permukaan kuku, sementara yang lainnya seperti
spesies Scytalidum lebih sering terkait dengan onikomikosis
subungual distal dan lateral.
3. Candida dianggap sebagai kontaminan, sekarang semakin
diakui sebagai patogen pada infeksi kuku tangan.3 Candida
albicans menyebabkan 70% kasus onikomikosis dan C.
parapsilosis, C. tropicalis dan C. krusei menyebabkan sisanya.
Onikomikosis Candida semakin banyak ditemukan pada individu
dengan penurunan kekebalan sebagai akibat dari penuaan,
diabetes, penyakit vaskuler, dan penggunaan antibiotik
spektrum luas. Keterpaparan kronis terhadap kelembaban dan
bahan kimia termasuk detergen, trauma seperti yang ditemukan
pada ibu rumah tangga, petani dan nelayan, memberi kontribusi
kepada terjadinya onikomikosis candida yang disertai dengan
paronikia.
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinis onikomikosis :
1. Onikomikosis Subungual Distal dan Lateral
Merupakan bentuk onikomikosis yang paling sering dijumpai.
Infeksi dari distal dapat meluas kelateral kuku sehingga
memberi gambaran onikomikosis distal dan lateral. Lempeng
kuku bagian distal berwarna kuning atau putih. Terjadi
hiperkeratosis subungual, yang menyebabkan onikolisis
(terlepasnya lempeng kuku dari nail bed) dan terbentuknya
ruang subungual berisi debris yang menjadi “mycotic reservoir”
bagi infeksi sekunder oleh bakteri.
Penyebab tersering adalah T. Mentagrophytes, T. Tonsurans
dan E. Floccosum.
2. Onikomikosis Superfisial Putih
Gambaran klinis kedua yang paling banyak ditemukan
sesudah onikomikosis subungual distal lateral. Nama lainnya
adalah leukonikia mikotika, mencakup sekitar 10% dari seluruh
kasus onikomikosis. Invasi jamur terjadi pada permukaan
superfisial lempeng kuku.
Gambaran yang khas adalah “white island” berbatas tegas
pada permukaan kuku, tumbuh secara radial,berkonfluensi,
dapat menutupi seluruh permukaan kuku. Pertumbuhan jamur
menjalar melalui lapisan tanduk menuju nail bed (bantalan kuku)
dan hiponikium. Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan
rapuh. Penyebab tersering adalah T. Mentagrophytes.
3. Onikomikosis Subungual Proksimal
Merupakan gambaran klinis yang sering ditemukan pada
pasien imunokompromais, penderita penyakit vaskular perifer,
dan paling jarang ditemukan pada populasi imunokompeten.
Didahului dengan invasi jamur pada lipat kuku proksimal
kemudian menuju distal dan matriks, sehingga pada akhirnya
menginvasi lempeng kuku dari arah bawah. Gambaran klinis
berupahiperkeratosis subungual, onikolisis proksimal,
leukonikia, dan akhirnya dapat mengakibatkan destruksi
lempeng kuku proksimal. Penyebab tersering adalah T. Rubrum.
4. Onikomikosis Distrofik Total
Jamur menginfeksi lempeng kuku sehingga mengalami
kerusakan berat. Infeksi dimulai dengan lateral atau distal
onikomikosis dan kemudian menginvasi seluruh kuku secara
progresif. Kuku tampak berkerut dan hancur. Keluhan subjektif
dirasakan sebagai nyeri ringan dan yang lebih berat dapat
terjadi infeksi sekunder.
5. Onikomikosis Candida
Umumnya menyerang kuku tangan dan hampir setengah
onikomikosis terkait kuku tangan adalah disebabkan spesies
Candida. Lebih umum dilaporkan pada wanita akibat sering
mencuci tangan dengan air dan sabun saat mengerjakan tugas-
tugas rumah tangga juga bisa menjadi faktor pendukung.
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan laboratorium. Keluhan pada pasien onikomikosis
selalu bersifat kosmetis karena dapat menimbulkan rasa malu.
Pasien onikomikosis dapat diidentifikasi dari penampilan kukunya
tetapi karena gambaran infeksi lainnya pada kuku menyerupai
gambaran onikomikosis sehingga diperlukan pemeriksaan
laboratorium sebelum pemberian terapi karena terapi pada
onikomikosis bersifat jangka panjang, mahal dan pertimbangan
efek samping yang dapat timbul.

Anda mungkin juga menyukai