Anda di halaman 1dari 47

PRAKTIKUM I

I. Judul Praktikum : Mikosis Superfisial (Sampel Kuku)


II. Hari/tanggal : Selasa, 21 Maret 2023
III. Landasan Teori
Penyakit infeksi di Indonesia baik yang disebabkan oleh bakteri,
virus, ataupun jamur patogen masih cukup tinggi. Salah satu penyakit
yang banyak dijumpai di Indonesia sebagai negara tropis adalah
penyakit mikosis, terutama mikosis superfisialis baik yang terjadi pada
kuku (onikomikosis) atau pada kulit. Faktor kebersihan diri (personal
hygine) dan lingkungan (environment) merupakan faktor yang paling
berpengaruh besar terhadap timbulnya infeksi patogen penyebab
penyakit pada tubuh (Safrida et al., 2021).
Penyakit kuku paling banyak dijumpai dan ditemukan
disebabkan karena adanya infeksi dari kelompok jamur patogen
kelompok dermatofita. Jamur dermatofita sangat mudah tumbuh dan
menginfeksi bagian dari tubuh manusia yang banyak memiliki
startumkorneum sertya keratin (seperti kulit, kulit kepala dan kuku).
Umumnya infeksi yang disebabkan disebabkan oleh kelompok
dermatofita dari spesies Trichophyton sp. (terutama Tinea rubrum dan
Tinea mentagrophytes) (Supenah, 2020). Selain itu banyak kejadian dan
kasus infeksi jamur patogen dermatofita juga diiringi dan diperparah
oleh infeksi jamur patogen lain dari kelompok jamur non-dermatofita
seperti Candida spp. dan Aspergillus sp (Presanambikaet al., 2022).
Infeksi jamur patogen di negara tropis seperti Indonesia dengan
karakteristik lingkungan dengan kelembapan yang tinggi, serta panas
yang cukup, menjadi tempat yang sangat nyaman dan mendukung
perkecambahan dan perkembangan spora jamur patogen penyebab
mikosis superfisialis (onikomikosis) (Suhartini, 2017).

1
Kuku ialah bagian kerap terinfeksi jamur. Kuku yang terserang
peradangan jamur umumnya mengalami kelainan, semacam pergantian
warna kuku serta kerapuhan pada kuku. Kelainan ini sering ditemui
pada pekerja yang berkontak dengan tanah liat ataupun air (Lestari,
2017).
Hal ini dapat menjadi kekhawatiran apabila kebiasaan pekerja
yang tidak menggunakan alas kaki dan tidak memperhatikan kebersihan
kuku terutama pada kuku kaki. Beberapa pekerja sering kali
menganggap kuku tidak begitu penting khususnya kuku kaki, padahal
jika kuku dalam waktu yang lama tidak dibersihkan dapat
menimbulkanbau yang tidak sedap dan membusuk sehingga dapat
terinfeksi oleh jamur (Sinaga, 2019).
Peradangan jamur kuku ataupun Tinea ungunium ialah keadaan
umum yang diawali dengan bercak ataupun kuning di dasar ujung kuku
menghitam, menebal, serta hancur di tepi. Peradangan ini bisapengaruhi
sebagian kuku namun tidak seluruhnya kuku itu terinfeksi. Kuku yang
terinfeksi oleh jamur terkategori ringan hingga tidak memerlukan
penyembuhan. Umumnya peradangan pada kuku bisa menimbulkan
nyeri serta penebalan kuku, sehingga memerlukanpenyembuhan serta
perawatan (Sinaga, 2019).
Pekerja merupakan seseorang yang memiliki aktivitas yang
sangat tinggi, dan cenderung berkeringat, terutama pekerja yang
melakukan aktivitasnya diluar (field worker) seperti pedagang. Aktivitas
pedangan di pasar dengan bertemu orang yang banyak, panas terik
matahari, debu, serta kebersihan pasar yang cenderung kurang sangat
memungkinkan banyak ditemukan spora jamur patogen yang dapat
menyebabkan penyakit kulit atau kuku, khususnya jamur patogen dari
kelompok non-dermatofita. Ditemukan 55.0% pekerjapositif menderita
Tinea unguium yaitu jamur kuku (Fahmi et al., 2021).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu di lakukan screening awal

2
ada tidaknya infeksi jamur penyebab onikomikosis pada pekerja yang
bekerja sebagai pedagang, petani dan pekerja yang berkontak langsung
dengan tanah dan air, dengan mengambil sampel kuku dan kemudian
identifikasi isolat yang tumbuh. Hasil ini dapat memberikangambaran
awal ada tidaknya jamur penyerta lain khususnya non- dermatofita
yang dapat memperparah kondisi kesehatan kuku (Fahmi et al., 2021).
Dermatofita ialah golongan jamur yang memiliki sifat bisa
mencernakan keratin misalnya stratum korneum pada kulit,
rambut,kuku serta menimbulkan dermatofitosis. Dermatofita dibagi
dalam tiga genus ialah Trichophyton, Microsporum serta
Epidermophyton sebagai pemicu utama dermatofitosis. Sempat
dilaporkan genus Microsporum bisa menginfeksi kuku. Indikasi klinis
dari jamur ini, ialah permukaan kuku tidak rata, kuku jadi rapuh ataupun
keras, serta kuku yang terserang jadi tipis. Permukaan ini dari sesuatu
penyakit akibat jamur dengan indikasi klinis lempeng kuku jadi tebal,
rapuh, serta berwarna coklat kekuningan, serta kuku akhirnya nampak
semacam berpori (Widiati dkk, 2016).
Jamur dermatofita merupakan kelompok jamur patogen yang
umum dijumpai di negara tropis seperti Indonesia. Jamur ini seringkali
menyebabkan infeksi pada kuku (Tine unguium). Selain disebabkanoleh
kelompok jamur dermatofita, penyakit kuku yang masuk ke dalam
kelompok penyakit mikosis superfisialis, juga dapat disebabkan oleh
jamur non dermatofita serta pada kasus yang cukup jarang disebabkan
oleh ragi. Akibat infeksi jamur kuku, bagian kuku yang terinfeksi akan
menjadi rapuh, mengelupas dan berubah warna (Widiati dkk, 2016).
Seseorang yang bekerja di sawah/ladang maupun tempat lainnya
yang bersentuhan dengan tanah, air dan lumpur dalam waktu yang lama
tanpa menggunakan alas kaki untuk melindungi kakinya dari tanah, air
dan lumpur sehingga kaki menjadi lembab bahkan jarang di
memperhatikan kebersihan kukunya sehingga mereka sering
membiarkan kuku kakinya terutama pada bagian ibu jari berisi tanah
berubah warna menjadi gelap, menebal, kuku hampir tidak berbentuk

3
seperti normal bahkan terlihat beberapa pekerja, pedagang, dan petani
kukunya mengeluarkan bau busuk. Kuku jari kaki petani bisa
terinfeksi oleh jamur. Cara untuk menghindari maupun mencegah
adanya suatu jamur pada kuku kaki, maka perlu memperhatikan
kebersihan kuku dengan cara memotong kukunya dengan teratur
supaya tidak terkontaminasi oleh jamur (Fahmi et al., 2021).

4
IV. Alat dan Bahan
A. alat yang digunakan
1. Cover glass
2. Lampu spirtus
3. Mikroskop
4. Objek gelas
5. Penjepit
6. Pipet tetes
B. bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Aquadest
3. KOH (Kalium Hidroksida) 10%
4. Sampel kuku
5. Tisu

5
V. Hasil Pengamatan
Negatif tidak ditemukan jamur pada sampel kuku

6
VI. Uraian fungi
Onikomikosis adalah penyakit Jamur pada kuku yang dapat
disebabkan oleh berbagai macam Jamur, terutama candida dan
dermatofita. Kadang- kadang dapat disebabkan oleh Fusarium.
Caphalasporium, Scopulariopsis, Aspergillus dan lain-lain. penyakit
Jamur kuku yang disebabkan oleh Jamur dermatofita disebut tinea
unguium (unguium = kuku), sedangkan yang disebabkan candida disebut
kandidiasis kuku (sutanto et al. 2018).
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, juga di Indonesia kadang-
kadang seseorang penderita onikomikosis juga menderita mikosis dibagian
lain dari tubuhnya. Bila penyebabnya jamur yang sama mungkin mikosis
tersebut menjadi sumber infeksi bagi onimikosisnya yang ditularkan Pada
kuku setelah menggaruk (Sutanto, et al. 2018).

7
VII. Pembahasan
Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan
oleh kolonisasi jamur atau ragi. Angka kejadian mikosis superfisial
diperkirakan sekitar 20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu
bentuk infeksi yang paling sering pada manusia (Ammen, 2015).
Mikosis superfisial meliputi dermatofitosis, pitriasis versikolor,
folikulitis mallasezia dan candidiasis superfisial. Dermatofitosis adalah
infeksi mikosis superfisialis yang menginvasi jaringan yang mengandung
keratin seperti stratum korneurm, epidermis, rambut, dan kuku. Penyebab
dermatofitosis menjadi tiga genus, yaitu Trichopyton, microsporum, dan
epidermopython (Ghannoum MA, dkk, 2016).
Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis.
Indonesia dengan iklim tropis disertai suhu dan kelembapan tinggi membuat
suasana yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga diperkirakan
insidensi penyakit ini cukup tinggi di masyarakat yang masih kurang adanya
sumber penularan dari lingkungan, penggunaan obat-obatan seperti
antibiotik, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya seperti
diabetes, dan keganasan. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),
trauma dan maserai juga dapat memudahkan penetrasi jamur, kemungkinan
lain tingginya prevalensi mikosis superfisialis juga dipengaruhi oleh lama
pengobatan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, banyaknya kasusu yang
resisten terhadap obat anti jamur serta adanya efek samping
yangditimbulkan oleh obat anti jamur sistemik (Suryani Y, Opik T &
Kulsum Y. 2020).
Jamur adalah tumbuhan yang tidak memiliki klorofil sehingga jamur
bersifat heterotrof jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Jamur kuku
dapat menginfeksi kuku jari tangan maupun kuku jari kaki ketika jamur
(tumbuh sangat kecil atau mikroskopik) hidup dibagian keratin kuku, karena
keratin kuku diambil oleh jamur maka lambat laun kuku menjadi rapuh dan
akhirnya rusak berkembang biak dilingkungan yang gelap, lembab dan
hangat, oleh karena itu hindari berjalan kaki tanpa alas kaki ditempat

8
berlumpur. Gejala kuku yang terkena infeksi jamur meliputi perubahan
warna kuku menjadi kekuningan. Selanjutnya kuku akan menjadi rapuh,
mudah mengelupas, berbau, dan biasanya warnanya menjadi lebih kusam
atau bahkan kehitaman, lama kelamaan menimbulkan rasa nyeri, bengkak
dan bernanah. Jika tidak diobati, dasar kuku dapat terkena infeksi. Pilihan
pengobatan meliputi krim antijamur dan antibakteri, dan perapian,
pembentukan dan perawatan kuku oleh tenaga ahli podiatrist (Ghannoum
MA, dkk, 2016).
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan jamur pada sampel
kuku. Pertama-tama disiapkan alat dan bahan, setelah alat dan bahan siap
diletakkan spesimen diatas gelas objek dengan menggunakan pinset,
kemudian ditetesi KOH 10% lalu ditutup dengan kaca penutup
(coverglass) setelah itu, difiksasi sediaan tersebut beberapa kali diatas
nyala api lampu spirtus dan selanjutnya diinkubasi selama 20-30 menit
kemudian setelah inkubasi selesai, diperiksa dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x - 40x. Hasil dari praktikum kali ini didapatkan hasil negatif
atau tidak ditemukannya jamur pada sampel kuku.

9
VIII. Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan Jamur pada sampel kuku yang telah
dilakukan pada sampel kuku pasien A diperoleh hasil negatif atau tidak
ditemukan jamur pada sampel kuku.

1
PRAKTIKUM II

I. Judul Praktikum : Mikosis Supervisial (Sampel Rambut)


II. Hari/Tanggal : Selasa/ 21 maret 2023
III. Tujuan Praktikum : Mahasiswa mampu mempelajari tentang cara dan
prinsip pemeriksaan jamur penyebab mikosis
supervisial
IV. Landasan Teori
Magelheins menemukan Piedra hitam pada tahun 1911. Kemudian
Hortamelakukan percobaan yang membedakan antara Piedra hitam dengan
Piedra putih. Dan akhirnya Horta menyimpulkan bahwa Piedra hitam
disebabkan oleh spesies Trichosporon. Brumpt pada tahun 1913 menamakan
jamur tersebut dengan Trichosporon hortai. Kemudian tahun 1928, Fonseca
dan Area Leao menamakan jamur penyebab Piedra hitam dengan Piedraia
hortae setelah mereka mengetahui bahwa penyebab Piedra hitam adalah
golongan Ascomycetes (Nurrohmah FA et al. 2015)
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang jamur (fungi) yang berasal dari bahasa yunani mykes berarti jamur,
dan logos yang berarti ilmu. Kajian dalam mikologi antara lain meliputi
toksonomi jamur, fisologi jamur, bioteknologi jamur, dan budidaya jamur
(mushroom culture) (Soedarto, 2015).
Mikosis superfisialis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit,
rambut, ataupun kuku; terdiri dari kelompok dermatofitosis, pitiriasis
versikolor, malassezia, dan kandidiasis superfisialis. Dermatofitosis banyak
menyerang anak-anak. Merupakan penyakit menular, namun tidak
membahayakan nyawa, penularannya pada manusia diperantarai olehspesies
zoofilik (dari hewan ke manusia), antropofilik (manusia ke manusia), atau
geofilik (lingkungan ke manusia). Sebanyak 7,4% spesies dermatofitosis
adalah zoofilik dan menjadi penyebab tersering infeksi jamur pada kulit
kepala anak-anak (Sheilaadji MU, Zulkarnain I, 2016).

1
Tinea kapitis paling sering pada anak-anak, merupakan infeksi
dermatofitosis rambut dan kulit kepala. Cara penularannya kontak langsung
antar manusia, antar manusia dengan hewan, atau secara tidak langsung dari
paparan dengan lingkungan atau benda terkontaminasi. Kelompok fungi
yang menginfeksi bervariasi sesuai cara penularan dan kondisi inang.
Spesies zoofilik paling sering adalah Microsporum canis dan Trichophyton
mentagrophytes yang banyak didapatkan pada hewan peliharaan, hewan
pengerat, hewan ternak. Sedangkan spesies geofilik yang paling
banyakadalah Microsporum gypseum dan Microsporum nanum pada kucing
dan anjing serta babi. Spesies antropofilik jarang didapati pada hewan, yaitu
Microsporum audouinii, Trichophyton schoenleinii, Trichophyton rubrum,
Trichophyton tonsurans, dan Trichophyton violaceum (Wahyuningsih, dkk,
2017).
Jamur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masala-
masalah kesehatan, diantaranya adalah berbagai macam penyakit kulit.
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembang biakan jamur. Beberapa spesies jamur
merupakan flora normal yang dapat menjadi jamur patogen penyebab
penyakit pada manusia. Mikosis di bagi menjadi tiga yaitu mikosis
superfisial (mengidentifikasi kulit, rambut dan kuku). Supcuptaneous
(mengidentifikasi kulit dan tulang) dan sitemik (mengidentifikasi organ
dalam) (Gandjar, dkk, 2014)
Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang
disebabkan oleh kolonisasi jamur atau ragi.
1. Angka kejadian mikosis superfisialis diperkirakan sekitar 20-25%
populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling
sering pada manusia.
2. Mikosis superfisialis meliputi dermatofitosis, pitiriasis versikolor,
folikulitis malassezia dan kandidiasis superfisialis.
3. Dermatofitosis adalah infeksi mikosis superfisialis yang menginvasi
jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum, epidermis,

1
rambut, dan kuku. Penyebab dermatofitosis menjadi tiga genus, yaitu
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.

Tinea capitis adalah penyakit akibat infeksi jamur di ulit kepala dan
batang rambut. Gejala yang muncul dapat berupa kulit kepala gatal,
bersisisk, pitak, hingga peradangan dan kebotakan yang meluas.
(Wahyuningsih, dkk, 2017).
Tinea capitis atau kurap kulit kepala dapat dialami oleh semua orang.
Namun, penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki usia 3–7 tahun.
Tinea capitis juga disebut sebagai dermatofitosis kulit kepala, dan sangat
menular dan mudah menyebar. Pada kasus yang parah, tinea capitis dapat
berkembang dan menyebabkan peradangan parah di kulit kepala. Kondisi ini
dapat mengakibatkan kerontokan rambut permanen serta timbulnya bekas
luka di kulit kepala (Wahyuningsih, dkk, 2017).

infeksi jamur pada rambut disebut Piedra. Piedra ditandai dengan


adanya benjolan (nodus) sepanjang rambut dan disebabkan oleh
Piedrahortae (Piedra hitam) atau Trichosporon beigelii (Piedra putih).
Piedra dapatmuncul apabila rambut dan kulit kepala tidak bersih. Ibu nifas
yang tidak keramas selama masa nifas (kurang lebih 40 hari) sangat rentan
ditumbuhi piedra pada rambutnya. Masa nifas dimulai sejak bayi dan
plasenta bayi dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali seperti saat
sebelum hamil (Naqsyabandi S , 2022).

1
V. Alat dan bahan
A. alat yang digunakan
1. Cover glass
2. Lampu spirtus
3. Mikroskop
4. Objek gelas
5. Pinset
6. Pipet tetes
B. bahan yang digunakan
1. Alkohol
2. Aquadest
3. KOH 20% (Kalium hidroksida)
4. Sampel rambut
5. Tisu

1
VI. Cara kerja
Teknik pengambilan sampel
1. Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut
yang warnanya tidak mengkilap lagi (menggunakan lampu wood)
2. Rambut di tampung dengan menggunakan cawan petri steril dan
siap dipakai untuk pemeriksaan
Teknik Pemeriksaan secara langsung dengan KOH 20% (Direct preparat)
1. Letakkan spesimen diatas object glass menggunakan pinset kemudian
diteteskan KOH 20%
2. Ditutup dengan kaca penutup
3. Inkubasi selama 5-10 menit
4. Diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10× − 40 ×

1
VII. Uraian Fungi
Piedra hitam adalah infeksi jamur pada batang rambut. Jamur ini
juga dikenal sebagai Trichomycosis nodosa yang dihasilkan dari spesies
jamur tertentu yang disebut Piedraia hortae. Unsur jamur menempel pada
batang rambut membentuk bintik-bintik di sepanjang batang rambut.
Terutama mempengaruhi rambut kulit kepala, meskipun keterlibatan
janggut, kumis, dan rambut kemaluan juga diketahui. Piedra hitam biasa
terjadi di negara- negara panas dan lembab seperti negara-negara Amerika
Selatan dan negara- negara Asia Tenggara.
Piedra putih adalah infeksi jamur superfisial asimtomatik yang tidak
biasa pada rambut, ditandai dengan adanya banyak, diskrit, lunak, nodul
asimptomatik yang melekat longgar pada batang rambut yang terinfeksi.
Ini dapat terjadi pada kulit kepala, alis, bulu mata, janggut, ketiak atau di
selangkangan. Dibandingkan dengan Piedra hitam, yang hampir selalu
terjadi pada rambut kulit kepala, Piedra Putih lebih jarang mempengaruhi
rambut kulit kepala dan lebih sering terjadi pada bagian tubuh
berbululainnya. Hal ini disebabkan oleh jamur mirip ragi, Trichosporon
beigelii

1
VIII. Gambar Hasil Pengamatan
Negatif tidak ditemukan jamur pada sampel rambut

1
IX. Pembahasan
Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan
kulit, yaitu stratrum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi
dalam 2 kelompok yaitu dermatofitosis dan non
dermatofitosis.Dermatofitosis ialah mikosis superfisial yang disebabkan
oleh jamur golongan dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim karatinase
sehingga mampu mencerna keratin pada kuku, rambut, dan stratrum
korneum pada kulit. Sedangkan infeksi non dermatofitosis biasanya terjadi
pada kulit paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur yang tidak dapat
mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit yang paling luar
(Adiyati, 2018).
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan
tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sela atau batang
bercabang dan mempunyai dinding sel yang Sebagian besar terdiri atas kitin
dan glucan dan Sebagian kecil dari selulosa atau kitosan. Ilmu yang
mempelajari jamur disebut mikologi (dari kata Yunani mykes yang berarti
jamur dan logos yang berarti ilmu) penyakit yang disebakan oleh jamur
disebut mikosis. Mikosis yang mengenai alat dalam disebut mikosis
profunda atau mikosi sistemik, mikosis yang mengenai permukaan badan
yaitu kulit, rambut dan kuku (Sutanto et al, 2017).
Mikosis superfisial meliputi dermatofitosis pitriasis versicolor,
folikulitis Malassezia dan kandidiasis superfisial. Dermatofitosis adalah
infeksi mikosis superfisialis yang menginvasi jaringan yang mengandung
keratin seperti stratum korneum, epidemis, rambut dan kuku. Penyebab
dermatofitosis menjadi tiga genus, yaitu trichopyton, microsporumdan
Epidermophyton (Zubaidah, sitti. 2017).
Jamur pada rambut manusia ialah jamur yang menyerang kulit kepala,
dengan nama Piedra hortal. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang
dapat ditularkan dari Binatang peliharaan misalnya kucing dan anjing.
Selain itu, dilingkungan kotor dan panas serta udara yang lembab ikut
berperan dengan pertumbuhan jamur. Piedra hortae adalah jamur
dermatofita dan menyebabkan infeksi jamur superfisial yang dikenal

1
sebagai Piedra hitam

1
yang menyebabkan melemahnya progresif rambut (Sutanto et al, 2017).
Tinea kapitis disebut juga tinea tonsurans atau ringworm of the
scalp adalah infeksi pada rambut dan kulit kepala oleh dermatofita yang
terutama terjadi pada anak-anak usia 3-7 tahun. Tinea kapitis dapat
disebabkan oleh semua spesies dermatofita yaitu yang termasuk dalam
klasifikasi Microsporum dan Trichophyton kecuali Epidermophyton
floccosum dan Trichophyton concentricum. Distribusi dermatofita berbeda
tiap negara tergantung beberapa faktor yaitu letak geografi, iklim dan gaya
hidup (Puri, N. A , 2013).
Pada praktikum yang telah dilakukam hal pertama yang dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan, setelah alat dan bahan telah tersediasiapkan
sampel rambut kemudian diletakkan diatas gelas objek menggunakan
pinset dan diteteskan KOH dengan konsentrasi 20% selanjutnya diinkubasi
selama 5-10 menit yang telah ditutup dengan cover glass. Setelah preparat
diinkubasi selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan
pembesaran 10-20 pada pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan
hasil negative atau tidak ditemukan jamur pada sampel rambut.

1
X. Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan mikosis superfisial pada sampel rambut
yang telah dilakukan, diperoleh hasil negatif, karena tidak ditemukan jamur
pada sampel rambut.

2
PRAKTIKUM III
I. Judul praktikum : Isolasi kapang pathogen pasca panen
II. Hari tanggal : Selasa,11 April 2023
III. Tujuan : Mahasiswa mampu mempelajari tentang cara
isolasi
kapang patogen pasca panen
IV. Landasan teori
Pasca panen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan,
pengolahan, sampai diperoleh hasil yang siap dikonsumsi.
Penanganan pasca panen bertujuan untuk menekan kehilangan
hasil, meningkatkan kualitas, daya simpan, daya guna komoditas
pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai
tambah (Setyono, 2015).
Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang memiliki
hasil panen sektor pertanian yang melimpah. Pertanianmerupakan
salah satu sektor yang paling penting bagi manusia, kaitannya
dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan sebagai pemasok bahan
baku industri. Pada awal tahun 2015, pemerintah Indonesia telah
mencanangkan swasembada tiga komoditas pangan yang menjadi
target utama pembangunan yaitu diantaranya padi, jagung dan
kedelai (DJTP 2015).
Pasca panen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan,
pengolahan, sampai diperoleh hasil yang siap dikonsumsi.
Penanganan pasca panen bertujuan untuk menekan kehilangan
hasil, meningkatkan kualitas, daya simpan, daya guna komoditas
pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai
tambah (Setyono, 2015).
Tujuan utama penanganan pasca panen adalah memperkecil
kehilangan dan kerusakan produk panen dimana besarnya
kehilangan pasca panen sangat bervariasi menurut komoditi dan

2
tempat penghasil, seperti di negara berkembang diperkirakan
sekitar 20-50% terjadi kehilangan pascapanen, sedangkan dinegara
maju sekitar 5%-25%. Perbedaan jumlah kehilangan tersebut
disebabkan karenanegara maju telah menggunakan teknologi pasca
panen yang memadai. Sebaliknya di negara berkembang, seperti di
indonesia penelitian pasca panen belum banyak diterapkan.
Keberhasilan penanganan pasca panen diharapkan tidak
hanyadirasakan oleh produsen karena dapat memperkecil
kehilangan panen, tetapi juga bisa dirasakan oleh konsumen karena
dapat memperoleh komoditi dengan mutu yang baik (Rahardi et al.,
2015)
Produk pasca panen masih melakukan aktivitas metabolisme
penting, yaitu respirasi. Aktivitas respirasi berlangsung untuk
memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pasca
panennya. Setelah panen, sebagian besaraktivitas fotosintesis yang
dilakukan saat masih melekat pada tanaman induknya berkurang atau
secara total tidak dapat dilakukan. Saat tersebut mulailah
penggunaan substrat cadangan yang ada di dalam tubuh bagian
tanaman yang dipanen untuk aktivitas respirasinya.
Kemunduranmutu dan kesegaran atau proses pelayuan dengan cepat
terjadi pada saat substrat mulai terbatas (Firmansyah et al. 2016).
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara
simultan, yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan. Pengeringan juga disebut
dengan penghilangan sebagian atau keseluruhan uap air dari suatu
bahan (Hasibuan,2017).
Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan
sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau
terhenti. Kadar air yang tinggi menyebabkan suatu kekuatan respirasi
suatu produk hortikultura menjadi lebih besar. Laju respirasi
merupakan petunjuk yang baik untuk untuk daya simpan buah

2
sesudah dipanen.

2
Intensitasrespirasi dianggap sebagai ukuran jalannya laju
metabolisme, oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk
mengenai potensi daya simpan buah (Firmansyah et al, 2015).
Beras merah (Oryza nivara) merupakan bahan pangan
pokok di Indonesia yang bernilai kesehatan tinggi. Selain
mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat dan mineral, beras
merah juga terdapat antosianin. Antosianin adalah pigmen merah
yang terkandung pada tegman dan pericarp (lapisan kulit) beras, dan
dijumpai pula pada setiap bagian gabah. Kandungan antosianin yang
ada pada beras merah mempunyai fungsi sebagai antioksidan.
Beras merah merupakan salah satu beras di Indonesia yang
mengandung gizi yang tinggi selain beras putih. Dibandingkan
dengan berasputih, beras merah memiliki manfaat atau khasiat yang
lebih. Kandungan antisianin yang ada dalam beras merah bisa
menjadi antioksidan yang berfungsi mencegah munculnya penyakit
seperti kanker, jantung coroner, hipertensi dan diabetes. kandungan
gizi yang terdapat pada beras merah per 100 gram terdiri atas zat besi
0,3 10 gram, lemak 0,9 gram, protein 7,5 gram, kalsium 16
miligram, fosfor
163 gram, karbohidrat 77,6 gram, dan vitamin B1 0,21 gram,
mengkonsumsi beras merah ternyata banyak mengandung minyak
alami, lemak dan serat (Direktorat Gizi Departemen kesehatan RI,
2017).
Jamur yang menghasilkan toksin dapat mempengaruhi
kesehatan.Toksin yang di hasilkan dapat mengakibatkan gangguan
pernafasan, kerusakan sistem saraf, gangguan pada ginjal, kanker hati,
bahkan menyebabkan kematian dan dapat menimbulkan penyakit
bawaan (foodborne disease) (Nasir, 2017).Penyakit bawaan makanan
(foodborne disease) merupakan penyakit pada manusia yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang
tercemar mikroba atau bakteri pathogen tanpa memperhatikan higine
dan sanitasi dari makanan yang dikonsumsi tersebut (Tuti, dkk).Ada

2
beberapa penyakit bawaan makanan (foodborne disease) yang
menyerang Negara berkembang yaitu penyakit kolera,
kampilobakteriosis, diare, shigelosis, bruseliosis, amoebiasis, demam
tifoid, dan paratif

2
IV. Alat dan Bahan
A. alat yang digunakan
1. Cawan petri
2. Deck glass
3. Inkubator
4. Lampu spiritus
5. Mikroskop
6. Object glass
7. Ose lurus
8. Pinset
9. Pisau steril
10. Pipet tetes
B. bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Aluminium foil
3. Beras merah
4. Kapas
5. Label
6. Media SDA
7. Pewarna lactophenol cutton blue
8. Tissue

2
B. Analitik
1. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Disiapkan media SDA (sabauraud dexteose agar) dan mensterilisasi
beserta alat dan bahan yang akan digunakan
b. Diambil kacang, jagung dan beras sebanyak 5 biji dan diredam sampel
kedalam alkohol 70% selama 5 menit.
c. Dimasukkan media SDA kedalam cawan petri dan membiarkan sampai
memadat.
d. Dimasukkan sampel kacang, jagung, dan beras kedalam media SDA
yang telah memadat.
e. Diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu 35-37 C.
f. Dilakukan pengamatan pertumbuhan kapang secara makroskopik.
2. Prosedur kerja identifikasi kapang patogen pasca panen
Prosedur kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Disiapkan sampel (jamur) yang sudah di isolasi.
b. Dituang media SDA (sabauraud dexteose agar) kedalam cawan petri,
setelah itu didiamkan sampai memadat. Kemudian, memotong motong
media tersebut sehingga terbentuk dadu.
c. Mengambil satu potongan dadu kemudian meletakkan pada kaca objek
dalam cawan dengan metode slide culture, lalu menutup dengan kaca
penutup.
d. Mengambil sampel dengan cara menggores menggunakan ose lurus
(needle),kemudian diinokulasikan pada sisi samping media SDA dalam
cawan.
e. Diinkubasi selama 3-5 hari dengan suhu 35-37 C.
f. Setalah diinkubasi, diambil kaca objek dari cawan lalu diberi pewarnaan
lactophenol cutton blue serta diamati dibawah mikroskop.

2
C. Pasca Analitik
Ditemukan jamur Aspergillus flavus pada sampel beras merah

2
V. Pembahasan
Aspergillus sp merupakan jamur yang membentuk filamen-filamen
panjang dan bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan
konidiospora. Aspergillus sp berkembang biak dengan pembentukan hifa
atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya
tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan
dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru. Aspergillus sp. dapat
tumbuh dengan cepat, memproduksi hifa aerial yang membawa struktur
konidia yang khas yaitu konidiofora yang panjang dengan vesikel-vesikel
terminal dimana phialid menghasilkan rantai konidiabasipetal. Spesies ini
diidentifikasi menurut perbedaan morfologis dalam struktur ini, yang
meliputi ukuran, bentuk, tekstur dan warna konidia (Nasir,2017).
Aspergilus flavus adalah Jamur yang mempunyai koloni pada saat
muda memili warna putih, lalu berubah menjadi berwarna hijau kekuningan
apabila setelah membentuk Konidia. Kepala Konidia memiliki warna hijau
kekuningan hingga hijau tua kekuningan, mempunyai bentuk bulat dan
Konidiofor mempunyai dinding yang kasar, hialin. (Taufik, 2018).
Menurut Sulathia (2014)) ada empat jenis utama dari aspergillosis:
a. ABPA (Alergi bronchopulmonary aspergillosis) yaitu bentuk paling
ringan dari aspergillosis dan pada umumnya mempengaruhi orangorang
yang mempunyai penyakit asma atau fibrosis kistik (kondisi warisan di
mana paru-paru bisa terpasang dengan lendir). Kondisi tersebut biasanya
akibat dari reaksi tubuh terhadap aspergillus.
b. Aspergilloma yaitu tempat jamur yang memasuki paru-paru dan
berelompok untuk membentuk simpul padat jamur, yang dinamakan bola
jamur. Aspergilloma merupakan kondisi jinak yang pada awal 18
mulanya tidak menimbulkan adanya gejala, tapi seiring berjalanya waktu,
dapat memperburuk kondisi dan dapat menyebabkan, Batuk darah
(hemoptitis), sesak napas, kelelahan, mengi dan penurunan berat badan.

2
c. CAN (Kronis necrotizing asper-gillosis) yaitu penyebaran infeksi kronis
lambat pada paru-paru. Hal ini pada umumnya hanya mempengaruhi
orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
d. IPA (Aspergillosis paru invasif) yaitu infeksi umum pada orang yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah, yang dikarenakan sakit atau
mengambil imunosupresan, ini merupakan bentuk yang sangat serius dari
aspergillosis yang diawali di paru-paru lalu kemudian merambat dengan
cepat ke seluruh tubuh.
jamur membutuhkan medium untuk pertumbuhan dan perkembangan,
dalam hal ini medium yang digunakan adalah media SDA (Sabouraud
Dextrose Agar) yang merupakan salah satu media standar untuk
isolasijamur. Kemudian media alternatif yang digunakan dalam penelitian
ini adalah media air cucian beras putih dan air cucian beras merah. Mikroba
seperti jamur sama dengan makhluk hidup lainnya yang membutuhkan
nutrisi sebagai sumber energi untuk tumbuh dengan baik. Aspergillus dapat
tumbuh dengan cepat menggunakan nutrisi yang optimal. Media
pertumbuhan yang baik harus mengandung semua nutrisi yang diperlukan
oleh organisme yang akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Karbon,
nitrogen, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin,
air, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, serta energi adalah contoh
nutrisi yang harus dikandung oleh media untuk mudah digunakan oleh
mikroba yang ditumbuhkan (Aini & Rahayu, 2015).

2
VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum isolasi dan identifikasi kapang patogen
pasca panen yang telah dilakukan pada sampel beras merah, pada
pemeriksaan mikroskopis ditemukan jamur Aspergillus flavus.

2
PRAKTIKUM III

I. Judul praktikum : Isolasi dan Identifikasi Candida Albicans


II. Hari/tanggal : Selasa, 09 mei 2023
III. Landasan teori
Candida albicans adalah jamur patogen oportunistik yang ada sebagai
komensal (makhluk hidup kecil bersel satu yang hidup bersama dengan
organisme lain) yang tidak berbahaya pada saluran gastrointestinal dan
genetik manusia (70%) dan sekitar 75% wanita menderita infeksi vagina
yang disebabkan oleh candida albicans setidaknya satu kali dalam
kehidupan wanita (Ali et al., 2015).
Candida albicans yaitu organisme yang memiliki dua wujud dan
bentuk secara simultan/dimorphic organism. Pertama adalah yeast-like
state (non-invasif dan sugar fermenting organism). Kedua adalah fungal
form memproduksi root-like structure/struktur seperti akar yang sangat
panjang/rhizoids dan dapat memasuki mukosa (invasif) (Mutiawati, 2016).
Dinding sel Candida bersifat dinamis dengan struktur berlapis, terdiri
dari beberapa jenis karbohidrat berbeda (80- 90%): (i) Mannan (polymers
of mannose) berpasangan dengan protein membentuk glikoprotein
(mannoprotein); (ii) α-glucans yang bercabang menjadi polimer glukosa
yang mengandung α-1,3 dan α1,6 yang saling berkaitan, dan (iii) chitin,
yaitu homopolimer N-acetyl-Dglucosamine (Glc-NAc) yang mengandung
ikatan α-1,4. Unsur pokok yang lain adalah protein (6-25%) dan lemak (1-
7%). Yeast cells dan germ tubes memiliki komposisi dinding sel yang
serupa, meskipun jumlah α-glucans, chitin, dan mannan relatif bervariasi
karena faktor morfologinya. Jumlah glucans jauh lebih banyak 7 dibanding
mannan pada Candida albicans yang secara imunologis memiliki
keaktifan yang rendah (Mutiawati, 2016).
Kandidiasis atau kandidosis merupakan jamur Candida albicans
spesies dengan patogenitas paling tinggi. Sehingga meningkatnya infeksi
terhadap Candida albicans ini, maka di perlukan suatu pemeriksaan yang

3
tepat untuk membatu penatalaksanaan dari candidiasis, menegakan
diagnosis dengan tepat berdasarkan keluhan pasien, pemeriksaan klinis,
dan juga pemeriksaan laboratorium. Penting bagi laboratorium untuk dapat
mengidentifikasi isolat klinis Candida ketingkat spesies dan pengujian
Kepekaan terhadap antifungi secara in vitro sehinga membantu dalam
pengambilan keputusan (Hassan, dkk, 2016).
Infeksi jamur yang disebabkan oleh spesies Candida albicans
terdapat sekitar 30-40 % pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada
neunatus, 45-65%, pada anak- anak sehat 50-65% pada pasien yang
memakai gigi tiruan lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat
jangka panjang, 90% pada pasien yang penderita leokimia akut, dan 95%
pada pasien penderita HIV/AIDS. Dan meningkat pada ibu hamil sebesar
5,6% dan pada infeksi saluran urogenital 10,3% (Onianwah, 2015).
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas
yang akan terus panjang sehinga menjadi hifa semu, hifa semu tersebut
akan membentuk banyak kelompok blastorpora seperti bulat atau lonjong
di sekitar septum. dinding sel candida albicans berfungsi sebagaipelindung
dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel juga
berperan sebagai tempat penempelan dan juga kolonisasi serta tempat
antigenik (Hassan, dkk, 2016).
Dinding sel jamur juga juga mengandung polisakarida yang lain
yang paling penting adalah ß-glukan polimer yang panjang di glukosa, ß-
glukan adalah sebagai tempat kerja obat anti jamur caspofungin, ada dua
jenis jamur yaitu ragi dan kapang. Jamur tumbuh sebagai sel tunggal yang
berkembang biak dengan tunas aseksual, jamur akan tumbuh di sepanjang
filament (hifa) dan formmet (miselium), beberapa hifa membentuk dinding
yang melintang (septate hifa), sedangkan yang lain tidak (hifa non
septate), hifa non septate bersifat multinuklear. beberapa jamur bersifat
dimorfik termal (yaitu membentuk struktur yang berbeda pada suhu yang
berbeda), ada yang sebagai jamur di lingkungan pada suhu kamar dan
sebagai ragi (struktur lain) dan ada di jaringan manusia pada suhu tubuh.

3
Kebanyakan jamur adalah aerob obligat, dan tidak ada yang merupakan
anaerob obligat. Jamur membutuhkan sumber karbon organik yang telah
terbentuk sebelumnya yang sering berkaitan dengan materi yang telah
membusuk, oleh karena itu habitat alami dari kebanyakan jamur adalah
lingkungan. Pengecualian penting adalah Candida albicans, yang
merupakan bagian dari flora normal di tubuh manusia (Hassan, dkk,
2016).

3
IV. Alat dan Bahan
A. alat yang di gunakan
1. Cawan porselin
2. Cover glass
3. Inkubator
4. Mikroskop
5. Ose bulat
6. Objek gelas
7. Pipet tetes
8. Rak tabung
9. Tabung reaksi
B.bahan yang di
gunakan
1. Alkohol 70%
2. Media SDA (sabaraud dextrose agar)
3. NaCl 0,9%
4. Penyeka kapas steril
5. Putih telur burung puyuh

3
V. Prosedur kerja
1. Kultur
a.) Siapkan penyeka kapas steril, di oleskan dengan lembut di atas bisul
daerah vagina dan swab segera dipindahkan ke NaCl 0,9%,
b.) Diambil sebanyak 1 ml (swab vagina pada NaCl 0,9%) dimasukan
kedalam cawan petri, setelah itu dimasukan media
SaboraudDextrose Agar (pH, 5,6) yang telah ditambahkan
chloramphenicol
c.) Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48
jam, d.) Diamati koloni yang tumbuh pada
media.
2. Pengamatan Germ Tube (Kecambah)
a.) Untuk mengamati germ tube setelah tumbuh koloni, dilakukan
pengambilan koloni candida albicans dengan ose bulat
steril,kemudiandimasukan kedalam serum human 0,5 ml ( atau
menggunakan putih telur burung puyuh)
b.) Setelah itu di inkubasi selama 3 jam pada suhu 35-37°C
c.) Dari larutan tersebut diambil 1 tetes dan diletakan pada preparat,
kemudian ditutup dengan cover glass
d.) Diamati dengan mikroskop blastospora yang bercabang.

3
VI. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada media kultur SDA (saboraud dextrose agar)

2. Pengamtan Germ Tube (Kecambah)

Hasil pengamatan tidak ditemukan adanya kecambah (Germ


Tube) pada pemeriksaan Germ Tube pada sampel swab vagina.

3
VII. Uraian Bakteri
Candida albicans merupakan contoh ragi yang dapat juga tumbuh sebagai
suatu filamen yang terdiri dari sel-sel bulat atau oval yang membelah diri
melalui pertunasan (budding), terlepas dari bentuk raginya, candidaalbicans
bisa membuat pseudohifa yang terdiri dari banyak sel yang tersusun linier
atau pada keadaan-keadaan tertentu, membentuk hifa yang bersepta. Salah
satu penanda invasi Candida albicans adalah perubahan khamir ke dalam
bentuk hifa (filamen). Perubahan bentuk khamir ke hifa sangat dipengaruhi
oleh lingkungan mikro sel inang yang terdeteksi oleh Candida albicans
selama proses invasi.
Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada
saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada
mamalia.Tetapi populasi yang meningkat dapat menimbulkan masalah.
Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik
pada manusia maupun hewan adalah Candida albicans. Candida albicans
merupakan fungi opportunistic penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulva
vaginalis, candida pada urin (candiduria), gastrointestinal kandidiasis yang
dapat menyebabkan gastric ulcer, atau bahkan dapat menjadi komplikasi
kanker. Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37°C dalam kondisi aerob
atau anaerob. Pada kondisi anaerob, Candida albicans mempunyai waktu
generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit diandingkan dengan kondisi
pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans
tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi
pada media cair dengan digoyang pada suhu 37°C Pertumbuhan juga lebih
cepat pada kondisi asam di bandingkan dengan pH normal atau alkali.

3
VIII. Pembahasan
Jamur Candida albicans memiliki pseudohifa dengan cluster pada
sekitar blastokonidia bulat, bersepta Panjang dan memiliki ukuran 3-7 x 3-
14 µm. Candida albicans membentuk hifa semu atau pseudohifa yang
sebenarnya merupakan rangkaian spora jamur atau blastospora yang
bercabang, tetapi dapat juga membentuk hifa sejati (Mutiawati, 2016)
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang
akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan
banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar
septum. Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan
jugasebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula
dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Membran
sel Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan
fosfolipidganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti
manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang
mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel
memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan
merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis
dinding sel (Mutiawati, 2016).
Kandidiasis atau yeast infection adalah infeksi jamur yang terjadi
karena adanya pembiakan jamur secara berlebihan, dimana dalam kondisi
normal muncul dalam jumlah yang kecil. Perubahan aktivitas vagina atau
ketidakseimbangan hormonal menyebabkan jumlah Candida berlipat ganda
(muncul gejala kandidiasis). Keutuhan kulit atau membran mukosa yang
terganggu dapat memberikan jalan kepada kandida untuk masuk ke dalam
jaringan tubuh yang lebih dalam dapat menyebabkan kandidemia seperti
perforasi traktus gastrointestinalis oleh trauma, pembedahan serta ulserasi
peptikum, pemasangan kateter indwelling, internal feeding, dialisis
peritoneal, drainase traktus urinarius, luka bakar yang berat, dan
penyalahgunaan obat bius intravena. Kandidiasis viseral akan menimbulkan
neutropenia yang menunjukkan peran neutrofil dalam mekanisme
pertahanan pejamu terhadap jamur ini. Lesi visceral ditandai oleh nekrosis

3
dan respons inflamatorik neutrofilik. Sel neutrophil membunuh sel jamur
Candida serta merusak segmen pseudohifa secara in vitro. Kandida dalam
sirkulasi darah dapat menimbulkan berbagai infeksi pada ginjal, hepar,
menempel pada katup jantung buatan, meningitis, arthritis, dan
Endopthalmitis (Mutiawati, 2016).
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida albicans pada sel
epitel. Kemudian Candida albicans mensekresikan enzim proteolitik yang
mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel penjamu (host), sehingga
memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida albicans juga mengeluarkan
mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas
fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Untuk mengetahui patogenitas
Candida dilakukan dengan uji germ tube (GTT), yaitu penambahan serum
pada koloni Candida albicans. Hasil pengamatan menunjukkan adanya
gumpalan sehingga menandakan bahwa Candida tersebut patogen (Fatimah,
2017).
Candida albicans merupakan salah satu spesies jamur mikrobiota
normal pada tubuh manusia. Jamur ini sering ditemukan pada kulit, selaput
lendir, selaput pernapasan dan daerah ginitalia wanita. Kejadian candidiasis
saat ini mulai meningkat seiring dengan bertambahnya populasi
immunocrompmised seperti penderita HIV (human immunodeviciencyvirus),
diabetes melitus, mengonsumsi antibiotik, maupun ibu hamil(onianwah,
2015)
Kandidiasis atau kandidosis merupakan jamur candida albicans seperti
dengan patogenesis paling tinggi sehingga meningkatkan infeksi terhadap
candida albicans ini, maka diperlukan suatu pemeriksaan yang tepat untuk
membantu penatalaksanaan dari candidiasis menegakkan diagnosis dengan
tepat berdasarkan keluhan dari pasien, pemeriksaan klinis, dan juga
pemeriksaan laboratorium penting bagi laboratorium untuk dapat
mengidentifikasi isolate klinis candida ketingkat spesies dan pengujian
kepekaan terhadap antifungi secara invitro sehingga membuat dalam
pengambilan keputusan. (Hassan, dkk 2016)

3
Candida albicans merupakan habitat dilembab dialam bebas yaitu di
air, tanah, dan kotoran binatang. Selain itu candida albicans juga dapathidup
ditubuh manusia sebagai parasit atau sporofit yaitu dalam alat pencernaan,
alat pernapasan atau didalam vagina orang sehat. Pada keadaan tertentu
candida ini dapat berubah menjadi patogen yang menyebabkan kandidiasis
(Siregar, 2015).
Candida albicans adalah spesies jamur yang paling sering menyebabkan
penyakit pada manusia. Jamur ini dapat ditemukan pada mukosa mulut,
vagina, usus dan di permukaan kulit. Kandidiasis paling sering ditemukan
pada daerah aksila, lipatan paha, lekukan antar payudara, intergluteal, sela
jari dan umbilicus (Soedarto, 2015). Kandidiasis mulut ditandai oleh kulit
pecah- pecah di sudut mulut, rasa nyeri saat menelan serta bercak putih atau
kuning di lidah, bibir dan gusi. Kandidiasis vulvovaginal terjadi
karenaadanya rasa gatal di bagian vagina, rasa nyeri saat buang air kecil dan
keputihan yang menggumpal. Kandidiasis kulit ditandai dengan ruam gatal
pada lipatan kulit serta kulit yang kering dan pecah-pecah (Pane, 2020).
Media kultur yang dipakai untuk biakan Candida albicans adalah
Sabouraud dextrose agar (SDA) dengan atau tanpa antibiotik, ditemukan
oleh Raymond Sabouraud (1864-1938) seorang ahli dermatologi
berkebangsaan Perancis. Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil
sampel cairan atau kerokan sampel pada tempat infeksi, kemudian diperiksa
secara berturutan menggunakan Sabouraud’s dextrose broth kemudian
Sabouraud’s dextrose agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat berguna
untuk endokarditis kandidiasis dan sepsis. Sabouraud’s dextrose agar plate
direkomendasikan untuk sampel atau bahan klinis yang berasal dari kuku,
kulit dan urine. Media ini selektif untuk fungi dan yeast
melihatpertumbuhan dan identifikasi Candida albicans yang mempunyai pH
asam/pH 5,6. Penambahan antibiotika membuat media ini lebih selektifyang
bertujuan untuk menekan bakteri yang tumbuh bersama jamur di dalam
bahan klinis. Pertumbuhan pada SDA terlihat jamur yang

3
menunjukkan tipikal kumpulan mikroorganisme yang tampak seperti
kream putih dan licin disertai bau khas/yeastodour (Mutiawati, 2016).
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi dan identifikasi candida
albicans, hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan
yang akan dilakukan, setelah itu pembuatan kultur, mula-mula penyeka
sterilkapas dioleskan dengan lembut diatas daerah vagina dan swab. Swab
segera dipindahkan ke NaCL 0,9 % setelah itu diambil sebanyak 1 ml
swab vagina pada NaCL 0,9 % lalu dimasukkan ke cawan petri dan di
masukkan media SDA (Sabaraud Dextrose Agar) setelah media padat,
inkubasi pada suhu 37°c selama 24 - 48 jam setelah 24 jam diamati koloni
yang tumbuh pada media.
Prosedur selanjutnya yaitu pengamatan germ tube (kecambah) untuk
pengambilan ini setelah tumbuh koloni dilakukan pengambilan koloni
dengan ose bulat steril. Kemudian dimasukkan kedalam putih telur puyuh
setelah itu diinkubasi selama 3 jam pada suhu 35-37°c. Dari larutan
tersebut diambil 1 tetes dan diletakkan pada preparat kemudian ditutup
dengan coverglass dan diamati dibawah mikroskop. Dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan tidak ditemukan candida albicans.

4
IX. Kesimpulan
Candida albicans adalah flora normal dalam bentuk membrane
mukosa, saluran pencernaan uretra dan vagina, yang merupakan jamur
dimorfik karena dapat tumbuh dalam 2 bentuk. penyakit akibat infeksi
jamur Candida Albicans disebut candidiasis/candidosis.

4
DAFTAR PUSTAKA

Adiguna MS. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Ervianty E,


Suyoso S, Widaty S, Indriatmi W, Bramono K, Ramali LM, editor.
Dermatomikosis superfisialis. Edisi kedua. Jakarta: Balai
PenerbitFakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2013.
Ameen M. Epidemiology of superficial fungal infection. Clin in Dermatol2015;
3: 197-20
Anonim. (2015). Pengertian Kingdom Fungi Jamur dan Klasifikasinya.
Diakses pada 20 Januari 2018.
Ermawati, N. (2013). Identifikasi Jamur Candida albicans pada Penderita
Stomatitis dengan Menggunakan Metode Swab Mukosa Mulut pada
Siswa SMK Analis Bhakti Wiyata Kediri. Skripsi. Kediri: Universitas
PGRI.
Fahmi, N. F., Anggraini, D. A., & Abror, Y. K. (2021). Pola Infeksi Jamur
Kuku (Onikomikosis) Jari Tangan Dan Kaki Pada Pekerja Tempat
Penitipan Hewan Pada Media Potato Dextrose Agar (Pda). Jurnal
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal, 12(2), 107–
123.
Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A 2014 Mikologi Dasar dan Terapan
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia)
Getas, I. W., Wiadnya I., B.R., dan Waguriani L., A. (2014). Pengaruh
Penambahan Glukosa dan Waktu Inkubasi Pada Media SDA Terhadap
Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Media Bina Ilmu, vol 8, no. 1, pp.
51-7.
Ghannoum, M. A. And Jabra-Rizk, M. A. (Eds.). (2016). Dermatologic fungal
infections: diagnosis and treatment. CRC Press.
Husen, F., Ratnaningtyas, N. I., Khasanah, N. A. H., Yuniati, N. I., & Islamiyati,
D. (2023). Jamur Non-Dermatofita Pada Kuku Jari Tangan (Finger Nails)
Penyebab Onikomikosis. Jurnal Bina Cipta Husada, 19(1), 77–87.
Retrieved from

4
Mohammadi, M., Safara, & M. Mortezaaee, V. (2015). Inn Vitro Activiti of
Caspofungin Against Fluconazole-Resistant Candida Species Isolated
From
Mutiawati, V. K. (2016). Mikrobiologi pada C. albicans. Jurnal Kedokteran
Syiah Kualalumpur, 16(1), 53-63. Diakses 15 Februari 2020
Naqsyabandi S. (2022). Identifikasi Jamur Piedra pada Rambut Ibu Nifas di
Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. Jurnal Medika Husada,
2(2), 18–23.
Nurrohmah FA et al. 2015. Jamur Info Lengkap dan Kiat Sukses Agribisnis.
Bogor:Penebar Swadaya Group.
Presanambika, R. H., Lilavati, N., & Devi, K. R. (2022). Original Research
Article Non Dermatophytic Superficial Mycoses in a Tertiary Care
Hospital in Northeast India-A 3 Year Retrospective Study .13(05), 689–
696.Safrida, S., Mardiana, R., & Husna, N. (2021). Uji Efek Antifungi
Ekstrak Daun Biduri (Calotropis Gigantea L.) Terhadap Pertumbuhan
Jamur Trichophyton Mentagrophytes. Journal of Pharmaceutical and
Health Research, 2(1), 8–11.
Puri, N. A Study on Tinea Capitis in The Pre School and School GoingChildren.
Our Dermatol Online. 2013; 4(2): 157-160.
Sheilaadji MU, Zulkarnain I. Profil mikosis superfisialis pada pasien
dermatologi anak. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
2016;28(3):1-12.
Sinaga, Naomi. 2019. “Identifikasi Jamur Pada Kuku Petani Di Desa Gajah
Dusun VIII Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan”. Karya Tulis Ilmiah.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Analis Kesehatan.
Suhartini. (2017). Identifikasi Candida albican pada mamae ibu menyusui
denga uisa anak kurang dari 12 bulan di dadi mulya. Mahakam Medical
Laboratory Technology Journal, II(2), 60–67
Supenah, P. (2020). Indikasi Jamur Dermatofita pada Jari Kaki Pekerja
Batu Alam Di Desa Bobos Kecamatan Dukupuntang

4
Kabupaten Cirebon. Health Information: Jurnal Penelitian, 12(1),
38– 45.

Soedarto, (2015). Mikologi Kedokteran. Jakarta: Sugungseto.


Wahyuningsih R, Adawyah R, Roza A, Denning DW, Prihartono J, Syam R,
et al. Estimation of the serious mycoses burden in Indonesia. 27th
ECCMID Vienna Austria Session: P071 Epidemiology of Fungal
Infections II.2017 April 24:p1454.

Anda mungkin juga menyukai