Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI JAMUR TINEA UNGUIUM PADA KUKU KAKI DAN

TANGAN PETANI SAYUR DI KOTA TERNATE SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

YULIANTI RAHAKBAUW

18134530054

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TERNATE

JANUARI 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa selalu penulis panjatkan atas kehadirat

Allah swt atas berkat, rahmat,


Dalam melaksanakan penyusuan proposal ini, penulis menyadari

masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan

penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Semogga proposal ini dapat bermanfaat

bagi teman-teman mahasiswa maupun pembaca pada umunnya.

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “

Identifikasi perbedaan Jamur Tinea unguium Pada Kuku kaki dan

kuku tangan Petani Di Desa Cucumare Kabupaten Pulau Morotai

‘’sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan D-III Analis

Kesehatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate.

Ternate, Januari2021

Penyusun

YULIANTI RAHAKBAUW

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia ialah negara dengan cuaca lembab dan panas,

menggambarkan daerah ideal untuk perkembangan aneka mikroorganisme

antara lain jamur. Bermacam jamur bisa hidup di atas berbagai substrat,

pada habitat yang beraneka macam, dan penyebarannya luas lewat spora

yang bebas berterbangan di udara, dalam tanah, ataupun dipermukaan

benda (Sinaga, 2019).

Kuku ialah bagian kerap terinfeksi jamur. Kuku yang terserang

peradangan jamur umumnya mengalami kelainan, semacam pergantian

warna kuku serta kerapuhan pada kuku. Kelainan ini ditemui pada petani

yang tiap kali bekerja senantiasa kontak dengan tanah liat ataupun air (Lest

ari, 2017).

Hal ini dapat menjadi kekhawatiran apabila kebiasaan petani yang

bekerja tidak menggunakan alas kaki dan tidak memperhatikan kebersihan

kuku terutama pada kuku kaki. Petani sering kali menganggap kuku

khususnya kuku kaki tidak begitu penting, padahal jika kuku dalam waktu

yang lama tidak dibersihkan dapat men imbulkan bau yang tidak sedap dan

membusuk sehingga dapat terinfeksi oleh jamur.

Peradangan jamur kuku ataupun Tinea ungunium ialah keadaan umum

yang diawali dengan bercak ataupun kuning di dasar ujung kuku menghitam,

menebal, serta hancur di tepi. Peradangan ini bisa pengaruhi sebagian kuku
namun tidak seluruhnya kuku itu terinfeksi. Kuku yang terinfeksi oleh jamur

terkategori ringan hingga tidak memerlukan penyembuhan. Tetapi umumnya

peradangan pada kuku bisa menimbulkan nyeri serta penebalan kuku,

sehingga memerlukan penyembuhan serta perawatan (Sinaga, 2019).

Jamur ialah tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki zat hijau,

untuk hidup jamur berfungsi bagaikan parasit saprofit, sebagian besar hidup

di tempat yang lembab. Habitat jamur terletak di darat (terestrial) serta di

tempat yang lembab dengan suhu maksimal berkisar antara 22˚C

hingga 35˚C, suhu maksimumnya berkisar antara 27˚C hingga 29˚C, serta

suhu minimum kurang lebih 5˚C. Walaupun demikian banyak pula jamur yang

hidup pada organisme ataupun sisa organisme di laut ataupun di air tawar.

Jamur pula bisa hidup di area yang asam (Andriani, 2019).

Kejadian dermatitis di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, dan negara

Industri lain mempunyai prevalensi dermatitis atopik 10-20% pada anak dan

1-3% terjadi pada orang dewasa. Sedangkan di negara Agraris seperti Eropa

Timur, China, Asia Tengah mempunyai prevalensi dermatitis atopik lebih


rendah, berdasarkan data gambaran kasus penyakit kulit dan subkutan

lainnya merupakan peringkat ketiga dari sepuluh penyakit utama dengan

86% yaitu dermatitis diantara 192.414 kasus penyakit kulit di beberapa

Rumah Sakit Umum di Indonesia tahun 2011 (Sumaryati, 2015).

Prevalensi kejadian dermatitis di Indonesia menampilkan hasil yang

sangat bermacam. Prevalensi dermatitis di Sulawesi Selatan lumayan besar

ialah 53, 2%, sebaliknya peristiwa dermatitis di Makassar sepanjang enam

terakhir hadapi fluktuatif serta masuk dalam 5 besar penyakit paling tinggi di

Kota Makassar. Tahun 2009 permasalahan dermatitis sebanyak 35. 853 (5,

06%) permasalahan, tahun 2012 hadapi kenaikan hampir tiga kali lipat jadi

97. 3318 (14, 60%) permasalahan (Gofur, 2018).

Menurut jumlah kunjungan penderita di rumah sakit seluruh Indonesia

ialah sebanyak 192. 414 kunjungan, antara lain 122. 076 ialah permasalahan

baru serta jadi peringkat 3 dari 10 besar penyakit rawat jalan pada tahun

2011 (Depkes, 2012).

Dermatofita ialah golongan jamur yang memiliki sifat bisa mencernakan

keratin misalnya stratum korneum pada kulit (epidermis), rambut, kuku serta

menimbulkan dermatofitosis. Dermatofita dibagi dalam tiga genus ialah

Trichophyton, Microsporum serta Epidermophyton sebagai pemicu utama

dermatofitosis. Sempat dilaporkan genus Microsporum bisa menginfeksi kuku.


Indikasi klinis dari jamur ini, ialah permukaan kuku tidak rata, kuku jadi rapuh

ataupun keras, serta kuku yang terserang jadi tipis. Permukaan ini dari sesuatu

penyakit akibat jamur dengan indikasi klinis lempeng kuku jadi tebal, rapuh,

serta berwarna coklat kekuningan, serta kuku akhirnya nampak semacam

berpori (Widiati dkk, 2016).

Tinea unguinum atau istilah lainnya Onychomycosis merupakan infeksi

pada lempeng kuku yang disebabkan oleh jamur kulit dermatofita, non-

dermatofita, maupun yeast. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa 80-

90% kasus Tinea unguinum disebabkan oleh jamur dermatofita, khususnya

Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes, 5-17% lainnya

disebabkan oleh yeast terutama Candida Sp, dan 35% disebabkan oleh non-

dermatofita seperti Aspergillus Sp atau Scopulariopsis (Dwi Candra Arianti,

2015). Gejala yang sering kali nampak pada infeksi ini adalah kerusakan

pada kuku, diantaranya kuku menjadi lebih tebal dan nampak terangkat dari

dasar perlekatannya atau onycholysis, pecah-pecah, tidak rata dan tidak

coklat, hingga hitam (Dwi Candra Arianti, 2015).mengkilat lagi, serta

perubahan warna lempeng kuku menjadi putih, kuning,


1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis dapat

merumuskan sebagai berikut:

Apakah terjadi resiko infeksi jamur Tinea unguium pada kuku petani?

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi adanya jamur pada kuku petani di Desa

Cucumare Kab. Pulau Morotai

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi peneliti

Memberikan wawasan mengenai identifikasi jamur yang terdapat

pada kuku petani.

1.4.2Manfaat bagi masyarakat

Memberikan pemahaman terhadap pentingnya kebersihan dan

kesehatan dalam pemeliharan kuku supaya tidak terinfeksi oleh jamur

1.4.3 Manfabagat i pendidikan

Menembah wawasan ilmu pengetahuan di bidang mikologi

khususnya tentang jamur kuku, dan di harakan penelitian ini dapat

bermanfaat dan menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kuku

kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari

invaginasi epidermis pada dorsum falang terakhir dari jari.lempengan kuku

merupakan hasil pembelahan sel dalam kuku, yang tertanam dalam pada
lipatan kuku bagian proksimal, tetapi yang tampak hanya sebagaian yang

terbentuk seperti “bulan separuh”(lunula) berwarna pucat dan bagian bawah

kuku.lempengan kuku melekat erat pada dasar kuku (nail bed) di

bawahnya.kutikula merupakan perluasan sratum koneum pada lipatan kuku

proksimal, untuk mencegah penetrasi benda-bendadari luar(Tony

Buras,2005)

2.2 Proses Pertumbuhan Kuku

Pertumbuhan hidup berlangsung sepanjang hidup, namun pada umur

muda kuku dapat berkenmbang lebih cepat di banding pada umur

muda.kecepatan perkembangan kuku jari tangan rerata kurang lebih 1

milimeter perminggu, sebaliknya waktu yang di perlikan kuku jari tangan buat

perkembangan dari matriks singga pada tepi leluasa ( ujung kuku ) dekat 6

bulan.kuku tangan yang biasa di gunakan bila hendak cepat tumbuh di

banding pada kuku pada tangan tidak sering di gunakan. Kecepatan

perkembangan kuku jari kaki ialah sepertiga dari kecepatan perkembangan

kuku jari tangan dalam waktu dekat 18 bulan buat berkembang dari matriks

hingga ke ujung kuku (Burns, 2005).

Kuku jari kaki ataupun kuku jari tangan ini sangat rawan terserang

peradangan jamur. Ini berlangsung kala jamur berkembang sangat kecil

serta hidup di bagian keratin kuku. Gejala kuku terserang infeksi jamur

meliputi:
1. Perubahan warna kuku jadi kekuningan

2. Kuku jadi rapuh, gampang mengelupas serta berbau tidak enak

3. Warna kuku jadi lebih kumal ataupun apalagi jadi kehitaman

4. Setelah itu memunculkan rasa perih, bengkak, serta bernanah pada kuku

Ada pula faktor yang menimbulkan permasalahan infeksi pada kuku jari kaki

ataupun jari tangan meliputi:

1. Selalu berenang di kolam renang umum ataupun kamar mandi umum

2. Selalu mengenakan sepatu yang sempit

3. Kuku senantiasa kotor

4. Memakai kaos kaki yang bahannya tidak bisa meresap keringat

5. Selalu berendam ditempat berlumpur, lembab, serta basah semacam

sawah (Wahyuningsih, 2015).

2.4 Pengertian Petani

Petani adalah ialah tiap orang yang melaksanakan uasaha dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya di bidang usaha tani pertanian.perikanan,

peternakan serta pengumutan hasil laut.peranan petani bagaikan pengolah

usaha tani berperan mengambil keputusan dan mengorganisir aspek


produksi yang di ketahui(Hartati, 2017).

2.5 Jamur

2.5.1 Defenisi Jamur

Jamur ialah mikroorganisme bersifat eukariotik serta heterotrofik.

Jamur tersusun dari satu sel (uniseluler) serta berupa dari banyak sel

(multiseluler) hingga berfilamen (filamentous), memiliki dinding sel

yang kaku serta membentuk spora (Soedarto, 2015). Mikologi ialah

sesuatu ilmu yang menekuni tentang jamur. Sudah ditemui dekat 80.

000 spesies jamur, namun kurang dari 400 spesies yang bermakna

dalam ilmu medis, serta kurang dari 50 spesies menimbulkan lebih

dari 90% peradangan jamur pada manusia serta hewan lain. Infeksi

pada jamur disebut mikosis (Adelberg dkk, 2017).

2.5.2 Morfologi Jamur

Jamur bisa dibedakan jadi dua tipe ialah kapang serta khamir.

Khamir ialah sel berupa bulat serta lonjong, tumbuh biak membentuk

tunas serta membentuk koloni basah ataupun berlendir. Kapang ialah

mikroorganisme multiseluler memiliki miselium serta spora. Kapang

terdiri dari struktur tubulus berupa silinder bercabangdengan diameter

5- 10µm. Miselium ialah kumpulan dari sebagian filamen yang disebut

hifa. Hifa sendiri ialah berbentuk benang filamen terdiri dari sel yang

mempunyai bilik,
Protoplasma, inti, serta umumnya memiliki sekat. Hifa yang tidak

memiliki sekat disebut hifa senositik. Hifa tumbuh biak bagi arah

panjangnya dengan membentuk spora. Spora ialah sesuatu

perlengkapan reproduksi yang dapat dibangun dalam hifa sendiri

ataupun perlengkapan spesial dari jamur sebagai perlengkapan

reproduksi. Besarnya antara 1- 3 mikron, dengan bentuk bulat,

lonjong, kerucut, ataupun segi empat. Spora ini dalam

pertumbuhannya terus menjadi lama dan menjadi besar serta

memanjang sehingga membentuk satu hifa (Irianto, 2014).

Hifa umumnya umumnya mempunyai sekat, tetapi ada kalanya

daro satu spora, dapat terbentuk suatu hifa semu. Hifa semu di bentuk

dari sel ragi.pada salah satu sisinya membentuk tonjolan yang lebih

besar hingga tampak menyerupai hifa dan tidak mempunyai sekat.

Anyaman dari hifa semu di sebut miselium semu (siregar, 2004).

2.5.3 Sifat Jamur

Jamur bersifat kemotropis, menyekresi enzim yang mendegradasi

bermacam substrat organik jadi nutrien mampu larut yang setelah


itu diserap secara pasif ataupun dibawa ke dalam sel dengan transpor

aktif. Mayoritas jamur patogen bersifat eksogeni, habitat alaminya

merupakan air, tanah serta debris organik. Perkembangan jamur

memerlukan oksigen, air, suhu, pH. Psikrofil merupakan jamur yang

bisa berkembang pada suhu 0-17˚C, Mesofil jamur berkembang pada

suhu 15- 40˚C, serta Termofil jamur berkembang pada suhu 35- 40˚C.

Jamur suka pH antara 4,5- 8,0˚C dengan pH optimum 5,5- 7,5˚C

(Adelberg dkk, 2017).

2.5.4 Reproduksi jamur

Ada dua jenis reproduksi jamur, ialah secara aseksual serta

secara seksual. Reproduksi aseksual konidia tercipta dengan metode

pembuatan tunas (budding) dari hifa konidiogenus ataupun lewat

diferensiasi hifa. Reproduksi seksual terjalin lewat fusi dua inti serta

setelah itu mengalami meiosis. Reproduksi seksual meliputi

plasmogamy (terjalin fusi sitoplasma dua sel), karyogamy (terjalin fusi

dua inti), rekombinasi genetik serta meioisis. Contoh spora seksual

ialah zygospore, ascospore serta basidiospore (Soedarto, 2015).

2.5.5 Klasifikasi jamur

di dasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah yang

ada selama tatap-tahap seksual dalam daur hidupnya.cendawan


yang di ketahui tingkat seksualnya di sebut cendawan

perfek/sempurna.meskipun demikian banyak cendawan

membentuk spora seksual dan tubuh buah hanya dalam keadaan

lingkungan tertentu yang cermat kalaupun memang

membetuknya,jadi daur hidup lengkap, dengan tingkat seksual,

bagi banyak cendawan masi belum di ketahui (Irianto, 2014) Jamur

yang belum dikenal tingkatan seksualnya dinamakan jamur

imperfek buat klasifikasinya wajib digunakan karakteristik lain diluar

tingkatan seksual. Karakteristik itu mencakup morfologi spora

aseksual serta miseliumnya. Sepanjang belum dikenal tingkatan

perfeknya, jamur tertentu akan digolongkan dalam sesuatu kelas

spesial, ialah kelas Deutcromycetes ataupun jamur imperfekti,

hingga ditemui tingkatan seksualnya. Setelah itu dapat

diklasifikasikan kembali serta ditaruh di dalam salah satu kelas lain.

Oleh sebab itu, bersumber pada pada metode serta karakteristik

reproduksinya ada 4 kelas jamur sejati ataupun berfilamen didalam

dunia jamur: Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, serta

Deuteromycota (Irianto, 2014).

2.5.6 Pertumbuhan jamur

Jamur berkembang produktif ditempat yang lembab. Seperti


itu sebabnya kenapa jamur banyak hidup di Indonesia. Jamur pada

kulit umumnya melanda tubuh, kaki, lipatan kulit pada orang gemuk

(misalnya dekat leher), di dasar buah dada, sebagian bagian badan

berambut, ketiak dan selangkangan (Irianto, 2014).

2.6 Definisi Dermatomikosis

Dermatomikosis (dermatofitosis) adalah infeksi jamur kronis dari kulit,

rambut dan kuku berdasarkan unsur keratinnya.Dermatofit berasal dari suku

Trichophyton, Epidermopython, Microsporum. Mikroorganisme ini hidup di

lapisan tanduk, kuku, serta rambut dan memiliki enzim yang mampu

melarutkan keratinin (Kirana Rahardji, 2015)

Jamur penyebab infeksi jaringan keratinin kulit, rambut dan kuku pada

manusia dan hewan.sifat dermatofites adalah keratinofilik (keratolytic

mycelialfungi) menghasilkan enzim keratinase, tidak tumbuh pada suhu

37°C (Irianto, 2014). Infeksi jamur kuku atau dalam bahasa medis tinea

unguium adalah kondisi umum yang di mulai dengan bintik atau kuning di

bawah ujung kuku tangan atau kaku jari kaki. Infeksi jsmur yang parah dapat

menyebabkan kuku menghitam, menebal, dan hancur di tepi. Infeksi ini

dapat mempengaruhi beberapa kuku tetapi biasanya tidak semua kuku

terinfeksi. Jika terinfeksi jamur pada kuku masih tergolong ringan maka tidak
membutuhkan pengobatan.Namun terkadang infeksi jamur kuku dapat

menyebabkan nyeri dan penebalan kuku sehingga membutuhkan perawatan

dan pengobatan.

Tinea unguinum atau istilah lainnya Onychomycosis merupakan infeksi

pada lempeng kuku yang disebabkan oleh jamur kulit dermatofita, non-

dermatofita, maupun yeast. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa 80-

90% kasus Tinea unguinum disebabkan oleh jamur dermatofita, khususnya

Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes, 5-17% lainnya

disebabkan oleh yeast terutama Candida Sp, dan 35% disebabkan oleh non-

dermatofita seperti Aspergillus Sp atau Scopulariopsis (Dwi Candra Arianti,

2015). Gejala yang sering kali nampak pada infeksi ini adalah kerusakan

pada kuku, diantaranya kuku menjadi lebih tebal dan nampak terangkat dari

dasar perlekatannya atau onycholysis, pecah-pecah, tidak rata dan tidak

mengkilat lagi, serta perubahan warna lempeng kuku menjadi putih, kuning,

coklat, hingga hitam (Dwi Candra Arianti, 2015).

Tinea unguinum mungkin tidak menyebabkan mortalitas, namun

menimbulkan gangguan klinis yang signifikan secara alami, mengurangi

estetika, bersifat kronis, dan sulit diobati, hal tersebut kemudian dapat

mengganggu kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup penderita (Dwi

Candra Arianti, 2015).


Infeksi jamur dapat meningkatkan infeksi bakteri, selulit, urticaria kronis, dan

sebagai reservoir jamur yang kemudian menginfeksi bagian tubuh lainnya

serta dapat ditransmisikan atau ditularkan ke individu lainnya (Dwi Candra

Arianti, 2015).

2.7 Morfologi dan Identifikasi Dermatofita

Identifikasi dermatofita berdasarkan pemeriksaan pemeriksaan

mikroskopik dengan pembesara 10x dan 40x (Irianto, 2014).

2.7.1 Epidermophyton sp

Epidermophyton adalah genus jamur yang menyebabkan mikosis

superfisial dan kutaneus, termasuk Epidermophyton floccosum.

Peradangan kulit serta kuku, tidak bisa penetrasi ke rambut. Penyebab:

Tinea (corporis, cruris, manuum, unguinum). Makroskopis: Perkembangan

koloni lambat, bergranuler warna putih serta berjalur sentral warna kuning

kehijauan. Mikroskopis: Makrokonidia lebar semacam gada ataupun berupa

bunga, ujung bulat, dinding halus serta tipis. Mikrokonidia tidak terdapat

(Siregar, 2004).

2.8 Tanda dan gejala

Indikasi yang kerapkali terlihat pada peradangan ini merupakan

kehancuran pada kuku, antara lain kuku jadi lebih tebal serta terlihat dari
dasar perlekatannya ataupun onycholysis, rusak, tidak rata serta tidak

mengkilat lagi, dan pergantian corak lempeng kuku jadi putih, kuning, coklat,

sampai gelap (Candra, 2015).

2.9 Pemeriksaan Laboratorium kuku

Untuk menegakkan penaksiran onikomikosis, dibutuhkan pemeriksaan

penunjang ialah mikroskopis langsung dan kultur jamur. Diagnosis

laboratorium yang baik ditentukan oleh metode pengambilan bahan

pemeriksaan. Saat sebelum bahan diambil kuku terlebih dulu dibersihkan

dengan alkohol untuk membunuh kuman. Berikutnya bahan dipotong jadi

fragmen kecil serta dipecah untuk pemeriksaan mikroskopis langsung

serta kultur

2.9.1 Mikroskopis langsung

Untuk melihat apakah terdapat peradangan jamur perlu dibuat

preparat langsung dari kerokan kuku. Sediaan dituangi larutan KOH 20-40%

dengan maksud melarutkan keratin kuku sehingga akan tinggal kelompok

hifa. Dipanasi di atas api kecil, jangan hingga menguap, amati di bawah

mikroskop diawali dengan pembesaran 10x serta 40x (Siregar, 2004).

2.10 Pengobatan

Apabila peradangan kuku terletak di permukaan, hingga nanah bisa

dikeluarkan setelah dicoba pengirisan kecil pada wilayah yang bengkak.


Kemudian dilanjutkan dengan pemberian antibiotik lokal. Bila peradangan

telah menyebar ke bagian yang lebih dalam dianjurkan mengangkat sepertiga

bagian kuku buat mempermudah nanah keluar dan memesatkan

pengobatan. Pada permasalahan ini diberikan pula antibiotik untuk diminum

dan anti jamur lokal (Indrawati, 2012)

2.11 Kerangka Konsep

Variabel independent
Variabel dependent
Kelainan Kuku
Jamur

2.12 Defenisi Operasional

1. Infeksi jamur kuku adalah kondisi umum yang dimulai dengan bintik atau

kekuningan dibawah ujung kuku tangan atau kuku jari kaki.

2. Kelainan kuku yang disebabkan jamur ialah permukaan kuku tidak rata,

kuku menjadi rapuh atau keras, kuku tidak mengkilat lagi, berubah warna

menjadi kuning, coklat, hingga hitam, dan pecah-pecah.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif observasional dengan melakukan pengujian terhadap sampel.

Penentuan jumlah sampel diperoleh berdasarkan hasil survei pendahuluan di

Desa Cucumare Kabupaten Pulau Morotai.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratoriu Kesehatan Poltekkes

kemenkes Ternate Jurusan Analis Kesehatan,

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini di rencanakan pada bulan maret-april 2021

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini ialah kuku petani yang berada di

Desa Cucumare Kabupaten Pulau Morotai yang mengalami kelaian.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam ini adalah sebanyak 20 petani yang berada di

Desa Cucumare Kabupaten Pulau Morotai


3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer di peroleh dari pengambilan sampel

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari buku, referensi

dan jurnal penelitian

3.5 Metode Penelitian

Metode pemeriksaa dilakukan dengan metode mikroskopik

langsung dengan KOH 20-40%

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah : Kantong plastik

klip, Pinset,. Mikroskop, Objek glass, Deck glass, Sarung tangan,


Masker, Gunting kuku.

3.6.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah sampel kuku, KOH

20%, KOH 40%, alcohol 70%,

3.6.3 Cara Kerja

1. Mikroskop Langsung :

1. Bersihkan kuku dengan alkohol swab

2. sampel diambil dengan menggunakan gunting kuku

3. masukkan sampel ke kantong plastik klip dengan pinset dan

beri

4. identitas sesuai dengan nama dan usia

5. Sampel siap dibawa ke Laboratorium analis kesehatan untuk

diperiksa

6. Sebelum diperiksa siapkan alat dan reagensia

7. Sampel diambil dari kantong plastik klip dengan pinset

8. Sampel diletakkan diatas objek glass, kemudian tetesi dengan

larutan

9. KOH 20-40% .

10. Panasi diatas api kecil, jangan sampai menguap.

11. lihat dibawah mikroskop dimulai dengan pembesaran 10x dan


40x (Siregar, 2004)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia (2013).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013

Irianto, K. (2014). Bakteriologi, Mikologi & Virologi. Bandung: Alfabeta.

Kirana Rahardja, T. H. (2015). Obat-obat Penting. Jakarta: PT

GRAMEDIA.

Burns, Tony.2005.“Lecture Notes Dermatologi”. Jakarta: Erlangga

Siregar, R. (2004). Penyakit Jamur Kulit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Tony Burns, R. G.-B. (2005). Lecture Notes Dermatologi. Jakarta:

Erlangga.

Hartati, R.F. 2017. “Identifikasi Jamur Trichophyton rubrum Pada Petani

Yang Terinfeksi Tinea Pedis”. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Diploma

III Analis Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Indrawati, Lili. 2012. “Panduan Lengkap Kesehatan Wanita”. Jakarta:

Penebar Swadaya Grup.


Kaur, I., A. Chaudhary., dan H. Singh., 2019. “Clinico-microbiological

aspects of tinea corporis in North India: emergency of Trichophyton

tonsurans”.Jurnal Internasional Penelitian Dermatologi Kaur I et al. 5(1),

hal 144-149.

Widiati, M., A. Nurmalasari., dan R.G. Andani. 2016. Pemeriksaan

Jamur Dermatofita Kuku Kaki Petani Di Desa Bunter Blok Cileudug

Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Program Studi Diploma III

Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis.

Anda mungkin juga menyukai