Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

Epidemiologi, Penyebab dan Faktor Risiko


Infeksi Otomikosis Pada Manusia

Oleh:
Rahmi Ramli Kubangun
NIM. 2012-83-015

Konsulen:
Dr. Julu Manalu, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT THT
RSUD DR. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
ABSTRAK
Latar belakang / tujuan : Penelitian ini menilai tentang suatu analisis mikologikal
pada debris jamur dari liang telinga luar pada pasien di Rumah Sakit Universitas
Tanta, Governorate Gharbia, Mesir.

Bahan dan metode: Sampel dikumpulkan lebih dari satu tahun pada 110 pasien yang
didiagnosis secara klinis menderita otomikosis. Sampel kemudian diinokulasi dan di
kultur pada cawan untuk diujikan adanya pertumbuhan jamur.

Hasil: Aspergillus niger merupakan jamur yang paling umum menyebabkan


otomikosis. sering terjadi pada laki-laki berusia 21-40 tahun. musim panas dan
musim semi, buruh kasar dan pelajar. Keluhan gatal. Faktor predisposisi yaitu trauma
pada liang telinga luar.

Kesimpulan: Profil epidemiologis infeksi otomikosis bervariasi sesuai dengan faktor


yang berbeda dalam populasi penelitian.
1. PENDAHULUAN
- Otomikosis adalah infeksi jamur subakut atau kronis
pada liang telinga luar dengan beberapa komplikasi
yang dapat melibatkan telinga tengah.
-Kelembaban
- suhu tinggi
Faktor -Masuknya air ke telinga
risiko -Sekresi keringat
infeksi -Tingginya penggunaan antibotik
otomikosis topikal
-Sistem imun tubuh menurun
-Pembersihan telinga
Lanjutan…
- Hifa dan ragi biasanya ditemukan di liang
telinga pada pasien otomikosis. Banyaknya
jamur dari spesies Aspergillus dan Candida
berhubungan dengan proses inflamasi pada
telinga.

Isolat yang diambil dari telinga, ditemukan banyaknya


hifa dari Aspergillus niger, Aspergillus Fumigatus,
Aspergillus flavus, Aspergillus nidulans, Aspergillus
terreus, spesies Mucor, dan spesies Penicillium.
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Kelompok penelitian

Analisis mikologikal 110 sampeL Klinik rawat jalan bag.


(debris, kerokan, terdiagnosis THT, 2 x 1 mgg (Januari
eksudat LT) otomikosis 2011-Desember 2011)

Lama tindak lanjut, timbulnya gejala,


komplikasi penyakit, spesies jamur, riw. Data dikumpulkan
Penderita, riw. Pengobatan dahulu dan dianalisis

Analisis statistik 
Uji Chi-square
pearson
Lanjutan…
2.2. Pengumpulan sampel
Sampel dikumpulkan dari pasien yang terdiagnosis secara klinis menderita
otomikosis pada kondisi aseptik dengan bantuan kapas steril dari liang telinga luar
atau pisau bedah steril.

2.3 Kultur
Sampel diinokulasi pada medium agar sabouraud dekstrosa; cawan diinkubasi
pada suhu 25°C. Kultur cawan diperiksa untuk melihat adanya pertumbuhan
setelah 3-4 hari.

2.4 Identifikasi
Seluruh kultur cawan diperiksa di bawah mikroskop (400× dan 1000×), difoto, dan
diidentifikasi sesuai dengan metode yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. HASIL
Lanjutan…

Gambar 1.
Penampakkan
Otoscopik, kultur,
dan mikroskopis A.
niger (A-1, -2, dan
-3) dan A. flavus
(B-1, -2, dan -3).
Lanjutan
Lanjutan
Lanjutan
Lanjutan
Lanjutan
Lanjutan
Lanjutan…
4. DISKUSI
Penelitian Ini Penelitian Sebelumnya

Kejadian otomikosis berdasarkan spesies - Hoshino dan Matsumoto : A. niger


jamur yaitu : A. niger (91%), diikuti oleh merupakan jamur penyebab otomikosis.
A. flavus (9%)
- Jackman dkk : Candida albicans
merupakan penyebab otomikosis .

Penelitian Ini Penelitian Sebelumnya

Kejadian otomikosis berdasarkan umur -Ho T : otomikosis pada laki-laki (56%)


dan jenis kelamin yaitu : pasien yang lebih tinggi dari pada perempuan (44%)
berusia antara 21 -40 tahun (45,4%) dan dengan usia sekitar 30 tahun
lebih tinggi pada laki-laki (63,5%)
- Ahmed : otomikosis lebih banyak
didapatkan pada pasien perempuan
dengan usia berkisar antara 11 sampai
30 tahun
Lanjutan…
Penelitian Ini Penelitian Sebelumnya

Kejadian otomikosis berdasarkan - penelitian ini serupa dengan hasil yang


pekerjaan, yaitu : buruh kasar lebih didapatkan pada penelitian yang
banyak terinfeksi otomikosis. Selanjutnya dilakukan oleh Ahmed
diikuti oleh pelajar, Ibu RT dan petani.

Penelitian Ini Penelitian Sebelumnya

Kejadian otomikosis berdasarkan musim, - Tahun 2008 pada musim gugur atau
yaitu : otomikosis lebih sering terjadi musim dingin (masing-masing 13,6% dan
pada musim panas (54,5%) dan musim 6,4%,)
semi (25,5%)

Pasien pada penelitian ini (100%) - Keluhan pasien idapatkan juga pada
mempunyai keluhan utama yaitu gatal, penelitian sebelumnya yang dilakukan
dan keluhan lainnya yaitu nyeri (41%), oleh Ashish
gangguan pendengaran (31,8%), dan
telinga berair (18,2%).
Lanjutan…
Penelitian Ini Penelitian Sebelumnya

Faktor predisposisi yang paling dominan -Ahmed : 72% kasus otomikosis karena
adalah trauma pada liang telinga luar, trauma dan 45% karena berenang
berenang, dan penggunaan antibiotik
tetes. -Fasunla dkk : 42% pasien memiliki
riwayat penggunaan antibiotik tetes

-Pontes dkk : tidak ada peningkatan


signifikan dalam kejadian otomikosis
dengan penggunaan antibiotik topikal
dan penggunaan campuran antibotik
dan steroid yang diteteskan
Lanjutan…
• Terdapat 91% kasus otomikotis pada
penelitian ini yang tidak mempunyai serumen
di liang telinga luar dan hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pontes dkk.
(19), yang menunjukkan bahwa serumen
mengandung banyak asam amino dan lisosim
yang memiliki efek penghambatan pada
jamur.
KESIMPULAN

• Secara keseluruhan klinikomikologis dan profil


epidemiologis infeksi otomikosis diamati di
rumah sakit universitas Tanta, Tanta, Mesir,
tidak berbeda signifikannya dari yang diamati
oleh peneliti sebelumnya di seluruh dunia,
dan variasi apapun mungkin disebabkan oleh
perbedaan iklim pada populasi penelitian yang
berbeda.
REFERENSI
1. Wang M, Liu C, Shiao A, Wang T. Ear problems in swimmers. J Chin Med Assoc 2005; 68:
347–352.
2. Loh K, Tan K, Kumarasinghe B. Otitis externa - the clinical pattern in a tertiary institution
in
Singapore. Ann Acad Med Singapore 1998; 27: 215–218.
3. Zaror L, Fischma, O, Suzuki F. Otomycosis in Sao Paulo. Inst Med Trop 1991; 33: 169–173.
4. Ozcan K, Ozcan M, Karaaslan A, Karaaslan F. Otomycosis in Turkey: predisposing factors,
etiology and therapy. J Laryngol Otol 2003; 117: 39–42.
5. Hammad M. Role of clinical and microscpical examination in diagnosis of fungal external
otitis. MSc, El-Minia University, El-Minia, Egypt, 1993.
6. Araiza J, Canseco P, Bonifaz A. Otomycosis: clinical and mycological study of 97 cases. Rev
Laryngol Otol Rhinol 2006; 127: 251–254.
7. Miertusova S, Simaljakova M. Yeasts and fungi isolated at the mycology laboratory at the
first
dermato venereology clinic of medical faculty hospital of Comenius University in
Bratislava.
Epidemiol Mikrobiol Imunol 2003; 52: 76–80.
8. Raper K, Fennel A. The Genus Aspergillus. Baltimore, MD, USA: Williams and Wilkins;
1965.
REFERENSI
9. Kaur R, Mittal N, Kakkar M. Otomycosis: a clinicomycologic study. Ear Nose Throat J 2000;
79: 606–609.
10. Schuster E, Dunn-Coleman N, Frisvad J. On the safety of Aspergillus niger – a review. Appl
Microbiol Biotechnol 2002; 59: 426–435.
11. Jadhav V, Pal M, Mishra G. Etiological significance of Candida albicans and Aspergillus sp.
in otitis externa. Mycopathologia 2003; 156: 313–315.
12. Vennewald I, Schonlebe J, Klemm E. Mycological and histological investigations in humans
with middle ear infections. Mycoses 2003; 46: 12–18.
13. Ho T, Vrabec JT, Yoo D, Coker NJ. Otomycosis: clinical features and treatment
implications. Otolaryngol Head Neck Surg 2006; 135: 787–791.
14. Ashish K. Fungal spectrum in otomycosis patients. J Laryngol Otol 2005; 7: 30–35.
15. Jackman A, Ward R, April M, Bent J. Topical antibiotic induced otomycosis. Int J Pediatr
Otorhinolaryngol 2008; 69: 857–860.
16. Hoshino T, Matsumoto M. Otomycosis: subdermal growth in calcified mass. Eur Arch
Otorhinolaryngol 2006; 263: 875–878.
17. Ahmed J. A clinicopathological study of otomycosis. MSc, J. M. Medical College,
Davangere, India, 2006.
18. Fasunla J, Ibekwe T, Onakoya P. Otomycosis in western Nigeria. Mycoses 2008; 51: 67–70.
19. Pontes Z, Silva A, Lima E, Guerra M, Oliveira N. Otomycosis: a retrospective study. Braz J
Otorhinolaryngol 2009; 75: 367–370.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai