Anda di halaman 1dari 36

BABI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otitis eksterna merupakan suatu proses inflamasi dari saluran telinga bagian

luar, yang melibatkan daun telinga (pinna) dan membran timpani atau meatus

auditorius eksternal. Meatus auditorius eksternal terdiri dari lapisan epitel, yang

mengandung kelenjar seruminous, kelenjar sebaceous dan folikel rambut. Di atas

lapisan kulit yang lebih dalam mengandung kelenjar keringat, bertujuan untuk

menjaga air dan asam pada pH antara 3 dan 5.1,2,3,4,5

Perubahan pH merupakan penyebab utama peradangan pada telinga luar atau

liang telinga. Pada umumnya pH pada telinga normal atau asam, apabila pH menjadi

basa maka proteksi terhadap infeksi menurun. Penyebab lainnya adalah perubahan

suhu. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, bakteri dan jamur semakin

mudah tumbuh. Inflamasi juga dapat terjadi karena radang pada telinga luar akibat

trauma ringan saat mengorek telinga seperti penggunaan kapas wol

secara berlebihan untuk membersihkan saluran telinga.6,7,8

Proses inflamasi ini dapat juga dihubungkan dengan infeksi sekunder

disertai dengan adanya maserasi kulit dan jaringan subkutan yang disebabkan oleh,

bakteri (S.aureus, P.aeruginosa, Streptococcuspyogenes), jamur

(Aspergillusfumigatus, Candidaalbicans), virus (Herpes simpleks,


2

herpes zoster), dermatitis seboroik, dermatitis kontak (sampo rambut, alat bantu

dengar, otologik), dan faktor lingkungan.3,9,10,11

Selain itu setiap kondisi yang dapat menyebabkan penurunan daya tahan

tubuh, seperti yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus / Aquired

Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS), aplasia akibat kemoterapi, anemia

refrakter, leukemia kronik, limfoma splenektomi, neoplasia dan transplatasi ginjal,

dapat menjadi faktor predisposisi penderita otitis eksterna yang dapat berlanjut

menjadi otitis eksterna maligna.12,13

Otitis eksterna memiliki tingkat keparahan gejala dan peradangan. Tingkat

keparahan gejala diukur dengan nyeri tekan saat menggerakan telinga, gatal dan

gangguan pendengaran. Sedangkan tingkat keparahan peradangan ditentukan dari

demam, selulitis, kelenjar getah bening lunak, keputihan, gangguan pendengaran,

serta kemerahan.2,14

Secara umum otitis eksterna diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan

waktunya, yaitu otitis eksterna akut dan otitis eksterna kronis. Otitis eksterna akut

(onset kurang dari 6 minggu), pasien akan mengeluh onset yang cepat, gejala

umumnya terjadi dalam 48 jam. Otalgia adalah gejala yang presentasinya paling

umum dan gejala otitis eksterna dapat diperburuk dengan gerakan rahang, atau

dengan gerakan tragus. 6,12,15

Pasien otitis eksterna akut juga bisa mengalami pruritus lokal atau

otorrhoea, dan dapat mengalami kehilangan pendengaran apabila terdapat


3

pembengkakan yang cukup untuk menutup saluran telinga. Sedangkan pada otitis

eksterna kronik (onset lebih dari 6 minggu), gejalanya meliputi pruritus lokal,

persisten ringan dan rasa tidak nyaman. 12

Berdasarkan letak peradangannya otitis eksterna dibagi menjadi otitis

eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus. Otitis eksterna sirkumskripta

(furunkel=bisul) merupakan peradangan yang terdapat pada sepertiga luar liang

telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea

dan kelenjar serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus,

sehingga membentuk furunkel.6,12

Otitis eksterna difus dikenal sebagai telinga perenang atau telinga tropis

biasanya terdapat pada kulit liang telinga duapertiga dalam. Pada gangguan otitis

eksterna difus akut maupun kronis, keseimbangan pH merupakan faktor yang

paling utama memicu peradangan pada kulit dan subdermis dari saluran telinga

eksterna, dengan gambaran kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas

batasnya. 14, 16

Statistik Amerika Serikat dan internasional otitis eksterna ditemukan di

semua wilayah Amerika Serikat, terjadi pada 4 dari setiap 1.000 orang setiap tahun.

Bila dilihat dari data kementrian kesehatan Republik Indonesia penyakit telinga

masuk dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di

Indonesia pada tahun 2010.13, 17

Frekuensi internasional otitis eksterna belum sepenuhnya dapat ditentukan.

Namun, insiden meningkat di negara tropis, dan didukung dengan demografi yang
4

18
berkaitan dengan usia, jenis kelamin, dan terkait ras.

Prevelensi dari penderita otitis eksterna yang paling sering berdasarkan rentan umur

pada penelitian Andar tahun 2014 didapatkan jumlah penderita otitis eksterna di

RSU Pirngadi Medan Periode Januari – Desember 2012 kelompok umur

14-24. Penelitian Monica, dkk pada tahun 2013 umur dewasa 15-49 tahun sebanyak

13 orang (59%). Pada penelitian Xi Wang pada tahun 2017 pada orang dewasa yang

lebih dari 20 tahun. 2, 19, 20

Pada penelitian Roland, dkk, peneliti Dickson dan penelitian Demir 2018

insidensi puncak pada anak-anak berusia 7-12 tahun. Menurut penelitian Chidlow,

dkk pada tahun 2018 usia anak-anak usia 5-10 tahun sebanyak 21 orang (12%).1, 12,

21, 22

Dan sebuah studi epidemiologi tunggal dari Inggris menemukan paling

banyak pada individu berusia 5-64 tahun. Sedangkan pada penelitian Hansen, dkk

tahun 2018 antara usia 65-74 tahun. Menurut penelitian Musa, dkk usia 0-15 tahun

78 (58,6%).4, 12, 23

Prevelensi berdasarkan jenis kelamin pada penelitian Andar tahun 2014

didapatkan 36 orang (69%) penderitanya adalah perempuan. Pada penelitian

Indriana, dkk. tahun 2014 didapatkan pasien terbanyak adalah perempuan

berjumlah 53 orang (50,5%).20, 24

Pada penelitian Musa, dkk tahun 2014 yaitu paling banyak yang berjenis

kelamin laki – laki adalah 81 orang (60,9%). Pada penelitian Childlow, dkk tahun

4,22
ada lebih banyak pesien berjenis kelamin perempuan 118 orang (61%).

Prevelensi penderita otitis eksterna berdasarkan keluhan utama pada penelitian


5

Andar tahun 2014 didapatkan 5sebanyak 32 orang (62%) penderita, dengan keluhan

gatal adalah keluhan utama pasien.20

Penelitian Monika, dkk yang paling banyak dikeluhkan adalah gatal 19

orang (86,3%). Sedangkan pada penelitian Musa, dkk tahun 2014 nyeri telinga

merupakan satu-satunya gejala yang muncul sebanyak 68 orang (51,1%). Menurut

penelitian Childlow, dkk tahun 2018 dengan jumlah pasien 193 orang dan hampir

50% pasien mengeluhkan rasa nyeri. 4,19,22

Prevelensi penderita otitis eksterna berdasarkan pekerjaan pada penelitian

Andar tahun 2014 tidak bekerja adalah pekerjaan tersering yaitu 20 orang (39%).

Penderita otits eksterna berdasarkan pekerjaan lebih sering terjadi pada perenang

menurut, penelitian Simon tahun 2015, penelitian Waitzman tahun 2018 dan

penelitian Chidlow tahun 2018. 13,20,22

Prevelensi penderita dengan otitis eksterna berdasarkan jenisnya pada

penelitian Andar tahun 2014 otitis eksterna sirkumskripta adalah jenis otitis

tersering yaitu 41 orang (85%). Otitis eksterna difus adalah diagnosis tersering untuk

101 (75,9%) yang terdapat pada penelitian Musa, dkk tahun 2014, yang terbanyak

adalah otitis eksterna difusa, yaitu sejumlah 64 orang (61%) pada penelitian

Indriana, dkk. Peneliti Pratiwi pada tahun 2018 diagnosa otitis eksterna difus juga

merupakan diagnosa terbanyak yaitu sebanyak 24 orang (57,4%).4,5,20,24

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dalam melakukan penelitian

tentang bagaimana karakteristik penderita otitis eksterna di RSUD Dr Djasamen

Saragih Pematangsiantar periode 01 Januari sampai dengan 31 Desember 2018.


6

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran karakteristik penderita otitis eksterna di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar 01 Januari sampai dengan 31 Desember 2018.

1.3. Tujuan Penelitan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita otitis eksterna di

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar periode 01 Januari sampai

dengan 31 Desember 2018.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan umur.

2) Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan jenis kelamin.

3) Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan pekerjaan.

4) Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan keluhan utama.

5) Untuk mengetahui distribusi penderita otitis eksterna di RSUD Dr.

Djasamen Saragih Pematangsiantar berdasarkan jenis otitis ekterna.

6) Untuk mengetahui angka kejadian otitis eksterna pada telinga kanan,

kiri maupun keduanya di RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar.
7

1.4. Manfaat Penelitian

1) Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengetahuan tentang

gambaran otitis eksterna dan sebagai sarana bagi masyarakat agar dapat

menghindari faktor resiko terjadinya otitis eksterna

2) Bagi peneliti

Bagi peneliti adalah meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peneliti

dalam melakukan penelitian. Sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana

kedokteran.

3) Bagi instansi terkait

Memberikan informasi gambaran karakteristik penderita otitis eksterna di

RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar periode 01 Januari sampai

dengan 31 Desember 2018.

4) Bagi Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian yang berhubungan dengan otitis eksterna.


BABII

TINJAUANPUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga

Secara anatomi, telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga

tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi dalam mengumpulkan dan

menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Telinga luar

terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran

timpani. Di dalam telinga tengah terdapat tiga bagian tulang pendengaran yaitu

maleus, inkus dan stapes. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua

setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis

semisirkularis.5,6,9,18

Gambar 2.1 Struktur Telinga 18

8
9

2.1.1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga. Daun telinga

terdiri dari tulang rawan elastis dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,

dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan

duapertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang yang panjangnya kira

– kira 2,5cm - 3cm.

Gambar 2.2 Anatomi Daun Telinga 18

Anatomi liang telinga merupakan bagian tulang yang sangat unik

karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung

terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian

daerah ini akan sangat peka terhadap rasa nyeri karena tidak terdapat ruang

untuk ekspansi. 14,18

Ada tiga mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral

membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumen
10

dari isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar

adalah adanya pembentukan serumen atau kotoran telinga.14,18

Serumen juga berfungsi dalam melapisi telinga bagian luar dan

mempertahankan pH asam (4-5). Keasaman serumen menghambat

pertumbuhan bakteri atau jamur. Dan juga memiliki sifat sepert lilin yang

berfungsi untuk melindungi epitel dari maserasi atau kerusakan kulit. Jumlah

serumen yang dihasilkan sangat bervariasi antar individu. Sedangkan

kekurangan serumen dan perubahan pH dapat menciptakan

lingkungan yang ideal untuk invasi bakteri. 7,8,15

Serumen pada dasarnya dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat

migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani menuju ke arah

luar serta dibantu oleh gerakan rahang saat mengunyah. Serumen tidak

memiliki efek anti bakteri atau anti jamur tetapi serumen memiliki efek

proteksi, mengikat kotoran dan menyebarkan aroma yang tidak disenangi

serangga sehingga serangga enggan masuk ke liang telinga.14


11

Gambar 2.3 Unit Mikroskopik Normal, menunjukkan drainase

sekresi kelenjar sebasea dan modifikasikelenjar apokrin ke

dalam kanal folikular folikel rambut 9

Duapertiga bagian dalam kanal adalah osseus, ditutupi dengan kulit

yang lebih tipis yang melekat erat, dan berorientasi pada inferior dan

anterior. Bagian kanal ini tidak memiliki kelenjar apokrin atau folikel

rambut. Sehingga bila terjadi trauma lokal dari benda asing pada telinga

dapat menyebabkan invasi bakteri langsung di saluran telinga. 9,12,13


12

Gambar 2.4 Anatomi Telinga Luar 18

Sebagian dari permukaan belakang daun telinga diperdarahi oleh a.

oksipitalis. Permukaan depan daun telinga diperdarahi oleh cabang anterior

a. temporalis superficial anterior. Persarafan daun telinga disuplai oleh

cabang-cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus

servikali, juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang

auricular n. vagus. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar

gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Pada duapertiga bagian

dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. 5,6,9

2.1.2. Telinga Tengah

Telinga Tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani,

cavum timpani, tuba eustachius, dan tulang pendengaran. Bagian atas

membran timpani disebut pars flaksida (membran Shrapnell) yang terdiri

dari dua lapisan, yaitu lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang

telinga dan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Bagian bawah
13

membran timpani disebut pars tensa (membran propria) yang memiliki satu

lapisan di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit

serat elastin. 25

Pada membran timpani terdapat bayangan penonjolan bagian bawah

yang disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of

light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan

pukul 5 untuk membran timpani kanan. 12,26,27

Gambar 2.5 Membran Timpani 18

Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang di pantulkan

oleh membran timpani. Terdapat dua macam serabut pada membran timpani

yaitu, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek

cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai,

misalnya bila letak reflek cahaya mendatar,

berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius .9,14


Plexus timpanika
14

Plexus berada pada mukosa yang menutupi promontorium, terdapat medial

kavum timpani yang berasal dari dua sumber utama yaitu:

- Serabut serabut sensorik tympanicus N. glossopharygneus - Serabut-

serabut vasomotorik simpatis N. cartiocotympanicus

plexus caroticus internus yang berada disekitar A. carotis interna.

Dari Plexus tympanicus keluar cabamg-cabang berikut ini:

- Cabang-cabang yang mensuplai mukosa kavum timpani, tuba

auditiva dan cellulae mastoid. 18

- N. petrosus superfisialis minor yang bergabung dengan cabang

ganglion geniculatum N. facialis, sebagai saraf preganglioner parasimpatis

yang berfungsi sebagai sekresi ganglion Parotis. N. Parotis ossis temporalis

keluar dari fossa crania media lewat foramen ovale dan memasuki ganglion

otikum .9,26

2.1.3. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua

setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis

semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. 14

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas,

skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)

diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan

skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perillimfa

berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala
15

vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissnerr’s membrane)

sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini

terletak organ cort. 12,14

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah di membran

tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel

rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis, yang membentuk organ corti. 14

Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A.

Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis.

Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus kemudian terpisah menjadi A.

Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang bercabang menjadi

A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior

memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus

semisirkularis. A. Vestibulokohlearis yang berada di mediolus daerah

putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan

cabang kohlear.14,27

Cabang vestibular ini memperdarahi sakulus, dan sebagian besar

kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang

kohlear

memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen

spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus

internus yang terdapat didalam kohlea mengitari modiolus. Vena dialirkan

ke V. Labirintin yang diteruskanke sinus petrosus inferior atau sinus


16

sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus

vestibularis dan

kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior. 14,25,27

Pada telinga dalam di persarafi oleh N. Vestibulokohlearis (N.

Akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear dan vestibular, didalam

meatus akustikus internus bersatu pada sisi bagian lateral akar N. Fasialis

dan masuk ke batang otak antara pons dan medula. Sel-Sel sensoris

vestibularis dipersarafi oleh N. Koklearis dengan gangliom vestibularis

(scarpa) terletak pada dasar meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris

pendengaran dipersarafi oleh N. koklearis dengan ganglion spirais corti

terletak di modiolus.19,27

2.2. Definisi Otitis Eksterna

Otitis eksterna didefinisikan sebagai suatu proses inflamasi pada liang

telinga, yang dapat juga melibatkan daun telinga (pinna) dan membran timpani, yang

lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur yang bersifat akut dan dapat

menyertai maserasi kulit dan jaringan subkutan. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi

otitis eksterna difus dan otitis eksterna sirkumskripta. 1,2,3,4,5

2.3. Epidemiologi Otitis Eksterna

Frekuensi internasional otitis eksterna belum sepenuhnya ditentukan.

Namun, insiden meningkat di negara tropis, dan didukung dengan demografi yang

berkaitan dengan usia, jenis kelamin, dan terkait ras. Meskipun infeksi ini dapat
17

mempengaruhi semua kelompok umur, Otitis eksterna tampaknya paling sering di

jumpai pada populasi anak-anak dan dewasa, dengan insidensi puncak pada anak-

anak berusia 7-12 tahun.18 Otitis eksterna mempengaruhi semua jenis kelamin

tanpa terkecuali. Tidak ada kecenderungan akibat perbedaan kelompok sosial,

budaya dan ras, walaupun di beberapa kelompok tersebut mempunyai saluran

telinga relatif kecil, yang memungkinkan mereka cenderung mengalami obstruksi

dan infeksi. 14

2.4. Jenis Otitis Eksterna

2.4.1. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta biasanya mengenai sepertiga luar liang

telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada

polisebaseus, sehingga membentuk furunkel.6,12,15

Gejala ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul.

Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan

longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan

perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka

mulut. Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran. 14

2.4.2. Otitis Eksterna Difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak

kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman

penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai

penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.


18

Faktor predisposisi dari terjadinya otitis eksterna antara lain trauma yang

disebabkan saat membersihkan telinga dengan kuku jari atau cotton bud,

berenang, penyakit kulit seperti eksim, dermatitis seboroik, penggunaan alat

bantu dengar ataupun headset, dan sumbatan serumen. Terlalu sering

membersihkan telinga mengakibatkan serumen yang berfungsi sebagai

pertahanan kulit meatus akustikus eksterna hilang, protective lipid layer dan

acid mantle juga hilang. 6,9,12

Hal ini menyebabkan kelembaban dan suhu di dalam meatus

akustikus eksterna meningkat. Meatus akustikus eksterna yang lembab,

hangat, dan kotor merupakan media pertumbuhan kuman yang paling baik.

Otitis eksterna juga dapat menyebabkan jaringan menjadi rusak dan

mengakibatkan dikeluarnya mediator kimia (histamine, kinin, dan

prostaglandin) yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan

menyebabkan terjadinya hyperemia local (meningkatnya aliran darah ke area

tersebut) sehingga area tersebut tampak hiperemis dan suhunya lebih tinggi.

Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif

kronis. 14,15

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,

kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat

sekret yang berbau. Gejala lainnya adalah hiperemis dan suhu yang lebih

tinggi pada telinga yang disebabkan akibat jaringan yang rusak

mengakibatkan dikeluarkannya mediator kimia (histamine, kinin, dan


19

prostaglandin) yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan

menyebabkan terjadinya hiperemia lokal (meningkatnya aliran darah ke

22
area tersebut). Otitis eksterna difus dapat dibagi menjadi akut atau

kronis dengan berdasarkan derajat keparahan. Fase Akut, ditandai dengan

sensasi panas terbakar dalam liang telinga, diikuti nyeri saat menggerakkan

mandibula. Telinga biasanya mengeluarkan sekret serous yang kemudian

menjadi kental dan purulen. Dinding liang telinga mengalami inflamasi.

Penumpukan debris dan sekret yang disertai pembengkakan liang telinga

menimbulkan gangguan dengar konduktif. Pada kasus berat, dapat terjadi

pembengkakan kelenjar getah bening regional, nyeri tekan dengan selulitis

jaringan sekitarnya.6

Fase kronis memiliki karakteristik iritasi dan sangat gatal. Ini adalah

responsibel untuk eksaserbasi akut dan reinfeksi. Sekret hanya sedikit

bahkan kadang-kadang kering hingga membentuk krusta. Kulit liang telinga

menebal dan bengkak sehingga membentuk celah. Jarang sekali terjadi

hipertrofi kulit yang menimbulkan stenosis (otitis eksterna stenosis

kronis).12

2.5. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dibawa melalui udara atau tulang ke koklea.

Getaran tersebut menggerakan membran timpani dengan cara menggetarkannya

kemudian diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang

akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
20

perbandingan luas membran timpani dengan tingkap lonjong. Energi getar yang

telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes kemudian menggerakkan tingkap

lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan

melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan

menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria.17

Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia terhadap sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi

penlepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan terjadnya

proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam

sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, dan

dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di

lobus temporalis.6

2.6. Patofisiologi

Struktur kanal auditori berkontribusi pada perkembangan otitis eksterna.

Keadaan di dalam kanal eksterna adalah hangat, gelap dan cenderung menjadi

lembab, sehingga menjadi lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri

dan jamur. 14

Auditori eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus diantaranya adalah

serumen yang dapat menciptakan lapisan asam yang mengandung lisozim dan zat

lain yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Serumen juga

terdapat pada kanal auditori. Serumen kaya lipid dan bersifat hidrofobik yang

berfungsi mencegah air menembus ke dalam kulit dan menyebabkan maserasi


21

serumen yang terlalu sedikit sehingga dapat menyebabkan infeksi pada telinga,

tetapi serumen yang berlebihan atau terlalu kental dapat menyebabkan

penyumbatan. 7,15,29 Selain itu, kanal dipertahankan oleh migrasi epitel unik yang

terjadi di membran timpani. Ketika pertahanan ini gagal atau ketika epitel kanal

pendengaran eksternal rusak, maka terjadilah otitis eksterna. Ada banyak pencetus

infeksi ini, tetapi yang paling umum adalah kelembaban berlebihan yang

meningkatkan pH.

1,2,3,4

Otitis eksterna terjadi pada saat organisme menginvasif termasuk flora kulit

normal dan basil gram negatif, terutama Pseudomonas aeruginosa. Organisme ini

memperoleh akses ke jaringan dari saluran telinga dan menyebabkan vaskulitis

lokal, trombosis, dan nekrosis jaringan. 7,8,15

2.7. Pengobatan Otitis Eksterna

2.7.1. Antibiotik Topikal

Keuntungan dari antibiotik topikal adalah kemanjuran spektrum luas

dari obat tersebut. Penggunaan alkohol juga dapat menjadi desinfektan yang

efektif bila dalam konsentrasi tinggi dengan cara menghilangkan air dari

jaringan sehingga dapat mengurangi edema. 18

Pengobatan otitis eksterna dapat dengan berbagai antibiotik topikal,

termasuk asam asetat 2%-5%, aluminium asetat 3,25% atau Etil Alkohol 70

%, perak nitrat, N-klorotaurin, fuchsin, dan eosin. Reduksi pH oleh sediaan

asam dapat menghambat pertumbuhan bakteri, seperti kebanyakan bakteri


22

yang tidak menyukai lingkungan dengan pH yang asam. Jadi, otitis lebih

cepat sembuh jika diobati dengan cara ini dibandingkan dengan

plasebo.11,21,30

Penggunaan obat ini biasanya diberikan pada pasien otitis eksterna

sirkumskripta yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau

Staphylococcus albus. Sedangkan pada otitis eksterna difus lebih sering

diobati dengan memasukan tampon yang mengandung antibiotik topikal

misalnya Gentamicin Sulfate 0,1 % ke liang telinga supaya terdapat kontak

yang baik antara obat dengan kulit yang meradang yang biasanya

disebabkan oleh bakteri golongan Pseudomonas 18,21,30

Tabel 2.1 Antimikroba Topical untuk Otitis Eksterna15


ANTIMIKROBA TOPIKAL UNTUK OTITIS EKSTERNA

NO KOMPONEN NAMA DOSIS CARA


MEREK PENGGUNAAN
1 Acetic acid 2% VoSol 3-5 tetes Hindari jika
setiap 4-6 membran
jam timpani pecah.
2 Acetic acid 2%/ VoSol HC 3-5 tetes Hindari jika
hydrocortisone setiap 4-6 membran
jam timpani pecah.
3 Neomycin/polymyxin Costisporin 3-4 tetes Hindari jika
B/ hydrocortisone setiap 6-8 membran
jam timpani pecah.
4 Ciprofloxacin/ Cipro HC 3-4 tetes Hanya
hydrocortisone setiap 12 penggunaan
jam dalam 7 hari
5 Ciprofloxacin/ Ciprodex 3-4 tetes Hindari jika
dexamethasone setiap 12 membran
jam timpani pecah
23

6 Ofloxacin Floxin Otic 10 tetes Hanya


sehari penggunaan
sekali dalam 7 hari
Antibiotik topikal yang paling umum untuk patogen, mis,

Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dan harus disesuaikan

dengan resistensi obat dengan pola sensitivitas patogen. Jenis obat tetes

telinga antibiotik yang disetujui di Indonesia mengandung quinolones

(ciprofloxacin), amino glikosida (neomisin), atau polimiksin (polimiksin B).

Cara pemakaian antibiotik topikal yang optimal adalah dengan cara

menginstruksikan pasien untuk berbaring pada sisi telinga yang sakit untuk

beberapa menit agar pemberian obat tetes telinga dapat sampai ke saluran

tengah. Setelah itu pasien atau seseorang menekan tragus beberapa kali

untuk mendapatkan hasil yang baik pada proses ini. Pemberian obat ini dapat

diberikan sendiri dan dapat juga dibantu oleh orang lain untuk meletakkan

tetesan dan melakukan gerekan menekan untuk mendapatkan

suatu hasil yang lebih baik. 18,20,29

Sebuah kapas ditempatkan untuk sementara di luar sebelum pasien

kembali ke posisi tegak akan membantu menyerap kelebihan cair yang

keluar. Jika terjadi penyempitan kanal akibat edema, pastikan minimal 50%

ototopical masuk ke saluran medial dengan menggunakan tampon. Pasien

diminta untuk datang kembali dalam dua sampai tiga hari untuk mencabut

tampon. Terapi Ototopical biasanya harus terus dilakukan selama 5 sampai

10 hari tergantung pada tingkat keparahan penyakit, atau selama tiga hari
24

setelah gejala berlangsung. Pengobatan ini mengarah ke arah yang lebih

cepat dalam penyembuhan simptomatik, dan untuk mengurangi

kekambuhan. 21

A. Penatalaksanaan Infeksi Sekunder Terapi Topical


Antibiotik topikal telah ditemukan aman dan efektif untuk otitis

eksterna akut. Tingginya konsentrasi antibiotik pada saluran telinga,

umumnya memberantas patogen umum seperti P. aeruginosa dan S. aureus,

dimana antibiotik oral tidak aktif. Pengobatan topikal harus digunakan

selama 7 hari, tetapi jika gejalanya menetap, digunakan hingga maksimal 14

hari. Aminoglikosida dikontraindikasikan dalam perforasi membran

timpani atau dengan riwayat sensitivitas lokal reaksi. Penelitian telah

menunjukkan bahwa gangguan pendengaran dapat terjadi setelah

penggunaan berulang tetes topikal dalam jangka waktu yang lama untuk

perforasi membran timpai. Obat topikal non-ototoxic harus dipilih jika ada

risiko perforasi membran timpani. .12,18

Produk yang mengandung neomycin adalah sediaan topikal yang

paling banyak sering menimbulkan efek samping. Institut Nasional untuk

Kesehatan dan Klinik Keunggulan (NICE) tidak merekomendasikan tetes

Chloramphenicol karena sebagai mereka dapat menyebabkan dermatitis

pada 10% kasus. Selain infeksi bakteri, infeksi jamur dapat ditemukan pada

otitis eksterna kronis. Jika terjadi dermatitis maka pertimbangan diberikan

untuk antijamur topical seperti, larutan Clotrimazole 1% atau Clioquinol dan

kortikosteroid, misalnya Locorten vioform, semprotan asam asetat

2%.18,21,29
25

B. Efek samping dari terapi topical


Pruritus, ruam, ketidaknyamanan, otalgia, pusing, vertigo, super-

infeksi dan berkurang pendengaran merupakan efek samping dari

antimikroba topikal agen dengan pengobatan berulang. Kuinolon sangat

efektif dan tidak menyebabkan iritasi lokal, tetapi kontak yang terlalu lama

dengan obat ini dapat menyebabkan resistensi. Neomisin efektif tetapi

bersifat ototoksik dan harus diberikan hanya jika gendang telinga utuh.12,21,2

2.7.2. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal digunakan terutama untuk mengurangi edema,

antibakteri dan antijamur dapat digunakan pada otitis eksterna sirkumskripta

dan otitis eksterna difus. Dosis kortikosteroid dewasa diberikan dengan

teteskan 10 tetes ke dalam saluran telinga yang terkena, sekali sehari selama

7 hari. Setelah pemberian pasien disarankan untuk berbaring dengan liang

telinga yang diteteskan menghadap keatas selama 5 menit untuk

memfasilitasi penetrasi ke telinga.18

Pada anak 6 bulan sampai 13 tahun teteskan 5 tetes ke dalam saluran

telinga yang terkena sekali sehari selama 7 hari, lebih dari 13 tahun, sama

dengan dosis dewas. Obat ini dapat mengurangi pembengkakan, eritema, dan

sekresi yang lebih efektif daripada pemberian antibiotik saja. Perbedaan

terlihat selama beberapa hari pertama perawatan. Kortikosteroid potensi

tinggi lebih efektif dari kortikosteroid potensi rendah terhadap rasa sakit,

peradangan, dan pembengkakan.21 2.7.3. Perawatan antijamur

Pada otitis eksterna difus dan sirkumskripta obat antijamur dapat

diberikan bila penyebabnya adalah jamur. Obat antijamur (ciclopirox,


26

nystatin, clotrimazole, atau miconazole) harus diletakkan di telinga kanal.

Sebagian besar infeksi jamur yang ringan dapat diobati dengan 2% asam

asetat dan atau larutan alkohol 90-95%, tidak lagi direkomendasikan karena

potensi toksisitas pada telinga bagian dalam dan kemanjurannya yang

rendah. Jika gendang telinga berlubang, pengobatan antijamur sistemik

harus diberikan sesuai denggan pola resistensi dan sensitivitas (mis.,

flukonazol atau itrakonazol) . Perawatan antijamur ini lebih

direkomendasikan untuk pasien otomikosis.6,18,21,29

Tabel 2.2 Antijamur untuk Otitis Eksterna6


ANTIJAMUR UNTUK OTITIS EKSTERNA

NAMA LAMA
NO SEDIAAN DOSIS PENGGUNAAN PENGGUNAAN
OBAT

1 Nystatin Oral 15 ml 3x1 2 minggu

2 Fluconazole Oral 400mg 1x1 2 minggu

3 Clotrimazole Drop 1% 1x1 2 minggu

2.7.4. Analgesik

Penghilang rasa sakit adalah bagian penting dari perawatan akut otitis

eksterna. Analgesia yang cocok misalnya bias dengan ibuprofen atau

asetaminofen. Penggunaan obat ini dapat digunakan pada otitis eksterna

difus dan juga pada otitis eksterna sirkumskripta yang sering dijumpai

furunkel besar hingga menyumbat liang telinga dan bila sudah terdapat abses

maka diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Kalau dinding

furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk

mengalirkan nanahnya.18
27

Tabel 2.3 Analgesik untuk Otitis Eksterna 17


ANALGESIK UNTUK OBAT OTITIS EKSTERNA

NO TAHAP NAMA OBAT DOSIS

Asetaminofen 650mg setiap 4 -6 jam


Aspirin 650mg setiap 4 -6 jam
OAINS
Ibuprofen 400 mg setiap 4 – 6 jam
TAHAP Ketoprofen
1 25-50 mg setiap 6-8 jam
ANALGESIK I
Didofenac
50 mg setiap 8 jam
Piroxicam
20 mg satu kali sehari
COX-2 inhibitor
Celecoxib
400-600 mg per hari

Kombinasi Analgesik Opioid


Kodein/Asetaminofen 60 mg setiap 3-4 jam
TAHAP Hidrokodon/Asetaminofren
2 10 mg setiap 3-4 jam
ANALGESIK II
Oksikodon/Asetaminofen
10 mg setiap 3-4 jam
Tram adol
50-100 mg setiap 4-6 jam

Golongan opioids
Morfin I.V 2-10 mg
TAHAP
Per oral 10-3- mg setiap 4 jam
3 ANALGESIK Hidron orfon I.V 1-4 mg
III
Per oral 2-6 mg setiap 4 jam
Oksikodon
Per oral 10-30 g setiap 4 jam
Analgesik lokal topikal dapat digunakan sebagai pengobatan

efektif, kecuali gendang telinga berlubang. Namun, anestesi lokal juga dapat

menutupi penyakit progresif dan bila digunakan pasien maka harus

ditindaklanjuti secara klinis di 48jam sehingga efek pengobatan dapat

dinilai. 6,14
28

Tabel 2.4 Analgesik untuk Otitis Eksterna menurut WHO 31


WHO ANALGETIK

NO TAHAP GEJALA ANALGETIK PELIHAN ALTERNATIF

OBAT

1 TAHAP 1 Nyeri Non- opioid NSAID Paracetamol


(acetaminophen)

2 TAHAP 2 Nyeri yang Opioid dengan Codeine Oxycodone


berlanjut atau dosis rendah
meningkat Tramadol

3 TAHAP 3 Nyeri yang Opioid dengan Morphine Hydromorphone


berlanjut atau dosis tinggi
meningkat Oxycodone

Fentanyl

2.7.5. Antibiotik Oral

Pasien otitis eksterna difus maupun sirkumskripta menerima

antibiotik sistemik sebagai pengobatan utama mereka. Pada otitis eksterna

akut tanpa komplikasi pengobatan antibiotik sistemik harus dihindari karena

dilihat dari efek samping dan risiko menginduksi resistansi obat. Di sisi lain,

antibiotik oral diindikasikan untuk mengobati otitis eksterna akut. Jika

pasien menderita diabetes mellitus atau imunosupresi yang tidak terkontrol,

atau jika infeksi meluas ke luar telinga kanal. Secara optimal, antibiotik harus

disesuaikan dengan temuan bakteri dan sensitivitas.12,17,23

Tabel 2.5 Antibiotik oral untuk Otitis Eksterna 15


ANTIBIOTIK ORAL UNTUK OTITIS EKSTERNA

NO OBAT DOSIS OBAT


29

Dewasa dan anak- anak dengan BB > 20 kg 250-


Amoksisilin dan
1 500 mg/8 jam, anak-anak <20 kg: 20-40
Klavulanat
mg/kg/BB/ hari dosis bagi tiap 8 jam
Untuk anak <40 kg: 12,5 – 25 mg/kg/ hari/ 6 jam
per oral, infeksi berat: 50-100 mg/ kg/ hari setiap
2 Dicloxacillin 6 jam per oral, BB: 40 kg atau lebih: untuk
dewasa; 125-500 mg / 6 jam diminum saat perut
kosong.
Dewasa per oral 400 mg/ 6 jam dapat
3 Eritromisin ditinggkatkan menjadi 4g/hari tergantung berat
infeksi.
Per oral 150-450 mg 6-8 jam tidak melebihi
1,8g/hari
4 Klindamisin
1,2-2,7 g / hari IV/IM tiap 6-12; tidak melebihi
4,8 g/ hari
Dewasa dan anak dengan BB > 20 kg: 250-500
mg peroral tiap 6 jam, anak > 1 bulan BB < 20
5 Kloksasilin kg 50- 100/hari setiap 6 jam 1 atau 2 jam
sebelum makan.
A. Efek Samping Antibiotik oral

Antibiotik oral pada sebagian besar kasus otitis eksterna dengan

terapi topikal merupakan perawatan untuk otitis eksterna difus maupun

sirkumskripta. Antibiotik oral dapat menyebabkan ruam, muntah, diare,

muntah dan reaksi alergi. Ada beberapa situasi di mana 7 hari pemberian

Flucloxacillin oral atau Clarithromycin dapat menyebabkan alergi,

sedangkan penggunaan Penisilin direkomendasikan.12

Otitis eksterna dapat diperparah dengan:

- Infeksi parah / tanda sistemik, mis. Demam

- Selulitis menyebar ke luar salurakan telinga

- Faktor-faktor risiko yang mendasari, seperti diabetes, atau menjadi kelainan

imun
30

- Ketika saluran telinga tersumbat dan sumbu mungkin diperlukan

Jenis antibiotik oral seperti Ciprofloxacin baik diberikan pada pasien

infeksi pseudomonas pada otitis eksterna difus dan diabetes atau

immunocompromised.1,12

2.7.6. Pemantauan

Sebagian besar pasien dengan otitis eksterna akan mengalami

peningkatan yang signifikan dalam waktu 24 jam. Jika pasien tidak membaik

dalam 48 hingga 72 jam, maka harus dievaluasi kembali. Kegagalan

mungkin dikarenakan ketidakpatuhan, pemberian obat yang tidak memadai,

obstruksi saluran, atau kesalahan diagnosis. Meskipun sebagian besar pasien

dapat dirawat oleh penyedia perawatan primer tetapi dalam kasus yang

diduga otitis eksterna ganas, kurang mendapat perbaikan.

12,13
2.8. Komplikasi

Pengembangan penyakit pada gejala ekstra-kanal (misalnya aurikularis

selulitis, adenopati serviks, atau parotitis), sering melibatkan mastoid dan dicurigai

terjadi nekrosis kulit kanal atau muncul granulasi, rasa sakit yang tidak proporsional

serta suhu pasien melebihi102.2 °F (39 °C). Suatu furunkel dapat terjadi disaluran

telinga sebagai akibat dari peradangan akut atau kronis. dan biasanya diakibatkan

oleh drainase, ototopical dan obat oral yang diresepkan.15

2.9. Prognosis

Sebagian besar insiden otitis eksterna dapat sembuh dengan baik. Otitis

eksterna biasanya pulih sepenuhnya dalam 7-10 hari. Sebagian besar pasien
31

membaik dalam waktu 48-72 jam setelah pemberian antibiotik. Bila terjadi

kegagalan dalam pengobatan 2-3 hari maka harus meminta dokter untuk

mengevaluasi kembali pasien. Pada beberapa pasien dengan otitis eksterna, telinga

harus didebridasi untuk resolusi penuh, Insisi bedah dan drainase kadang-kadang

diperlukan. 18,23

Pada beberapa pasien, otitis eksterna dapat menyebabkan otalgia parah yang

mengharuskan pemberian penghilang rasa sakit seperti narkotika. Nyeri biasanya

membaik 2-5 hari setelah memulai terapi. Infeksi yang parah dapat menyebabkan

limfadenitis atau selulitis pada wajah atau leher. Jika tidak diobati, infeksi dapat

menyerang struktur berdekatan yang lebih dalam dan berkembang menjadi

nekrotikan (ganas) otitis eksterna, suatu kondisi serius yang memerlukan perawatan

jangka panjang dan sering mengakibatkan morbiditas atau mortalitas yang parah.12

Nekrotikans otitis eksterna atau otitis eksterna maligna dapat menyebabkan

mortalitas berada pada kisaran 20% diantara orang dewasa, sebagian besar karena

penyakit penyerta dan perluasan infeksi yang cepat untuk sepsis atau ekstensi. Jika

tidak diobati, otits eksterna nekrotikans memiliki mortalitas mendekati 50%.

Komplikasi ini harus dicurigai jika nyeri dan jaringan granulasi terlihat di saluran

telinga.12,23
32

2.10. Kerangka konsep

Karateristik Penderita Otitis


Eksterna:
• Umur Penderita Otitis
Eksterna
• Jenis Kelamin
• Pekerjaan
• Keluhan Utama
• Jenis Otitis
eksterna
• Angka kejadian
Otitis Eksterna
pada telinga
Kanan, Kiri
maupun
Keduanya
BABIII

METODOLOGIPENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain

penelitian cross-sectiona.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan November 2019.

3.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Djasamen Saragih

Pematangsiantar.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita otitis di RSUD

Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar yang tercatat dalam rekam medik

pada tanggal 01 Januari sampai dengan 31 Desember 2018.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita otitis eksterna

yang berobat jalan maupun yang berobat inap di RSUD Dr. Djasamen

Saragih Pematangsiantar yang tercatat dalam rekam medik pada bulan 01

Januari sampai dengan 31 Desember 2018.


34

33

3.4. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti meliputi karakteristik penderita otitis

eksterna dari segi umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, jenis otitis

eksterna dan mengetahui angka kejadian otitis eksterna pada telinga kanan, kiri

maupun keduanya.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


NO Variable Definisi operasional Skala Instrument
Ukur Penelitien

1 Otitis suatu peradangan pada kulit atau Katagorik Rekam


Eksterna kartilago aurikula, liang telinga Nominal Medik

atau lapisan epitel timpani yang


disebabkan oleh bakteri, jamur
dan virus.
2 Umur umur adalah usia penderita yang Katagorik Rekam
di hitung dalam tahun yang Nominal Medik
tercatat dalam rekam.
Di golongkan menjadi:
0-5
6-11
12-16 17-
25 26-35
36-45 46-
55 56-65
66-atas

3 Jenis Jenis kelamin yaitu laki-laki atau Katagorik Rekam


Kelamin perempuan sesuai dengan yang Nominal Medik

tertulis di kelamin rekam medik


35

4 Pekerjaan Pekerjaan pasien yang tertulis di Katagorik Rekam


rekam medik, yaitu: Nominal Medik
- Tidak bekerja
- Pelajar
- Mahasiswa
- PNS
- Wiraswasta

5 Keluhan Keluhan utama adalah keluhan Katagorik Rekam


Utama yang membuat pasien datang Nominal Medik

berobat ke Rumah Sakit Umum


daerah Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar, yaitu:

- Nyeri pada Telinga


-Gatal pada Telinga
6 Jenis Otitis Beberapa klasifikasi dari otitis Katagorik Rekam
eksterna yaitu: Nominal Medik

- Otitis Esterna Difus (akut)


- Otitis Esterna Sirkumskripta

7 Kejadian Mengetahui angka kejadian Katagorik Rekam


Otitis otitis eksterna pada telinga Nominal Medik
kanan, kiri maupun keduanya
Eksterna
pada
Telinga
3.5. Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan diperoleh dari data sekunder yaitu dari rekam medik

Rumah Sakit Umum daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Data yang

dikumpulkan berupa umur, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, jenis otitis
36

eksterna dan angka kejadian otitis eksterna pada telinga kanan, kiri maupun

keduanya.

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari pencatatan rekam medik diperiksa

kembali dan dikelompokkan sesuai variabel yang diteliti, setelah itu data

tersebut dianalisis.

3.6.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif, kemudian data akan disusun

dalam bentuk tabel ataupun pie chart.

Anda mungkin juga menyukai