PENDAHULUAN
1
Otitis eksterna akut dibagi menjadi dua jenis, yaitu otitis eksterna difusa
dan otitis eksterna sirumskripta. Otitis eksterna difusa, yang sering disebut
“swimmer’s ear” atau “tropical ear” sering ditemukan pada perenang dan daerah
beriklim tropis. Kedua, dalam bentuk furunkel yang disebut otitis eksterna
sirkumskripta. Keduanya berbeda dari segi letak peradangan, gejala yang
ditimbulkan, serta kuman penyebabnya. Otitis eksterna difusa terutama
disebabkan oleh Pseudomonas sp. Sedangkan otitis eksterna sirkumskripta
dominan disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
albus.3
Studi di negara Nigeria, tercatat 133 kasus dari Januari 2009 sampai Maret
2013 terdiagnosis otitis eksterna, dengan rentang usia terbanyak adalah 20 - 68
tahun sebanyak (58,6%).6 Sedangkan studi di negara Amerika, menurut American
Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation, pada tahun
2006 angka kejadian infeksi yang paling umum dihadapi oleh para dokter adalah
otitis eksterna akut sekitar 1:250 dari populasi umum di Amerika Serikat.
Berdasarkan hasil analisis data National Ambulatory-Care (NAC) and Emergency
Department (ED) pada tahun 2007 diperkirakan 2,4 juta kunjungan kesehatan atau
sekitar 8,1 kunjungan per-1000 penduduk di Amerika Serikat didiagnosa
menderita otitis eksterna akut.7
2
Teaching Hospital prevalensi penderita otitis eksterna ditemukan lebih banyak
laki – laki yaitu 66 orang dan perempuan 61 orang dari 127 pasien.10 Pada
penderita otitis eksterna banyak keluhan yang sering dirasakan, namun
diantaranya penderita paling sering mengeluhkan rasa nyeri pada telinga
dibandingkan dengan rasa gatal pada telinga.11 Sedangkan prevalensi penderita
otitis eksterna di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
berdasarkan jenis otitis eksterna yang diderita lebih sering ditemukan otitis
eksterna difusa yaitu 374 pasien (84%).8 Hasil yang berbeda di University of
Nigeria Teaching Hospital bahwa penderita otitis eksterna sirkumskripta lebih
dominan di jumpai dibandingkan otitis eksterna difusa.10
Jika otitis eksterna tidak diobati, infeksi akan menyebar ke struktur organ
disekitarnya yang lebih dalam dan dapat berkembang menjadi otitis eksterna
maligna. Otitis eksterna maligna memiliki tingkat mortalitas hampir 50%.
Sehingga dengan mencegah terjadinya otitis eksterna dapat menghindari
komplikasi tersebut.12
3
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4 Manfaat Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam atau
labyrinthus. Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricula) dan liang telinga
(meatus acusticus externus) dan mempunyai batas dengan telinga tengah yaitu,
membrane tympani.13 Auricula tersusun dari tulang rawan kecuali pada bagian
lobulus. Meatus acusticus externus atau liang telinga berbentuk huruf S, pada
sepertiga bagian luar tersusun oleh tulang rawan, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya tersusun oleh tulang. Panjangnya berkisar antara 2½ - 3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat kelenjar serumen (kelenjar
keringat) dan rambut. Telinga tengah berbentuk rongga seperti kubus berisi udara
dengan batas luarnya yaitu membrane tympani, batas depan yaitu tuba auditiva
eustachius, batas bawahnya adalah vena jugularis (bulbus jugularis), batas
belakangnya 3 tulang pendengaran yaitu malleus, incus, dan stapes. Dilanjutkan
dengan aditus ad antrum, canalis facialis parsverticalis, atap atas berabatasan
dengan tegmen tympani (meningen/otak), dan batas dalamnya berturut-turut dari
atas ke bawah yaitu canalis semi circularis horizontal, canalis facialis, oval
window, round window, dan promontorium. Dan untuk Telinga dalam terdiri dari
cochlea yang sering disebut dengan rumah siput. Cochlea berupa dua setengah
lingkaran dan vestibulum, yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak cochlea disebut helicotrema, menghubungkan perilimfe skala
tympani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang cochlea, tampak skala
vestibuli dibagian atasnya, skala tympani di bagian bawahnya dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala tympani berisi perilimfa, sedangkan skala
media berisi endolimfa.14
6
Gambar 2.1 Anatomi Telinga15
7
Gambar 2.2 Anatomi Daun Telinga15
8
prossesus stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan
dibawah liang telinga memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga
merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
nervus facialis, patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.13,14
Saraf sensorik yang mempersarafi kulit dari liang telinga berasal dari
nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran
Limfe menuju ke nodus parotidei superficiales, mastoideus, dan
cervicales superficiales.14 16
2.3 Epidemiologi
9
2.4 Klasifikasi Otitis Eksterna
10
dengan nama swimmer’s ear dan tropical’s ears. Infeksi ini sering
terjadi pada perenang dan cuaca yang panas serta lembab. Bakteri
penyebab biasanya golongan Pseudomonas sp. Adapun kuman
lain yang dapat menjadi penyebab otitis eksterna difusa ini adalah
Staphylococcus albus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes
dan sebagainya. Penyakit ini juga bisa terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis. Penyakit ini ditandai dengan nyeri tekan
pada tragus, liang telinga sangat sempit, kadang terdapat
pembesaran kelenjar regional, ada nyerti tekan, serta terdapat
otorrhea yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir seperti
sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.4
c. Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur
yang terjadi pada teling luar, dan biasanya jarang mempengaruhi
telinga tengah. Gejala yang biasanya ditimbulkan seperti pruritis,
telinga tidak nyaman dan rasa sakit di telinga, rasa penuh di liang
telinga, tinnitus, dan gangguan pendengaran. Infeksi jamur di
liang telinga ini biasanya terjadi di daerah kelembaban yang
tinggi. Jamur penyebab utama otomikosis adalah Pityrosporum
dan Aspergilus.19
d. Herpes zoster otikus
Infeksi liang telinga yang disebabkan oleh virus varicella
zoster. Virus tersebut dapat menyerang satu atau lebih dermatom
saraf kranial (saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks
servikalis bagian atas) yang dapat disebut sebagai Sindroma
Ramsay Hunt.1
11
a. Eczematous otitis externa.
Meliputi berbagai kondisi dermatologis (dermatitis atopik,
psoriasis, sindrom lupus eritematosa, eczema) yang dapat
menginfeksi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.1
b. Otitis eksterna maligna.
Disebut juga otitis eksterna nekrotikans atau osteomielitis dasar
tengkorak. Suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang
telinga luar. Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan
meluas ke tulang temporal hingga ke jaringan sekitarnya.
Keadaan ini sering didapati pada pasien usia lanjut dan menderita
penyakit diabetes mellitus. Serta pasien dengan disfungsi imun
selular. Pada penderita diabetes mellitus, pH serumennya lebih
tinggi dibanding pH serumen non-diabetes. Kondisi ini yang
menyebabkan paenderita diabetes mellitus lebih mudah terkena
otitis eksterna. Otitis eksterna maligna juga dapat terjadi pada
pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang
melibatkan populasi yang lebih muda. Otalgia adalah gejala yang
paling sering terjadi. Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan otitis
eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior
liang telinga luar. Pemeriksaan scan tulang dengan technetium Tc
99m dan Ga 67 scan diperlukan untuk menegakkan diagnosa.1,12
c. Keratosis obsturan
Pada Keratosis Obsturan terdapatnya gumpalan epidermis pada
liang telinga yang dapat menyebabkan terbentuknya sel epitel
yang berlebihan dan tidak bermigrasi ke arah teinga luar.
Keratosis obsturan terdapat tuli yang konduktif pada seorang
pasien sehingga ia akan merasakan nyeri yang hebat, liang telinga
yang lebar, membran timpani lebih tebal dan jarang, serta sering
ditemukan sekresi telinga pada satu sisi telinga atau unilateral dan
lebih sering pada usia tua.1,7
12
2.5 Etiologi dan Faktor Resiko
13
kemudian terjadi penyumbatan di unit apopilosebasea, selama penyumbatan
berlangsung akan timbul rasa penuh dan rasa gatal di telinga. Kerusakan lapisan
epitel memungkinkann invasi bakteri atau jamur yang berasal dari pinggir kanal
ataupun yang masuk bersama benda asing yang dimasukkan ke kanal, seperti
cotton bud. Hal ini mengakibatkan terjadinya stadium inflamasi akut yang
ditandai dengan nyeri.
Pada tahap awal stadium inflamasi ringan, permukaan kulit meautus acusticus
externus terlihat eritema ringan, sedikit edema, dan dapat juga terlihat adanya
sekret encer atau agak keruh dalam jumlah yang sedikit. Rasa nyeri dan gatal akan
semakin bertambah, menandakan perkembangan inflamasi akut otitis eksterna
dari stadium inflamasi ringan ke stadium inflamasi sedang, dan kanal terlihat lebih
edema dan lebih banyak eksudat kental.
Pada stadium kronik, terjadi penebalan kulit kanal eksternal dan bagian
superfisialnya mulai mengelupas. Pada stadium ini dapat ditemukan perubahan
sekunder pada bagian aurikula dan konka, seperti eksematisasi, likenifikasi, dan
ulserasi superfisial. Kondisi ini hampir sama dengan eksema, dan dapat terjadi
dengan pengeringan dan penebalan kanal, sampai hilangnya kanal eksternal
karena hipertrofi kulit akibat infeksi kronik.7,11,18
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Pada
otitis eksterna sirkumskripta memiliki gejala dan tanda seperti nyeri hebat dan
kemerahan kulit di sekitar folikel rambut hingga abses yang akhirnya pecah,
terjadi pelepasan sekret yang sangat busuk. Rasa nyeri yang hebat disebabkan
14
karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan ikat longgar dibawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondium. Rasa nyeri akan terasa
lebih berat akibat pergerakan daun telinga atau tekanan pada tragus, seperti
gerakan spontan pada waktu membuka mulut. Gangguan pendengaran biasanya
terjadi bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga sehingga hantaran
gelombang suara juga tidak optimal.17
Pada otitis eksterna difusa, gejala dan tanda umumnya ialah rasa gatal, nyeri
tekan, dan nyeri tarikan di daerah daun telinga, tetapi penyakit ini dapat juga
menimbulkan gangguan pendengaran pada kasus yang parah dan menimbulkan
pembengkakan (oedema) di liang telinga, sehingga mempersempit rongga dari
liang telinga tersebut. Pada pemeriksaan otoskopi, sering terlihat suatu lapisan
tipis dan kemerahan pada kulit liang telinga. Peradangan tersebut dapat menyebar
ke membran timpani dan jaringan lunak sekitar. Gejala nyeri lebih dominan pada
infeksi liang telinga dan terdapat pengeluaran sekret (otorrhea). Sekret tersebut
biasanya encer hingga tampak berminyak dan dapat berbau busuk, hal ini
bergantung pada mikroorganisme penyebab. Jika otorrhea tampak berupa seperti
benang-benang mukus, biasanya menunjukkan fokus sekresi berada di telinga
tengah. Pada kebanyakan penyakit kulit generalisata, kejadian otitis eksterna
dengan otorrhea juga dapat terjadi peda perjalanan penyakitnya, demikian juga
pada psoriasis, dermatitis seboroik atau eczema. Pada otomikosis gejala yang
ditemukan, yaitu berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga. Dan pada
keadaan herpes zoester otikus, ditemukan lesi kulit yang vesikuler pada kulit di
daerah muka dan sekitar daun telinga, kadang juga disertai paralisis pada otot
wajah. Pada keadaan berat biasanya ditemukan gangguan pendengaran. Pada
kasus keratosis obsturan, gejala umumnya adalah nyeri telinga (otalgia) berat, tuli
konduktif akut, dan gangguan pendengaran. Jika terjadi gangguan pendengaran,
biasanya disebabkan oleh adanya gumpalan epitel berkeratin di liang telinga. Pada
otitis eksterna maligna gejalanya ialah rasa gatal di liang telinga, diikuti oleh
nyeri, sekret yang banyak keluar, pembengkakan liang telinga, serta terdapat
15
jaringan granulasi yang tumbuh cepat ke dalam sehingga liang telinga menjadi
tertutup.4,19
a. Anamnesis
Pada Anamnesis, keluhan utama yang dilaporkan pasien antara
lain rasa nyeri telinga atau otalgia yang berat, rasa penuh pada telinga,
tinnitus, dan demam. Nyeri bertambah terutama ketika daun telinga
ditarik, nyeri tekan pada tragus, serta gerakan spontan membuka mulut,
yaitu seperti ketika mengunyah makanan dan menguap. Keluhan
tambahan lainnya adalah pendengaran sedikit berkurang, walaupun ada
juga yang normal. Selain iyu, keluarnya sekret yang encer bening sampai
kental. Jenis sekret ini tergantung dari penyebab kuman atau jamur yang
menginfeksi. Infeksi yang disebabkan oleh jamur akan bermanifestasi
sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau. Pendengaran bisa
normal, dan sedikit berkurang.12
b. Pemeriksaan Fisik
16
c. Pemeriksaan Penunjang
2.8 Penatalaksanaan
17
dahulu. Rasa nyeri pada telinga dapat diatasi dengan analgetik. Pada otomikosis,
pengobatannya dengan menggunakan larutan asam asetat 2% dalam alkohol,
larutan Iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran
antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga. Kadang juga diperlukan
obat anti jamur dalam bentuk salep yang diberikan secara topikal, seperti nistatin,
klotrimazol. Dalam pengobatan herpes zoester otikus, penatalaksanaannya sesuai
dengan penyebabnya, yaitu virus herpes zoester. Pada otitis eksterna kronik,
dilakukan operasi rekonstruksi liang telinga, dan pada kolesteatoma juga
dilakukan operasi pengangkatan kolesteatoma dan jaringan yang nekrotik dengan
tujuan mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang. Kolesteatoma dan
jaringan nekrotik daiangkat sampai bersih, diikuti pemberian antibiotik topikal
secara berkala. Jika koklesteatoma masih kecil atau terbatas, dapat dilakuakan
tindakan konservatif. Sedangkan pada otitis eksterna maligna sering, harus segera
dilakukan tes kultur dan resistensi. Sambil menunggu hasil kultur, dapat diberikan
obat golongan fluorquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan
yang lebih berat, diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Selain obat-obatan,
dilakukan juga tindakan untuk memebersihkan luka secara radikal. Tindakan
membersihkan luka yang kurang bersih akan menyebabkan penjalaran penyakit
makin cepat. Otitis eksterna maligna sering didapati pada pasien usia lanjut dan
menderita penyakit diabetes mellitus. Untuk itu, selain mengobati telinga, pasien
dengan diabetes mellitus juga harus dikontrol gula darahnya.3,4,18
2.9 Komplikasi
18
2.10 Pencegahan
Pencegahan otitis eksterna antara lain, yaitu saat telinga terasa gatal tidak
diperbolehkan menggoreskan, menusuk telinga atau membersihkan telinga
dengan menggunakan cotton bud, kuku, pin, atau benda lainnya yang bisa melukai
telinga. Jika terasa sangat gatal, segera berkonsultasi ke dokter. Gatal dapat
dikontrol dengan antihistamin yang diberikan secara oral, terutama pada waktu
tidur. Lalu usahakan telinga selalu dalam keadaan kering, tidak lembab,
contohnya setelah mencuci rambut, berenang atau mandi, usahakan telinga tidak
lembab dengan menggelengkan kepala untuk membuang air yang tersisa dari
saluran telinga. Pasien otiits eksterna yang masih dalam pengobatan harus
diperhatikan agar telinga jauh dari air selama 7-10 hari. Pada perenang dapat
kembali berenang setelah 2-3 hari menyelesaikan pengobatan, atau dibantu
dengan penggunaan penyumbat telinga karet silikon. Pasien yang memakai alat
bantu dengar atau earphone harus membatasi penggunaannya sampai rasa sakit
hilang.12
2.11 Prognosis
Sebagian besar pasien otitis eksterna membaik dalam 2-3 hari dari
pemberian antibiotik. Jika tidak membaik dalam 2-3 hari maka perlu dilakukan
evaluasi kembali oleh dokter. Otitis eksterna biasanya sembuh sepenuhnya dalam
7-10 hari. Pada beberapa pasien, dapat menyebabkan nyeri hebat yang
memerlukan penghilang rasa sakit seperti narkotika, dan nyeri biasanya membaik
2-5 hari setelah memulai terapi. Jika tidak diobati, otitis eksterna akut dapat
19
berkembang menjadi otitis eksterna maligna, suatu kondisi serius yang sering
menyebabkan morbiditas atau mortalitas yang parah. Komplikasi ini hampir
secara khusus terlihat pada pasien immunocompromised, seperti penderita
diabetes, penderita AIDS, orang-orang yang menjalani kemoterapi, dan pasien
yang memakai obat immunosuppressant (misalnya, glukokortikoid). Jika tidak
diobati, nekrosis otitis eksterna maligna memiliki tingkat kematian mencapai
50%.3,7
20
2.12 Kerangka Teori
Faktor Risiko
Keluhan
Gangguan
Otalgia Pruritus Rasa Penuh Ottorhea Demam
Pendengaran
Memperberat
a. Kemasukan
Agent: Air saat
Otitis mandi dan
a. Bakteri berenang
Eksterna
b. Jamur b. Struktur
c. Virus anatomis
telinga
21
2.13 Kerangka Konsep
Gambaran Kasus
Berdasarkan Usia
Gambaran Kasus
Berdasarkan Jenis
Kelamin
Gambaran Kasus
Berdasarkan
Pendidikan
Gambaran Kasus
Berdasarkan
Gambaran Kasus Pekerjaan
Otitis Eksterna
Otitis Eksterna
Gambaran Kasus
Berdasarkan
Keluhan Utama
Gambaran Kasus
Berdasarkan
Keluhan Tambahan
Gambaran Kasus
Berdasarkan Faktor
Resiko
Gambaran Kasus
Berdasarkan Jenis
Otitis eksterna
Gambaran Kasus
Berdasarkan Lokasi
Telinga yang
diderita
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Lokasi
3.2.2 Waktu
3.3.1 Populasi
23
3.3.2 Sampel
24
3.4 Definisi Operasional
25
Negeri (PNS)
5. Keluhan Keluhan yang 1. Otalgia Nominal
utama menyebabkan pasien 2. Pruritus
meminta pertolongan
dokter atau
paramedis lainnya.
26
3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan data rekam medik pasien periode Januari
2017-Juni 2018.
Pengolahan Pengambilan
Input Data Data Rekam
Data
Medik
Data yang telah terkumpul akan diedit dan dimasukkan ke dalam aplikasi
SPSS (Statistical Package for The Social Science). Kemudian setelah itu
menganalisis data dengan metode analisis univariat. Pengolahan data merupakan
upaya pengolahan data mulai dari dikumpulkan lalau dianalisis.
27
3.7.1 Pengolahan Data
a. Editing
Hasil pengambilan data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
rekam medik perlu disunting atau (edit) terlebih dahulu dengan
benar, lengkap dan sudah sesuai dengan data yang diperlukan.
b. Coding
Mengklasisfikasikan data-data ke dalam kategori dengan cara
memberi kode berbentuk angka pada data variabel rekam medis
yang didapat untuk mempermudah proses tabulasi dan analisis
data.
c. Entry Data
Data-data rekam medik yang sudah diberi kode kemudian
dimasukkan kedalam tabel dengan cara memasukkan data melalui
pengolahan komputer SPSS (Statistical Product and Service
Solution) Versi 25.
d. Cleaning
Dilakukan bila terdapat kesalahan dalam pemasukan data. Setelah
dilakukan pengolahan data maka akan dilakukan analisis data.
e. Tabulasi
Proses pengolahan data yang dilakuakn dengan cara memasukkan
data ke dalam tabel. Data yang telah diperoleh peneliti dalam
bentuk kode ditabulasi kedalam tabel distribusi frekuensi sehingga
tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
28
kelamin, data pendidikan, keluhan utama, keluhan tambahan, lokasi
telinga, diagnosis medik dan penatalaksanaan. Hasil analisis univariat
berupa distribusi frekuensi dari setiap variabel. Selanjutnya, hasil analisis
univariat ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar atau grafik.
29
30