Anda di halaman 1dari 23

CASE BASED DISCUSSION

SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Disusun oleh:

Glenn Fernandez Yeremia (1765050227)


Davito Pelapelapon (1765050388)
Sakina Shahab (1865050010)
Yuliance H (1865050032)
Yolanda Gloria Poddala (1965050019)
Reynaldi Allen (1965060036)
Rebecca Novityana (1965050106)
Rory Wati Tamba (1765050141)
Nurwahidin Wishnu Adi Subroto (1765050258)
Inthan Claudya Sitorus (1765050357)

Pembimbing
dr. Ratna Dewi P MSc SpKJ

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang
Periode 22 Juli-23 Agustus 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
STATUS PASIEN PSIKIATRI

I. IDENTITAS

PASIEN

Nama : Ny S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 37 tahun

Alamat : Muntilan, Magelang

Status pernikahan : Bercerai

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

ALLOANAMNESIS
Nama : Ny. Mustini
Usia : 41 Tahun
Hubungan Dengan Pasien : Saudara Pasien
Alamat : Muntilan
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam

II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dilakukan pada hari Jumat, 26 Juli 2019 di Bangsal Utari RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang
2. Alloanamnesis dilakukan pada hari Jumat, 26 Juli 2019 di rumah pasien,
Muntilan

III. Keluhan Utama


Pasien dibawa ke RSJ karena pasien sering berbicara sendiri dan suka melamun.

IV. Autoanamnesis
Pasien mengatakan dibawa ke IGD RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang karena
sering berbicara sendiri dan sering melamun. . Pasien mengatakan merasa sedih
karena suami pasien menceraikan pasien dikarenakan pasien tidak menuruti
perintah mertua untuk membuatkan kopi, namun pasien lupa kapan pasien
diceraikan oleh mantan suaminya. Pasien juga mengatakan bahwa pasien tidak
bersemangat dan hanya ingin di kamar saja. Pasien mengatakan sering melihat
jubah berwarna putih melayang di sekitar pasien dan merasa lehernya tercekik.
Pasien juga merasa bahwa ada orang yang mengontrol dirinya. Pasien juga
mengaku pernah jatuh dan kepalanya terbentur sehingga harus dirawat di rumah
sakit. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien sudah pernah mondok namun
lupa kapan. Kemudian setelah gejala mulai berkurang, pasien dipulangkan ke
rumah. Pasien mengatakan bahwa pasien berhenti minum obat karena merasa
sudah sembuh. Pengobatan pasien dilakukan dengan pengawasan kakak kandung
pasien. Pasien mengaku sadar dirawat di RSJ karena sakit jiwa setelah diberitahu
oleh perawat di bangsal RSJ Soerojo Magelang.
V. Alloanamnesis
Pasien diantar oleh kakaknya karena pasien sering berbicara sendiri dan sering
melamun sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga sulit tidur,
nafsu makan berkurang, dan tiba-tiba menangis dan sering mengurung diri.
Saudara pasien mengatakan sebelumnya pasien sudah pernah mondok dua kali di
RSJ pada tahun 2017 karena pasien mengamuk dan sering berbicara ngelantur.
Pasien berhenti minum obat sejak 6 bulan yang lalu karena keluarga pasien
merasa pasien sudah sembuh total sehingga tidak membutuhkan obat lagi.
Saudara pasien mengatakan bahwa awal munculnya gejala ketika pasien bekerja
di Batam. Saat bekerja di Batam pasien sering mengeluh mengenai masalah
percintaan kepada kakaknya, semenjak saat itu pasien mulai berbicara ngelantur,
sering kebingungan, dan sering mendengar suara bisikan. Setelah tiga bulan
bekerja pasien terjatuh dari lantai dua dan sempat koma selama 10 hari. Saudara
pasien mengatakan bahwa pasien jatuh karena mendengar suara bisikan yang
memerintahkan pasien untuk loncat dari gedung. Pada tahun 2017 pasien sempat
menikah namun beberapa hari kemudian pasien diceraikan oleh suaminya karena
penyakit pasien kambuh lagi. Setelah kejadian tersebut penyakit pasien menjadi
lebih sering kambuh, terlihat murung, tidak bersemangat dan mengurung diri.
Saat gejala pasien kambuh pasien mengatakan ingin bertemu dengan mantan
suaminya.

VI. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri

2019
2017 2017
2017 Mondok 3
Mulai Mondok 1
muncul Mondok 2
ngelantur

Februari
2019

Putus obat

F
u
n
g
s
i

G
l
o
b
a
l

2. Riwayat Gangguan Medis

Riwayat kejang disangkal, hipertensi disangkal, riwayat diabetes melitus


disangkal, riwayat trauma kepala (+) saat usia 18 tahun dan sempat koma selama
10 hari dan dirawat di ICU. Hipertensi disangkal, riwayat diabetes melitus
disangkal.
3. Riwayat Penggunaan Obat-obatan.

Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

VII. Riwayat Kehidupan Personal


a. Masa prenatal dan perinatal
- Lahir 02 April 1982, anak ke 9 dari 9 bersaudara, keadaan ibu saat hamil
dan melahirkan sehat, pasien lahir dengan persalinan normal
b. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh keluarga sendiri.
- Psikomotorik

Tidak ada data yang valid tentang pasien mulai menunjukkan pertumbuhan
dan perkembangan seperti: pertama kali mengangkat kepala, berguling, duduk,
merangkak, berdiri, berjalan-berlari, memegang benda–benda di tangannya,
meletakkan segala sesuatu di mulutnya dan memegang benda-benda di
tangannya.

- Psikososial

Tidak ada data yang valid mengenai pasien di usia berapa mulai tersenyum
saat melihat wajah orang lain, dikejutkan oleh suara, ketika tertawa pertama
pasien atau menggeliat ketika diminta untuk bermain dan bertepuk tangan
dengan orang lain.

- Komunikasi

Tidak ada data yang valid tentang pasien seperti mulai mengucapkan kata-kata
seperti “ibu” dan “ayah” pada umur satu tahun.

- Emosi

Tidak ada data yang valid reaksi pasien ketika bermain, takut dengan orang
asing, ketika mulai menunjukkan kecemburuan atau daya saing terhadap
lainnya dan pelatihan menggunakan toilet.

- Kognitif
Tidak ada data yang valid usia pasien ketika dapat mengikuti objek, mengakui
ibunya, mengenal anggota keluarganya.

c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

- Psikomotor
Perkembangan psikomotor pasien sesuai dengan anak seusianya.

- Psikososial
Pasien adalah anak yang cenderung pendiam namun mampu bersosialisasi
dengan orang di sekitarnya.

- Komunikasi
Pasien mampu bergaul dengan teman-teman dan lingkungannya dengan baik.

- Emosional
Emosi pasien saat usia sebelum 3-11 tahun stabil, pasien tidak pernah terlibat
dalam kasus perkelahian di sekolah.

- Kognitif
Pada saat kelas 4 SD sempat tidak naik kelas 1 kali.

d. Masa kanak akhir (11-18 tahun)


- Psikomotor

Pasien dapat melakukan semua aktivitas motorik dengan baik tanpa hambatan.

- Psikososial
Pasien merupakan remaja yang pendiam dan pemalu,
- Komunikasi

Pasien dapat bergaul dengan tetangga dan lingkungannya dengan komunikasi


verbal maupun non-verbal.

- Emosional
Emosi pasien stabil, pasien tidak pernah terlibat dalam kasus perkelahian di
sekolah.
- Kognitif
Pasien mampu mengikuti proses belajar di sekolah.
e. Riwayat Masa Dewasa
 Riwayat Keagamaan
- Pasien beragama Islam dan rajin beribadah.
 Riwayat Pendidikan
- Pendidikan terakhir pasien adalah SMK.
 Riwayat Pekerjaan
- Pasien bekerja membantu di toko tetangganya.
 Riwayat Pernikahan
- Pasien sudah menikah tahun 2017, namun bercerai.
 Riwayat Psikoseksual
- Tidak ada penyimpangan seksual.
 Riwayat Aktivitas Sosial
- Pasien bersosialisasi dengan lingkungan rumah.
 Riwayat Hukum
- Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
 Riwayat Militer
- Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
 Riwayat Situasi Hidup Sekarang
Pasien tinggal bersama 1 kakak kandung perempuan dan 1 ponakan di
Muntilan, Magelang.
VIII. GENOGRAM

IX. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


A. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis (E4 M6 V5)

Kesan Gizi : Baik

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,5o Celcius

B. Status Generalisata

Pemeriksaan Hasil
Kulit Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak kemerahan.
Tidak ada eflorosensi yang bermakna.

Kepala Bentuk normochepali, simetris, rambut hitam, lurus, distribusi merta, tidak
mudah dicabut. Tidak ada deformitas. Tidak ada edem palpebra,
Konjungtiva pucat -/-, Sklera ikterik -/-, pupil 2mm/2mm, refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, refleks kornea +/+,
Telinga dalam batas normal. Nafas Cuping hidung (-), mukosa bibir kering
(-), pucat (-), sianosis (-).
Leher Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-), kaku kuduk (-
), sikatriks (-)
Thorax Bentuk simetris, tulang dada normal, sel iga tidak ada retraksi, gerakan
dinding dada simetris.
Paru-paru:
 Inspeksi: Latero-lateral lebih panjang dari pada Antero-Posterior,
pergerakan dinding dada simetris, Retraksi sela-sela iga (-),
massa (-), Spider Nevie (-)
 Palpasi: Gerakan dinding dada simetris, Vocal Fremitus teraba
sama kanan-kiri.
 Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru atas dan paru bawah
 Auskultasi: Bunyi nafas dasar vesikuler, Ronchi -/-, Krepitasi -/-,
Wheezing -/-
Jantung:
 Inspeksi: Ictus Cordis tidak terlihat
 Palpasi: Ictus Cordis teraba
 Perkusi: Batas paru dan jantung kanan setinggi ICS 4 hingga ICS 5
garis sternalis dextra dengan suara redup, batas paru dan jantung kiri
setinggi ICS 5± 2cm medial linea midclavicularis sinistra dengan
suara redup, batas jantung setinggi ICS 3 linea parasternalis kiri.
 Auskultasi: Bunyi Jantung I-II Reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen  Inspeksi: Bentuk abdomen normal, mendatar, massa, Striae (-), Caput
Medusae (-), pelebaran pembuluh darah (-)
 Auskultasi: Bising usus (+) 5x/menit
 Palpasi: Dinding Abdomen supel, turgor kulit baik,
nyeri tekan(-),Ballotement (-), Undulasi (-), Ascites (-).
 Perkusi: Timpani, Nyeri Ketuk (-)
Genetalia Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas Ekstremitas Atas: simetris, deformitas (-), oedem (-), CRT <2”
detik,tremor pada kedua extremitas atas
Esktremitas Bawah: simetris, deformitas (-), oedem (-), CRT <2” detik,
tremor pada kaki kanan
C. Pemeriksaan Neurologis
1. GCS : 15 (E4 V6 M5)
2. Saraf Kranialis I-XII : Tidak ditemukan kelainan
3. Rangsang Meningeal : Tidak ditemukan kelainan
4. Kaku kuduk : (-)
5. Brudzinski I : (-)
6. Brudzinski II : (-)
7. Laseque : (-)
8. Kernig : (-)
9. Motorik : Baik
10. Sensorik : Baik
11. Refleks Fisiologis:
 Biceps : ++/++
 Triceps : ++/++
 Patella : ++/++
 Achilles : ++/++
12. Refleks Patologis
 Hoffman Tromner : --/--
 Babinski : --/--
 Chaddock : --/--
 Schafer : --/--
 Oppenheim : --/--
 Gordon : --/--

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

(Pemeriksaan dilakukan di bangsal Amarta Putra RSJ. Prof. Dr. dr. Soerojo Magelang
pada tanggal 30 Juli 2019)
1. Deskripsi Umum

Penampilan : Tampak seorang perempuan dengan perawakan


sesuai usia, rawat diri baik, penampilan rapi.
Kesadaran

Neurologik : Compos Mentis (GCS 15)

Psikologik : Terganggu

Sosial : Terganggu

Perilaku : Normoaktif

Sikap : Kooperatif, kontak mata baik

Perhatian dengan pemeriksa : Mudah ditarik, mudah dicantumkan.

2. Alam perasaan
Mood : Disforik
Afek
Keserasian : Appropriate
Derajat : Luas
Konsistensi : Stabil
3. Proses pikir
Arus pikir
a. Produktifitas : Berpikir lambat
b. Hendaya bahasa : Koheren

Isi pikir : Delusion of Control

Bentuk pikir : Non-realistik

4. Persepsi
Halusinasi : Auditorik (+), visual (+), taktil (+), gustatorik (-),
olfaktori (-)
Ilusi : Auditorik (-), visual (-), taktil (-), gustatorik (-),
olfaktori (-)
Depersonalisasi : (-)
Derealisasi : (-)
5. Sensorium dan Kognitif
a. Orientasi W/T/O/S : Baik /Baik/ Baik/Baik
b. Intelegensi dan kemampuan : Baik
c. Daya Ingat
 Segera ( <1 jam) : Baik
 Pendek ( <1 hari) : Baik
 Menengah ( <1 bulan) : Baik
 Panjang ( >6 bulan – 1 tahun) : Buruk
d. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
e. Kemampuan Visiospasial : Baik
f. Pikiran abstrak : Baik
g. Intelegensi : Baik
h. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
i. Pengetahuan Umum : Baik
6. Pengendalian impuls : Terkendali
7. Taraf dapat dipercaya : Dapat Dipercaya
8. Tilikan diri Intelectual Insight ( Tilikan 5 : Pasien sadar dirinya sakit, tetapi tidak
bisa menerapkan dalam mengatasinya).
9. PANNS EC;
P4 (gaduh gelisah) :2
P7(permusuhan) :1
G4(ketegangan) :2
G8(ketidakoperatifan) :1
G14(pengendalian impuls) :1
Total :7

V. SIMPTOM PADA PASIEN

Kesadaran psikologik dan sosial : Terganggu

Mood : Disforik

Afek
- Keserasian : Appropriate
- Derajat : Luas,
- Konsistensi : Stabil

Arus pikir

- Produktifitas : Berpikir lambat


- Hendaya bahasa : Koheren

Isi pikir : Delusion of Control

Bentuk pikir : Non-realistik

Gangguan Persepsi : Halusinasi Auditorik

Taraf dapat dipercaya : Dapat Dipercaya

Tilikan diri : Intelectual Insight ( Tilikan 5 : Pasien

sadar dirinya sakit, tetapi tidak bisa menerapkan dalam mengatasiya).

VI. SINDROM PADA PASIEN

Sindrom Skizofrenia :

- Delusion of Control
- Halusinasi Auditorik, visual, taktil
- Bentuk pikir non-realistik

Sindrom depresif :

- Afek disforik
- Sulit tidur
- Nafsu makan berkurang

VII. DIAGNOSIS BANDING

 F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia


 F 25.1 Skizoafektif Tipe Depresif
 F 33.3 Gangguan Depresi Berulang , Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik

F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau: Terpenuhi


(a) Pasien telah menderita skizofrenia
(yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir
ini;
(b) Beberapa gejala skizofrenia masih
tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasi gambaran klinisnya);
dan
(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan
mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif
(F32.-), dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak menunjukkan gejala Tidak terpenuhi
skizofrenia, diagnosis menjadi Episode
Depresif (F32,-). Bila gejala skizofrenia
masih jelas dan menonjol, diagnosa harus
tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai (F20.0-F20.3)
F25.1 Skizoafektif Tipe Depresif

Pedoman diagnostik

Kategori ini harus dipakai baik untuk


episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal dan untuk gangguan berulang Terpenuhi
dimana sebagian besar episode didominasi
oleh skizoafektif tipe depresif
Afek depresif harus menonjol, disertai
oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
depresif maupun kelainan perilaku terkait Terpenuhi
seperti tercantum dalam uraian untuk
episode depresif (F32)
Dalam episode yang sama, sedikitnya
harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada
dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana Terpenuhi
ditetapkan dalam pedoman diagnostic
skizofrenia, F20.-, (a) sampai (d)

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik

Untuk diagnosis pasti: (a) Terpenuhi


a. Kriteria untuk gangguan (b) Tidak terpenuhi
depresif berulang (F33.-)
harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk
episode depresif berat
dengan gejala psikotik
(F32.3); dan
b. Sekurang-kurangnya 2
episode telah
berlangsung masing-
masing selama minimal
2 minggu dengan sela
waktu beberapa bulan
tanpa gangguan afektif
yang bermakna

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

 Aksis 1: F 25.1 Skizoafektif tipe depresif


 Aksis 2: belum didiagnosis
 Aksis 3: Trauma kepala, EPS
 Aksis 4: Ketidakpatuhan minum obat
 Aksis 5: GAF Scale 60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

IX. PENATALAKSANAAN

A. Farmakoterapi
1. Fluoxetine
a. Mekanisme Kerja

Fluoxetine diabsorbsi secara oral. Metabolisme utama di


hepatosit hati. Konsentrasi plasma maksimum dicapai setelah 6-8 jam
pemberian (dosis 40 mg). Makanan tidak mengganggu penyerapannya.
Sekitar 95% fluoxetine terikat dengan protein serum (albumin dan α1-
asam glikoprotein). Distribusi fluoxetine sangat luas dan terdapat
dalam air susu ibu. Kemampuan fluoxetine menghambat ambilan
serotonin 23 kali lebih kuat dibandingkan dengan kemampuannya
menghambat ambilan norepinefrin. Afinitas terhadap muskarinik
kolinergik, histamin, α1-adenergik, 5-HT1 atau 5-HT2 kurang.
Afinitasnya juga kurang terhadap saluran ion sodium jantung sehingga
pasien aman dari toksisitas jantung. Tidak ada pengaruhnya terhadap
monoamin oksidase.

b. Kontraindikasi
Kejang, Penyakit jantung, gangguan hati dan ginjal, Hamil dan laktasi.

c. Efek samping
Sindrom Ekstrapiramidal, mulut kering, mual, muntah,
dyspepsia, konstipasi, diare, anoreksia, penurunan berat badan,
ansietas, insomnia, halusinasi, ortostatik hipotensi, retensi urine.
d. Sediaan dan dosis

Fluoxtine tersedia dalam bentuk tablet 20 mg, kaplet 20 mg,


kapsul 10 mg dan kapsul 20 mg. Dosis anjuran 10-40 mg. Dosis inisial
yaitu 20 mg/hari diberikan pada pagi hari. Dosis >20 mg/hari dapat
diberikan 1-2 kali sehari dengan maksimal dosis 80 mg/hari.

2. Trihexylphenidil
a. Mekanisme Kerja

Meskipun mekanisme yang tepat dari aksi trihexyphenidyl


masih kurang dipahami, diperkirakan trihxylphenidil bertindak pada
sistem saraf parasimpatis dengan menghambat impuls eferen langsung.
Struktur dipersarafi oleh sistem parasimpatis seperti kelenjar saliva,
mata, dan otot-otot luruik (langsung dan tidak langsung) yang
terpengaruh, bahkan pada dosis yang lebih kecil. Penghambatan pusat
langsung dari pusat motorik otak dapat dilihat dengan dosis yang lebih
tinggi. Reseptor yang diduga adalah dopamine dan reseptor muscarinik
M1. Obat ini diserap pada saluran pencernaan, dan onset aksi terlihat
60 menit setelah dosis oral dengan aktivitas puncak terjadi setelah 2
sampai 3 jam. Satu dosis memiliki durasi kerja sekitar 6 sampai 12 jam
dan kemudian diekskresikan dalam urin, kemungkinan besar sebagai
obat tidak berubah.

b. Kontraindikasi

Trihexyphenidyl merupakan kontraindikasi pada mereka


dengan hipersensitivitas terhadap obat (trihexyphenidyl HCl). Hal ini
juga kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma sudut sempit. Hal ini
karena memiliki aktivitas antikolinergik yang dapat menyebabkan
midriasis, mempersempit sudut lensa, meningkatkan TIO, dan
memburuknya kondisi.

c. Efek Samping
Lorazepam dapat menyebabkan ngantuk, pusing, sedasi letih,
kikuk, lelah dan gangguan tidur. Perubahan nafsu makan, gangguan
penglihatan, dan gangguan pada gastrointestinal juga merupakan efek
samping dari lorazepam.

d. Dosis dan sediaan


Dosis dan sediaan : 3-10mg/hari dalam dosis terbagi, dengan
sediaan tablet 0,5 mg, 1 mg, 2 mg; parenteral 2 mg/ml, 4 mg/ml.

3. Litium Karbonat

a. Mekanisme Kerja

 Setelah ingesti lithium diabsorbsi seluruhnya oleh saluran


gastrointestinal. Kadarnya mencapai puncak serum dalam 1-1,5
jam untuk preparat standar dan 4-4,5 jam untuk preparat lepas
lambat. Lithium tidak dimetabolisme, tidak berikatan dengan
plasma dan didistribusikan secara tidak seragam dalam cairan
tubuh. Lithium juga tidak melewati sawar darah otak dengan
cepat.

b. Indikasi
Indikasi utama pemakaian Lithium adalah untuk gangguan
afektif bipolar khususnya episode manik.

c. Interaksi Obat
Lithium jika diberikan bersamaan dengan diuretik tiazid, ACE
inhibitor, dan NSAID akan meningkatkan konsentrasi serum
lithium sehingga risiko intoksikasi menjadi besar. Lithium jika
diberikan bersamaan dengan haloperidol dapat menimbulkan
efek neurotoksis seperti diskinesia dan ataksia. Jika digunakan
bersamaan dengan aspirin dan parasetamol tidak akan
menimbulkan interaksi.
d. Dosis Obat
Dosis lithium pada dewasa dimulai pada dosis 300 mg 2-3 kali
sehari dan kadar plasma stabil dicapai dalam 4-5 hari. Setelah
pasien cukup stabil, dosis tunggal seringkali lebih disukai. Bila
fungsi ginjal normal, dosis total perhari bisa mencapai 1200-
1800 mg lithium karbonat yang akan menghasilkan konsentrasi
lithium dalam plasma berkisar 0,8-1,2 meq/L. Dosis
pemeliharaan berkisar di tingkat kadar plasma 0,6-1 meq/L
yang dapat dicapai dengan pemberian 900-1200 mg/hari. Pada
penggunaan untuk sindrom mania akut, setelah gejala-gejala
mereda, lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6
bulan, dihentikan secara gradual (tappering off) bila memang
tidak ada indikasi lagi. Pada gangguan afektif bipolar dan
unipolar, penggunaan harus diteruskan dalam beberapa tahun,
sesuai dengan indikasi profilaksis serangan sindrom mania atau
depresi.

e. Efek Samping
- Efek neurologik:
 Ringan nontoksik: disforia, tidak spontan, perlambatan
waktu reaksi, kesulitan memori
 Tremor: postural, kadang-kadang efek ekstrapiramidal
 Toxic: tremor, disartria, ataksia, iritabilitas neuromuskular,
kejang-kejang, koma, kematian
 Lain-lain: neuropati perifer, peningkatan tekanan
intrakranial ringan, hipertensi, miastenia gravis like
syndrom, penurunan ambang kejang
- Endocrine:
 Thyroid: goiter, hipothyroid, exophthalmus, hipertiroidism
(jarang)
 Parathyroid: hiperparathyroidism, adenoma
- Kardiovaskular: benign T wave changes, sinus node
disfunction
- Renal: consentrating defect, perubahan morfologis, poliuria
(diabetes insipidus), penurunan GFR, sindroma nefrotik,
asidosis renal tubular
- Kulit: jerawat, rambut rontok, psoriasis, rash
- Saluran cerna: penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare
- Lain-lain: perubahan metabolisme karbohidrat, peningkatan
berat badan, retensi air

B. Non Farmakoterapi

1. Psikoterapi :

 Memotivasi pasien untuk dapat meminum obat secara teratur.


 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalah dan
meyakinkan pasien bahwa ia dapat mengatasi masalah tersebut.
 Menjauhkan diri dari teman, benda, tempat, dan hal lain yang dapat memicu
keinginan untuk mengkonsumsi zat psikoaktif lagi.

2. Sosioterapi :
 Memotivasi pasien untuk menjalani komunikasi terhadap lingkungan dan
membuka diri.
 Menganjurkan pasien untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti
olahraga, mengikuti kegiatan sosial, dan melakukan hobi positif.
 Memotivasi untuk mencari teman baru yang bisa memberikan dampak positif
bagi pasien.

3. Terapi Keluarga :
 Membantu keluarga pasien untuk memahami dan mengetahui mengenai
kondisi pasien.
 Memberikan pengertian kepada keluarga untuk tidak bertengkar
dengan pasien, memotivasi keluarga agar keluarga terus mendampingi pasien
, dan mendukung pasien melakukan tindakan positif.
4. Cognitive Behavioural Therapy
a. Bermanfaat dalam memperbaiki gejala positif pada pasien dengan skizofrenia
b. CBT juga bermanfaat dalam memperbaiki gangguan kognitif, memperbaiki
hubungan sosial pasien dan dapat menghibur pasien dengan skizofrenia
c. CBT juga bermanfaat dalam memperbaiki perilaku disorganisasi pada pasien
dengan skizofrenia
5. Yoga
a. Yoga bermanfaat dalam memperbaiki gejala positif dan negatif pada pasien
dengan skizofrenia
b. Dapat mengurangi risiko peningkatan BB yang disebabkan penggunaan anti
psikotik jangka panjang
c. Yoga dapat mengurangi gejala psikotik, depresi, peningkatan kognisi dan
peningkatan kualitas hidup

6. Intervensi Komplementer dan Diet


a. Diet pada pasien dengan skizofrenia harus mengandung tinggi fiber dan rendah
lemak serta karbohidrat
b. Pemberian asam folat dapat memperbaikigejala positif da negatif pada pasien
dengan skizofrenia
c. Vitamin C, E dan B dapat membantu memperbaiki gejala skizofrenia

X. PROGNOSIS

Keadaan Pasien Prognosis

Premorbid

Riwayat Ggn. Jiwa Tidak ada Baik


Keluarga
Status Perkawinan Cerai Buruk

Dukungan Keluarga Baik Baik

Status Sosial-Ekonomi Cukup Baik

Stressor Jelas Baik


Morbid

Onset Usia Dewasa Baik

Jenis penyakit Psikotik Buruk

Perjalanan penyakit Kronis Buruk

Penyakit organik Riwayat trauma kepala Buruk

Respon terapi Positif Baik

Kepatuhan minum obat Tidak Patuh Buruk

Tilikan Derajat 5 Baik

Ad Vitam : Bonam

Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai