Anda di halaman 1dari 11

IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

(Pemeriksaan dilakukan di bangsal Amarta Putra RSJ. Prof. Dr. dr. Soerojo Magelang pada
tanggal 30 Juli 2019)
1. Deskripsi Umum

Penampilan : Tampak seorang laki-laki dengan perawakan sesuai


usia, rawat diri cukup, penampilan rapi.

Kesadaran

Neurologik : Compos Mentis (GCS 15)

Psikologik : Terganggu

Sosial : Terganggu

Perilaku : Normoaktif

Sikap : Kooperatif, kontak mata baik

Perhatian dengan pemeriksa : Mudah ditarik, mudah dicantumkan.

2. Alam perasaan
Mood : Euforia
Afek
Keserasian : Appropriate
Derajat : Luas
Konsistensi : Stabil

3. Proses pikir
Arus pikir
 Kualitas
Koheren, Flight of idea
 Kuantitas
Talk Active

Isi pikir

 Bizzare

Thought of echo, Thought Broadcasting, Withdrawal, Delusion of Control,


Delusion of Pasivity

 Non Bizzare

Waham kebesaran, Delusion of Reference

Bentuk pikir : Non-realistik

4. Persepsi
Halusinasi : Auditorik (+), visual (-), taktil (-), gustatorik (-),
olfaktori (-)
Ilusi : Auditorik (-), visual (-), taktil (-), gustatorik (-),
olfaktori (-)
Depersonalisasi : (-)
Derealisasi : (-)
5. Sensorium dan Kognitif
a. Orientasi W/T/O/S : Baik /Baik/ Baik/Baik
b. Intelegensi dan kemampuan : Baik
c. Daya Ingat
 Segera ( <1 jam) : Baik
 Pendek ( <1 hari) : Baik
 Menengah ( <1 bulan) : Baik
 Panjang ( >6 bulan – 1 tahun) : Baik
d. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
e. Kemampuan Visiospasial : Baik
f. Pikiran abstrak : Baik
g. Intelegensi : Baik
h. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
i. Pengetahuan Umum : Baik

6. Pengendalian impuls : Terkendali


7. Taraf dapat dipercaya : Dapat Dipercaya
8. Tilikan diri Impaired Insight ( Tilikan 1 : Penderita tidak mengetahui dirinya sakit
bahkan menyangkal penyakitnya.)
9. PANNS EC;
P4 (gaduh gelisah) :3
P7(permusuhan) :2
G4(ketegangan) :2
G8(ketidakoperatifan) :1
G14(pengendalian impuls) :2
Total : 10

V. SIMPTOM PADA PASIEN

Kesadaran psikologik dan sosial : Terganggu

Mood : Euforia

Afek
Keserasian, Derajat, Konsistensi : Appropriate, Luas, Stabil
Arus pikir

Kualitas : Koheren, Flight of idea

Kuantitas : Talk Active

Isi pikir : Thought of echo, Thought Broadcasting,

Withdrawal, Delusion of Control, Delusion


Pasivity, Waham kebesaran, Delusion of
Reference
Bentuk pikir : Non-realistik

Gangguan Persepsi : Halusinasi Auditorik

Taraf dapat dipercaya : Dapat Dipercaya


Tilikan diri : Impaired insight (Tilikan 1 : Penderita tidak
mengetahui dirinya sakit bahkan menyangkal
penyakitnya).

VI. SINDROM PADA PASIEN

Thought of echo, Thought Broadcasting, Withdrawal, Delusion of Control, Delusion


Pasivity, Waham kebesaran, Delusion of Reference, Halusinasi Auditorik

F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik

Pedoman diagnostik

Kategori ini digunakan baik untuk episode Terpenuhi


skizoafektif tipe manik yang tunggal mau
pun untuk gangguan berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau Terpenuhi
ada peningkatan afek yang tak begitu
monjol dikombinasi dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak
Dalam episode yang samaharus jelas ada Terpenuhi
sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua,
gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20.- pedoman
diagnostik (a) sampai dengan (d)
F20.0 Skizofrenia paranoid

Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis Terpenuhi


skizofrenia
Sebagai tambahan: (a) Terpenuhi
 Halusinasi dan/atau waham harus (b) Tidak terpenuhi
menonjol: (c) Terpenuhi
(a) Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa
(laughing);
(b) Halusinasi pembauan atau
pengecapa rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh; halusianasi visual
mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
(c) Waham dapat berupa hampir
setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of
inffluence), atau “passivity”
(delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang
paling khas;
 Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak
nyata/ tidak menonjol

F30.2 Mania dengan gejala psikotik

Pedoman diagnostik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania Tidak terpenuhi


yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa
gejala psikotik)
Harga diri yang membumbung dan gagasan Terpenuhi
kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur),
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham
kejar (delusion of persecution). Waham dan
halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent).

VII. DIAGNOSIS BANDING

F20.0 Skizifrenia paranoid


F30.2 Gangguan Mania dengan gejala psikotik

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik

Aksis II : Belum ada diagnosis

Aksis III : Belum ada diagnosis

Aksis IV :Masalah berkaitan dengan Primary Support Group (Orang tua &
pendidikan)

Aksis V : GAF 60-51, gejala sedang, disabilitas sedang


IX. PENATALAKSANAAN

A. Farmakoterapi
1. Olanzapine
a. Mekanisme Kerja
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur
kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas terhadap
reseptor dopamin (D2, D3, D4 dan D5), reseptor serotonin(5HT2),
muskarinik, histamin (H1) dan reseptor alfa 1. Olanzapin diabsorpsi
dengan baik setelah pemberian oral, dengan kadar plasma tercapai setelah
4 – 6 jam pemberian, metabolisme di hepar oleh enzim CYP 2D6, dan
diekskresi lewat urin.

b. Kontraindikasi
Olanzapine tidak dapat diberikan pada pasien yang memiliki alergi
terhadap olanzapine, usia tua dengan demensia terkait psikosis,
meningkatkan risiko kematian dan insiden gangguan cerbrovaskular,
penyakit Alzheimer, diabetes mellitus, stroke, riwayat kejang, leukopenia,
neutropenia, and agranulocytosis.
c. Efek samping
Meskipun strukturnya mirip dengan klozapin, olanzapin tidak
menyebabkan agranulositosis seperti klozapin. Olanzapin dapat ditoleransi
dengan baik dengan efek samping ekstrapiramidal terutama tardiv
diskinesia yang minimal. Efek samping yang sering dilaporkan adalah
peningkatan berat badan dan gangguan metabolik yaitu intoleransiglukos,
hiperglikemia, dan hiperlipidemia. Untuk pasien yang memiliki riwayat
diabetes, harus dilakukan kontrol gula darah secara rutin, karena
olanzapine dapt sebabkan hyperglycemia. Untuk pasien yang punya
riwayat alergi terhadap olanzapine, maka dicari obat lain sebagai
pengganti.

d. Sediaan dan dosis


Olanzapin tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, dan vial 10
mg. Dosi awal yang diberikan per oral adalah 5 – 10 mg/hari, kemudian
dinaikkan 5mg/hari dengan interval 1 minggu, hingga mencapai
maintenance dose yaitu 10 – 20 mg/hari, dengan tidak melebihi 20
mg/hari.
2. Lorazepam
a. Mekanisme Kerja
Lorazepam merupakan obat golongan benzodiazepine,
benzodiazepine berikatan dengan tempat spesifik pada reseptor GABA A
dan menyebabkan peningkatan afinitas reseptor GABAA untuk
neurotransmitternya, GABA. Peningkatan aktivitas untuk GABA
menyebabkan aktivasi saluran ion dan dengan demikian, lewatnya ion
klorida yang lebih banyak ke dalam neuron. Ada dua subtipe reseptor
benzodiazepine (BZ) dalam sistem saraf pusat, yaitu reseptor BZ1 (omega
1) dan reseptor BZ2 (omega 2). Reseptor BZ1 diyakini terlibat dalam
perantara tidur. Reseptor BZ2 diyakini terlibat dalam pengendalian kognisi,
daya ingat, dan motorik.
Lorazepam akan diabsorpsi secara lengkap dalam bentuk tidak
berubah dari GI tract. Rentang waktu mencapai plasma 1-3 jam. 3-
Hidroxy Benzodiazepine memiliki waktu paruh yang singkat (10-30 jam)
karena mereka langsung di metabolisme oleh glukoronidasi dan dengan
demikian tidak memiliki metabolit aktif dan akan di eksresikan lewat urin.

b. Kontraindikasi

Lorazepam tidak diberikan pada pasien dengan kelainan depresi


primer, terapi primer psikosis, hamil, dan anak 12 tahun atau di bawah 12
tahun.

c. Efek Samping
Lorazepam dapat menyebabkan ngantuk, pusing, sedasi letih,
kikuk, lelah dan gangguan tidur. Perubahan nafsu makan, gangguan
penglihatan, dan gangguan pada gastrointestinal juga merupakan efek
samping dari lorazepam.
d. Dosis dan sediaan
Dosis dan sediaan : 3-10mg/hari dalam dosis terbagi, dengan
sediaan tablet 0,5 mg, 1 mg, 2 mg; parenteral 2 mg/ml, 4 mg/ml.

B. Non Farmakoterapi

1. Psikoterapi :

 Memotivasi pasien untuk dapat meminum obat secara teratur.


 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalah dan
meyakinkan pasien bahwa ia dapat mengatasi masalah tersebut.
 Menjauhkan diri dari teman, benda, tempat, dan hal lain yang dapat memicu
keinginan untuk mengkonsumsi zat psikoaktif lagi.

1. Sosioterapi :

 Memotivasi pasien untuk menjalani komunikasi terhadap lingkungan dan


membuka diri.
 Menganjurkan pasien untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti
olahraga, mengikuti kegiatan sosial, dan melakukan hobi positif.
 Memotivasi untuk mencari teman baru yang bisa memberikan dampak positif
bagi pasien.

2. Terapi Keluarga :

 Membantu keluarga pasien untuk memahami dan mengetahui mengenai kondisi


pasien.
 Memberikan pengertian kepada keluarga untuk tidak bertengkar
dengan pasien, memotivasi keluarga agar keluarga terus mendampingi pasien, da
n mendukung pasien melakukan tindakan positif.
3. Cognitive Behavioural Therapy
 Bermanfaat dalam memperbaiki gejala positif pada pasien dengan skizofrenia
 CBT juga bermanfaat dalam memperbaiki gangguan kognitif, memperbaiki
hubungan sosial pasien dan dapat menghibur pasien dengan skizofrenia
 CBT juga bermanfaat dalam memperbaiki perilaku disorganisasi pada pasien
dengan skizofrenia

4. Yoga
 Yoga bermanfaat dalam memperbaiki gejala positif dan negatif pada pasien
dengan skizofrenia
 Dapat mengurangi risiko peningkatan BB yang disebabkan penggunaan anti
psikotik jangka panjang
 Yoga dapat mengurangi gejala psikotik, depresi, peningkatan kognisi dan
peningkatan kualitas hidup

5. Intervensi Komplementer dan Diet


 Diet pada pasien dengan skizofrenia harus mengandung tinggi fiber dan rendah
lemak serta karbohidrat
 Pemberian asam folat dapat memperbaikigejala positif da negatif pada pasien
dengan skizofrenia
 Vitamin C, E dan B dapat membantu memperbaiki gejala skizofrenia
I. PROGNOSIS
A. Premorbid

 Riwayat gangguan dalam keluarga Tidak ada : Baik


 Status perkawinan Belum menikah : Baik
 Dukungan keluarga/sosial  Tidak ada : Buruk
 Status sosial ekonomi  kurang : Buruk
 Stressor  Keluarga dan Pendidikan : Buruk

B. Morbid
 Onset usia  Usia 19 Tahun : Buruk
 Jenis penyakit gangguan psikotik : Buruk
 Perjalanan penyakit  kronis : Buruk
 Ide bunuh diri  ada : Buruk
 Penyakit organik  tidak ada : Baik
 Respon terapi  bagus : Baik
 Kepatuhan minum obat  teratur : Baik
 Insight  tilikan derajat 1 : Buruk

Ad Vitam : Dubia ad malam

Ad Fungsionam : Dubia ad malam

Ad Sanationam : malam

Anda mungkin juga menyukai