Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN THT-KL Refarat

RSU ANUTAPURA PALU Maret 2024


FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU

Corpus Alienum Pada Telinga

Disusun Oleh :
Moh. Vikri Chaikal Yunus, S.Ked

Pembimbing
dr. Fatmawati A Said, M.Kes, Sp.THT-KL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Moh. Vikri Chaikal Yunus (172177714490)


Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul : Corpus Alienum Pada Telinga
Bagian : Ilmu THT-KL

Bagian THT-KL
RSU Anutapura Palu
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, Maret 2024


Pembimbing Mahasiswa

dr.Fatmawati A Said, M.Kes, Sp.THT-KL Moh. Vikri Chaikal Yunus,


S.Ked

i
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing atau corpus alienum adalah benda yang berasal dari luar tubuh
maupun dalam yang normalnya tidak terdapat dalam tubuh. Benda asing
menyumbang rata-rata 5,3% dari semua kasus THT. Benda asing di telinga
bervariasi, baik berupa benda mati ataupun hidup. Sampai saat ini kejadian
benda asing merupakan salah satu kegawatdaruratan yang sering dihadapi
dokter bagian telinga, hidung dan tenggorok.1
Benda asing lebih sering terjadi pada anak-anak karena anak
cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat
dijangkaunya ke dalam liang telinga, lubang hidung dan mulut, atau
dimasukkan oleh anak lain. Pada orang dewasa masuknya benda asing ke
dalam saluran napas atau saluran cerna di sebabkan oleh kecelakaan dan
kecerobohan.2
Terdapat beberapa faktor yang berperan pada masuknya benda asing ke
dalam telinga, hidung dan tenggorokan, yaitu: faktor personal (usia, jenis
kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal); kegagalan mekanisme
proteksi yang normal (tidur, kesadaran menurun, epilepsi, dan alkoholisme);
faktor fisik (kelainan dan penyakit neurologik); proses menelan yang belum
sempurna pada anak; faktor dental, medikal dan surgikal (tindakan bedah,
ekstraksi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berusia <4
tahun); faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis); ukuran, bentuk dan sifat
benda asing; serta faktor kecerobohan (meletakkannya di mulut,
persiapan makanan yang kurang baik, tergesa-gesa, makan sambil bermain).2

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi Telinga

Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang
suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, mengamplifikasi
energi suara dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua sistem
sensorik: koklea, yang mengandung reseptor untuk mengubah
gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar,
dan aparatus vestibularis, yang penting bagi sensasi keseimbangan.3
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga yang terbentang
dari meatus hingga ke membran timpani. Daun telinga sebagian besar
terdiri dari tulang rawan elastis yang berbentuk setengah lingkaran
dengan sejumlah alur lekukan dan bentukan bukit, serta tidak memiliki
otot yang berguna. Lekukan utama pada daun telinga adalah heliks dan

2
antiheliks, tragus dan antitragus yang mengeliling concha yang
merupakan bagian tengah dari daun telinga, mengarah ke meatus
akustikus eksternus panjangnya sekitar 2,5 cm.4
Concha merupakan depresi dari skapoid pada bagian posterior meatus
akustikus eksternus. Sepertiga luar dari liang telinga luar merupakan
bagian kartilago yang mengandung kelenjar yang memproduksi
serumen dan folikel rambut. Sisanya yaitu dua pertiganya merupakan
bagian tulang termasuk epitel yang meliputi membran timpani. Bagian
tulang liang telinga panjangnya rata-rata 3,5 cm dengan diameter 1 cm.4

Kanalis akustikus eksternus dibentuk oleh perpanjangan kartilago dari


daun telinga pada setengah bagian luarnya dan bagian mastoid dan
timpani tulang temporal merupakan bagian medialnya.5
Membran timpani terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian luar lapisan sel
epitel skuamus, bagian medial lapisan mukosa yang berhadapan dengan
telinga bagian dalam, dan lapisan fibrus atau tunika propria membentuk
membran timpani. Lapisan fibrus memberikan bentuk dan
konsistensinya pada membran timpani. Serat radial dari lapisan tunika
propria masuk melalui manubrium, serat sirkumferensial menguatkan
tanpa terganggu oleh getaran, sedangkan serat tangensial menguatkan
arsitektur dari membrane timpani. Struktur fisik inilah yang sangat
penting untuk kepentingan karakteristik getaran untuk transmisi suara.5
Membran timpani diidentifikasi dengan ciri khas yang jelas yaitu
manubrium os malleus, yang dibatasi di superior oleh bagian lateral atau
bagian pendeknya serta di inferior bagian bundar yang disebut umbo.
Umbo membentuk bagian ujung apeks dari bentuk konus pada membran
timpani. Bagian superior membran timpani disebut pars flacida
(membran Shrapnell) dan bagian inferior pars tensa.5

3
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar ke dalam yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran di dalam telinga saling berhubungan.5
B. Definisi

Benda asing dalam adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda
asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh
dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di
pelayanan gawat darurat. Benda asing yang ditemukan di liang
telinga dapat sangat bervariasi, baik berupa benda mati atau
benda hidup. Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar.
Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi seperti perforasi membran timpani,
gangguan pendengaran dan edema pada liang telinga.6
C. Epidemiologi
Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan
pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11%
untuk semua kasus benda asing termasuk di hidung dan
tenggorok. Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada
anak usia <5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi.
Dalam pelayanan darurat THT dari sebuah rumah sakit tersier di Sao
Paulo, terdapat 15.640 kasus dalam periode waktu Februari 2010
sampai Januari 2011. Benda asing menyumbang 827 kunjungan, atau
5,3% dari semua kasus. Pasien memiliki usia rata- rata 19,8 tahun
dan usia rata-rata 8 tahun. Insiden lebih besar ditemukan pada
individu yang berusia <8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3
tahun.7

4
D. Klasifikasi 7
Jenis benda asing yang masuk kedalam tubuh manusia dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Benda asing endogen: yakni benda asing yang berasal dari dalam tubuh
manusia sendiri. Contohnya adalah seperti bekuan darah,nanah,sekret
kental ataupun cairan amnion dan mekonium yang dapat masuk dalam
saluran nafas bayi sewaktu persalinan

Gambar 2. Benda asing endogen(secret pada telinga)


2. Benda asing eksogen: yakni benda asing yang berasal dari luar tubuh
manusia yang seharusnya dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing
eksogen dapat dibagi menjadi dua yaitu:
A. Benda asing organik: yaitu benda asing yang berasal dari
tumbuhtumbuhan ataupun binatang yakni berupa serangga,
tulang,duri ikan ataupun kacang-kacangan serta biji-bijian. Benda
asing organik berupa tulang atau duri ikan serta kacang dan biji-bijian
sering dijumpai pada anak-anak karena belum mempunyai gigi molar
yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan dengan
baik,sedangkan pada orang dewasa pada umumnya disebabkan oleh
faktor keceobohan atau ketidaksengajaan

5
Gambar 3. Benda asing organik (Serangga di dalam telinga)
B. Benda Asing Anorganik: yaitu benda asing yang berasal diluar dari
tumbuhan dan binatang. Benda asing anorganik dapat dijumpai berupa
manik-manik,baterai,paku,jarum ataupun peniliti. Benda asing
anorganik merupkan jenis yang paling sering dijumpai menjadi
penyebab dalam berbagai kasus benda asing pada tubuh manusia.
Pada anak-anak baterai dan manik-manik merupakan jenis benda
asing yang paling banyak dijumpai karena umumnya ditemukan
dalam setiap alat pemainan yang digunakan oleh anak-anak

Gambar 4. Benda asing Anorganik

6
E. Etiopatogenesis

Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati
organik dan non organik, atau benda hidup. Pada anak kecil
sering ditemukan kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus
dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering
ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek
api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti
kecoa, semut atau nyamuk.8
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di
liang telinga adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga
tubuh (orifisium) terutama pada anak. Hal ini terjadi akibat
kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari benda-benda
yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain
rasa ingin tahu (curiosity), iritasi karena otalgia, ketertarikan
pada benda-benda kecil, retardasi mental dan ADHD. Sementara
pada dewasa biasanya disebabkan karena kecelakaan/
ketidaksengajaan atau karena gangguan jiwa.9
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak
ada pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang
direkomendasikan sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
fisik adalah alat diagnostik yang utama. Otoskop dapat digunakan
sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. Pada pasien yang
dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk
menentukan lokasi dan komplikasi akibat benda asing.10

G. Tanda dan Gejala

7
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada
pemeriksa bahwa ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada
anak, berdasarkan usianya, mungkin dapat mengetahui bahwa ada
benda asing dalam telinganya atau muncul dengan keluhan nyeri
telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidaknyamanan dan suara gaduh di telinga jika ada serangga
yang hidup di liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan
pendengaran atau rasa penuh di liang telinga.11
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung
benda dan lama waktu benda tersebut sudah berada di liang
telinga. Benda asing yang baru saja masuk ke dalam telinga
biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda asing
tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri
atau perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga
atau jika terjadi rupture membran timpani akibat usaha pasien
yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika sudah
terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau
dalam liang telinga.11
Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling
banyak dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh
keluarnya darah (8,6%). Dua gejala tersebut muncul karena tekanan
langsung oleh benda asing atau akibat trauma dalam mengeluarkan
benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan tauma karena
secara alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak
mengandung vaskular dan sangat sensitif.12

8
Gambar 5. pemeriksaan fisik dengan menggunakan otoskop
H. Penatalaksanaan
Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar
terdiri dari bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi
oleh lapisan tipis dari kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat
sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit bantal yang melapisi
periosteum. Dengan demikian, upaya mengeluarkan benda asing dapat
sangat menyakitkan. Selain itu, liang telinga luar menyempit di bagian
perhubungan antara bagian tulang rawan dan bagian tulang. Benda
asing dapat menjadi tersangkut di tempat tersebut sehingga
meningkatkan kesulitan pada saat dikeluarkan. Upaya untuk
mengeluarkan benda asing dapat mendorongnya lebih jauh ke dalam
liang telinga dan tersangkut di titik yang sempit tersebut. Selain itu,
membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda asing yang
terlalu dalam atau akibat peralatan yang digunakan selama proses
pengangkatan. Oleh sebab itu, visualisasi yang adekuat, peralatan
yang memadai, pasien yang kooperatif, dan kemampuan dokter adalah
kunci untuk mengangkat benda asing.13

9
Gambar 6. Bagian asing yang tersumbat di bagian
sempit di liang telinga
Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum yang
dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi
terindikasi harus segera dilakukan tiapditemukan benda asing yang
tampak jelas terlihat pada pemeriksaan liang telinga dan tidak
dtemukan komplikasi lain. Adanya perforasi Tindakan timpani, kontak benda
asing dengan Tindakan timpani, atau visualisasi inkomplit dari liang telinga
menjadikan kasus benda asing ditelinga harus segera dikonsulkan ke
departemen emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda asing
melalui prosedur operasi mikroskopik dan speculum.14

Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito


ke departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive
berkaitan dengan nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi
membrane timpani dan komplikasikomplikasi lain lebih lanjut. Irigasi
pada kasus seperti ini tidak direkomendasikan karena dapat
mempercepat proses nekrosis.14
Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk

10
dirawat inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk Tinda nyeri atau mual
diperlukan. Pada pasien dengan benda asing di telinga berupa
serangga memerlukan perhatian khusus. Iritasi serta komplikasi lain
seperti sengatan atau gigitan dapat terjadi jika serangga masih hidup di
liang telinga. Oleh karenanya serangga tersebut harus dimatikan dulu
dengan
meneteskan mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga. Penggunaan
krim EMLA dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan
anastesi Tinda untuk membunuh serangga di liang telinga.11
Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan
dan minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga
memerlukan sedasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Tindakan
Sedasi lebih aman diberikan jika pasien puasa selama 8-12 jam.
Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di
telinga yaitu:

a. Otoskop (dengan lensa yang removeable)


b. Otoskop mikroskopik
c. Spekulum telinga
d. Lampu kepala
e. Forsep Bayonet
f. Forsep Aligator

g. Right-angle hook
h. Spuit
i. Angiokateter nomor 20 gauge

11
j. Basin

k. Peralatan Suction
l. Magnet untuk benda asing berupa logam

Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan


duduk. Pina ditarik superior-posterior meluruskan liang telinga untuk
visualisasi optimal benda asing. Pada pasien anak, orang tua
memangku anaknya dengan mengapit kedua kakinya dan menahan
tangan serta kepalanya agar pada anak yang tidak koperatif tidak
terjadi trauma Tindak pengeluaran benda asing. Pina pada pasien bayi
ditarik posterior bahkan inferior untuk visualisasi liang telinga.14
Anestesi local tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus
tanpa komplikasi karena bersifat invasive dan inervasi yang kompleks di
dalam liang telinga. Local anestesi diperlukan untuk kasus dengan benda
asing berupa serangga di telinga untuk mematikannya. 11

Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu


melalui Tindak ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang
digunakan pada pasien dapat Tindakan pada tiap pasien tergantung
dengan jenis benda asing pada pasien, lokasi, serta Tindaka Tindakan
telinga pasien. Benda asing Tindaka yang mampu menyerap air,
Tindaka telinga berair pada pasien adalah beberapa kontraindikasi dari
metode irgasi. Serangga, materi Tindaka, serta benda asing yang
berpotensi rapuh dan pecah menjadi beberapa bagian lebih sering
dikeluarkan dengan metode suction dibandingkan dengan forsep.
Serangga yang masih hidup harus dimatikan terlebih dahulu dengan
mineral oil,lidokain 2%, atau krim EMLA.11

12
1. Ekstraksi Mekanis

Pada pasien dengan benda asing yang keras dan bundar di liang
telinga dan pasien kooperatif serta mampu mempertahankan
posisinya, benda asing dapat dikeluarkan dengan ekstraksi mekanis.
Pemeriksa telinga dengan otoskop sebelum melakukan Tindakan
untuk menilai lokasi benda asing serta untuk menilai liang telinga.
Gunakan hook melalui Tindakan telinga dan fiksasi tangan yang
melakukan Tindakan pada kepala pasien untuk meminimalisir
trauma apabila pasien melakukan Tindaka yang tiba-tiba, capai
benda asing dengan melewatkan hook di celah antara benda asing
dan liang telinga. Secara gentle, perlahan-lahan Tinda hook untuk
mengeluarkan benda asing dari telinga.14

Penggunaan forsep alligator atau forsep bayonet sangat efektif untuk


benda asing di telinga yang lunak seperti kapas atau kertas. Masukkan
forsep melalu otoskop dengan lensa yang telah dilepas.
Usahakan forsep tidak menyentuh dinding liang telinga Setelah
mencapai kapas atau kertas, secara gentle cengkram dengan forsep,
tahan selama 10 detik, lalu Tinda ke luar perlahan-lahan. Kadang-
kadang modifikasi forsep dengan memberikan beberapa tetes
cyanoacrylate (lem super) memberikan hasil efektif untuk
mengeluarkan benda asing yang lunak, bersih, dan kering.
Cyanoacrylate dapat dikeluarkan secara manul setelah 24-48 jam
setelah terjadi deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan
melekat pada Tindakan timpani, segera rujuk ke spesialis THT- KL
untuk tatalaksana lebih lanjut. Untuk benda asing yang keras dan
besar, penggunaan forsep Aligator tidak dianjurkan karena malah
akan mendorong benda asing semakin dalam. 14
Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan dapat

13
dimagnetisasi dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai logam
tersebut dan stabil Tindak dikeluarkan. Setiap selesai Tindakan nilai
Tindaka liang telinga tersebut dengan otoskop. Penilaian ini penting
untuk mendeteksi adanya komplikasi paska Tindakan. 14

Gambar 7. Ekstraksi mekanis menggunakan forsep

2. Irigasi
Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda asing
yang tidak teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode ini juga
minimal invasif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan irigasi adalah ada/tidak perforasi pada membran timpani
pasien (keluhan telinga berair), cairan yang digunakan untuk
mengirigasi, serta tindakan irigasi dan posisi pasien. Tindakan
irigasi menjadi kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi
pada membrane timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air
steril atau saline yang telah dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar
tidak memicu vertigo. 14
Tindakan irigasi menggunakan spuit yang telah dihubungkan
dengan angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman
dan nyaman. Lindungi lokasi sekitar telinga dengan benda asing
dengan kain agar tetap kering. Tempatkan basin di bawah telinga

14
dengan benda asing untuk mengumpulkan cairan atau benda asing
yang diharapkan keluar. Secara gentle, posisikan ujung angiokateter
tadi pada liang telinga luar (jangan terlalu dalam) dan injeksikan
cairan sampai benda asing tersebut keluar. Setelah keluar evaluasi
kembali liang telinga. 14

Gambar 8. Ekstraksi benda asing dengan metode irigasi


3. Suction
Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda
asing di telinga yang rapuh dan mudah terpecah menjadi
beberapa bagian seperti serangga kecil yang telah mati atau
beberapa materi organic. Setelah mesin suction dihidupkan,
kateternya dimasukkan perlahan melalui otoskop dengan lensa
removable dan lakukan terus sampai benda asing tersedot atau jika
lebih besar benda asing tersebut melekat pada ujung kateter. Setelah
itu keluarkan kateter dan evaluasi liang telinga, apakah masih ada
benda asing atau komplikasi yang terjadi setelah tindakan tadi. 14
Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas terjadi
komplikasi seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada
perdarahan, edem, atau nyeri pada telinga semakin bertambah, maka
hentikan tindakan dan segera konsulkan pasien kepada Spesialis THT-
KL. Pengulangan tindakan pada kasus- kasus dengan komplikasi
seperti yang disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi,
perforasi, ada comorbid lainnya.14

Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien

15
yang diekstraksi benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-
tanda infeksi atau abrasi liang telinga pasien dapat diberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid seperti
kortisporin (hidrokortison/neomisin/ polimiksin) 5 tetes/hari selama 5-
7 hari.14

Gambar 9. Ekstraksi Benda asing dengan suction

I. Posisi Uuntuk Menghilangkan Benda Asing Telinga14

a. Posisi duduk atau setengah bersandar digunakan untuk irigasi agar


air dapat mengalir keluar dari telinga. Ini juga biasanya merupakan
posisi yang disukai untuk teknik hisap dan pelepasan secara
manual sehingga gravitasi tidak bekerja melawan upaya untuk
mengeluarkan benda tersebut.

b. Posisi terlentang terkadang diperlukan pada anak-anak dan pasien


yang dibius agar asisten dapat menstabilkan kepala pasien dan
mencegah refleks penarikan

c. Pertimbangkan untuk melumpuhkan anak-anak tertentu (misalnya,


anak-anak yang masih sangat kecil, anak-anak dengan risiko
anestesi atau baterai di telinga) menggunakan papan penahan atau
duduk di pangkuan orang dewasa yang dipercaya dengan tangan,
kaki, dan kepala dipegang erat; trauma emosional karena ditahan

16
biasanya tidak terlalu berdampak dibandingkan dengan kunjungan
yang berkepanjangan ditambah risiko anestesi umum

J. Komplikasi

Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di


temukan, dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu,
benda asing harus di tangani secara benar. Komplikasi yang sering
ditemukan adalah laserasi liang telinga, perforasi membran timpani
dan otitis eksterna.7

Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan,


trauma pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan
tulang-tulang pendengaran. Hal ini akan menambah angka kesakitan
pada pasien, sehingga akan memerlukan tindakan eksplorasi dalam
general anastesi untuk mengangkat benda asing tersebut. Marques
seperti dikutip Figueiredo menyatakan kurangnya pengalaman dalam
manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya komplikasi iatrogenik. 7
Perforasi membran timpani tanpa kelainan di telinga tengah akan
menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama
adalah pengurangan luas membrane timpani yang merupakan pusat
pengerahan tenaga ke telinga tengah sehingga mengurangi gerakan
tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin berkurang
permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya
suara hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani
tempat tulang-tulang pendengaran atau sisa tulang-tulang
pendengaran berada. Efek kedua terhadap pendengaran oleh
perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke tingkap bulat
tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar
sebanding dengan besarnya perforasi. 7

17
Tidak semua komplikasi terjadi secara tiba-tiba setelah ekstraksi
benda asing. Biasanya tanda-tanda komplikasi dapat muncul dalam 1
minggu setelah ekstraksi. Edukasi pasien untuk segera kembali ke
dokter jika ada tanda-tanda seperti nyeri pada telinga, kemerahan,
demam, atau ada sekret yang keluar. 7

KESIMPULAN

1. Corpus alienum atau benda asing pada bidang THT adalah benda yang
berasal dari luar maupun dalam tubuh yang normalnya tidak terdapat
dalam tubuh, khususnya telinga, hidung, tenggorokan. Benda asing
yang ditemukan dapat sangat bervariasi, baik berupa benda hidup
atau mati.
2. Diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga
pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
3. Pengeluaran benda asing pada telinga dan hidung lazim dilakukan
dengan ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Khubbata MF, Istiadi I, Susilohadi SS. Gambaran Kejadian


Corpus Alienum di RSUD Dr. Soedirman Kebumen Tahun 2014-
2017. Universitas Islam Indonesia; 2017.
2. Sosir MS, Palandeng OI, Tumbel REC. Benda Asing Telinga
Hidung Tenggorok di Bagian/SMF THT-KL BLU/RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado Periode Januari 2008 — Desember 2011.
Jurnal Biomedik. 2012; 4(3): S141-145
3. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2014.

19
4. Weber PC, Khariwala S. Anatomy and Physiologi of Hearing.
Dalam: Johnson JT dan Rosen CA, penyunting. Bailey's head &
neck surgery Otolarygology, Edisi ke- 5 .Philadelpia: Lippincott
Williams&Wilkins; 2014

5. Gacek RR, Gacek MR. Anatomy of the Auditory and Vestibular


System. Dalam: Snow JB,BallengerJJ,penyunting.Ballenger's
Otorhinolaryngology head and neck surgery. Edisi ke-16. Chapter
1. BC Decker; 2003.

6. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in


External Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch.
Otorhinolaryngol., São Paulo — Brazil. 2010;14(1):45-49

7. Hidayati AN, Akbar MIA, Rosyid AN. Gawat Darurat Medis dan
Bedah. Surabaya: Airlangga University Press; 2018.

8. Hafil AF, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar. Dalam


Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2012; hal.53.

9. Shresta I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose


and Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu
Univ Med J. 2012;38(2):4-8

10. Asokarathinam K, Shwetha, Prabakaran J. Unrolling Stone


Gathers no Moss! Asymptomatic Long-Standing Foreign Body
in the External Ear- A Case Report. International Journal of
Basic and Applied Medical Sciences. 2014;4(1):7-9.

20
11. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency
Medicine. American College of Emergency Physicians,
Christian Medical and Dental Associations; 2021.

12. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign


Bodies in Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family
Physician. 2012;7(1):2-5
13. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and
Throat. Am Fam Physicians. 2007;76:1185-9.
14. Kwong AO, Provataris JM. Ear Foreign Body Removal Procedures.
Society for Academic.Emergency Medicine;2018

21

Anda mungkin juga menyukai