BAB I
PENDAHULUAN
ataupun kaku sering digunakan untuk memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan
benda asing.2
Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindari
komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan pendengaran,
perdarahan pada hidung, gangguan menelan dan lain-lain. Usaha mengeluarkan benda
asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam sehingga harus dilakukan
secara tepat dan hati-hati. Bila kurang hati-hati atau bila pasien tidak kooperatif,
berisiko trauma yang dapat merusak struktur organ lain. Pada anak-anak harus
dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas.3
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014,corpus alienum
merupakan salah satu masalah kesehatan dengan kategori 4A. Hal tersebut
mewajibkan setiap dokter umum mampu menguasai dan dapat menangani secara
mandiri dan tuntas, baik diagnosis maupun tatalaksananya. Oleh karena itu, perlu
pembahasan lebih lanjut mengenai masalah penegakan diagnosis cepat dan tepat yang
berhubungan dengan corpus alienum untuk mencegah komplikasi yang berlanjut.
1.2 Tujuan
Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat terhadap
corpus alienum yang terdapat didalam telinga, hidung dan tenggorok sesuai dengan
standart yang harus dikuasai oleh dokter umum menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 5 tahun 2014.
1.3 Manfaat
Manfaat untuk memberikan informasi dan pengetahuan baik bagi penulis
maupun pembaca tentang diagnosis dan penatalaksanaan corpus alienum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
.
Gambar 2.1 Aurikulum 4
2.2.3 Etiologi
Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala atau
dengan gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan ada penurunan pendengaran6.
9
2.2.5 Patofisiologi
2.2.6 Diagnosis
Gambar 2.7 Benda asing pada liang telinga (sumber : Michael, 2007)
b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Test penyaringan sederhana :
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
11
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Bisikan angka secara acak
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dengan suara jam
Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
1. Uji weber
2.2.7 Penatalaksanaan
Jika terdapat benda sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba
dengan mengoyangkan benda secara hati-hati. Menarik daun telinga kearah
posterior meluruskan liang telinga dan benda asing dapat keluar dengan
goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka
perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek
telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan menyebabkan
ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga.6
12
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit
dan takut.
f. Serangga dalam liang telinga biasa diberikan lidocain, lalu diirigasi dengan
air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari sampai
seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.
2.2.8 Pencegahan
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan
telinga lebih baik dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping:
bulu-bulu halus pada telinga yang berguna untuk membuat gerakan menyapu
kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami
akan hilang. Jika kulit dapat lecet sehingga terjadi infeksi telinga luar yang
sangat tidak nyaman dan bila terlalu dalam mendorong cottonbud, maka dapat
melukai atau menembus gendang telinga.
Sebaiknya menghindari memberi mainan berupa biji-bijian pada
anak-anak, karena dapat tejadi bahaya atau juga dapat tertelan dan yang fatal
dapat menyumbat jalan nafas.6,7
14
BRIDGE
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari: 8
1) Tulang hidung (os nasal)
2) Prosessus frontalis os maksila, dan
3) Prosessus nasalis os frontal.
15
sinus-sinus yang letaknya anterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan
frontal.8
Corpus alienum pada hidung adalah benda asing yang berasal dari luar
tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada
hidung tersebut.9
Benda asing pada hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga
hidung, paling sering ditemukan di antara septum dan bagian bawah konka
nasalis inferior.. Lokasi lainnya ada di depan konka media. Benda-benda kecil
yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan
dari hidung.14
17
Gambar 2.15 Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (sumber :
christy, 2007)
(IT=Inferior Turbinate, MT=Middle Turbinate,
SS=Sphenoid Sinus, ST=Superior Turbinate)
2.3.4 Epidemiologi
Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama
usia 1-4 tahun. Pada usia 1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuh,
terutama daerah yang berlubang termasuk hidung. Anak dapat memasukkan
18
benda asing sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang
sebelumnya ada di dalam hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat
iritasi yang sebelumnya sudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan
adalah sisa makanan, permen, manik-manik, dan kertas9.
Faktor yang mempermudah terjadi aspirasi benda asing dalam hidung
antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan
tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur,
penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat
benda asing, serta faktor kecerobohan9.
Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas
bila masuk ke saluran nafas bawah9.
2.3.5 Etiologi
3) Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi port
d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan
oksigen yang lebih banyak.
b. Benda asing tak hidup
Benda asing tak hidup yang tersering adalah manik-manik, baterai logam, dan
kancing baju. Kasus baterai logam di hidung merupakan salah satu kegawatan
yang harus segera dikeluarkan karena kandungan zat kimia yang dapat bereaksi
terhadap mukosa hidung.
2.3.6 Patofisiologi
Corpus alienum
Bertahan di dalam
cavum nasi
Kerusakan dan
Sel goblet epitel kematian sel
respiratorius
Pembusukan sel-
Keluar mukus
sel jaringan yang
nekrosis oleh
Medium yang baik bakteri
untuk pertumbuhan
bakteri
20
Foeter Ex Nasi
Sekret
mukopurulen
Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5 atau
6 F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang
terperangkap, kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing diharapkan
akan keluar ke nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan
dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk mengurangi edema
mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai analgetik. Hindari mendorong
benda asing dari hidung kearah nasofaring karena akan menyebabkan
masuknya benda asing tersebut ke dalam laring sehingga menyebabkan
sumbatan saluran nafas.13,14
b) Pernapasan
c) Penyaring debu
d) Kelembapan udara pernapasan
Rongga hidung terdiri atas :
a) Vestibulum dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
b) Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis
udara.
c) Struktur konka berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena
struktur yang berlapis
d) Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing keluar dalam usaha
untuk membersihkan jalan napas.
2) Faring
Bagian dan fungsi faring :
a) Nasofaring
(1) Ada saluran penghubung antara nasofharing dengan telinga bagian tengah
yaitu tuba Eustachiius dan tuba auditori.
(2) Ada fharingeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian posteriomasofharing
merupakan bagian dari jaringan lymphatic pada permukaan posterior lidah
(3) Mempunyai efek respiratorik
b) Orofaring
(1) Bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang hyoid. Reflek
menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan, makanan
terdorong masuk kedalam saluran pencernaan.
(2) Mempunyai fungsi pencernaan makanan.
c) Laringofaring
Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem
respirasi menjadi terpisah dari sistem digestif. Makanan masuk ke bagian
belakang, oesophagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke laring.
3) Laring
25
4) Trakea
Trakea terdapat pada bagian oesophagus yang terentang mulai dari
cartilago cricoid masuk kedalam rongga thorak. Tersusun dari 16 – 20 cincin
tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada bagian belakang. Mukosa
trakea mengandung epitel pseudostratified columner cilia yang memiliki sel
goblet untuk sekresi mukus. Cilia memicu terjadi reflek batuk/bersin. Trakea
mengalami percabangan pada karina membentuk bronkus kanan dan kiri.
2.4.2 Gejala
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada
lokasibenda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut
dihidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus.
Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai
berikut :
a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging)
dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti olehinterval
asimtomatis.
c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi
atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul
batuk-batuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru18.
1) Benda Asing di Laring
Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadisumbatal total
maupun sumbatan sebagian.
a) Sumbatan total
Sumbatan total dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat
asfiksia dalam waktu singkat. Sumbatan memiliki gejala
disfonia afonia, apneu dan sianosis.
b) Sumbatan tidak total :
Sumbatan tipe ini memiliki gejala :
(1) Suara parau
(2) Disfonia sampai Afonia
(3) Batuk disertai sesak (croupy cough)
(4) Odinofagi, mengi, sianosis
(5) Hemoptisis
(6) Dispneu dengan derajat bervariasi
27
Penyebab :
a. Benda asing menyumbat lumen
b. Trauma dinding bronkus dan peradangan berat 19
2.4.3 Etiologi
a. Faktor personal (umu, Jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal)
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme, epilepsi)
c. Faktor fisik (kelainan dan penyakit neurologik)
d. Proses menenelan yang belum sempurna pada anak
e. Faktor kejiwaan
f. Kuran dan bentuk benda asing
g. Faktor kecerobohan
2.4.4 Patogenesis
Benda asing mati di hidung akan menyebabkan edema dan inflamasi
mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epitaksis, jaringan granulasi dan dapat
menjadi sinusitis. Benda asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi dengan
derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan
tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.
Pada saat makanan atau benda didalam mulut anak tertawa atau menjerit
sehingga saat inspirasi laring terbuka dan makanan atau benda masuk kedalam
laring. Kemudian makanan terjepit di dalam sfingter laring, pasien batuk
berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi, sianosis. Bila benda masuk kedalam
trakea atau bronkus kadang-kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau
lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang tergantung
dengan derajat sumbatan bronkus.
30
d. Pemeriksaan endoskopi.
1) Laringoskopi
2) Bronkoskopi
(a) bronkoskop kaku
(b) bronkoskop fleksibel
e. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta
tanda infeksi traktus trakeobronkial. 2
2.4.6 Penatalaksanaan
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :
a) Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat
mulutatau hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan
dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika.
1) Membantu ventilasi
2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari
lambung.
b) Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di hipofaring.
Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada paru-paru17,18.
Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas
rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas. Tenaga
dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar. Tata cara
pelaksanaannya adalah penolong berdiri dibelakang penderita sambil
memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,
kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan
penekanan rongga perut ke arah dalam dan ke atas dengan hentakan
beberapa kali18.
33
2.4.7 Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Penyakit paru obstruksi kronik
c. Bronkiektasis
d. Abses paru19.
mengunyah yang salah dengan gigi palsu dengan pemasangan kurang baik,
mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).
2.5.4 Epidemiologi22,23
Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan
atau teraspirasi benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak
pada anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada anak
usia 1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada
komplikasi yang terjadi. Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah
penyempitan fisiologis esofagus. Benda sing yang bukan makanan kebanyakan
tersangkut di servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta,
kadang-kadang di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus utama kiri pada
sfingter krdio esofagus. 70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan
di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12 % didaerah hipofaring dan
7,7% didaerah esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda sing yang
tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi
lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat berupa makanan
atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang
ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang.
2.5.5 Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu
peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada
esophagus. Kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa
nyeri. Efek lebih lenjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di
leher dan kemudian dapat mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat trauma
yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat
dengan esophagus.22,23
2.5.6 Diagnosis22,23
38
asing sama dengan zat kontras, sehingga akan menyulitka penilaian ada
tidaknya benda asing.
c. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement)
pada daerah pinggir benda asing.
d. CT Scan (Computerized Tomography Scan) dapat menunjukkan gambaran
inflamasi dan jaringan lunak
e. MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik
esophagus.
2.5.11 Penatalaksaan22,23
Esofagoskopi dilakukan dengan memakai cunam yang sesuai agar benda
asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang
untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Untuk
benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi harus segera
dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut, yaitu servikotomi,
torakotomi atau esofagotomi.
Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar
pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar
selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk
ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh karena itu
perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk mendapatkan tanda perforasi
dini. Bila letak benda asing menetap selama 2x24 jam maka benda asing
tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan (laparatomi).
41
Gambar 2.26: Koin dalam esophagus pada Gambar 2.27 : Koin dalam
esophagus pada
foto Rontgen lateral pemeriksaan endoskopi
42
BAB IV
RINGKASAN
Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada
bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami
keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan interaksi
dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan berjalan, anak mulai
berinteraksi dengan banyak benda yang biasanya anak suka memasukan benda-benda
tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat kesengajaan
atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga, ataupun benda
asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan yang darurat maka
perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda asing tersebut. Namun
terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda asing dalam THT.
Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari benda asing sendiri,
dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan kerjasama dari pasien.
Telinga merupakan salah satu panca indera penting bagi manusia mempunyai
dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan keseimbangan.Telinga, menurut anatominya
dibagi menjadi 3 bagian,yakni:telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang sarafyang
kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan
tubuh.
jaringan di sekitar hidung juga dapat terjadi, seperti selulitis periorbital, meningitis,
epiglositis, difteri, dan tetanus.
Jika terdapat benda sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba dengan
mengoyangkan benda secara hati-hati. Menarik daun telinga kearah posterior
meluruskan liang telinga dan benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut
pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter
yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat
mendorong lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat
melukai liang telinga.
44
DAFTAR PUSTAKA
12. George, L., Adams. 1997. BOEIS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: EGC
13. Rukmin, S., Herawati, S., 1999. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta: EGC
14. Fischer, J.I., et al. 2013. Nasal Foreign Bodies. http:
http://emedicine.medscape.com/article/763767
15. Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan Neuroleptic
Anesthesia. Medicinus , 22(2): 58-60.
16. Junizaf, M.H., 2001. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi, E.A.,
danIskandar, N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher, edisi kelima, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 218-23
17. Oswari J. Corpus Alienum di Hidung: Ludman H. Petunjuk Penting pada
Penyakit THT. Hipokrates. Jakata, : 13-19
18. Ballenger J. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta. 2007,
H:305-325
19. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Aose, and Throat .
UniVersity of Virginia School of Medicine, Charlottesville, virginia. Am Fam
Phisician 2007, oct 15 . 76 (8)
20. Seely S, Tate. 2004. Anatomy and Physiology, Sixth Edition,The McGraw−Hill
companies.
21. Munter DW. Gastrointestinal Foreign Bodies in Emergency medicine.
22. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi 6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.
23. Adams GL., Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan Mediastinum :
Buku Ajar Penyakit THT. Ed Keenam EGC