Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh dimana dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam
suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing
endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau
gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan
(berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (berasal dari kerangka binatang) dan zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi dalam benda cair bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif,
yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah
atau bekuan darah, nanah, krusta.1,2
Benda asing pada Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) merupakan masalah
kesehatan keluarga, yang sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak cenderung
mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah berlubang, termasuk telinga, hidung, dan
mulut. Benda-benda asing yang sering ditemukan pada anak-anak diantaranya kacang
hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa
yang relatif sering ditemukan adalah kapas cattonbudyang tertinggal saat
membersihkan telinga, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan
serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak
terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada
awalnya. Sebagian besar benda asing pada telinga dan hidung dapat dikeluarkan oleh
dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang minimal. Pengeluaran benda
asing lazim dilakukan dengan forceps, irigasi dengan air, dan kateter hisap. Benda
asing pada faring atau trakea merupakan keadaan yang darurat dan memerlukan
konsultasi bedah. Hasil pemeriksaan radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak
2

ataupun kaku sering digunakan untuk memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan
benda asing.2
Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindari
komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan pendengaran,
perdarahan pada hidung, gangguan menelan dan lain-lain. Usaha mengeluarkan benda
asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam sehingga harus dilakukan
secara tepat dan hati-hati. Bila kurang hati-hati atau bila pasien tidak kooperatif,
berisiko trauma yang dapat merusak struktur organ lain. Pada anak-anak harus
dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas.3
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014,corpus alienum
merupakan salah satu masalah kesehatan dengan kategori 4A. Hal tersebut
mewajibkan setiap dokter umum mampu menguasai dan dapat menangani secara
mandiri dan tuntas, baik diagnosis maupun tatalaksananya. Oleh karena itu, perlu
pembahasan lebih lanjut mengenai masalah penegakan diagnosis cepat dan tepat yang
berhubungan dengan corpus alienum untuk mencegah komplikasi yang berlanjut.
1.2 Tujuan
Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat terhadap
corpus alienum yang terdapat didalam telinga, hidung dan tenggorok sesuai dengan
standart yang harus dikuasai oleh dokter umum menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 5 tahun 2014.
1.3 Manfaat
Manfaat untuk memberikan informasi dan pengetahuan baik bagi penulis
maupun pembaca tentang diagnosis dan penatalaksanaan corpus alienum.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corpus Alienum


2.1.1 Definisi
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh
dimana dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.1
2.1.2 Jenis-jenis Corpus Alienum
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut
benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.
Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organic seperti kacang-kacangan (berasal
dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam
benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu
cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau
bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit. Cairan amnion,
mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.1,2

2.2 Corpus Alienum Pada Telinga


2.2.1 Anatomi Telinga
Telinga merupakan salah satu panca indera penting bagi manusia mempunyai
dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan keseimbangan.Telinga, menurut anatominya
dibagi menjadi 3 bagian,yakni:telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang sarafyang
kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan
tubuh.4
4

Telinga luar atau auris eksterna terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Aurikulum = daun telinga = pinna


Berbentuk pipih dan berlekuk, tersusun atas kerangkan tulang rawan
(kartilago) kecuali pada lobulus, diliputi oleh kulit yang melekat pada
perikondrium(gambar 2.1).4

.
Gambar 2.1 Aurikulum 4

2) Liang telinga luar = canalis auditorius eksternus


Terdiri atas :
a) Meatus akustikus eksternus (lubang)
b) Canalis auditorius eksternus (saluran)
Terbagi menjadi :
1/3 lateral = pars kartilago = cartilago auricula,lapisan kulit
(folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifera, kelenjar
seruminosa).
2/3 medial = pars oseus, kulit/mukosa, folikel rambut, kelenjar,
melekat erat pada tulang.
5

Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran


telinga dan kemudian menuju ke membran timpani4.

Gambar 2.2 potongan melintang telinga4

Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan


sebuah ruang kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang
menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam(gambar 2.3).4Ketiga
tulang tersebut adalah:
a. Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
b. Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
c. Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)
6

Gambar 2.3 bagian telinga tengah4

Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-


tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Telinga tengah juga memiliki 2
otot kecil-kecil, yaitu otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga
agar gendang telinga tetap menempel), otot stapedius (melekat pada stapes dan
menstabilkan hubungan antara stapedius dengan jendela oval). Jika telinga
menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga
rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang
dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik, membantu melindungi telinga
dalam yang rapuh dari kerusakan karena suara.3,4
Tuba eustachius adalah saluran kecil yang menghubungkan telinga
tengah dengan hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya udara
luar ke dalam telinga tengah. Tuba eustakius membuka ketika kita menelan,
sehingga membantu menjaga tekanan udara yang sama pada kedua sisi gendang
telinga, penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan kenyamanan.
Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terdiri dari
2 bagian utama, yaitu koklea (organ pendengaran), Kanalis semisirkuler (organ
keseimbangan). Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti
rumah siput, terdiri dari cairan kental dan organ cortiyang mengandung ribuan
sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan
tersebut. Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan
sel rambut. sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi
suara berbeda dan merubah frekuensi suara menjadi gelombang
saraf.Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf
pendengaran lalu dibawa ke otak.4,5
7

2.2.2 Definisi Corpus Alienum pada Telinga

Corpus alienum pada telinga adalah keadaan dimana terdapat suatu


benda asing yang terjepit atau tersangkut didalam liang telinga.2Kadang-kadang
benda asing tersebut dapat masuk ke dalam liang telinga dengan disengaja
ataupun tidak, bila kemasukan benda asing di telinga bisa menjadi suatu
keluhan berupa penurunan pendengaran.3
Pada anak, biasanya seringkali tidak melaporkan keluhan sebelum
timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinga bisa
mengeluarkan bau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigaisebagai akibat
kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena benda bisa
semakin masuk lebih dalam karena anatomi liang telinga berlekuk. Telinga
memiliki banyak saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk bisa
dikeluarkan dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus.

2.2.3 Etiologi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang


telinga yaitu4 :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat-alat pembersih telinga misal: cotton bud, tangkai korek
api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.
c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga6:
a. Air
Sering kali saat kita mandi, berenang atapun keramas, bisa membuat air masuk
ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan
sendiri. Tetapi jika didalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa
membuat benda lain di sekitar menjadi mengembang dan air sendiri
menjadi terperangkap di dalam.
8

Gambar 2.4 air dalam telinga (sumber : Heim, 2007


b. Cotton Bud
Cotton bud tidak dianjurkan secara medis untuk membersihkan
telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainadalah
dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke
dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Seperti gambar
Gambar 2.5

Gambar 2.5 manik dalam telinga (sumber : christy, 2007)

2.2.4 Manifestasi klinik

Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala atau
dengan gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan ada penurunan pendengaran6.
9

a. Merasa tidak enak ditelinga


Karena benda asing masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa
tidak enak ataupun tidak nyaman.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasa dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Berat
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
d. Rasa nyeri telinga atau otalgia
Nyeri dapat berarti ada ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga
akibat benda asing.
e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

2.2.5 Patofisiologi

Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis


audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,
sehingga pasien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun,
tindakan yang pasien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering
kali berakibat semakin terdorong benda asing ke bagian tulang kanalis
eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membran timpani.
Akibat dari laserasi kulit dan luka membran timpani, akan menyebabkan
gangguan pendengaran, rasa nyeri telinga atau otalgia dan kemungkinan adanya
resiko terjadinyainfeksi.7
10

2.2.6 Diagnosis

a. Pemeriksaan dengan Otoskopik7


Caranya:
1) Bersihkan serumen
2) Melihat benda apa yang masuk ke dalam liang telinga
3) Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
1) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
2) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
3) Kemungkinan gendang mengalami robekan.

Gambar 2.6 Pemeriksaan dengan Otoskop6

Gambar 2.7 Benda asing pada liang telinga (sumber : Michael, 2007)
b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Test penyaringan sederhana :
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
11

2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Bisikan angka secara acak
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dengan suara jam
Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
1. Uji weber

Gambar 2.8 uji weber6


2. Uji Rine

Gambar 2.9 Cara uji rinne6

2.2.7 Penatalaksanaan
Jika terdapat benda sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba
dengan mengoyangkan benda secara hati-hati. Menarik daun telinga kearah
posterior meluruskan liang telinga dan benda asing dapat keluar dengan
goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka
perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek
telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan menyebabkan
ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga.6
12

Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di dalam telinga6,7


(gambar 2.10 dan gambar 2.11) :
a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda
bisa dengan bantuan otoskop.
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat
benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan debris.

Gambar 2.10 cara irigasi telinga6

Gambar 2.11 irigasi liang telinga6


d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
13

e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit
dan takut.
f. Serangga dalam liang telinga biasa diberikan lidocain, lalu diirigasi dengan
air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari sampai
seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

Gambar 2.12 cara mengeluarkan benda asing6

2.2.8 Pencegahan
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan
telinga lebih baik dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping:
bulu-bulu halus pada telinga yang berguna untuk membuat gerakan menyapu
kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami
akan hilang. Jika kulit dapat lecet sehingga terjadi infeksi telinga luar yang
sangat tidak nyaman dan bila terlalu dalam mendorong cottonbud, maka dapat
melukai atau menembus gendang telinga.
Sebaiknya menghindari memberi mainan berupa biji-bijian pada
anak-anak, karena dapat tejadi bahaya atau juga dapat tertelan dan yang fatal
dapat menyumbat jalan nafas.6,7
14

2.3 Corpus Alienum Pada Hidung


2.3.1 Anatomi Hidung
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagian dari atas ke bawah
(gambar 2.13)

a. Pangkal hidung (bridge)


b. Batang hidung (dorsum nasi)
c. Puncak hidung (hip)
d. Ala nasi
e. Kolumela
f. Lubang hidung (nares anterior)

BRIDGE

Gambar 2.13 Anatomi Bagian-bagian Hidung Luar8

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari: 8
1) Tulang hidung (os nasal)
2) Prosessus frontalis os maksila, dan
3) Prosessus nasalis os frontal.
15

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang


rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :
1) Sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
2) Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior
3) Tepi anterior kartilago septum8.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk cavum nasi disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.8
Bagian kavum nasi yang terletak sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut
vibrise.8
Tiap kavum mempunyai empat buah dinding yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial ialah septum nasi. Septum
dilapisi oleh perikondium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada
bagian tulang, sedangkan luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding
lateral terdapat empat buah konka yang terdiri dari konka inferior, media,
superior, dan suprema.8
Batas rongga hidung terdiri dari: 1) dinding inferior, merupakan dasar
rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum, 2) dinding
superior sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang
memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung, 3) di bagian posterior, atap
rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid.8
Kompleks Osteo Meatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral
hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi
penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum
etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan resesus frontal. KOM
merupakan unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dari
16

sinus-sinus yang letaknya anterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan
frontal.8

2.3.2 Fisiologi Hidung

Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah:


a. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,
humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme
imunologik lokal,
b. Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu,
c. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara, dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
d. Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma, dan pelindung panas,
e. Refleks nasal.8

2.3.3 Definisi Corpus Alienum pada Hidung

Corpus alienum pada hidung adalah benda asing yang berasal dari luar
tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada
hidung tersebut.9
Benda asing pada hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga
hidung, paling sering ditemukan di antara septum dan bagian bawah konka
nasalis inferior.. Lokasi lainnya ada di depan konka media. Benda-benda kecil
yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan
dari hidung.14
17

Gambar 2.14 Predileksi benda asing di hidung ( sumber: Christy, 2007)

Gambar 2.15 Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (sumber :
christy, 2007)
(IT=Inferior Turbinate, MT=Middle Turbinate,
SS=Sphenoid Sinus, ST=Superior Turbinate)

2.3.4 Epidemiologi

Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama
usia 1-4 tahun. Pada usia 1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuh,
terutama daerah yang berlubang termasuk hidung. Anak dapat memasukkan
18

benda asing sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang
sebelumnya ada di dalam hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat
iritasi yang sebelumnya sudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan
adalah sisa makanan, permen, manik-manik, dan kertas9.
Faktor yang mempermudah terjadi aspirasi benda asing dalam hidung
antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan
tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur,
penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat
benda asing, serta faktor kecerobohan9.
Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas
bila masuk ke saluran nafas bawah9.

2.3.5 Etiologi

Berdasarkan jenis benda, etiologi corpus alienum pada hidung dapat


dibagi menjadi: 10
a. Benda asing hidup
1) Lalat
Beberapa kasus myasis hidung yang sering ditemukan di daerah tropis seperti
Indonesia ialah infestasi larva lalat dari spesies Chrysomia bezziana.Lalat
dewasa dapat bertelur di organ atau jaringan tubuh manusia, yang kemudian
menetas menjadi larva. Sering terjadi pada luka bernanah, luka terbuka,
terutama jaringan nekrotik dan dapat mengenai setiap lubang atau rongga
seperti mata, telinga, hidung, dan mulut.
2) Lintah
Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat menghisap darah, lintah
mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan
darah sehingga darah pada pasien tidak akan membeku. Setelah selesai
menghisap darah, lintah akan menjatuhkan diri.
19

3) Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi port
d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan
oksigen yang lebih banyak.
b. Benda asing tak hidup
Benda asing tak hidup yang tersering adalah manik-manik, baterai logam, dan
kancing baju. Kasus baterai logam di hidung merupakan salah satu kegawatan
yang harus segera dikeluarkan karena kandungan zat kimia yang dapat bereaksi
terhadap mukosa hidung.

2.3.6 Patofisiologi
Corpus alienum

Masuk ke dalam cavum


nasi

Bertahan di dalam
cavum nasi

Respon pertahanan pada Terjadi iritasi


hidung

Kerusakan dan
Sel goblet epitel kematian sel
respiratorius

Pembusukan sel-
Keluar mukus
sel jaringan yang
nekrosis oleh
Medium yang baik bakteri
untuk pertumbuhan
bakteri
20

Foeter Ex Nasi

Sekret
mukopurulen

2.3.7 Manifestasi Klinis


Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang banyak dan berbau di
salah satu rongga hidung tempat adanya benda asing. Kadang disertai nyeri,
demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampak mukosa edema dengan
inflamasi mukosa hidung unilateral, serta dapat juga terjadi ulserasi.11,12
Bila benda asing berupa lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit
berhenti meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior tampak
benda asing berwarna coklat tua, lunak, dan melekat erat pada mukosa hidung
atau nasofaring.11,12
2.3.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang jika diperlukan.9Gejala yang timbul akibat benda asing
di hidung adalah hidung tersumbat, rinore unilateral yang kental dan berbau.
Dapat disertai demam dan nyeri. Gejala lain bervariasi sesuai patogenesis.
Misal benda asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang
berbau busuk. Baterai logam di dalam hidung dapat menimbulkan keluhan rasa
terbakar atau panas di hidung.9
Benda asing hidup di dalam hidung kebanyakan menimbulkan sensasi
benda yang bergerak-gerak. Epitaksis tanpa rasa nyeri sering menjadi keluhan
utama pada pasien dengan lintah di dalam hidung.9Gejala klinis yang timbul
akibat miasis adalah hidung dan muka menjadi bengkak dan merah, yang dapat
meluas ke dahi dan bibir. Terjadi pula obstruksi hidung sehingga penderita
bernapas melalui mulut serta suara menjadi sengau.
21

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat


dilihat langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral, dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing sering tertutup mukous
sehingga disangka sinusitis. Namun untuk lintah, lebih banyak sulit dilihat
dengan rinoskopi anterior, sehingga kadang memerlukan pemeriksaan
nasoendoskopi. Dengan nasoendoskopi, lintah akan tampak sebagai benda
asing berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa.
Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadang perforasi septum nasi, serta hidung
berbau busuk. Pada miasys, jika dilakukan pemeriksaan tomografi komputer
dapat terlihat bayangan ulat yang bersegmen-segmen di dalam sinus.8,9
2.3.9 Penatalaksanaan
Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat
sehingga harus dikeluarkan cepat antara lain baterai dan kapur barus. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai
menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke
depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat juga
menggunakan forsep alligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda
asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya
tumpul12,13.

Gambar 2.16 : Pengait (hook)12 Gambar 2.17 dari atas : Jobson-Horne


probe, hook, and crocodile forceps13
22

Gambar 2.18 : Cara pengambilan benda asing pada hidung13

Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5 atau
6 F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang
terperangkap, kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing diharapkan
akan keluar ke nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan
dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk mengurangi edema
mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai analgetik. Hindari mendorong
benda asing dari hidung kearah nasofaring karena akan menyebabkan
masuknya benda asing tersebut ke dalam laring sehingga menyebabkan
sumbatan saluran nafas.13,14

Gambar 2.19 : Kateter Foley13 Gambar 2.20 : Penggunaan Fogarty


Catheter13
Benda asing hidup dimatikan terlebih dahulu dengan tetes minyak
parafin atau alkohol sebelum diangkat. Lintah dapat diteteskan tembakau.
Untuk miasis hidung, dianjurkan pemakaian kloroform dan minyak terpentin
dengan perbandingan 1:4, diteteskan ke dalam rongga hidung untuk
23

melemahkan larva, kemudian larva tersebut diambil secara manual


menggunakan cunam. Tindakan operatif dengan melakukan nekrotomi
merupakan tindakan alternatif lain yang dilakukan dengan cara memberikan
tetes kloroform terlebih dahulu.14
Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan bila
terjadi laserasi mukosa hidung. Sedangkan pemberian antibiotik sistemik
selama 5-7 diberikan pada kasus benda asing di hidung yang telah
menimbulkan infeksi pada hidung maupun sinus.13,14
2.3.10 Komplikasi
Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada corpus
alienum di hidung. Edema pada mukosa dapat menyebabkan obstruksi pada
drainase sinus dan tuba eustachius sehingga mengakibatkan sinusitis dan otitis
media akut. Rinolith dapat timbul bila benda asing bertahan selama bertahun-
tahun. Infeksi struktur jaringan di sekitar hidung juga dapat terjadi, seperti
selulitis periorbital, meningitis, epiglositis, difteri, dan tetanus.14

2.4 Corpus Alienum Pada Saluran Napas


Aspirasi benda asing merupakan hal yang paling sering ditemukan dan
ditangani di unit gawat darurat. Secara statistik, presentase aspirasi benda asing
berdasarkan letaknya di hipofaring ssebesar 5%, laring/trakea 12 % dan
bronkus sebanyak 83%. Kasus aspirasi benda asing terjadi terbanyak pada anak
usia < 15 tahun, 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1 - 3 tahun.
Benda asing di bronkus paling sering pada bronkus kanan, karena bronkus
kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar dan membentuk sudut
lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan bronkus kiri15,16.
2.4.1 Anatomi dan Fisiologi saluran napas
a. Saluran Nafas Atas16
1) Hidung
Berfungsi :
a) Fungsi penghidu
24

b) Pernapasan
c) Penyaring debu
d) Kelembapan udara pernapasan
Rongga hidung terdiri atas :
a) Vestibulum dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
b) Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis
udara.
c) Struktur konka berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena
struktur yang berlapis
d) Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing keluar dalam usaha
untuk membersihkan jalan napas.
2) Faring
Bagian dan fungsi faring :
a) Nasofaring
(1) Ada saluran penghubung antara nasofharing dengan telinga bagian tengah
yaitu tuba Eustachiius dan tuba auditori.
(2) Ada fharingeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian posteriomasofharing
merupakan bagian dari jaringan lymphatic pada permukaan posterior lidah
(3) Mempunyai efek respiratorik
b) Orofaring
(1) Bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang hyoid. Reflek
menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan, makanan
terdorong masuk kedalam saluran pencernaan.
(2) Mempunyai fungsi pencernaan makanan.
c) Laringofaring
Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem
respirasi menjadi terpisah dari sistem digestif. Makanan masuk ke bagian
belakang, oesophagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke laring.
3) Laring
25

Fungsi utama laring adalah untuk vokalisasi. Laring juga melindungi


jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

4) Trakea
Trakea terdapat pada bagian oesophagus yang terentang mulai dari
cartilago cricoid masuk kedalam rongga thorak. Tersusun dari 16 – 20 cincin
tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada bagian belakang. Mukosa
trakea mengandung epitel pseudostratified columner cilia yang memiliki sel
goblet untuk sekresi mukus. Cilia memicu terjadi reflek batuk/bersin. Trakea
mengalami percabangan pada karina membentuk bronkus kanan dan kiri.

b. Saluran Nafas Bawah


1) Bronkus
2) Bronkiolus
3) Bronkiolus Terminalis
4) Bronkiolus respiratori
5) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
6) Alveoli20.

Gambar 2.21: Anatomi Saluran Napas20


26

2.4.2 Gejala
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada
lokasibenda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan
ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut
dihidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus.
Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai
berikut :
a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging)
dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti olehinterval
asimtomatis.
c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi
atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul
batuk-batuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru18.
1) Benda Asing di Laring
Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadisumbatal total
maupun sumbatan sebagian.
a) Sumbatan total
Sumbatan total dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat
asfiksia dalam waktu singkat. Sumbatan memiliki gejala
disfonia afonia, apneu dan sianosis.
b) Sumbatan tidak total :
Sumbatan tipe ini memiliki gejala :
(1) Suara parau
(2) Disfonia sampai Afonia
(3) Batuk disertai sesak (croupy cough)
(4) Odinofagi, mengi, sianosis
(5) Hemoptisis
(6) Dispneu dengan derajat bervariasi
27

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring


yang dibagi dalam 4 stadium (jackson).
a. Stadium pertama, cekungan sedikit pada inspirasi didaerah
suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor
b. Stadium kedua, cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor
mulai terdengar
c. Stadium ketiga, cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium,
intercostal dan supraclavicula. Stridor jelas terdengar dan pasien
tampak gelisah.
d. Stadium keempat, cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang
mula-mula gelisah mulai lemah dan akhirnya kesadaran menurun.

2) Benda Asing di Trakea


Benda asing di trakea ini dapat menimbulkan gejala batuk yang
tiba - tiba berulang dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), terdapat gejala patognomonik :
(a) Audible slap
(b) Palpatory thud
(c) Asthmatoid wheeze
(d) Tracheal flutter
3) Benda Asing di Bronkus
Lebih banyak terjadi masuk ke dalam bronkus kanan. Gejala yang
ditimbulkan diantaranya :
(a) Sputum haemoragis
(b) Rasa logam / aroma khusus
(c) Emfisema, atelektasis
(d) Febris
(e) Dapat terlihat gambaran bronkiektasis, bronkopneumonia
dan abses paru
Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :
28

1. By-pass Valve Obstruction


a. Sumbatan sebagian
b. Udara dapat lewat waktu inspirasi dan ekspirasi tetapi salurannya
sempit bunyi napas (mengi)
c. Biasanya benda asing diam dan kecil
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Penekanan bronkus dari luar
c. edema
d. Tumor intraluminer
2. Expiratory Check Valve Obstruction
a. Udara inspirasi dapat lewat
b. Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot bronkus)
c. Emfisema paru obstruktif
d. Benda asing diam
Penyebab :
a. Benda asing di bronkus
b. Edema dinding bronkus pada bronkitis
3. Inspiratory Check-Valve Obstruction
4. Inspirasi terhambat
5. Ekspirasi masih dapat terlaksana
6. Benda asing mobile
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Mucous plug (gumpalan ingus)
c. Tumor yang berttangkai
3. Stop Valve Obstruction
a. Inspirasi dan ekspirasi terhambat
b. Terjadi atelektasis tanpa pneumothorax (udara yang sisa
diresorbsi)
29

Penyebab :
a. Benda asing menyumbat lumen
b. Trauma dinding bronkus dan peradangan berat 19

2.4.3 Etiologi
a. Faktor personal (umu, Jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal)
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme, epilepsi)
c. Faktor fisik (kelainan dan penyakit neurologik)
d. Proses menenelan yang belum sempurna pada anak
e. Faktor kejiwaan
f. Kuran dan bentuk benda asing
g. Faktor kecerobohan

2.4.4 Patogenesis
Benda asing mati di hidung akan menyebabkan edema dan inflamasi
mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epitaksis, jaringan granulasi dan dapat
menjadi sinusitis. Benda asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi dengan
derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan
tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.
Pada saat makanan atau benda didalam mulut anak tertawa atau menjerit
sehingga saat inspirasi laring terbuka dan makanan atau benda masuk kedalam
laring. Kemudian makanan terjepit di dalam sfingter laring, pasien batuk
berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi, sianosis. Bila benda masuk kedalam
trakea atau bronkus kadang-kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau
lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang tergantung
dengan derajat sumbatan bronkus.
30

Benda asing organik mempunyai sifat higroskopik, mudah lunak dan


mengembang oleh air. Sifat tersebut menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa
bronkus menjadi edema dan meradang, serta dapat terjadi jaringan granulasi
disekitar benda asing sehingga gejala sumbatan semakin menghebat. Gejala
yang timbul yaitu laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, demam yang tidak
terus-terusan.
Benda asing anorganik menimbilkan reaksi jaringan yang lebih ringan,
dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik. Benda asing yang
terbuat dari metal dan tipis masuk ke bronkus yang lebih distal dengan gejala
batuk spasmodik.2
2.4.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat
sesudah teraspirasi):
1) Batuk tiba-tiba
2) Rasa tercekik (choking)
3) Rasa tersumbat di tenggorokan (gagging)
4) Bicara gagap (sputtering)
5) Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera
b. Pemeriksaan fisik
1) Fase asimtomatis :
a) Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang / menghilang,
b) Refleks-refleks melemah akibatbenda asing yang tersangkut.
2) Fase komplikasi
Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnyabenda asing
a) Laring
(1) Batuk paroksimal
(2) Parau
(3) Disfoni-Afoni
(4) Sesak nafas
31

(5) Stridor inspirasi dan ekspirasi


(6) Retraksi ototpernafasan
(7) Gelisah
(8) Sianosis
b) Trakea
(1) Batuk hilang timbul
(2) Asthmatoid wheezing
(3) Palpatory thud
(4) Audible snap
(5) Dispnea
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Stridor ekspirasi
(8) Gelisah
(9) Sianosis
c) Bronkus
(1) Batuk tidak produktif hingga produktif
(2) Mengi (wheezing)
(3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisiipsilateral
(4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral
c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax
1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukanfoto polos PA(Postero
Anterior) dan leteral (dapat dilakukan segera)
2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam
(untuk mengetahui adanya atelektasis/ emfisema)
3) Video fluoroscopy
a) Cara terbaik melihat saluran napaskeseluruhan
b) Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
c) Adanya obstruksi parsial
Jika≥ 1 tahapan di atasmenunjukkan hasil positif dilanjutkan
pemeriksaan endoskopi
32

d. Pemeriksaan endoskopi.
1) Laringoskopi
2) Bronkoskopi
(a) bronkoskop kaku
(b) bronkoskop fleksibel
e. Pemeriksaan laboratorium
Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta
tanda infeksi traktus trakeobronkial. 2
2.4.6 Penatalaksanaan
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :
a) Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat
mulutatau hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan
dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika.
1) Membantu ventilasi
2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari
lambung.
b) Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara
total atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di hipofaring.
Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada paru-paru17,18.
Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas
rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas. Tenaga
dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar. Tata cara
pelaksanaannya adalah penolong berdiri dibelakang penderita sambil
memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri,
kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan
penekanan rongga perut ke arah dalam dan ke atas dengan hentakan
beberapa kali18.
33

Jika dengan perasat ini gagal dapat dilakukan pertolongan


menggunakan laringoskop ataupun bronkoskopi jika alat-alat ini tidak ada
dapat dilakukan trakeostomi dengan posisi pasien Trendelenburg, kepala
lebih rendah dari badan. Kemudian dirujuk.

Gambar 2.22 perasat Heimlich18


c) Back blow
1) Pada pemeriksa yang sadar.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asingtersebut,
Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggungdiikuti tiga sampai
lima kali hentakan abdomen ataudada dan ulangi usaha-usaha
pembersihan. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukanadalah,
krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat dilakukanoleh tenaga terlatih18.
2) Pada bayi :
a) Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah
b) Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.
c) Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara kedua
tulang belikat.
d) Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran
tirokrikoid (krikotirotomi).
e) Trakeostomi
34

Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat


lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar
untuk mengatasi gangguan pernapasan atas. Trakeostomi pada corpus
alienum di trakea jika tidak ada bronkoskopi. Setelah dilakukan trakeostomi
keluarkan benda asing dengan cunam atau alat pengisap melalui trakeostomi.
Bila tidak berhasil rujuk ketempat yang terdapat bronkoskopi.18
f) Bronkoskopi
Pada aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat dapat
menyebabkan sumbatan total, maka harus segera dilakukan bronkoskopi.
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun
bronkoskopi serat optik.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya
lebih besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk
mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi
yang adekuat.18

2.4.7 Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Penyakit paru obstruksi kronik
c. Bronkiektasis
d. Abses paru19.

2.5 Corpus AlienumPada Esofagus


2.5.1 Anatomi Dan Fisiologi Esofagus
Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan
hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus esophagus
yang terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi vertebra
servikal VI. Di dalam perjalanannya dari daerah servikal, esofagus masuk ke
dalam rongga toraks. Di dalam rongga toraks, esophagus berada di
mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebra terus ke mediastinum
35

posterior di belakang atrium kiri dan menembus diafragma setinggi vertebre


torakal X dengan jarak kurang dari 3 cm di depan vertebra. Akhirnya esophagus
ini sampai di rongga abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia.
Esofagus dibagi berdasarkan letak dalam bagian servikal, torakal dan
abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama
bersifat sfingter setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara esophagus
dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot polos.
Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esophagus diafragma yaitu tempat
esophagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni
bersifat sfingter. Inervasi esophagus berasal dari dua sumber yaitu saraf
parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia
simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan nervus splangnikus.23

Gambar 2.23: Anatomi Esofagus12


36

Gambar 2.24: Anatomi Esofagus12

2.5.2 DefinisiCorpus Alineumpada Esofagus


Benda asing pada esophagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul
atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertekan, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja.22
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur
pada tiap lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun
ptologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.22

2.5.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi22,23


Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat
dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain,
anomaly congenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus,
dan pelebaran pembuluh darah.
Faktor predisposisi antara lain :
a. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik
b. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada
kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.
c. Retardasi mental
d. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain
e. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau
pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation) dari
palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis.
Faktor predisposisi lian ialah adanya penyakit-penyakit esofagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esophagus atau lambung, cara
37

mengunyah yang salah dengan gigi palsu dengan pemasangan kurang baik,
mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).

2.5.4 Epidemiologi22,23
Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan
atau teraspirasi benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak
pada anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada anak
usia 1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada
komplikasi yang terjadi. Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah
penyempitan fisiologis esofagus. Benda sing yang bukan makanan kebanyakan
tersangkut di servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta,
kadang-kadang di daerah penyilangan esofagus dengan bronkus utama kiri pada
sfingter krdio esofagus. 70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan
di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12 % didaerah hipofaring dan
7,7% didaerah esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda sing yang
tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi
lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat berupa makanan
atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang
ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang.
2.5.5 Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu
peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada
esophagus. Kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa
nyeri. Efek lebih lenjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di
leher dan kemudian dapat mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat trauma
yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat
dengan esophagus.22,23
2.5.6 Diagnosis22,23
38

Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala dan


tanda, pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik dilakukan
untuk diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada setiap
anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gangging),
batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun,
demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan
jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam.
2.5.7 Manifestasi Klinis22,23
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing,
lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula
timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah
substernal atau nyeri di punggung. Terdapat rasa tercekik, gejala permulaan
benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing
tersangkut di servikal.
Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak
di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung,
pada ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa
yang memperberat sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang
persisten, gejala yang lain adalah odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan
muntah, kadang-kadang mudah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan
adanya tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan napas dengan gejala
dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea atau benda asing.
2.5.8 Pemeriksaan Fisik22,23
menyebabkan kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat
edema yang timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi
akut, didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada
auskultasi terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan inter skapula.
39

Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral


dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang
terjadi tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh
aspirasi ludah atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi,
wheezing,demam, abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut,
berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di
daerah servikal esofagus dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan
obstruksi saluran napas dengan stridor karena menekan dinding trakea bagian
(posterior trachea esophageal party wall).
2.5.9 Komplikasi22,23
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus.
Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi sebagai akibat
sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda
asing timbul bila benda asing berada di seofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena
benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi
di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan
menggigil, gelisah, nadi dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke
punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat
menimbulkan pneumothoraks atau pyotoraks.
22,23
2.5.10 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan thorakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga
tertelan benda asing.
b. Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing radiolusen
akan memperlihatkan filling defect persistent.Pemeriksaan ini sebaiknya
tidak dilakukan untuk benda asing radioopak, karena densitas pada bahan
40

asing sama dengan zat kontras, sehingga akan menyulitka penilaian ada
tidaknya benda asing.
c. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement)
pada daerah pinggir benda asing.
d. CT Scan (Computerized Tomography Scan) dapat menunjukkan gambaran
inflamasi dan jaringan lunak
e. MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik
esophagus.
2.5.11 Penatalaksaan22,23
Esofagoskopi dilakukan dengan memakai cunam yang sesuai agar benda
asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang
untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Untuk
benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi harus segera
dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut, yaitu servikotomi,
torakotomi atau esofagotomi.
Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar
pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar
selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk
ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh karena itu
perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk mendapatkan tanda perforasi
dini. Bila letak benda asing menetap selama 2x24 jam maka benda asing
tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan (laparatomi).
41

Gambar 2.25 : Koin dalam esophagus pada foto Rontgen AP

Gambar 2.26: Koin dalam esophagus pada Gambar 2.27 : Koin dalam
esophagus pada
foto Rontgen lateral pemeriksaan endoskopi
42

BAB IV
RINGKASAN

Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada
bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami
keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan interaksi
dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan berjalan, anak mulai
berinteraksi dengan banyak benda yang biasanya anak suka memasukan benda-benda
tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat kesengajaan
atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga, ataupun benda
asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan yang darurat maka
perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda asing tersebut. Namun
terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda asing dalam THT.
Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari benda asing sendiri,
dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan kerjasama dari pasien.
Telinga merupakan salah satu panca indera penting bagi manusia mempunyai
dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan keseimbangan.Telinga, menurut anatominya
dibagi menjadi 3 bagian,yakni:telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang sarafyang
kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan
tubuh.

Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada corpus alienum


di hidung. Edema pada mukosa dapat menyebabkan obstruksi pada drainase sinus
dan tuba eustachius sehingga mengakibatkan sinusitis dan otitis media akut. Rinolith
dapat timbul bila benda asing bertahan selama bertahun-tahun. Infeksi struktur
43

jaringan di sekitar hidung juga dapat terjadi, seperti selulitis periorbital, meningitis,
epiglositis, difteri, dan tetanus.

Jika terdapat benda sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba dengan
mengoyangkan benda secara hati-hati. Menarik daun telinga kearah posterior
meluruskan liang telinga dan benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut
pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter
yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat
mendorong lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat
melukai liang telinga.
44

DAFTAR PUSTAKA

1. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-


dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum.
2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher
edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.
3. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80. 28.
4. Maqbool M. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB Saunders
Company, 1990:5-7,210-1.
5. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science,
Dalam : Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth-
Heinemann Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.
6. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am Fam
Physician. 2007, Oct 15; 76(8): 1185-89
7. Cunha JP. Objects or insects in Ear.
http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.
8. Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala-Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
9. Ballenger J. 2002. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher.
Edisi 13. Jilid II.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
10. Junizaf, M. H. 2008. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
11. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
45

12. George, L., Adams. 1997. BOEIS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: EGC
13. Rukmin, S., Herawati, S., 1999. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta: EGC
14. Fischer, J.I., et al. 2013. Nasal Foreign Bodies. http:
http://emedicine.medscape.com/article/763767
15. Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan Neuroleptic
Anesthesia. Medicinus , 22(2): 58-60.
16. Junizaf, M.H., 2001. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi, E.A.,
danIskandar, N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher, edisi kelima, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 218-23
17. Oswari J. Corpus Alienum di Hidung: Ludman H. Petunjuk Penting pada
Penyakit THT. Hipokrates. Jakata, : 13-19
18. Ballenger J. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta. 2007,
H:305-325
19. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Aose, and Throat .
UniVersity of Virginia School of Medicine, Charlottesville, virginia. Am Fam
Phisician 2007, oct 15 . 76 (8)
20. Seely S, Tate. 2004. Anatomy and Physiology, Sixth Edition,The McGraw−Hill
companies.
21. Munter DW. Gastrointestinal Foreign Bodies in Emergency medicine.
22. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi 6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.
23. Adams GL., Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan Mediastinum :
Buku Ajar Penyakit THT. Ed Keenam EGC

Anda mungkin juga menyukai