Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANIFESTASI KLINIS DIAGNOSA DAN PENATALAKSANAAN PERDARAHAN


SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH AKIBAT TERMAKAN BENDA ASING

Oleh

Felicia Kurnia
NIM 193307020061

Dokter Pembimbing : dr. Ok Yulizal, Sp.PD-KGEH

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

RSU ROYAL PRIMA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Benda asing adalah benda yang berasal dari dalam atau luar tubuh yang normalnya
tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam suatu organ ini dibagi menjadi benda asing
eksogen yakni yang berasal dari luar tubuh dan endogen yang berasal dari dalam tubuh.
Benda asing eksogen dibagi menjadi zat organik seperti biji-bijian (dari tumbuhan) dan
tulang atau duri (dari hewan) dan zat anorganik seperti kapas, kertas, dan lain-lain.(1)
Benda asing dapat ditemukan pada berbagai organ tubuh seperti telinga, hidung, faring,
dan lain-lain. Jenis benda asing yang banyak dijumpai pada berbagai organ tubuh seperti
manik-manik, cotton bud, duri ikan, serangga, kapas, dan lain-lain.(1)

Kasus benda asing yang terjadi pada hidung, telinga, dan faring merupakan salah satu
kasus yang cukup sering ditemui dalam masyarakat. Kasus benda asing paling sering
terjadi pada anak-anak karena cenderung suka mengeksplorasi bagian tubuh terutama yang
berlubang seperti telinga,hidung dan mulut. Beberapa faktor yang berperan menyebabkan
masuknya benda asing pada telinga, hidung, dan faring yaitu faktor personal (usia, jenis
kelamin,pekerjaan), kegagalan mekanisme proteksi (kesadaran menurun ,alkoholisme atau
epilepsi), proses menelan yang belum sempurna pada anak, ukuran dan bentuk benda
asing serta faktor kecerobohan.(2)

Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Pasien datang ke rumah sakit dengan riwayat tertelan sesuatu
diikuti rasa mengganjal di tenggorokan. Pada anak-anak, riwayat ini sulit didapatkan
karena anak takut mengatakan dan tidak ada orang lain yang menyaksikan peristiwa
tertelannya benda asing. Keluhan lainnya adalah sulit menelan dan nyeri menelan. Sakit
menelan yang dapat dilokalisir oleh pasien, merupakan dasar kecurigaan lokasi
keberadaan benda asing.(3) Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai hipersalivasi, tersedak
saat makan dan sesak nafas bila benda asing menekan trakea.(1) Pemeriksaan radiologis
dilakukan pada pasien yang diduga tertelan benda asing yang didapat dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan radiologis untuk mengevaluasi lokasi, ukuran serta
kemungkinan adanya benda asing lebih dari satu. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan
adalah rontgen servikal anteroposterior serta lateral, rontgen torak posteroanterior dan
lateral serta foto polos abdomen.(2)

Ekstraksi benda asing dilakukan melalui esofagoskop kaku dengan menggunakan


teleskop dan memakai forsep yang disesuaikan dengan jenis, ukuran dan bentuk benda
asing. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi umum. Esofagoskopi bertujuan untuk
mengambil benda asing dan mengevaluasi kondisi esofagus.(4)

Benda asing tertelan dan impaksi makanan di saluran cerna merupakan kasus yang
sering dijumpai. Menurut dokumentasi American Association of Poison Control Centers
pada tahun 2015 dari 116.000 kasus tertelan benda asing 75% merupakan anak-anak. Jenis
benda asing yang sering tertelan adalah benda benda yang sering dijumpai di rumah
seperti uang logam, mainan, magnet. Sementara impaksi makanan merupakan kasus yang
sering dijumpai pada orang dewasa dengan prevalensi 13 per 100.000 jiwa. Sekitar 80%
benda asing dapat melewati traktus digestivus tanpa masalah, 10-20% kasus membutuhkan
tindakan non operatif dan <1% kasus memerlukan tindakan pembedahan.(5)

Hussain dkk melakukan penelitian di RS Saidu Swat Pakistan dari Januari 2006
sampai Juni 2009, mendapatkan 212 pasien dengan diagnosis benda asing esofagus. Hasil
penelitian mendapatkan laki-laki sebanyak 63% dan perempuan 38%. Hussain
menjelaskan bahwa usia terbanyak adalah usia <10 tahun sebanyak 60,26%. Benda asing
terbanyak pada penelitian ini adalah uang logam 55,6% diikuti dengan bolus daging
20,75% dan gigi palsu 7,07%.(6)

Di Indonesia yaitu pada RSUP H. Adam Malik Medan pada penelitian yang dilakukan
pada tahun 2018 di bagian poli THT-KL pada kasus benda asing dari 110 kasus terdapat
69 (62,7%) orang berjenis orang (55,5%), dengan jenis benda asing yang paling banyak
adalah non organik sebanyak 79 kasus (71,8%) yaitu kapas sebanyak 29 kasus (26,4%).
Pada penelitian yang dilakukan dibagian barat Nepal pada 2016 terdapat 211 kasus
benda asing yang ditemukan paling tinggi berlokasi di hidung (40,2%) dan paling banyak
terjadi pada anak dibawah 15 tahun (22,7%).(6)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Faring

Faring merupakan saluran dengan panjang 13 cm yang menghubungkan nasal dan


rongga mulut. Faring terdiri dari 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Faring merupakan saluran yang berperan dalam sistem pernafasan dan pencernaan. Ketika
makanan masuk melewati faring maka reseptor yang ada pada faring akan mengirim
impuls aferen ke pusat menelan di medula batang otak.(7)

2.1 Gambar Faring potongan sagital


2.2 Definisi Benda Asing (Corpus Alienum)
Benda asing dalam suatu organ yaitu benda baik yang berasal dari dalam maupun luar
tubuh yang normalnya tidak seharusnya ada dalam organ tersebut. Jenis benda asing yang
masuk dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua yaitu benda asing eksogen yang berasal
dari luar tubuh dan benda asing endogen yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (dari tumbuhan), duri atau tulang
(yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti dan
lain-lain.(7)
2.3 Jenis Benda Asing

Jenis benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua yaitu :
1. Benda asing endogen: yakni benda asing yang berasal dari dalam tubuh manusia
sendiri. Contohnya adalah seperti bekuan darah, nanah, sekret kental ataupun cairan
amnion dan mekonium yang dapat masuk dalam saluran nafas bayi sewaktu
persalinan.
2. Benda asing eksogen: yakni benda asing yang berasal dari luar tubuh manusia yang
seharusnya dalam keadaan normal tidak ada. Dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Benda asing organik : yaitu benda asing yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
ataupun binatang yakni berupa serangga, tulang, duri ikan ataupun kacang-
kacangan serta biji-bijian. Benda asing organik berupa tulang atau duri ikan serta
kacang dan biji-bijian sering dijumpai pada anak-anak karena belum mempunyai
gigi molar yang lengkap dan belum dapat mengunyah makanan dengan baik,
sedangkan pada orang dewasa pada umumnya disebabkan oleh faktor
kecerobohan atau ketidaksengajaan.
b. Benda asing anorganik : yaitu benda asing yang berasal diluar dari tumbuhan
dan binatang. Benda asing anorganik dapat dijumpai berupa manik-manik, baterai,
paku, jarum ataupun peniti. Benda asing anorganik merupakan jenis yang paling
sering dijumpai menjadi penyebab dalam berbagai kasus benda asing pada tubuh
manusia. Pada anak-anak baterai dan manik-manik merupakan jenis benda asing
yang paling banyak dijumpai karena umumnya ditemukan dalam setiap alat
pemainan yang digunakan oleh anak-anak.

2.4 Lokasi Benda Asing

Benda asing pada esofagus lebih sering ditemukan pada segmen servikalis atau pada
sfingter krikofaringeal, dimana ini adalah lokasi pertama penyempitan pada esofagus.
Dapat juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan esofagus kedua dan ketiga,
yaitu pada rongga dada bagian tengah akibat tertekan lengkung aorta dan pada hiatus
esofagus.(4)
Benda asing pada faring biasanya dijumpai pada bagian orofaring dan hipofaring yang
dapat tersangkut diantara tonsil, valekula dan sinus piriformis yang dapat menimbulkan
rasa nyeri ketika menelan makanan. Jenis benda asing yang biasanya dijumpai pada faring
adalah tulang ikan ataupun tulang ayam.

2.5 Manifestasi Klinis

Berdasarkan lokasinya, gejala yang ditimbulkan oleh benda asing pada esofagus
berbeda-beda. Batuk adalah gejala utama yang ditimbulkan setelah tertelan benda asing.
Gejala lain yang ditimbulkan adalah disfagia, muntah, hipersalivasi, dan rasa sakit.
Muntah dan hipersalivasi merupakan gejala yang signifikan terjadi pada lokasi
penyempitan pertama esofagus atau sfingter krikofaringeal. Pada kasus benda asing pada
esofagus, muntah dapat menjadi gejala yang berbahaya karena tekanan yang dihasilkan
dapat menyebabkan ruptur dinding esofagus yang tipis. Gejala disfagia dapat terjadi pada
semua lokasi di esofagus, namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama
dan kedua esofagus.

2.6 Diagnosis

Data yang didapatkan dari hasil anamnesis dapat menjadi hal yang sangat penting
dalam menentukan diagnosis benda asing. Pemeriksaan tambahan dan intervensi segera
terhadap benda asing diputuskan sesuai dengan informasi yang diberikan pasien mengenai
jenis benda asing yang tertelan, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik.(2)

1. Anamnesis
Kasus benda asing dapat ditegakkan bila terdapat riwayat memasukkan atau menelan
benda asing, dan perlu diketahui jenis benda asing tersebut. Anamnesis dilakukan
dengan menanyakan identitas pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit keluarga, keluhan sekarang, keluhan tambahan, lalu sejak
kapan dimulainya keluhan tersebut, faktor yang memperingan dan memperburuk keluhan,
sifat rasa sakit yang dirasakan pasien, serta pada waktu kapan saja keluhan tersebut
dirasakan pasien.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rhinoskopi posterior dapat dilakukan untuk melihat keadaan pada
bagian nasofaring dengan menggunakan spatula lidah dan kaca nasofaring.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah foto polos /x-ray pada semua kasus
atau 100%, dan 1 orang dilakukan CT scan. Foto rontgen polos esofagus servikal dan
torakal anteroposterior dan lateral dapat dilakukan pada pasien yang diduga tertelan benda
asing. Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus
dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi. Hal ini dilakukan untuk
memastikan benda asing belum berpindah ke bagian distal. Untuk benda asing radiolusen,
pemeriksaan foto rontgen tidak terlalu menunjukkan hasil yang berarti. Oleh karena itu,
pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendiagnosis benda asing dengan sensitifitas
100% dan spesifisitas 91%. Pemeriksaan CT-scan esofagus juga dapat menunjukkan
gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses.(7)

2.7 Penatalaksanaan
Tertelannya benda asing dapat melewati saluran perncernaan tanpa kesulitan.
Sehingga, terapi konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus benda asing dengan
melalukan observasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda asing tumpul, pendek (panjang
< 6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing akan berlalu dengan spontan dalam
waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu
mengobservasi feses nya sampai benda asing tersebut keluar. Tidak perlu ada perubahan
pola makan dalam hal ini.(8)

Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi yaitu


esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut.
Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi,
tergantung lokasi benda asing tersebut.(9)

Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus dari bagian yang tajam pada
benda asing. Tipe kedua adalah esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk
melihat gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi dan
pengeluaran benda asing.(9)
Pembedahan dilakukan hanya <1% kasus benda asing pada esofagus. Sejak tindakan
endoskopi memberikan hasil yang cukup memuaskan, pembedahan hanya dilakukan untuk
indikasi-indikasi tertentu. Tindakan pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan
komplikasi lainnya yang tidak dapat diatasi dengan tindakan endoskopi.(10)
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahardika PGAS, Asthuta AR. Karakteristik pasien benda asing esofagus di rsup
sanglah dari tahun 2013-2015. Med Udayana [Internet]. 2020;9(2):46–50. Available
from: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

2. ali djumhana. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. fk UNPAD. 2006;10–31.

3. Marasabessy SN, Mengko SK, Palandeng OI. BENDA ASING ESOFAGUS DI


BAGIAN/SMF THT-KL BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO
PERIODE JANUARI 2010 - DESEMBER 2014. e-CliniC. 2015;3(1).

4. Irawan C, Pitoyo CW, Rinaldi I, Mas’ud I. Perdarahan Saluran Cerna. IMELS Basic 2
[Internet]. 2014;190–9. Available from: http://www.imelsindonesia.com/?
page=content.view&alias=jadwal

5. Ario MD, Rosan B, Ginting A, Wibowo A. Corpus Alienum di Esofagus Pars


Torakalis pada Anak Laki – Laki Usia 3 Tahun Corpus Alienum in Esophagus Pars
Thoracic in Boy Aged 3 Years Old. 2016;1–5.

6. Yunizaf R, Zulka E, Tamin S, Surya G. Penggunaan esofagoskopi transnasal di Rumah


Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Oto Rhino Laryngol Indones. 2017;47(1):65.

7. Windu Sumertini SK, Sucipta IW. Karakteristik penderita dengan benda asing dalam
esofagus di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2012- Desember 2013. Med J.
2017;48(1):27.

8. Wullur C, Rasman M. Penatalaksanaan Aspirasi Benda Asing pada Pasien Pediatrik.


Maj Anest dan Crit Care [Internet]. 2014;32(3):234–40. Available from:
http://journal.perdatin.org/index.php/macc/article/view/13

9. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak. Modul Perdarahan Saluran Cerna Atas. Modul
Gastroenterol Anak. 2008;1051–62.

10. Zuleika P, Ghanie A. Karakteristik Benda Asing Esofagus di Bagian T.H.T.K.L


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Periode Januari 2013 – Desember 2015. Konas Perhati-Kl. 2016.

Anda mungkin juga menyukai