FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALIENUM HIDUNG
1. Definisi
2. Etiologi
Gejala sumbatan benda asing tergantung pada lokasi benda asing, derajat
sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing. Gejala yang timbul
bervariasi, dari tanpa gejala sampai kematian sebelum diberi pertolongan, akibat
sumbatan total. Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian otang tua
karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di
sekitar benda asing. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral,
dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis,
bersin, dan disertai bekuan darah. Akan tetapi, adanya benda asing dalam hidung
terkadang tidak menimbulkan nyeri, terbukti dengan adanya kasus benda asing yang telah
berada dalam hidung selama bertahun-tahun tanpa adanya gejala apapun. Namun,
walaupun jarang ditemukan, nyeri dan sakit kepala pada sisi yang terlibat disertai dengan
epistaksis intermitten dan bersin pernah ditemukan dalam beberapa kasus. Pada pasien
dengan benda asing hidung yang hidup, gejala-gejala yang muncul biasanya terdapat pada
hidung bilateral. Hidung tersumbat, sakit kepala, dan bersin dengan kotoran seropurulen
biasanya merupakan gejala yang tampak. Peningkatan suhu tubuh dan adanya bau tidak
sedap yang berasal dari rongga hidung dapat pula muncul. Leukositosis dapat terjadi
akibat adanya infeksi sekunder. Rhinolith biasanya tidak bergejala dan kemudian
menyebabkan obstruksi apabila membesa
5. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat
radiopak dapat dibuat foto radiologik segera setelah kejadian, sedangkan benda asing
radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuatkan foto radiologik setelah 24 jam
kejadian karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis
berarti. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi saat pada saat inspirasi dan ekspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologic pada benda asing
di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi.
Selain dengan radiologi, dapat pula digunakan endoskopi. Diagnosis pasti
benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi, yaitu
endoskopi nasal dengan sudut 0o atau 30o . Endoskopi nasal ini juga ideal dalam
penegakan diagnosis untuk anak-anak, namun sebelum pemeriksaan umumnya
didahului dengan pemberian anestesi umum. Selain untuk diagnosis, penggunaan
endoskopi nasal ini juga berguna dalam ekstraksi atau pengeluaran benda asing
hidung
6. Penatalaksanaan Medis
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala tersangkutnya benda asing
tersebut. Adapun pemilihan teknik untuk mengeluarkan benda asing sebaiknya
didasarkan pada lokasi yang tepat, bentuk, dan komposisi benda asing. Pengeluaran
benda asing hidung jarang bersifat emergensi dan dapat menunggu saran dari
spesialis terkait. Bahaya utama pengeluaran benda asing pada hidung adalah
aspirasi, terutama pada anak-anak yang tidak kooperatif dan menangis, pasien
gelisah yang kemungkinan dapat menghirup benda asing ke dalam jalan napas dan
melukai jaringan sekitar, sehingga menimbulkan keadaan emergensi.
a. Posisi ideal saat pengeluaran benda asing pada hidung adalah meminta pasien
untuk duduk, pada pasien pediatrik maka akan di pangku, kemudian akan
menahan tangan dan lengan pasien, dan seseorang lainnya akan membantu
menahan kepala pasien dalam posisi ekstensi 30o .
c. Anestesi lokal sebelum tindakan dapat memfasilitasi ekstraksi yang efisien dan
biasanya dalam bentuk spray. Lignokain (Lidokain) 4% merupakan pilihan yang
biasa digunakan, walaupun kokain biasa digunakan dan bersifat vasokonstriktor.
Namun, penggunaan kokain pada anak-anak dapat menimbulkan toksik,
sehingga biasanya digantikan dengan adrenalin (epinefrin) 1:200.000. Akan
tetapi, penggunaan anestesi local tidak terlalu bermanfaat pada pasien pediatric,
sehingga anestesi umum lebih sering digunakan pada kasus anak-anak. Alat-alat
yang diguanakan dalam proses ekstraksi benda asing pada hidung adalah forsep
bayonet, serumen hook, kateter tuba eustasius, dan suction.
Adapun, beberapa teknik pengeluaran benda asing pada hidung yang dapat
digunakan antara lain :
a. Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal yang
sulit karena tidak mudah untuk mencengkram benda asing tersebut. Serumen
hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat yang paling tepat untuk
digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri hingga bagian atap cavum nasi
hingga belakang benda asing hingga terletak di belakangnya, kemudian pengait
diputar ke samping dan diturunkan sedikit, lalu ke depan. Dengan cara ini benda
asing itu akan ikut terbawa keluar. Selain itu, dapat pula digunakan suction.
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring
dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu, benda asing
dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah yang menyebabkan
sesak napas, sehingga menimbulkan keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika
sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang
telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.
c. Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya seperti spons
dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep.
d. Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan dapat
diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.
e. Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara : pasien
dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara menghembuskan
napas kuat-kuat melalui hidung sementara lubang hidung yang satunya di tutup.
Jika cara ini tidak berhasil atau benda asing pada hidung tersebut terdapat pada
pasien pediatrik yang tidak kooperatif, maka dapat digunakan ventilasi tekanan
positif melalui mulut. Pada teknik ini, orang tua penderita melekatkan mulutnya
ke mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak terdapat benda asing
dengan jari, lalu meniupkan udara secara lembut dan cepat melalui mulut.
Walaupun secara reflex epiglottis anak akan tertutup untuk melindungi paru-
paru dari tekanan, penting diperhatikan bahwa tidak boleh diberikan hembusan
bertekanan tinggi dan volume yang banyak.
a. Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus benda asing
hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan kloroform 25% yang
dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh benda asing hidup tersebut. Hal
ini mungkin harus kembali dilakukan 2-3 perminggu selama 6 minggu hingga
semua benda asing hidup mati. Setiap tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi
dapat dilanjutkan dengan suction, irigasi, dan kuretase.
b. Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang tinggi,
dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral, serta
Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan. Setelah proses ekstraksi selesai
dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus dilakukan untuk mengeksklusi
kehadiran benda asing lainnya. Orang tua juga harus diberikan edukasi untuk
menjauhkan paparan benda asing hidung potensial lainnya dari anak-anaknya.
- General Impressions
Pengkajian Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas?
Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
- Agitasi (hipoksia)
- Sianosis
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi:
- Perdarahan
- Muntahan
- Gigi palsu
- Trauma wajah
Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi:
Breathing (Pernafasan)
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
Look, listen dan feel, lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
- Inspeksi dari tingkat pemapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
- Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan
pneumotoraks.
- Auskultasi untuk adanya: suara abnormal pada dada.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu. Tentukan laju dan
tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan
pasien. Penilaian kembali status mental pasien.
- Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi: Pemberian
terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika
diindikasikan
Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures Kaji
adanya masalah pemapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai
kebutuhan.
Pengkajian Circulation
- Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara
langsung.
- Regularity
- A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
- V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
- P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas
awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
-
Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien
diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk
dilakukan. Lakukan log roli ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos
pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai
dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika
diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa,
maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
- Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka dan
mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.
b. Secondary Survey
1. Identitas pasien.
a. Ventilasi
1) Bunyi napas
Jika apsien PPOK atau asma, periksa laju aliran ekspirasi puncak dengan
menggunakan peak flowmeter.Jika nilainya kurang dari 200 1/menit, triase
segera ke ruang tindakan.
4) Saturasi oksigen
b. Perfusi
Palpasi titik impuls maksimal. Bagian apeks jantung biasanya sampai pada
dinding anterior dada atau dekat dengan ruang interkosta lima kiri di garis
midklavikula.
3) Distensi vena jugularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah posisi pasien menjadi
semifowler dengan kepala miring kanan atau kiri.
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi misalnya teofilin
dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi gangguan pulmonal
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat, seperti kegelisahan, takikardia, dan
agitasi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan
penurunan kesadaran.
4. Kondisi Pernafasan.
c. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada
hawa nafas -> Pernafasan berhenti
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat
dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien
diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara
diperlukan. Kemampuan pasien untuk mendengar, melihat,
membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat
menimbulkan masalah tambahan.
8. Peta Analisis Data
9. Diagnosa Keperawatan
Daftar Pustaka
Nastiti N. Raharjoe, dkk. 2012. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku
Ajar Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, hal.420-
426
Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT (K). 2007. Benda Asing di Saluran Napas;
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala, dan Leher,
Balai Penerbit FK UI, Jakarta, hal.259-265
World Health Organization, 2009. Aspirasi Benda Asing, Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit, WHO Indonesia, Jakarta, hal. 119-
121
Price, Sylvia A. 2000. Patofisiologi. EGC:Jakarta
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson. vol 2. 2008 , Jakarta; EGC
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM HIDUNG
1. Identitas Pasien
Nama : An. M
Usia : 10 tahun
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : Surabaya
No. Reg Med : 10038314
Diagnosa Medis : Corpus Alienum Hidung
2. Primary Survey
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
Tekanan darah klien lemah, 110/80 mmHg, dengan nadi teraba kuat 110x/menit
d. Disability/disentegrity
e. Exposure/environment
Pasien tidak sengaja memasukkan manik-manik kalung didalam hidungnya dan tidak terdapat luka pada
bagian tubuh lain.
3. Pengkajikan Keperawatan
Pasien ketika bermain bersama temannya tidak sengaja memasukkan manik-manik kalung didalam
hidungnya, Pasien mengeluh nyeri pada area hidung sampai kepala
P: Terdapat benda asing dan peradangan
Q: Terasa tertusuk-tusuk
S: Skala Nyeri 7
T: Menetap
c. Timbulnya keluhan
4. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : tidak ada lesi, tidak ada bekas luka operasi, nyeri pada perut bagian bawah.
6. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri Akut
2 DS:
Bersihan jalan nafas tidak
Klien mengatakan didalam Masuknya benda asing
efektif
hidungnya terasa banyak
sekret dan sulit untuk Menyebabkan luka
dikeluarkan
DO: Inflamasi pada hidung
RR 32 x/menit
Terdengar suara ronchi Meningkatkan produksi mucus
Terdapat secret kental
pada hidung Bersihan jalan nafas tidak efektif
3 DS:
Pola Nafas Tidak Efektif
Klien mengatakan sulit Masuknya benda asing
bernapas dan terasa sesak
napas. Menghambat saluran pernapasan
DO:
RR 32 x/menit Pasien sulit bernapas
Terdengar suara ronchi
Pola napas tampak Pasien sesak (RR 32x/Menit)
ireguler
Pola napas tidak efektif
Pasien tampak
kesulitan bernapas
DS : Masuknya benda asing Hipertemi
4 Klien merasa badannya
panas dan tidak nyaman Menyebabkan luka
DO:
Pasien terlihat gelisah Inflamasi pada hidung
Suhu 40C
Respon tubuh terhadap inflamasi
Hipertermi
8. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d adanya peradangan pada hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sekret yang meningkat
3. Pola nafas tidak efektif b/d seak napas (Dypsnea) ditandai dengan RR 32x/Menit dan Irreguler
4. Hipertermi b/d reaksi tubuh terhadap infeksi/inflamasi
9. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Evaluasi
Keperawatan
Nyeri Akut b/d S : Pasien
Setelah dilakukan intervensi Pain Management
adanya Lakukan pengkajian nyeri mengatakan nyeri
keperawatan, diharapkan nyeri
peradangan pada secara komprehensif termasuk berkurang/hilang
berkurang dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi
hidung frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi O: skala nyeri
Mampu mengontrol nyeri Observasi reaksi nonverbal
Melaporkan bahwa nyeri dan ketidaknyamanan menurun, pasien
berkurang dengan Kontrol lingkungan yang tidak tampak
menggunakan manajemen nyeri dapat mempengaruhi nyeri
Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan, meringis
(skala, intensitas, frekuensi dan pencahayaan dan kebisingan
tanda nyeri) Kaji tipe dan sumber nyeri
Menyatakan rasa untuk menentukan intervensi A: Masalah
nyaman setelah nyeri Ajarkan tentang teknik non teratasi
berkurang farmakologi
kolaborasikan dengan dokter
pemberian anaIgetik untuk P : Intervensi
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol dihentikan
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat sesuai
instruksi dokter
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
P: Intervensi
dihentikan