Anda di halaman 1dari 35

BENDA ASING HIDUNG

(CORPUS ALIENUM CAVUM NASI)

Lieza Ariany
030.15.102
Kepaniteraan Klinik Ilmu THT
Universitas Trisakti
SKENARIO KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan
keluhan rongga hidung kanan berbau busuk sejak 2 hari ini. Keluhan ini
sebelumnya disertai dengan rongga hidung kanan mengelurkan sekret sejak 7 hari
sebelumnya. Keluhan juga disertai nyeri saat hidung disentuh. Keluhan tidak
disertai demam.

Kata kunci : hidung berbau, secret, nyeri


PENDAHULUAN

Kasus benda asing pada telinga merupakan kasus yang sering terjadi di bidang
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher (THT-KL). Hal ini sering terjadi pada
anak-anak yang sering memasukkan sendiri benda asingnya maupun pada orang
dewasa yang psikisnya terganggu. Benda asing yang sering ditemukan pada
telinga antara lain karet, penghapus, kerikil, manik-manik, peniti, spons, dan
kapur. Benda asing telinga dapat terjadi pada semua umur dan pada kedua jenis
kelamin. Hal ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia sekolah dibandingkan
pada bayi
ANATOMI HIDUNG
VASKULARISASI HIDUNG
DEFINISI

• Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.
• Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh).
• Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing
eksogen padat terbagi terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka bintang)
dan zat organik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain.
EPIDEMIOLOGI

• Sebesar 50% kasus benda asing di saluran nafas terjadi pada anak yang
berumur kurang dari 4 tahun. Benda asing pada hidung lebih sering terjadi
pada anak anak yang berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun
cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke
dalam lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain.
ETIOLOGI

Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus


alienum di hidung dapat di bagi menjadi:
1. Benda asing hidup (benda organic)
a) Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah
ditemukan di hidung manusia dan hewan di
Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari
spesies Chryssonya bezziana adalah
serangga yang termasuk dalam famili
Calliphoridea, ordo dipteral subordo
Cyclorrapha kelas Insecta.
b) Lintah
Tempat hidup hewan ini ada yang berada
di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah
merupakan hewan penghisap darah. Pada saat
menghisap darah, lintah mengeluarkan zat
penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat
anti pembekuan darah sehingga darah pada
pasin tidak akan membeku. Setelah selesai
menghisap darah, lintah akan menjatuhkan
diri.
c) Cacing

Ascaris Lumbricoides merupakan nematode usus yang masih menjadi masalah di negara
berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi part d’entry atau tempat cacing tersebut
bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak.
ETIOLOGI

2. Benda asing tak hidup (benda


anorganik)
Benda asing tak hidup yang tersering adalah
manik-manik, baterai logam, dan kancing baju.
Kasus baterai logam di hidung merupakan
salah satu kegawatan yang harus segera
dikeluarkan karena kandungan zat kimianya
yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.
FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor-factor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing kedalam


saluran napas, antara lain :
a) Faktor personal : umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi social, tempat
tinggal
b) Kegagalan mekanisme proteksi yang normal: keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsy.
c) Faktor kecerobohan : meletakkan benda asing di hidung, memberikan mainan
yang kecil kepada anak anak.
PATOGENESIS

• Memasukkan badan asing ke dalam cavum


nasi sering kali terjadi pada pasien anak
yang kurang dari 5 tahun disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain rasa penasaran
untuk mengekspolarsi orifisium atau lubang.
• Benda asing hidung dapat ditemukan di
setiap bagian rongga hidung, sebagian besar
ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah
konka inferior atau di bagian atas fossa nasal
anterior hingga ke bagian depan konka
media.
PATOGENESIS

• Namun, kebanyakan objek yang berupa • Benda asing yang berupa benda hidup,
benda mati menyebabkan kongesti dan menyebabkan reaksi inflamasi dengan
edema pada mukosa hidung, dapat derajat bervariasi, dari infeksi local
terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan sampai destruksi masif tulang rawan
granulasi, erosi, dan dapat berlanjut dan tulang hidung dengan membentuk
menjadi sinusitis. daerah supurasi yang dalam dan
berbau.
• Sekret yang tertinggal, dekomposisi
benda asing, dan ulserasi yang menyertai • Benda asing organik, seperti kacang-
dapat menghasilkan aroma yang berbau kacangan, mempunyai sifat higroskopik,
busuk. mudah menjadi lunak dan mengembang
oleh air, serta menyebabkan iritasi pada
mukosa.
PATOGENESIS

Sebuah benda asing dapat menjadi inti Baterai cakram dapat menyebabkan
peradangan apabila tertanam dalam jaringan destruksi pada septum nasi karena
granulasi yang terpapar oleh kalsium, tersusun atas beberapa logam berat, seperti
magnesium fosfat, karbonat, dan kemudian merkuri, zink, perak, nikel, cadmium, dan
akan menjadi rhinolith. lithium.
Rhinolit biasanya terletak dekat bagian
basal hidung dan bersifat radiopak.
MANIFESTASI KLINIS

Gejala sumbatan benda asing tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau
sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing.
Gejala yang paling sering adalah
• hidung tersumbat,
• rinore unilateral, dengan cairan kental dan berbau.
• rasa nyeri
• demam,
• epistaksis
• Bersin
• disertai bekuan darah
MANIFESTASI KLINIS

Pada pasien dengan benda asing hidung yang hidup, gejala-gejala yang muncul
biasanya terdapat pada hidung bilateral.
• Hidung tersumbat, sakit kepala, dan bersin dengan kotoran seropurulent
• Peningkatan suhu tubuh dan adanya bau tidak sedap yang berasal dari rongga
hidung
PEMERIKSAAN FISIK

• Pada pemeriksaan fisis hidung, dapat digunakan rhinoskopi anterior. Namun,


kadang-kadang edema dan granulasi mukosa menutupi benda asing tersebut.
• Pada beberapa kasus, diperlukan penyemprotan agen vasokonstriktor untuk
memperkecil mukosa pada saat pemeriksaan
• pada pemeriksaan tampak pula edema dengan inflamasi mukosa hidung
unilateral dan dapat terjadi ulserasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto ronsen :
• Benda asing yang bersifat radiopak dapat
dibuat foto radiologik segera setelah
kejadian
• benda asing radiolusen (seperti kacang-
kacangan) dibuatkan foto radiologik
setelah 24 jam

Gambaran Benda asing/opak pada rongga


hidung, potongan sagittal dan coronal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Endoskopi :
• Digunakan untuk menegakkan diagnosis
pasti benda asing hidung
• Berguna dalam ekstraksi atau
pengeluaran benda asing hidung.
• Ideal dilakukan pada anak-anak dengan
bantuan anestesi umum.

Gambaran endoskopi benda


asing Rongga hidung
TATALAKSANA CORPUS ALIENUM
CAVUM NASI

• Adapun pemilihan teknik untuk mengeluarkan benda asing sebaiknya


didasarkan pada lokasi yang tepat, bentuk, dan komposisi benda asing.
• Pengeluaran benda asing hidung jarang bersifat emergensi dan dapat menunggu
saran dari spesialis terkait.
• Bahaya utama pengeluaran benda asing pada hidung adalah aspirasi, terutama
pada anak-anak yang tidak kooperatif dan menangis, pasien gelisah yang
kemungkinan dapat menghirup benda asing ke dalam jalan napas dan melukai
jaringan sekitar, sehingga menimbulkan keadaan emergensi.
TATALAKSANA CORPUS ALIENUM
CAVUM NASI

Beberapa persiapan pengeluaran benda asing pada hidung antara lain :


 Posisi ideal
 Visualisasi yang adekuat
 Anestesi lokal sebelum tindakan
TATALAKSANA CORPUS ALIENUM
CAVUM NASI

Alat yang digunakan untuk ekstraksi antara lain :

suction
Forcep Alligator Cerumen hook Forgaty catheter
TATALAKSANA CORPUS ALIENUM
CAVUM NASI

Pengeluaran benda asing tak hidup


1. Serumen hook
 Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal yang sulit
 Serumen hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat yang paling tepat untuk
digunakan
 pengait menyusuri hingga bagian atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga
terletak di belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan diturunkan sedikit,
lalu ke depan.
TATALAKSANA

2. Suction (teknik tekanan negatif)


 biasanya digunakan apabila ekstraksi dengan forsep
atau hook tidak berhasil dan juga digunakan pada
benda asing berbentuk bulat
3. Benda asing mati yang bersifat non-organik pada
hidung lainnya seperti spons dan potongan kertas
dapat diekstraksi dengan menggunakan forsep.
4. Kateter balon sangat ideal untuk benda asing kecil,
benda bulat dan tidak mudah diambil menggunakan
teknik langsung.
TATALAKSANA

Pengeluaran benda asing hidup


• Pada kasus benda asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan
kloroform 25% yang dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh benda
asing hidup.
• Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-3 perminggu selama 6 minggu
hingga semua benda asing hidup mati.
• Setiap tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan
suction, irigasi, dan kuretase.
TATALAKSANA

• Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang tinggi,
dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral, serta
Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan.
KOMPLIKASI

• Komplikasi dapat muncul sebagai akibat dari benda asing itu sendiri,
pemeriksaan, ataupun teknik ekstraksi
• komplikasi yang ditemukan, antara lain abrasi, perdarahan, infeksi pada
struktur sekitar, aspirasi, dan perforasi, serta pembentukan dan
perkembangan rhinolith.
• Selain sinusitis akut, ditemukan pula infeksi sekunder lain, yaitu selulitis
periorbital, meningitis, epiglositis akut, difteri, dan tetanus. Badan asing
kaustik, seperti baterai dapat menyebabkan ulserasi dan nekrosis mukosa
hidung.
ANALISA KASUS
ANAMNESIS

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan
keluhan rongga hidung kanan berbau busuk sejak 2 hari ini. Keluhan ini sebelumnya
disertai dengan rongga hidung kanan mengelurkan sekret sejak 7 hari sebelumnya.
Keluhan juga disertai nyeri saat hidung disentuh. Keluhan tidak disertai demam.

Pada anamnesis ditemukan gejala gejala yang mengarah kepada adanya benda asing
hidung pada anak ini, antara lain :
• Faktor usia : data epidemiologi menunjukkan bahwa 50% pasien dengan benda asing
hidung adalah anak-anak usia dibawah 4 tahun.
• Rongga hidung berbau busuk : bisa terjadi akibat sekret yang tertinggal, dekomposisi
benda asing, dan ulserasi pada mukosa
• Rongga hidung mengeluarkan secret dan nyeri : bisa terjadi akibat adanya reaksi
inflamasi pada mukosa hidung
• Tidak disertai demam : menyingkirkan adanya kemungkinan infeksi mikroorganisme
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan pada anak ini antara lain :
 Keadaan umum, kesadaran, kesan gizi
 Tanda vital
 Status generalis
 Status lokalis (pemeriksaan rhinoskopi anterior) untuk melihat apakah ada
benda asing didalam rongga hidung
bisa juga dilakukan endoskopi apabila dengan rhinoskopi anterior benda
asing tidak dapat ditemukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang bisa disarankan pada kasus ini adalah antara lain :
• Jika pada kasus ini dicurigai benda asing yang masuk adalah benda tak hidup
berupa logam, maka bisa dilakukan foto ronsen.
• Apabila masih kesulitan untuk mendiagnosis, maka bisa dilakukan endoskopi
untuk diagnosis pasti dan tatalaksana.
TATALAKSANA

Tatalaksana yang bisa dilakukan pada pasien ini antara lain :


• Ekstraksi benda asing hidung menggunakan alat dan instrument yang sesuai
• Kalau pasien ini tidak kooperatif dan menangis, maka bisa dipertimbangkan
untuk didahului dengan anestesi umum.
• Evaluasi apakah setelah ekstraksi adakah tanda tanda perdarahan.
DIAGNOSIS

Diagnosis kerja : Tatalaksana :


• Ekstraksi benda asing
 Corpus alienum cavum nasi
• Edukasi orang tua untuk selalu
dextra
mengawasi benda benda di sekitar
anak-anaknya
Diagnosis banding :
Prognosis :
 Rhinolith Ad vitam : ad bonam
 Sinusitis Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
 Polip nasi
DAFTAR PUSTAKA

1. Davies, P.H, Benger J R. Foreign bodies in the nose and ear : a review of
techniques for removal in yhe emergency department.Orginal Article. J accid
Emerg Med. Publish BMJ : 2010
2. Steven W. H, MD, MSPH, Karen L. M, MD. Foreign Bodies in the Ear, Nose,
and Throat. In : American Academy of Family Physicians. 2007;76:1185-1189
3. Soetjipto, Damayanti., Mangunkusumo, Endang., Wardani, Retno. Sumbatan
Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fkui, 2015. 96-103.

Anda mungkin juga menyukai