Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI

UNIT BEDAH SARAF


RUANG RAWAT INAP TERPADU A4 (RINDU A4)
RUMAH SAKIT UMUM PEMERINTAH
HAJI ADAM MALIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Ketua : Ladyana Halim, S.Kep 191102065


Anggota : Novianti, S.Kep 191102091
Godma Vetty L Sianturi, S.Kep 191102099
Enda Perbina Bukit, S.Kep 191102053
Reni Renata Samosir, S.Kep 191102063
Desi Lianti S Hasibuan, S.Kep 191102064
Lelbasariko, S.Kep 191102087
Nurmianty Nathalia S, S.Kep 191102089
Titing Hartanti, S.Kep 191102090
Rani Purwa Sari, S.Kep 191102088

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 4
1.2.1. Tujuan Umum .................................................................................. 4
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................................................. 4
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 5
1.3.1. Mahasiswa ....................................................................................... 5
1.3.2. Pasien ............................................................................................... 5
1.3.3. Perawat ............................................................................................ 5
BAB II. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN DAN
GAMBARAN LAHAN PRAKTIK ................................................ 6
2.1. Konsep Manajemen keperawatan ............................................................. 6
2.1.1. Definisi ............................................................................................ 6
2.1.2. Prinsip-Prinsip................................................................................. 6
2.1.3. Fungsi Manajemen keperawatan ..................................................... 12
2.1.4. Pengkajian Sistem manajemen keperawatan ................................. 25
2.1.5. Peran kepala ruangan dalam pelaksanaan manajemen
keperawatan .................................................................................... 28
2.2. Gambaran lahan praktik ........................................................................... 31
2.2.1. Gambaran umum lahan praktik RSUP H. Adam Malik ................. 31
2.2.2. Visi misi ......................................................................................... 33
2.2.3. Motto ............................................................................................... 33
2.2.4. Falsafah, Nilai-nilai, budaya kerja RSUP H. Adam Malik ............ 33
2.2.5. Tata-Tertib Keluarga pasien dan pengunjung
RSUP H. Adam Malik ..................................................................... 35
2.2.6. Hak Pasien 36
2.2.7. Kewajiban Paien ............................................................................ 37
2.2.8. Gambaran Umum lahan praktik pelayanan
rawat inap terpadu A (Rindu A) ...................................................... 38
2.2.9. Gambaran Umum lahan praktik pelayanan
rawat inap terpadu A4 (Rindu A4) Unit bedah saraf ....................... 38
BAB III. PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG RAWAT INAP TERPADU A4 (RINDU A4)
UNIT BEDAH SARAF ................................................................ 39
3.1. Perencanaan............................................................................................... 39
3.1.1. Perumusan visi, misi, filosofi, dan tujuan ....................................... 39
3.1.2. Penyusunan rencana harian, bulanan dan tahunan ......................... 40
3.1.3. Perencanaan sumber daya manusia (SDM) ................................... 40
3.1.4. Alat dan bahan ............................................................................... 44
3.2 pengorganisasian ........................................................................................ 45
3.2.1. Sistem penugasan dan pendelegasian ............................................ 46
3.2.2. Struktur organisasi ......................................................................... 47
3.3. Pengarahan ............................................................................................... 48
3.3.1. Tanggung jawab kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana ..................................................................... 48
3.3.2. Standar pelaksanaan pelayanan ...................................................... 48
3.4. Pengendalian ............................................................................................ 53
3.4.1. Indikator penilaian mutu pelayanan ................................................ 53
3.4.2. Penilaian kualitas kinerja ............................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan memiliki banyak

sistem pelayanan yang dijalankan oleh profesional kesehatan, salah satunya

adalah sistem pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai sebuah sistem

dan pelayanan kesehatan di rumah sakit memiliki sebuah manajemen dalam

pelaksanaannya. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses

terorganisir dan bersifat dinamis dalam memberikan pelayanan dan asuhan

keperawatan untuk mencapai suatu tujuan (Nursalam, 2014). Manajemen

keperawatan diperlukan dalam pengelolaan pelayanan dan asuhan

keperawatan karena pelayanan keperawatan yang memadai sangat

mempengaruhi pelayanan kesehatan di rumah sakit (Mugianti, 2016).

Rumah sakit di Indonesia terbagi menjadi beberapa tipe. KEMENKES RI

No. 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit menyatakan bahwa

pengklasifikasian dilakukan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia,

peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen. Hal ini

berarti semakin tinggi tipe rumah sakit, pelayanan dan sumber daya yang

diperlukan semakin banyak. PERMENKES RI No. 56 tahun 2014 tentang

klasifikasi dan perizinan rumah sakit menyatakan bahwa pelayanan yang

harus dimiliki rumah sakit Tipe A adalah pelayanan keperawatan generalis

dan spesialis. Kondisi seperti ini tentu saja mengharuskan rumah sakit Tipe A

memiliki manajemen keperawatan yang baik untuk mengatur anggota staf

keperawatan dan sumber daya yang ada sehingga pelayanan keperawatan

dapat diberikan secara tepat dan optimal.


1
Manajemen keperawatan yang baik di sebuah rumah sakit dipengaruhi

oleh manajemen keperawatan di ruangan. Kemampuan manajerial seorang

kepala ruangan dalam mengelola ruangan mempunyai peran yang besar

dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkualitas dan

profesional. Seorang kepala ruangan harus bekerja sama dengan seluruh staf

keperawatan dan non keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya. Kepala ruangan harus

mampu mengelola keperawatan mulai dari merencanakan, mengorganisir,

mengarahkan, serta kemampuan mengawasi sumber daya maupun sumber

dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan

efisien pada pasien, keluarga dan masyarakat. Salah satu usaha untuk

memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan profesional, kepala

ruangan harus mampu menata sistem pemberian pelayanan keperawatan.

Untuk dapat mewujudkan kemampuan manajerial kepala ruangan dalam

mengelola unit ruang perawatan tentu dipengaruhi oleh kontribusi profesi

keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan keperawatan di Rumah Sakit (Nursalam, 2014).

Profesi keperawatan memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan dan

asuhan keperawatan kepada klien. Tiga komponen penting dalam manajemen

asuhan keperawatan adalah manajemen sumber daya manusia (perawat),

pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem

klasifikasi kebutuhan klien dalam metode pemberian asuhan keperawatan

yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu rangkaian asuhan

yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan

tindakan, implementasi, dan evaluasi (Mugianti, 2016). Manajemen


2
keperawatan tentu sangat penting untuk dipelajari oleh mahasiswa profesi

Ners selama praktik di rumah sakit, sehingga mahasiswa Ners mampu

menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam manajemen

asuhan/pelayanan keperawatan. Penerapan model asuhan harus sesuai dengan

situasi dan kondisi pelayanan keperawatan yang ada, karena hal ini akan

mendorong mahasiswa Ners untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya secara optimal, dapat memfasilitasi interaksi antara mahasiswa

Ners dengan pasien lebih baik, serta dapat memberikan kepuasan yang lebih

baik dari pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan maupun

mahasiswa Ners sebagai pemberi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit

Umum Pemerintah H. Adam Malik.

RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991

dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai

berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai

beroperasi secar total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh

Presiden kedua RI, H. Soeharto. RSUP H Adam Malik memiliki dua instalasi

rawat inap salah satunya adalah instalasi Rindu A. Instalasi Rindu A

memberikan pelayanan untuk penyakit yang meliputi penyakit dalam pria,

penyakit dalam wanita, penyakit paru, penyakit saraf, penyakit mata, THT,

Gigi dan mulut, dan penyakit kulit kelamin. Mahasiswa profesi Ners Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara akan melakukan praktik klinis

manajemen keperawatan di ruang Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit

Bedah Saraf yang terletak di lantai II. Mahasiswa Ners USU akan melakukan

pengkajian, analisa serta membuat perencanaan keperawatan agar dapat


3
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam pelayanan

keperawatan di ruang Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit Bedah Saraf

RSUP H. Adam Malik, sehingga dapat mencapai tujuan ruang rawat inap

yang bermutu, cepat tanggap, tepat asuhan, nyaman, terjangkau dan dapat

meningkatkan standar pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif

sesuai dengan etika profesi.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengelola manajemen pelayanan dan manajemen

asuhan keperawatan tingkat dasar secara profesional dengan

pengintegrasian kemampuan kepemimpinan secara efektif di ruang

Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit Bedah Saraf RSUP H. Adam

Malik

1.2.2. Tujuan Khusus

Kegiatan praktik klinik manajemen keperawatan memiliki tujuan agar

mahasiswa profesi ners USU mampu:

1. Melakukan pengkajian pada situasi nyata di ruang Rawat Inap

Terpadu A4 (Rindu A4) Unit Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik

2. Menganalisis hasil pengkajian sesuai SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, Threat)

3. Merumuskan masalah keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian

4. Menyusun rencana tindakan berdasarkan konsep dan teori yang telah

dipelajari dan mengaplikasikannya di ruang Rawat Inap Terpadu A4

(Rindu A4) Unit Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik

4
5. Mengevaluasi hasil aplikasi yang telah dilakukan dan menyusun

rencana tindak lanjut (Planning of Action) agar dapat dilanjutkan

oleh manajer di ruang Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit

Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik

6. Menerapkan kompetensi umum ners dalam memberikan asuhan

keperawatan di ruang Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit

Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik.

1.3. Manfaat

1.3.1. Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapat di akademik

kedalam situasi nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip

praktik manajemen keperawatan.

2. Meningkatkan kepercayaan diri dalam melaksanakan asuhan

keperawatan

3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan dalam mengatasi setiap

masalah yang terjadi di pelayanan keperawatan.

1.3.2. Pasien

Asuhan keperawatan yang komprehensif akan meningkatkan kepuasan

pasien terhadap pelayanan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan

pasien dan keluarga tentang penyakit.

1.3.3. Perawat

Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme kerja perawat dalam

pelayanan kepada pasien.

5
BAB II

KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

DAN GAMBARAN LAHAN PRAKTIK

2.1. Konsep Manajemen Keperawatan

2.1.1. Definisi

Menurut Simamora (2012) manajemen keperawatan merupakan

tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan

untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi

sumber-sumber yang ada baik sumber daya maupun sumber dana

sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif

kepada pasien, keluarga, dan masyarakat berdasarkan kerangka berfikir

keperawatan. Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai suatu

proses melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara profesional (Nursalam, 2014).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh pengelola

keperawatan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan

secara profesional kepada pasien untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.2. Prinsip-Prinsip

Prinsip dapat didefinisikan sebagai pernyataan fundamental atau

kebenaran umum yang merupakan pedoman untuk berfikir dan

bertindak. Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak karena

prinsip bukanlah umum. Dalam hubungannya dengan manajemen,

6
prinsip bersifat fleksibel, yang berarti bahwa prinsip itu perlu

dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi yang

berubah (Simamora, 2012).

Menurut Simamora (2012) Prinsip manajemen dalam

keperawatan meliputi sebagai berikut :

1. Pembagian Kerja

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan

keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan dengan efektif. Oleh

karena itu penempatan perawat harus menggunakan prinsip the right

man in right place, kestabilan, kelancaran, dan efisiensi kerja yang

dapat terjamin. Pembagian kerja yang baik merupakan kunci

penyelenggaraan kerja. Kecerobohan dalam pembagian kerja dapat

berdampak kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam

penyelenggaraan pekerjaan. Oleh karena itu seorang manajer

keperawatn yang berpengalaman akan menempatkan pembagian

kerja sebagai prinsip utama yang menjadi titik tolak bagi prinsip-

prinsip lainnya.

2. Wewenang dan Tanggung Jawab

Setiap perawat dilengkapi dengan wewnang untuk melakukan

pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti dengan

pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggungjawab harus

seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberi

pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu

makin kecil wewenang, makain kecil pertanggungjawaban dan

sebaliknya. Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak.


7
Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada karyawan, namun

terletak pada pimpinannya karena pemegang wewenang terbesar

adalah manajer puncak. Oleh karena itu apabila manajer puncak

tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, wewenang yang ada

padanya akan menjadi bumerang.

3. Disiplin

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan

yang menjadi tanggungjawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan

wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya,

disiplin akan hilang. Oleh karena itu, pemegang wewenang harus

menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai

tanggungjawab terhadap kerjaan sesuai dengan wewenang yang

dimiliki.

4. Kesatuan Perintah

Dalam melaksanakan pekerjaan, keperawatan harus

emperhatikan prisip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja

dapat berjalan dengan baik. Perawat harus tahu kepada siapa iya

harus bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang

diperolehnya. Perintah yang datang dari manejer lain kepada seorang

perawat akan merusak jalannya wewenangdan tanggung jawab serta

pembagian kerja.

5. Kesatuan Pengarahan

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggungjawabnya,

perawat perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan

berkaitan erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan


8
bergantung pula pada kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja,

dua perintah dapat terjadi sehinga menimbulkan arah yang

berlawanan. Oleh karena itu perlu alur yang jelas dari mana perawat

mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada

siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya

agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan tidak

dapat terlepas dari pembagian kerja ,wewenang dan tanggung jawab,

disiplin, serta kesatuan perintah. Kepentingan orangnisasi harus

diutamakan dibandingkan dengan kepentingan sendiri. Setiap

perawat harus mengabdikan kepentingan organisasi.Hal itu

merupakan syarat yang sangat penting untuk kelancaran organisasi

sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

6. Penggajian

Gaji atau upah bagi perawat merupakan kompensasi yang

menentukan terwujudnya kelancaran dalam bekerja. Perawat yang

diliputi perasaan cemas dan kekurangan mungkin sulit

berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat

mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh karena itu

prinsip penggajian harus mencakup pertimbangan mengenai cara

membuat perawat dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian

harus diperhitungkan untuk menumbuhkan kedisiplinan dan

kegairahan kerja sehingga perawat berkompetisi untuk membuat

prestasi yang lebih tinggi.

9
7. Pemusatan

Pemusatan wewenang dapat menimbulkan pemusatan tanggung

jawab dalam suatu kegiatan. Tanggungjawab terakhir terletak pada

orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak.

Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan

wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpang-siuran

wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga

manghilangkan asas pelimpahan wewenang.

8. Hierarki

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila

pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas, akan timbul

hierarki. Hierarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada

manajer puncak dan seterusnya berurutan kebawah. Dengan adanya

hierarki ini, setiap perawat dapat mengetahui kepada siapa ia harus

bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.

9. Ketertiban

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat

utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang dapat

bekerjadalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam suatu

pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh perawat, baik atasan

maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu,

ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

10. Keadilan dan Kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keadilan dan kejujuran


10
terkait dengan moral perawat dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan

dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan

memilikiwewenang yang paling besar. Manajer yanga adil dan jujur

akan menggunakan wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk

melakukan keadilan dan kejujuranpada bawahannya.

11. Stabilitas

Dalam setiap kegiatan, kestabilan perawat harus dijaga harus

dijaga dengan sebaik-baiknya demi kelancaran segala pekerjaan.

Kestabilan perawat dapat terwujud karena adanya didiplin kerja

yang terlihat dari adanya ketertiban dalam kegiatan. Manusia sebagai

makluk sosialyang berbeda yang memiliki keinginan, perasaan, dan

pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi , perasaan tertekan

dan pikiran yang kacau dapat menimbulkan goncangan dalam

bekerja

12. Prakarsa

Prakarsa timbul dari dalam diri individu yang menggunakan

daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan

suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-

baiknya. Dengan demikian, dalam prakarsa terhipun kehendak,

perasaan, pikiran, keahlian, dan pengalaman seseorang. Oleh karena

itu, setiap prakarsa yang datang dari perawat harus dihargai. Prakarsa

atau inisiatif mengandung nilai menghargai orang lain, karena pada

hkikatnya manusia memerlukan penghargaan. Setiap penolakan

terhadap prakarsa perawat merupakan suatu langkah untuk menolak

gairah kerja. Oleh karena itu, seorang manajer yang bijak akan
11
menerima dengan senang hati prakarsa-prakarsa yang dilahirkan para

perawat.

13. Semangat Kesatuan

Setiap perawat harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasip

sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat semangat

kerjasama yang baik. Semangat kesatuan akan lahir apabila perawat

mempunyai kesadaran bahwa ia berarti bagi perawat lain dan

perawat lain sangat dibutuhkan olehnya. Manajer yang memiliki

kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan,

sedangkan menajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar

akan melahirkan perpecahan dalam korp dan membawa bencana.

2.1.3. Fungsi Manajemen Keperawatan

Menurut Mugianti (2016) fungsi manajemen keperawatan

meliputi:

1. Perencanaan (Planning).

Perencanaan manajemen Keperawatan diawali dengan

perumusan tujuan institusi/ organisasi yang dijelaskan dalam visi,

misi, filosofi dan tujuan sebagai arah kebijakan organisasi. Seorang

perawat harus memahami tujuan organisasi ini supaya dapat

bersinergi untuk mencapai cita-cita/harapan organisasi. Hal-hal yang

dilakukan diperencanaan yaitu

1) Perumusan Visi. Visi merupakan dasar untuk membuat suatu

perencanaan sehingga disusun secara singkat, jelas, dan mendasar

serta ada batasan waktu untuk pencapaian. Visi merupakan

pernyataan berisi tentang mengapa organisasi dibentuk.


12
2) Perumusan Misi. Misi adalah uraian yang berisi pernyataan

operasional guna mencapai visi yang telah ditetapkan.

3) Perumusan Filosofi. Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan

yang menyangkut keyakinan dan praktik keperawatan dalam

suatu organisasi.

4) Perumusan Tujuan. Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai

sebagai arah kebijakan bagi organisasi untuk menentukan apa

yang harus dilakukan dan bagaimana cara mencapainya. Tujuan

mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan keperawatan. Untuk

merumuskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat antara lain;

tujuan harus dapat menjelaskan arah, tujuan harus memungkinkan

untuk dicapai, terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif,

terdapat batasan waktu untuk pencapaian target, pencapaian akhir

setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi, kriteria

dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai, setiap tujuan

mendukung sasaran organisasi.

5) Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-

masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana

ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan

perawat pelaksana.

6) Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu

bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian.

Rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua

tim/perawat primer

13
7) Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali,

yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun

sebelumnya, rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang

8) Perencanaan sumber daya manusia (SDM) keperawatan adalah:

menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan contoh

perencanaan kebutuhan perawat berdasarkan tingkat pendidikan

(D III, Ners, Ners Spesialis), peminatan SDM keperawatan sesuai

minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikan yang tepat,

menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun

masa mendatang, menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas,

mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.

Penghitungan kebutuhan SDM perawat berbeda pada setiap

tempat perawatan seperti di Ruang rawat inap penghitungan

didasarkan pada tingkat klasifikasi dan tingkat ketergantungan

pasien. Tingkat ketergantungan pasien dibedakan berdasarkan

jenis kasus, rata-rata pasien per hari, jam perawatan yang

diperlukan/hari/pasien, jam perawatan yang diperlukan/ruangan

/hari, jam efektif perawat 7 jam/hari. Formula kebutuhan perawat:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛


𝐽𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡

Karena tugas perawat tidak hanya mengerjakan tugas

keperawatan, tapi juga non keperawatan (tugas administrasi),

maka diberikan toleransi 25% dari jam pelayanan keperawatan

dengan rumus:

Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

14
Jumlah tenaga perawat + loss day x 25
100

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses

pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab

dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang

dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang

harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-

tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana

serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.

Menurut Siagian (2012) hal yang menjadi pertimbangan guna

menjawab pertanyaan siapa yang harus melakukan apa adalah

merumuskan klasifikasi jabatan, analisis pekerjaan, diskripsi

pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Dalam organisasi pelayanan keperawatan akan terjadi

komunikasi melalui interaksi antar anggota yang dapat dijadikan alat

untuk menyampaikan informasi, instruksi, perintah, teguran, berbagi

pengalaman, koordinasi, kerjasama dan lain lain. Interaksi dalam

suatu organisasi pelayanan keperawatan dapat terjadi secara

horizontal, vertikal maupun diagonal. Interaksi secara horizontal

dapat terjadi pada level yang sama, misal antar kepala ruang, antar

ketua tim atau antar perawat primer. Interaksi secara vertikal dapat

terjadi antara ketua tim /perawat primer dan kepala ruang, perawat
15
pelaksana dan ketua tim/perawat primer. Interaksi secara diagonal

dalam ruang keperawatan dapat terjadi antara perawat dan tim

kesehatan lain ( dokter, fisioterapis, ahli gizi, analis, dan lain lain).

Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam

yaitu :

1) Organisasi Lini. Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di

dunia, organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan

wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi

pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat

dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam

melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan

perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi

dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas,

serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk

organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan

dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih

terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah.

Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna,

dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali

dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.

2) Organisasi staf Organisasi staf merupakan pengembangan dari

organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi

dikembangkan satuan organisasi staf yang berperan sebagai

pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf

adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi.


16
Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu

memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan berada

di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan

keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan

membutuhkan waktu yang lebih lama.

3) Organisasi lini dan staf. Organisasi lini dan staf merupakan

pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini,

staf tidak hanya diberi job sebagai penasehat, tetapi staf juga

diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasehat tersebut.

Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi

sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi

juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah

pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang,

tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih

memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta

pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga

mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya

adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat

menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui

batas batas wewenangnya.

Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen

keperawatan yang biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah

1) Mengelompokkan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan

oleh staf dibagi sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya,

17
2) Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar

komunikasi baik dan mendukung kegiatan sehari hari,

3) Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan

secara sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat.

Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam

mencapai tujuan organisasi, ada empat prinsip yang harus

diperhatikan yaitu:

1) Pembagian kerja. Dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi

habis kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas

untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari

kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti

karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job

description, pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja

diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian kerja.

2) Pendelegasian. Menurut ANA (2005) adalah penyerahan

tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada

individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung

hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang

dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan

dengan batas kewenangan tertentu. Pendelegasian mengandung

unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta

memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif

dan efisien dengan kemampuan terbatas. Menurut Rose K.N

(2008) dalam Kurniadi, 2013 pendelegasian yang baik harus

melihat the five right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan,


18
lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya pengarahan/

komunikasi yang baik dan dilakukan supervisi atau evaluasi.

3) Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan

hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan

agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi

keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga

yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan

dengan cara; membangun komunikasi dua arah baik dengan

atasan maupun bawahan, membiasakan melakukan rapat formal

(rapat resmi, pre dan post conferent), melakukan pelaporan dan

pencatatan yang teratur dan berkelanjutan, membuat pembakuan

formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai

bukti tanggung jawab dan tanggung gugat.

4) Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk

melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu

merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil

dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu

yang efektif dengan cara; analisa waktu yang dipakai dengan

membuat jadwal dan kategori kegiatan, memeriksa kembali tiap

porsi kategori sesuai waktu yang ada, menentukan prioritas

pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak

mendesak/rutin, mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan

sifat pekerjaan

19
3. Pengarahan (Directing)

Pengarahan/penggerakan sebagai commanding atau directing,

yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan.

Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan

yang mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia

menyumbangkan tenaganya untuk secara bersama-sama mencapai

tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat

komplek karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah

lakunya yang berbeda-beda.

Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H),

yaitu:

1) (What) apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat

pelaksana

2) (Who) siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan

3) (When) jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk

sampai jam pulang)

4) (How) bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi

seharusnya dikerjakan

5) (Why) kenapa pekerjaan itu harus dilakukan

6) (Where) dimana? tentunya di ruang atau tempat masing masing.

Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat

dikatakan efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana

dapat melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau

diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan

dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.


20
Sepuluh rambu-rambu kegiatan pengarahan yang penting

diketahui menurut Douglas (dalam Mugianti, 2016), yaitu:

1) Tentukan tujuan pengarahan yang realistis

2) Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen

3) Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain

4) Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf

bekerja dengan benar dan adil

5) Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan

berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh

dan mutakhir

6) Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan

memberikan reward and punishment yang jelas dan tegas

7) Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca

dan dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan

staf

8) Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap

pasien maupun situasi gawat lainnya

9) Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat

10) Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas

layanan secara teratur dan rutin

4. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk

menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan

perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk

membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang


21
telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk

mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang

diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan

cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Pengendalian

adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan

adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi

untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja.

Prinsip pengendalian yang harus diperhatikan dalam

pelaksanaan dan pengembangan fungsi pengendalian yaitu:

1) Pengendalian yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat

dimengerti oleh staf, dan hasilnya dapat diukur

2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang

penting untuk meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi

tercapai dengan baik

3) Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan

kepada semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer

sebagai bahan pertimbangan memberikan reward kepada mereka

yang mampu bekerja profesional.

Langkah-langkah pengendalian/pengontrolan:

1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi

kerja

2) Melakukan pengukuran prestasi kerja

3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar

4) Mengambil tindakan korektif.

22
Pengendalian dapat diukur dalam bentuk kegiatan pengukuran

yang menggunakan indikator mutu umum, indikator mutu pelayanan,

indikator pasien dan SDM.

1) Indikator mutu umum; penghitungan lama hari rawat (BOR),

penghitungan rata-rata lama di rawat (ALOS), penghitungan lama

tempat tidur tidak terisi (TOI)

2) Indikator mutu pelayanan keperawatan; keselamatan pasien

(patient safety), keterbatasan perawatan diri, kepuasan pasien,

kecemasan, kenyamanan, pengetahuan.

3) Indikator kondisi pasien; audit dokumentasi asuhan keperawatan,

survey masalah baru, kepuasan pasien dan keluarga, penilaian

kemampuan pasien dan keluarga.

4) Indikator kondisi SDM; kepuasan tenaga kesehatan (perawat,

dokter), penilaian kinerja perawat.

Uraian indikator mutu umum adalah

1) Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR ) Bed occupancy

rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan

waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi

rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar

internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan

standar nasional BOR adalah 70 – 80 %. Rumus penghitungan

BOR sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛


𝑋100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

23
Keterangan:

- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam

satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu

- Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka

jumlahnya 28–31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan

tersebut.

2) Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS) Average Length of

Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.

Indikator ini di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi,

juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila

diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang

perlu pengamatan lebih lanjut). Secara umum ALOS yang ideal

antara 6 – 9 hari. Di ruang MPKP pengukuran ALOS dilakukan

oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan dengan rumus sbb :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

Keterangan:

- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari

perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode

waktu.

- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang

pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.

3) Penghitungan TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi) Turn Over

Interval ( TOI ) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati

dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat

24
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari. Di

MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang

dibuat setiap bulan dengan rumus sebagai berikut:

(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑖) − ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

Keterangan:

- Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki

- Hari perawatan : jumlah total hari perawatan pasien yang keluar

hidup dan mati

- Jumlah pasien keluar : jumlah pasien yang dimutasikan keluar

baik pulang, mutasi lari, atau meninggal.

2.1.4. Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Manajemen Keperawatan

Simamora (2012) menjelaskan bahwa dalam institusi layanan

keperawatan, para manajer/ kepala ruangan bertugas untuk memastikan

bahwa keseluruhan tujuan yang telah ditetapkan oleh keperawatan agar

dapat diwujudkan melalui rangkaian kegiatan manajemen, baik yang

bersifat fungsional maupun operasional. Untuk dapat tercapainya

kegiatan manajemen keperawatan sesuai dengan fungsinya masing-

masing, diperlukan beberapa keahlian manajemen oleh manajer/kepala

ruangan yang terlibat dalam kegiatan keperawatan. Keahlian – keahlian

tersebut meliputi keahlian teknis, keahlian berkomunikasi dan

berinteraksi dengan masyarakat, keahlian konseptual, keahlian dalam

pengambilan keputusan, keahlian dalam mengelola waktu, keahlian

dalam manajemen global, keahlian terkait teknologi.

25
1) Peran kepala ruangan pada proses perencanaan

Menurut Swanburg (2000 dalam Simanullang, 2013) Proses

perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang

dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai

dari perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum

melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem,

strategi organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada,

aktifitas spesifik dan prioritas.

2) Peran kepala ruangan pada proses pengorganisasian

Menurut Swanburg (2000 dalam Simanullang, 2013) Kepala

ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan

pelayanan Peran kepala ruangan pada proses pengorganisasian dan

asuhan keperawatan di ruang rawat inap meliputi; struktur

organisasi, pengelompokkan kegiatan, koordinasi kegiatan, evaluasi

kegiatan dan kelompok kerja.

3) Peran kepala ruangan pada proses ketenagakerjaan

Menurut Swanburg (2000 dalam Simanullang, 2013)

Ketenagaan mengerjakan perekrutan, wawancara, mengontrak, dan

orientasi staf. Keberhasilan perekrutan tergantung pada sumber daya

alam, jumlah tenaga perawat yang memadai, gaji yang kompetitif,

reputasi organisasi, daya tarik lokasi, dan status ekonomi. Manajer

bertanggung jawab dalam merekrut perawat. Hubungan kepala

ruangan dengan perekrut harus bersifat kolaboratif. Kepala ruangan

terlibat dalam perekrutan, wawancara, dan pemilihan pegawai.

Keterlibatan kepala ruangan tergantung pada besar institusi, adanya


26
departemen personalia yang terpisah, adanya perekrut perawat

organisasi tersebut dan penggunaan manajemen keperawatan yang

sentralisasi dan desentralisasi. Merekrut perawat dilakukan dengan

wawancara sebagai metode seleksi penerimaan perawat (Marquis

dan Huston dalam Simanullang, 2013)

4) Peran kepala ruangan pada proses ketenagakerjaan

Menurut Swanburg (dalam Simanullang, 2013) Proses

pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan

keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat

untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala

ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling

memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan

pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan

kolaborasi dan koordinasi.

5) Peran kepala ruangan pada proses pengendalian

Menurut Swanburg (dalam Simanullang, 2013) Ukuran kualitas

pelayanan dan asuhan keperawatan dengan indikator proses yaitu

nilai dokumentasi keperawatan, indikator out put yaitu tingkat

kepuasan klien, tingkat kepuasan perawat, lama hari rawat. Untuk

kegiatan mutu yang dilaksanakan kepala ruang meliputi: Audit

dokumentasi proses keperawatan tiap dua bulan sekali, survei

kepuasan klien setiap kali pulang, survei kepuasan perawat tiap

enam bulan, survei kepuasan tenaga kesehatan lain, dan perhitungan

lama hari rawat klien, serta melakukan langkah-langkah perbaikan

mutu dengan memperhitungkan standar yang ditetapkan.


27
Menurut Nursalam (dalam Simanullang, 2013) peran manajer

dalam pengendalian adalah menentukan seberapa baik staf

melakukan tugas yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan penilaian

kinerja. Proses penilaian kinerja staf dapat digunakan secara efektif

dalam mengarahkan perilaku pegawai untuk menghasilkan kualitas

pelayanan yang tinggi.

2.2. Gambaran Lahan Praktik

2.2.1. Gambaran umum lahan praktik RSUP H. Adam Malik

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit

pemerintah yang dikelola pemerintah pusat di bawah Kementerian

Kesehatan, RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh Direktur Utama dan

dikelola oleh jajaran Direksi yang terdiri dari 4 Direktorat, yaitu

Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat SDM dan Pendidikan,

Direktorat Keuangan serta Direktorat Umum dan Operasional. RSUP H.

Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juli 1991 dimulai dengan

pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru

dimulai tanggal 2 Mei 1992. RSUP H. Adam Malik berperan sebagai

rumah sakit umum dengan kapasitas pelayanan: 721 TT pada tahun

2013. Namun sesuai dengan SK Direktur Utama nomor

PP.01.01/IV.2.1/7402/2017 tanggal 24 November 2017 tentang

Penetapan jumlah tempat tidur tedapat sebanyak 750 unit TT di RSUP

H. Adam Malik.

RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai

dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Disamping itu,


28
RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah

pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh,

SumateraBarat, dan Riau. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi

Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke

RSUP H. Adam Malik Medan sebagai tanda dimulainya Soft Opening.

Kemudian diresmikan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 21 Juli

1993. Berdasarkan Surat keputusan Menteri Keuangan No.

280/KMK.05/2007 dan surat keputusan Menteri Kesehatan dengan

NO.756/ Menkes/SK/VI/2007 tepatnya pada Juni 2007 RSUP H Adam

Malik telah berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU)

bertahap dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang

diberikan oleh Ditjen Yanmed dan Kementerian Keuangan untuk

perubahan status menjadi BLU penuh.

Sebagai Rumah Sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik harus

memenuhi persyaratan Rumah Sakit Kelas A. Adapun syarat dari

Rumah Sakit Kelas A berdasarkan pasal 8 ayat (1) mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain

selain spesialis dasar dan 13 (tiga belas) sub spesialis. RSUP H Adam

Malik memiliki semua dari persyaratan tersebut. RSUP H Adam Malik

ini beralamat di Jalan Bunga Lau no.17, Medan, terletak di kelurahan

Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan.

29
2.2.2. Visi dan Misi

2.2.2.1. Visi

Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan

Nasional yang Terbaik dan Bermutu di Indonesia pada Tahun 2019.

2.2.2.2. Misi

1) Melaksanakan Pelayanan Pendidikan, Penelitian, dan Pelatihan

dibidang Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Terjangkau

2) Melaksanakan Pengembangan Kompetensi SDM secara

Berkesinambungan.

3) Mengampu RS Jejaring dan RS di Wilayah Sumatera

2.2.3. Motto

Mengutamakan Keselamatan Pasien dengan Pelayanan PATEN

P : Pelayanan Cepat

A :Akurat

T : Terjangkau

E : Efisien

N : Nyaman.

2.2.4. Falsafah, Nilai-nilai, dan Budaya Kerja RSUP H. Adam Malik

RSUP H. Adam Malik mempunyai falsafah dan tujuan:

Memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat

secara profesional, efisien dan efektif sesuai standar pelayanan yang

bermutu.

RSUP H Adam Malik menganut nilai-nilai:

1) Pasien merupakan anggota masyarakat yang memerlukaan pelayanan

kesehatan maka pelayanan medis harus diberikan dengan cara benar


30
dan tanpa membedakan golongan, agama, suku, dan kemampuan

sesuai dengan azas keadilan sosial.

2) Memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi dan

norma-norma religius.Seluruh keputusan dan tindakan akan diambil

sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku melalui suatu

musyawarah serta dapat dipertanggungjawabkan.

3) Pelayanan yang diberikan secara utuh, terpadu dan paripurna.

RSUP H. Adam Malik memiliki budaya organisasi :

1) Profesional : Bekerja secara cermat, tertib, displin dan semangat

yang tinggi dengan kemampuan optimal, melakukan tugas dengan

pengetahuan dan ketrampilan terkini dengan perhitungan tepat, cepat

dan matang serta berani mengambil resiko.

2) Integritas : Berlandaskan Iman dan Taqwa, Jujur, Iklas, Setia, Tegar

dan Bertanggung jawab berdasarkan pengabdian serta rela

berkorban, lapang hati dan bijaksana.

3) Kerjasama : Memupuk saling pengertian dengan sesama pegawai,

menghormati dan menghargai pendapat pegawai yang lain.

Menghayati diri sebagai bagian dari Sistem dan kesatuan organisasi.

2.2.5. Tata tertib keluarga pasien dan pengunjung RSUP H Adam Malik

Medan

1) Setiap pasien yang masuk ke RSUP H. Adam Malik harus melalui

administrasi (pasien rawan jalan atau rawat inap)

2) Indikasi pasien di rawat inap atau tidak sepenuhnya menjadi

kewenangan dokter sesuai keilmuannya dan bukan atas permintaan

pasien/keluarga
31
3) Disetiap unit pelayanan, diberlakukan prioritas mendahulukan

pemberian pelayanan bagi pasien dengan kondisi yang paling buruk

yang ditentukan oleh dokter

4) Dibeberapa unit pelayanan diberlakukan peraturan khusus sesuai

kebutuhan unit tersebut yang ditetapkan oleh Direktur RSUP H.

Adam Malik

5) Pengunjung Rumah Sakit tidak dibenarkan untuk mengeluarkan

kata-kata kasar terhadap seluruh petugas di RSUP H. Adam Malik

6) Setiap keluhan atas pelayanan disetiap instalansi dipersilakan

melaporkan ke setiap bagian instalasi pengaduan masyarakat

7) Setiap pasien diberlakukan secara sama tanpa memandang latar

belakang pribadi maupun keluarga, petugas tidak akan melayani bila

ada pemberian kata nama orang tertentu, atau sambungan telepon

orang tertentu

8) Informasi tentang penyakit hanya bisa ditanyakan kepada dokter

penanggung jawab, kebenaran informasi diluar dari dokter

penanggung jawab bukan tanggung jawab RSUP H. Adam Malik

9) Diseluruh lingkungan RSUP H. Adam Makik diberlakukan jam

berkunjung yaitu:

Ruang rawat inap:

Siang : Pukul 12.00 WIB-14.00 WIB

Sore : Pukul 17.00 WIB-20.00 WIB

Ruang rawat intensif (ICU, PICU, NICU)

Siang : Pukul 11.00 WIB-12.00 WIB

Sore : Pukul 17.00 WIB-18.00 WIB


32
10) Penunggu pasien rawat inap tidak dibenarkan lebih dari 2 orang

dan harus menggunakan identitas penunggu

11) Pasien dan penunggu pasien tidak dibenarkan membaca

perlengkapan tidur

12) Semua barang pribadi pasien menjadi tanggung jawab dari

penunggu pasien, apabila terjadi kehilangan bukan tanggung jawab

RSUP H. Adam Malik

13) Tidak dibenarkan mencuci, menjemur pakaian dan menumpang

mandi bagi penunggu pasien di kamar mandi pasien

14) Tidak dibenarkan merokok di lingkungan RSUP H. Adam Malik

15) Tidak dibenarkan membawa senjata tajam dan bahan bahan

peledak selama berada di lingkungan RSUP H. Adam Malik

16) Tidak dibenarkan membawa anak dibawah 10 tahun untuk

membesuk pasien

2.2.6. Hak Pasien

1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di Rumah Sakit

2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien

3) Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa

diskriminasi

4) Memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan

standar yang berlaku di RSUP H. Adam Malik

5) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan

6) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit


33
7) Mendapatkan keamanan privasi terhadap kerahasiaan tentang

penyakit

8) Memberikan persetujuan dan penolakan atas tindakan yang

dilakukan

9) Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis penyakit, tata cara

tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko

dan kompilikasi dari tindakan yang akan dilakukan

10) Memperoleh keamanan dan keselamatan selama perawatan di

Rumah Sakit

2.2.7. Kewajiban Pasien

1) Menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit

2) Mematuhi segala instruksi dokter dan perawatan dalam pengobatan

3) Memberikan informasi yang jujur dan selengkapnya tentang

penyakit yang diderita kepada dokter

4) Melunasi/ memberikan imbalan jasa atas pelayang Rumah sakit

5) Memenuhi segala hal-hal yang telah disepakati

2.2.8. Gambaran umum lahan praktik pelayanan Rawat Inap Terpadu A

(Rindu A)

Rawat inap adalah istilah yang berarti proses perawatan oleh

tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu dimana temapat

pasien tersebut harus mendapatkan perawatan intensif dari dokter dan

tenaga medis lainnya. Rindu A merupakan salah satu rawat inap yang

berada di lingkungan RSUP H. Adam Malik Medan. Rindu A terdiri

dari ; Kelas Utama, Kelas I Plus, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Sedangkan

pelayanan yang diberikan di Rindu A meliputi pelayanan, penyakit


34
dalam wanita, penyakit dalam pria, paru-paru, saraf, mata, THT, gigi

dan mulut serta kulit kelamin.

2.2.9. Gambaran lahan praktik Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit

Bedah Saraf

Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit Bedah Saraf adalah

merupakan salah sata ruang rawat inap yang berada diwilayah RSUP

H. Adam Malik Medan yang terletak di lantai II. Rawat Inap Terpadu

A4 (Rindu A4) Unit Bedah Saraf dikhususkan untuk pasien dengan

penyakit yang memerlukan bedah saraf seperti tumor otak,

hidrocepalus, kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala, dan lain

sebagainya. Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit Bedah Saraf

terdiri dari 7 ruangan dan memiliki ruangan observasi untuk pasien

yang dari ICU yang dipindahkan ke ruangan Bedah Saraf.

35
BAB III

PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG RAWAT INAP TERPADU A4 (RINDU A4) UNIT BEDAH SARAF

3.1. Perencanaan

3.1.1. Perumusan Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan

Hasil wawancara didapati bahwa ruang Rawat Inap Terpadu A4

(Rindu A4) belum memiliki visi, misi, filosofi dan tujuan.

3.1.2. Penyusunan Rencana Harian, Bulanan, dan Tahunan

Hasil wawancara didapati bahwa rencana harian yang disusun

perawat pelaksana dalam menjalankan asuhan keperawatan belum ada.

Selain itu, juga didapati adanya perencanaan bulanan yang

dilakukan oleh kepala ruangan seperti penyususnan jadwal dinas

perawat. Jadwal dinas dibuat setiap 2 kali sebulan dan jumlah perawat

diatur sesuai dengan kebutuhan ruangan. Setiap perawat pelaksana

mendapat jadwal shift malam sebanyak 2 malam. Perawat diberi hari

libur selama 2 hari setelah menyelesikan shift malam. Jumlah perawat

pelaksana pada shift pagi sebanyak 4 orang, shift sore 4 orang, dan shift

malam 4 orang. Kepala ruangan selalu dijadwalkan shift pagi dari jam

07.45-16:45 WIB setiap minggu dengan jatah libur 2 hari di hari sabtu

dan hari minggu. Ketua tim mendapat libur 1 hari dalam 1 minggu.

Kepala ruangan menyatakan untuk rencana tahunan meliputi;

pengadaan alat dan instrumen ruangan (syringe pump, tabung oksigen,

nebulizer, mesin suction, dan lain sebagainya), alat tenun dan fasilitas

ruangan.
36
3.1.3. Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Ruangan memiliki 22 perawat yang terdiri dari 1 kepala ruangan

dengan jenjang pendidikan S.Kep, Ns, 1 TU dengan jenjang pendidikan

S.Kep, Ns, 3 ketua tim dengan jenjang pendidikan S.Kep, Ns, 1 CI

dengan jenjang pendidikan S.Kep, Ns dan 16 perawat pelaksana dengan

jenjang pendidikan S.Kep, Ns dan AMK (d3 keperawatan). Terdapat

pembagian tim dalam pemberian asuhan keperawatan, yaitu Tim 1

dengan anggota 7 perawat untuk 3 ruangan, Tim 2 dengan anggota 5

perawat untuk 3 ruangan, dan Tim 3 dengan anggota 4 perawat untuk 1

ruangan, dimana masing-masing tim diketuai oleh Katim.

Daftar jenjang karir pendidikan dan pengalaman kerja perawat

ruangan adalah:

Tabel Daftar Nama Perawat di Ruang Rawat Inap Terpadu A4 (Rindu A4) Unit
Bedah Saraf
No Nama Jabatan Jenjang Status Masa Gol Pelatihan

Pendidikan Kerja

1. Syafrida Yana Karu S1 PNS 26 PK 3 13

Keperawatan Tahun Pelatihan

2. Delima Warita Katim S1 PNS 23 PK 3 6 Pelatihan

Keperawatan Tahun

3. Gutti Bangun Katim S1 PNS 23 PK 3 4 Pelatihan

Keperawatan Tahun

4. Arlentina Katim S1 PNS 27 PK 3 13

Girsang Keperawatan Tahun Pelatihan

5. Renny Adelina CI S1 PNS 23 PK 3 10

Keperawatan Tahun Pelatihan

37
6. Santi Rotua PK D3 Non 8 PK 2 12

Tarigan Keperawatan PNS Tahun Pelatihan

7. Irma PK D3 Pegawa 11 PK 2 9 Pelatihan

Syahdami Keperawatan i Tahun

Putri

8. Wulan PK S1 Honor 2 PK 1 5 Pelatihan

Febrimna Keperawatan Tahun

9. Benamalem PK D3 PNS 23 PK 3 2 Pelatihan

Br. Ginting Keperawatan Tahun

10. Jefri Abdi PK D3 BLU 8 PK 2 7 Pelatihan

Sembiring Keperawatan Tahun

11. Fira Mandrani PK D3 BLU 8 PK 2 12

Keperawatan Tahun Pelatihan

12. Riapul PK D3 PNS 26 PK 3 11

Simarmata Keperawatan Tahun Pelatihan

13. Murniwati PK D3 PNS 23 PK 3 10

Purba Keperawatan Tahun Pelatihan

14. Morista PK S1 PNS 14 PK 2 3 Pelatihan

Simanjuntak Keperawatan Tahun

15. Poppy Rini H. PK D3 BLU 8 PK 2 10

Keperawatan Tahun Pelatihan

16. Evi Arita PK D3 Honor 2Tahun PK 1 5 Pelatihan

Gurning Keperawatan

17. Juliana PK D3 PNS 6 PK 1 5 Pelatihan

Elisabet Keperawatan Tahun

18. Gustar PK D3 PNS 6 PK 1 5 Pelatihan

Hutahaean Keperawatan Tahun

19. Yuni Erika PK D3 PNS 8 PK 2 4 Pelatihan

38
Sari Keperawatan Tahun

20. Rina Sari PK D3 PNS 23 PK 3 11

Hutabarat Keperawatan Tahun Pelatihan

21. Rendi PK D3 Honor 2 PK 1 5 Pelatihan

Aprianda Keperawatan Tahun

22. Firman PK D3 Honor 2 PK 1 5 peltihan

Alfatimi Keperawatan Tahun

Ruangan ini memiliki 7 bagian ruangan dengan jumlah 36 tempat

tidur. Rata-rata pasien per hari dalam 1 bulan adalah 26 pasien. Pasien

terdiri atas pasien dengan tingkat ketergantungan total care dan partial

care. Rata-rata jam rawatan per pasien dalam 1 hari berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien, yaitu 3-6 jam/24 jam.

Hari kerja efektif perawat adalah 22 hari/bulan dengan jatah hari

cuti 12 hari/tahun untuk 1 orang. Jenis cuti yang diajukan merupakan

cuti alasan penting dan cuti melahirkan.

Melihat seluruh pasien ruangan merupakan pasien dengan tingkat

ketergantungan partial care dan total care, perlu dilakukan perhitungan

jumlah kebutuhan perawat idealnya guna mengoptimalkan pemberian

asuhan keperawatan.

Tabel jumlah rata-rata rawatan pasien per hari


Tingkat Jumlah Rata-rata Jumlah Jam
No
Ketergantungan Pasien/Hari Perawatan/Pasien Perawatan/Hari

39
Pasien dalam sehari (jam)
1 Total Care 12 6 72
2 Partial Care 14 3 42
Jumlah 26 9 114

Berdasarkan tabel diatas maka bisa dihitung kebutuhan perawat

dengan rumus jumlah perawat tersedia :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 114


= = 16 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑖𝑓𝑡 7

Jumlah tersebut perlu ditambah dengan faktor koreksi berupa loss day

(Hari Libur, Cuti, dan Hari Besar ) dengan rumus :

(𝐽𝑙ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 1 𝑡ℎ + 𝑐𝑢𝑡𝑖 + ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟)𝑥 𝑗𝑙ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎


𝑗𝑙ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

(52 + 12 + 12) 𝑥 16 1216


= = = 4 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
289 289

Karena tugas perawat tidak hanya mengerjakan tugas keperawatan, tapi

juga non keperawatan (tugas administrasi), maka diberikan toleransi

25% dari jam pelayanan keperawatan dengan rumus :

(𝐽𝑙ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 + 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑑𝑎𝑦)𝑥 25 (16 + 4) 𝑥 25 500


= = = 5 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
100 100 100

Sehingga tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah :

𝐽𝑙ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑗𝑙ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑦𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 + 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖

= 16 + 4 + 5 = 25 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡

Jadi, jumlah ideal tenaga keperawatan yang dibutuhkan di Ruangan

Rindu A4 Bedah Saraf adalah 25 perawat.

3.1.4. Alat dan Bahan

40
Hasil pengkajian didapati bahwa kebutuhan alat dan bahan yang

diperlukan ruangan sangat banyak.

Kebutuhan alat dan bahan ruangan dapat dilihat dalam tabel berikut:

No. Nama Barang Satuan Jumlah


1. Alkohol 70% 100 ml Btl/100 ml 46
2. Aquadest Non Steril Botol 22
3. Kapas Beralkohol 4 Ply Buah 3000
4. Sarung Tangan NS L Buah 2000
5. Sarung Tangan NS M Buah 4000
6. Sarung Tangan Steril No. 8 Pasang 48
7. Electroda Red Pot Buah 60
8. Cosmomed Nebulizer Mask Ped Buah 20
9. Cosmomed Nebulizer Mask Adult Buah 40
10. Povidone Iodine 60 cc Btl/60 ml 6
11. Sarung Tangan Steril No. 7,5 Pasang 40
12. Kasa Verban 10 cm x 4 M Pro Kassa Roll 100
13. Underpad Adult Buah 50
14. Pharmafix 10 cm x 500 cm Buah 50
15. Laken Helai 50
16. Selimut Helai 30
17. Sarung Bantal Helai 36
18. Syringe Pump Buah 7
19. Infus Pump Buah 2
20. Oksigen Buah 21
21. Monitor TTV Buah 4
22. Tempat Tidur Buah 36
23. Bed Dekubitus Buah 3
24. Suction Pump Buah 2
25. Bantal Buah 36
26. Kotak Sampah Kuning Buah 7
27. Kotak Sampah Hitam Buah 6

41
28. Safety Box Buah 4
29. Troli Buah 3
30. Sphygmomanometer Buah 5
31. Hand Rub Buah 30-40/ minggu
32. Standart Infus Buah 39
33. Lemari Pasien Buah 36
34. Jam Buah 2
35. TV Buah 11
36. Kipas Buah 7
37. Kursi Buah 36

3.2. Pengorganisasian

3.2.1. Sistem Penugasan dan Pendelegasian

- Sistem Penugasan

Hasil wawancara didapati bahwa tugas asuhan keperawatan

diberikan oleh Kepala Ruangan ke Ketua Tim dan dilanjutkan

kepada Perawat Pelaksana untuk dilaksanakan.

Selain penugasan secara vertikal, penugasan secara horizontal antar

sesama Perawat Pelaksana juga dilakukan setiap pergantian shift

melalui briefing dan hand over dengan cara penyampaian SBAR

(Situation, Background, Assessment, Recommendation) secara bed-

to-bed. Dari hasil observasi ruangan tidak ditemukan skema

penugasan.

- Sistem Pendelegasian

42
Hasil wawancara didapati bahwa pendelegasian tugas keperawatan

sesuai dengan metode penugasan, dimana pendelegasian dilakukan

dari Kepala Ruangan kepada Ketua Tim dan selanjutnya Ketua Tim

mendelegasikan kepada Perawat Pelaksana. Kepala Ruangan

melakukan pendelegasian dengan mencatatnya. Apabila Kepala

Ruangan sedang cuti, tugas akan didelegasikan kepada Ketua Tim

dengan menggunakan media sosial (WA) dan secara langsung.

3.2.2. Struktur Organisasi

Dari hasil observasi ruangan tidak ditemukan struktur organisasi.

dan berdasarkan hasil wawancara didapati bahwa penyelesaian masalah

didiskusikan bersama dan pengambilan keputusan dilakukan atas

persetujuan bersama.

Struktur Organisasi ruang rawat inap terpadu A4 (Rindu A4)

43
Unit Bedah Saraf

Kepala Bidang Keperawatan

Kepala Ruangan
Syahfridayana, S.Kep,
Ns

Ketua Tim I Ketua Tim II Ketua Tim III


Arlentina Girsang, S.Kep, Ns Gutti Bangun, S.Kep, Ns Delimawarita, S.Kep, Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Benamalem Ginting, S.Kep, Ns Murniawati Purba, AMK Morista E.K Simanjuntak, S.Kep, Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Juliana E. Tamba, S.Kep, Ns Riapul Simarmata, AMK Yuni Erikasari, S.Kep, Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Jefri Abdi, AMK Gustar Hutahaen, S.Kep, Ns Popi Rini Handayani, AMK

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Santi Rotua Tarigan, AMK Fira Mardani, AMK Evi Arihta Gurning, AMK

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Irma Syahdani, AMK Firman Alfatimi, AMK

Perawat Pelaksana
Rendi Nafrianda, AMK

Perawat Pelaksana
Wukan Febrina, S.Kep, Ns
44
3.3. Pengarahan

3.3.1. Tanggung Jawab Ketua Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana

Hasil wawancara didapati bahwa Kepala Ruangan memiliki

tanggung jawab yang harus dilakukan setiap bulannya untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Tanggung jawab Kepala Ruangan meliputi:

1. Mengoptimalkan pelaksanaan handover sesuai SPO (Standar

Prosedur Operasional) dan kedisiplinan

2. Mengoptimalkan pelaksanaan edukasi pencegahan resiko jatuh

3. Meningkatkan kelengkapan dokumentasi keperawatan (pengkajian

awal keperawatan)

4. Mengoptimalkan pelaksanaan patient safety

5. Mengoptimalkan proses administrasi kepegawaian staf keperawatan

berlangsung tepat waktu

6. Mengoptimalkan perencanaan logistik

7. Mengoptimalkan perawatan pasien post craniotomy

Berdasarkan hasil observasi di ruangan ditemukan bahwa seluruh

tanggungjawab kepala ruangan yang tersebut diatas tertulis di buku

tugas kepala ruangan, diamana buku tersebut dipantau oleh kepala

ruangan setiap harinya.

3.3.2. Standar Pelaksanaan Pelayanan

Hasil wawancara didapati bahawa pelaksanaan pelayanan asuhan

keperawatan di ruangan mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO)

yang telah ditetapkan rumah sakit yang mengacu pada IPSG

(International Patient Safety Goals), yaitu:


45
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar

1. Sebelum memberikan pelayanan kepada pasien harus melakukan

identifikasi pasien terlebih dahulu dengan minimal tiga kriteria yaitu

nama pasien (sesuai dengan tanda pengenal KTP), tanggal lahir

pasien dan rekam medis.

2. Setiap pasien yang di rawat di ruang rawat inap harus memakai

gelang identitas dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Gelang warna biru untuk pasien laki-laki

b. Gelang warna pink untuk pasien perempuan

c. Gelang warna merah untuk pasien alergi

d. Gelang warna kuning untuk pasien risiko jatuh

3. Identifikasi pasien dilakukan pada saat :

a. Sebelum pemberian obat, darah/produk darah

b. Prosedur pemeriksaan radiologi

c. Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya

d. Sebelummengambil darah dan spesimen lainnya

e. Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur

f. Transfer pasien

g. Konfirmasi kematian

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

1. Komunikasi efektif harus dilakukan dengan sesama petugas

kesehatan di RSUP HAM dalam rangka pelayanan kepada pasien

(dokter, perawat, apoteker, fisioterapi, laboran dan ahli gizi).

2. Pelaksanaan komunikasi efektif di RSUP HAM menggunakan

perangkat switching berupa central telephone otomatis yang


46
mempunyai fungsi menghubungkan antara beberapa tempat yang

disebut PABX (Private Automatic Branch Exchange).

3. Informasi tertulis maupun lisan yang diberikan harus bisa dimengerti

dan dipahami dengan jelas

4. Komunikasi dengan SBAR (Situation, Bacground, Assement,

Recomendation) dilakukan pada saat serah terima pasien dalam

kondisi tertentu, melaporkan keadaan pasien atau melaporkan hasil

pemeriksaan penunjang yang kritis (Critical Value) kepada

dokter/DPJP, konsultasi kepada DPJP serta transfer pasien antar

ruangan.

5. Komunikasi TbaK digunakan pada saat menerima instruksi dari

dokter, saat menerima hasil pemeriksaaan penunjangan yang critical

dan saat menerima hasil nilai kritis dari laboratorium.

6. Komunikasi efektif dilakukan dengan write back, read back,

conformation read, serta menggunakan stempel read back.

7. Critical Result harus dilakukan oleh dokter ahli dari unit penunjang

medis kepada DPJP.

8. Hasil pemeriksaan penunjang harus dibaca oleh dokter yang

meminta dan dibubuhkan tanda tangan, tanggal dan jam di sisi

bawah lembar hasil pemeriksaan.

9. Ada dokumen serah terima pasien saat pasien dipindahkan ke unit

yang lain

10. Terdapat phonetic alphabet yang di tempel di dekat telpon ruangan.

Phonetic alphabet adalah teknik untuk menyuarakan huruf dalam

pengejaan melalui komunikasi radio, telephone, dll. Hal ini


47
dilakukan untuk membuat pihak yang sedang diajak bicara tidak

menyalah artikan informasi yang disampaikan terutama yang

menyangkut nomor seri atau kode tertentu yang tidak boleh salah

satu huruf pun.

3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai

1. Obat yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menyebabkan adanya

komplikasi atau membahayakan pasien secara signifikan jika

terjadi kesalahan penggunaan adalh obat high allert.

2. Obat-obat yang masuk dalam daftar high alert sesuai dengan yang

ditetapkan RSUP HAM adalah sebagai berikut :

Daftar obat High Alert

a. Sodium Bicarbonate

b. Magnesium Sulfate (MgSO4)

c. Cardioplegia Solution

d. Custodiol

e. Sitostatika Oral

f. Obat Sitostatika Prenteral

g. Obat yang memepengaruhi darah

h. Insulin

i. Narkotika (Fentanyl Injeksi)

j. Anastesi Umum

4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar

dan pembedahan pada pasien yang benar

1. Setiap pasien yang akan dioperasi harus dilakukan penjadwalan

operasi tertulis minimal satu hari sebelumnya


48
2. Dokter bedah datang satu hari sebelumnya untuk memberikan

informed consent, edukasi dan memberikan tanda lingkaran pada

lokasi operasi

3. Sebelum memasuki area steril harus dilakukan verifikasi oleh

perawat di ruangan penerimaan pasien

4. Sebelum melakukan insisi harus dilakukan time out

5. Sebelum pasien meninggalkan kamar operasi harus dilakukan

verifikasi ulang (sign out)

5) Mengurangi resiko infeksi akibat pelayanan kesehatan

1. Pencegahan resiko infeksi dilakukan oleh setiap orang yang berada

dilingkungan rumah sakit dan terlibat langsung dengan pasien,

antara lain perawat, dokter, serta karyawan lainnya yang berada di

lingkungan rawat pasien.

2. Pencegahan resiko infeksi dengan melakukan cuci tangan sesuai

dengan ketentuan dari WHO.

3. Prosedur cuci tangan dan 6 langkah cuci tangan harus

disosialisasikan kepada semua petugas RSUP HAM , peserta didik

dan keluarga atau pengunjung secara terus menerus.

4. Seluruh petugas kesehatan dalam melayani pasien harus

memperhatikan prinsip steril, aseptik dan antiseptik.

e. Semua alat kesehatan yang telah digunakan serta limbah dan

sanitasi ruangan dikelola dengan benar sesuai prinsip pencegahan

resiko infeksi.

49
6) Pengurangan Pasien resiko jatuh

1. Setiap pasien yang masuk melalui IGD dan IRJ harus dilakukan

pengkajian awal tentang resiko jatuh.

2. Menetukan skoring berdasarkan kriteria pasien jatuh untuk dewasa

(18 tahun-60 tahun) dengan instrument Morse FalsScale, untuk

anak-anak (12 tahun–18 tahun) dengan Humpty Dumpty, untuk

lansia (>60 tahun) dengan instrument Geriatri.

3. Penilaian dilakukan ulang pada saat perubahan kondisi pasien atau

mendapat pengobatan

4. Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh sesuai skoring yang

sudah ditentukan

5. Penggunaan dukungan sarana/prasarana dalam pencegahan pasien

jatuh

6. Penilaian resiko jatuh pada pasien dilakukan setiap hari.

3.4. Pengendalian

3.4.1. Indikator Penilaian Mutu Pelayanan

- Indikator Mutu Umum (BOR, ALOS, TOI)

o BOR

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛


𝐵𝑂𝑅 = 𝑋100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

26 × 31
𝐵𝑂𝑅 = 𝑋100% = 72%
36 × 31

Jadi, BOR ruangan periode Januari 2020 telah memenuhi standar

nasional pada 72%.

50
o ALOS

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟


𝐴𝐿𝑂𝑆 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

766
𝐴𝐿𝑂𝑆 = = 7,5 ℎ𝑎𝑟𝑖 (𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙)
102

Jadi, ALOS ruangan periode Januari 2020 telah memenuhi nilai ideal

yaitu 7,5 hari.

o TOI

(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑇 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑖) − ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆


𝑇𝑂𝐼 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

(36 𝑥 31) − 766 350


𝑇𝑂𝐼 = = = 3,4 ℎ𝑎𝑟𝑖 (𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙)
102 102

Jadi, TOI ruangan periode Januari 2020 telah memenuhi nilai ideal

yaitu 3,4 hari.

- Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan

Standar prosedur operasiona pelaksanaan pelayanan keperawatan di

ruangan mengacu pada 6 Standar Keselamatan Pasien. Hasil

observasi dan pengkajian di ruangan menunjukkan:

1) Ketepatan Identifikasi Pasien

Seluruh pasien ruangan memiliki gelang identitas yang berisi

nama, nomor rekam medik, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,

alamat, barcode dan tanggal masuk. Pasien berjenis kelamin

laki-laki diberi gelang berwarna biru dan pasien wanita diberi

gelang warna merah muda. Pasien yang memiliki alergi diberi

gelang berwarna merah. Pasien dengan resiko jatuh mengenakan

gelang berwarna kuning bertuliskan Fall Risk. Identifikasi

51
pasien jarang dilakukan perawat saat sebelum pemberian obat

dikarenakan sudah hapal dengan pasien. Sedangkan untuk

pemberian produk darah, pemeriksaan radiologi, intervensi

pembedahan dan prosedur invasif lainnya, sebelum mengambil

darah dan spesimen lainnya, sebelum pemberian pengobatan dan

tindakan-prosedur, saat transfer pasien, dan saat konfirmasi

kematian identifikasi pasien telah dilakukan.

2) Peningkatan Komunikasi Efektif

Informasi tertulis pada saat serah terima pasien menggunakan

metode SBAR dan SOAP. Juga terdapat dokumen serah terima

pasien yang pindah ruangan. Terdapat Rencana dan Catatan

Perkembangan Pelayanan Terintegritas yang diisi setiap hari

oleh tenaga kesehatan namun beberapa catatan sulit terbaca.

Komunikasi antar perawat ruangan setiap pagi diawali dengan

briefing menggunakan catatan hand over, sedangkan pergantian

shift siang dan malam catatan hand over tidak dijalankan,

melainkan operan langsung antar sesame perawat.

3) Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai

Obat-obatan yang perlu diwaspadai seperti obat high alert diberi

label merah. Di ruangan obat juga terdapat tabel yang berisi

nama-nama obat high alert. Sedangkan obat-obatan yang

merupakan kategori Look Alike Same Alike (LASA) tidak diberi

label dari bagian farmasi. Selain itu terdapat keranjang obat

masing-masing pasien, sehingga obat pasien yang satu tidak

tercampur dengan yang lain. Namun label nama pasien tidak


52
langsung tertera di keranjang obat tersebut sehingga

memungkinkan adanya kesalahan dalam mengambil obat.

4) Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien

Operasi

Sebelum pasien dilakukan operasi, dokter memberi inform

consent terlebih dahulu, mengedukasi pasien dan keluarga

mengenai tindakan operasi yang dilakukan, mengisi form

Checklist Keselamatan Pasien Operasi, Checklist Kesiapan

Bedah, Checklist Kesiapan Anesthesi, melingkari lokasi yang

akan dioperasi, serta dilakukan verifikasi oleh perawat saat

penyerahan pasien sebelum dan sesudah dilakukan operasi.

5) Pengurangan Resiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan

Dari hasil observasi jarang dijumpai hand rub di setiap ruangan

yang dapat digunakan untuk mencuci tangan. Dijumpai

beberapa stiker langkah-langkah mencuci tangan dan 5 momen.

Perawat kurang mempraktikan cuci tangan 5 moment. Terdapat

kotak sampah kuning untuk sampah infeksius, kotak sampah

hitam untuk sampah non infeksius, dan safety box untuk sampah

berupa benda tajam. Diseriap troli terdapat tempat sampah

berwarna hitam maupun kuning namun tidak tertutup. Spuit

yang digunakan ke pasien yang satu terkadang digunakan

kembali ke pasien yang lain.

6) Pengurangan Pasien Resiko Jatuh

Pasien resiko jatuh mengenakan gelang berwarna kuning namun

tidak ditemui adanya label resiko jatuh di tempat tidur pasien.


53
Pasien dinyatakan beresiko jatuh sesuai dengan form penilaian

resiko jatuh yang terdapat di rekam medik pasien. Pasien yang

resiko jatuh dipasang bed side rail, namun dari hasil observasi

beberapa bed pasien yang beresiko jatuh tidak dinaikan bed side

railnya.

3.4.2. Penilaian Kualitas Kinerja

Hasil wawancara didapati bahwa Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) merupakan acuan dalam penilaian kualitas kinerja perawat dan

efektifitas manajemen organisasi serta sebagai panduan bagi perawat

untuk melakukan Asuhan Keperawatan dengan optimal.

54
DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Yanyan & Suarli. S. (2010). Manajemen Keperawatan dengan

Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga.

Handoko, dkk (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi

II. Yogyakarta: BPFE

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.

Jakarta: Kemenkes RI

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta

Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta

Siagian, S. P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Simamora, Roymond. H. (2012). Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta:

EGC Kedokteran

Simanullang, M. H. (2013). Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan

Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Rumah

Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Univesitas Sumatera Utara: Fakultas

Keperawatan.

55

Anda mungkin juga menyukai