Anda di halaman 1dari 11

Refarat

BENDA ASING (CORPUS ALIENUM) PADA LARING

Oleh:

RIVANLI POLII

17014101053

Massa KKM 11 September 8 Oktober 2017

Supervisor Pembimbing:

Dr. dr. O. C. P. Pelealu, SpTHT-KL(K)

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Operasi Benda Asing (corpus alienum) pada laring

Telah dikoreksi dan disetujui pada September 2017

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. O. C. P. Pelealu, SpTHT-KL(K)


BAB I

PENDAHULUAN

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (berasal dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (berasal dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal
seharusnya benda tersebut tidak ada. Benda asing eksogen dapat berupa padat, cair, atau gas.
Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat
anorganik seperti peniti, jarum, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam
benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan
dengan pH 7,4. Benda asing endogen contohnya sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, perkijuan, membrane difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium.1,2,3

Laring adalah bagian dari saluran pernapasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk seperti corong dan terletak setinggi vertebra
cervicalis IV-VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relative lebih tinggi. Laring
pada umunya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan
makanan untuk melindungi jalan nafas.4

Peristiwa tertelannya benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan
sampai 6 tahun, tampak dari 70% banyaknya yang mengalami tertelan benda asing adalah
anak-anak, meskipun dapat terjadi pada semua umur karena anak-anak sering memasukkan
benda ke dalam mulutnya, bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan5. Secara
statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah;
hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi
benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada
anak usia 13 tahun.2,3
Benda asing di saluran napas dapat menjadi penyebab berbagai macam penyakit paru,
baik akut maupun kronis. Sumbatan total saluran nafas atas yang berlangsung lebih dari lima
menit pada dewasa akan mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan henti jantung.3

Mengingat pentingnya penanganan obstruksi benda asing di jalan napas ini, maka
kami membawanya dalam diskusi kelompok ini.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Laring

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan
pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring
diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup
tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama
laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. 5
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk
jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis).
Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada
waktu bernapas katup membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang
akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara. 5
2. Benda asing di saluran napas atas
Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar
tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dengan
demikian benda asing di jalan napas adalah benda yang terdapat pada alat-alat
pernapasan yang normalnya tidak ada. Benda asing tersebut dapat terhisap
mulai dari hidung hingga traktus trakeo-bronkial.3,5,6
Benda asing terbagi menjadi benda asing eksogen dan endogen. Benda
asing eksogen adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan sebaliknya
dengan benda asing endogen. Benda asing eksogen biasanya masuk dari
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari bentuk padat,
cair, atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari organik, seperti kacang-
kacangan, tulang, dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-
lain. Benda asing eksogen cair dibagi menjadi benda yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 3,5,6
Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan
darah, nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium
yang masuk ke dalam saluran pernapasan. 3,5,6

3. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya benda asing ke
dalam saluran pernapasan, yaitu sebagai berikut:5,6
Faktor personal, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal.

3.1 Faktor kegagalan mekanisme proteksi yang normal, misal keadaan tidur,
kesadaran menurun, alkoholisme, dan epilepsi.
3.2 Faktor fisik, yaiutu kelainan dan penyakit neurologik.
3.3 Proses menelan yang bel surgikal, misal pada tindakan bedah, ekstraksi
gigi, dan gigi molar yang belum tumbuh pada anak umur < 4 tahun.

3.4 Faktor kejiwaan, misal emosi dan gangguan psikis.

3.5 Faktor ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.

3.6 Faktor kecerobohan, seperti meletakkan benda asing di mulut, persiapan


makan yang kurang baik, makan dan minum yang tergesa-gesa, makan
sambil bermain pada anak-anak, dan memberikan kacang atau permen
pada anak yang gigi molarnya belum lengkap.

4. Epidemiologi
Kejadian aspirasi benda asing di saluran pernapasan paling sering
dialami oleh anak-anak. Lima puluh lima persen (55%) dari kasus benda asing
di saluran napas terjadi pada anak berumur kurang dari 4 tahun dengan insiden
kematian mendadak akibat aspirasi tinggi pada usia tersebut.
Benda asing di laring dan trakea lebih sering terjadi pada anak kurang
dari 1 tahun. Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena
anak usia 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan
dan dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut, atau dimasukkan oleh anak
lain.5,6

5. Manifestasi klinik
5.1 Gejala aspirasi benda asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
5.1.1 Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat
secara tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan
obstruksi nafas, dapat juga disertai adanya sianosis terutama perioral,
kematian pada fase ini sangat tinggi.
5.1.2 Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda
asing tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit sampai
berbulan-bulan setelah fase pertama. Lama fase ini tergantung lokasi benda
asing, derajat obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda asing yang
teraspirasi serta kecenderungan benda asing untuk berubah posisi.
5.1.3 Fase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing,
dapat berupa pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.7

5.2 Benda asing pada laring terdapat 2 tipe sumbatan total dan sumbatan
parsial
5.2.1 sumbatan total akan menimbulkan spasme laring dengan
gejala disfonia, afonia dengan gerakan pernapasan spasmodik yang
tidak memventilisasi paru, apnea, hingga sianosis dan kematian.
5.2.2 Sumbatan pasrsial menimbulkan menimbulkan suara parau,
disfonia, batuk disertai sesak (croupy cough), sesak dengan derajat
bervariasi, odinofagia, mengisianosis, hemoptysis dan perasaan
subyektif seperti ada yang menyangkut dalam leher. Timbulnya gejala
menunjukan benda asing masih tersangkut di laring atau sudah turun
ke trakea namun masih disertai edema laring.8

6. Patogenesis
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus sering ditemukan
pada anak di bawah usia 2 tahun, dengan riwayat yang khas yaitu pada saat
benda atau makanan ada di dalam mulut, anak sedang tertawa atau menjerit,
sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk
ke dalam laring. Pada saat benda asing terjepit di sfingter laring, paenderita
batuk berulang-ulang (paroksismal). Bila benda asing masuk ke dalam trakea
atau bronkus, kadang terjadi fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih,
kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala tergantung pada derajat
sumbatan bronkus. 5,6
Kerusakan yang terjadi akibat aspirasi benda asing di saluran napas
ditentukan oleh jenis benda yang terhisap. Benda asing mati (inanimate
foreign bodies) di hidup cenderung menyebabkan edema dan inflamasi
mukosa hidung, ulserasi, epistaksis, dan jaringan granulasi. Sedangkan benda
asing hidup (animate foreign bodies) dapat menyebabkan reaksi inflamasi
dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang
rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan
berbau, seperti pada kasus aspirasi cacing askaris atau serangga.5,6
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan mempunyai sifat
higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengembang dengan air, serta
menyebabkan iritasi pada mukosa, dan timbul jaringan granulasi di sekitar
benda asing sehingga memperberat gejala sumbatan saluran pernapasan.
Benda asing anorganik menimbulkan rekasi jaringan yang lebihringan dan
lebih mudah didiagnosis karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radioopak.5,6

7. Diagnosis
Diagnosis aspirasi benda asing di jalan nafas ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologik dan pemeriksaan endoskopi.9
Anamnesis yang cermat mengenai adanya riwayat tersedak atau
kemungkinan tersedak sangat penting dalam menegakkan diagnosis.Meskipun
memang tidak selalu ada yang melihat saat kejadian. Dari anamnesis perlu
ditanyakan adanya gejala klasik berupa rasa tercekik yang tiba-tiba yang diikuti
episode batuk-batuk, mengi dan bahkan stridor, karena lebih dari 90% pasien yang
teraspirasi benda asing terdapat satu atau lebih gejala klasik di atas.10
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda sumbatan jalan nafas
dalam berbagai variasi sesuai dengan ukuran, lokasi, derajat sumbatan, sianosis,
wheezing, berkurang atau hilangnya suara nafas, meskipun tidak adanya tanda-tanda
ini tidak menyingkirkan adanya aspirasi benda asing.11
Pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing harus buat
foto thorak postero anterior (PA) dan lateral untuk mengetahui lokasi serta ukuran
benda asing. Benda asing radioopak dapat dengan mudah diidentifikasi, sedangkan
pada benda asing radiolusen, kemungkinan yang akan tampak berupa efek samping
yang timbul pada paru seperti atelektasis, hiperinflasi unilateral, gambaran infiltrat,
dan pergeseran mediastinum. Foto thorak yang diambil dalam waktu 24 jam pertama
setelah aspirasi benda asing radiolusen biasanya menunjukkan gambaran normal.12
Benda asing kecil yang tidak menimbulkan emfisema dan atelektasis, dibuat
foto thorak anteroposterior inspirasi dan ekspirasi, dari foto ini akan tampak
mediastinum bergeser ke arah yang normal saat ekspirasi dan paru yang terlibat akan
hiperaerasi karena udara terperangkap di sana.13

Daftar Pustaka

1. Falsafah: Saanin, Syaiful. 2011. Falsafah Dasar Kegawatdaruratan. RS Dr. M.


Djamil. Padang.
2. Dinkes Jatim. 2010. Slide Presentasi Pengenalan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat. Surabaya.
3. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
4. Ballenger, J.J, 1993. Anatomy of the larynx in : disease of the nose, throat,ear, head
and neck. 13th ed. Philadel phia, Lea and Febiger.
5. Sugito, HMM Tarigan, LS Soeroso. 1992. Benda Asing di Saluran Napas. Bagian
Ilmu Penyakit Paru FK USU/RS Dr. Pringadi. Medan.
6. Rakhma, Kurnia Hendra. 2010. Corpus Alienum. Fakultas Kesehatan Universitas
Gresik.
7. Fong EW. Foreign Body Aspiration. Accessed from:
http://www.hawaii.edu/medicine/pediatrics/pedtext/s08c06.html. Accessed 11 May 2015.
8. Tano C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta E. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN.
Ed II. 2014. Indonesia

9. Junizaf MH. 2003. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
THT-Kepala Leher, Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

10. Rovin JD, Rodgers BM. Pediatric Foreign Body Aspiration. Pediatrics in Review. 2000;
21:86-90.
11. Murray AD. Foreign Bodies of the Airway. Available from: http://www.emedicine.com.
Accessed 11 May 2015.
12. Huchton DM, Marsh B. 2000. Foreign Bodies in the Upper Aerodigestive Tract. In: Eisele
DW, McQuone SJ. Emergencies of the Head and Neck. Missouri: Mosby.
13. Miller RH, Wang RC, Nemechek AJ. 2001. Airway Evaluation and Imaging. In: Bailey BJ,
Calhoun KH, eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology, 3rd ed vol. 1. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai