Anda di halaman 1dari 8

MATERI OSCE RESPIRASI

ASPIRASI – 3B
~ TRAKEA~
ETIOLOGI
Benda asing yang dapat masuk ke dalam saluran respiratorik sangat
beragam. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan asal, jenis, dan
sifatnya.
• Asal
Menurut asalnya, benda asing terdiri dari benda asing eksogen, yaitu
benda asing yang berasal dari luar tubuh, dan benda asing endogen, yaitu
benda asing yang berasal dari dalam tubuh sendiri.
• Jenis
Berdasarkan jenisnya, benda asing dapat dibagi menjadi benda asing
organik dan benda asing anorganik.
• Sifat
Benda asing yang dapat masuk ke dalam saluran respiratorik, baik
organik maupun anorganik, kadang-kadang memiliki sifat khusus
tertentu. Benda asing organik, terutama yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti kacang-kacangan dan biji-bijian, dapat mengembang
dengan cepat di dalam saluran respiratorik karena bersifat higroskopis.
Beberapa jenis kacang mengandung asam lemak yang dapat memicu
timbulnya reaksi radang sehingga mudah terjadi edema. Oleh karena itu
dalam 6−12 jam benda-benda ini dapat menimbulkan sumbatan total.
Benda asing anorganik, lebih sering terjadi pada anak yang lebih besar
dan orang dewasa, tidak bersifat higroskopis dan tidak mengembang,
AUTHOR : SIPEND’16
sehingga aspirasi benda tersebut umumnya tidak menimbulkan gejala atau
EDITOR: SIPEND’16 hanya menimbulkan gejala yang ringan. Kadang-kadang benda-benda
logam dapat mempunyai sifat magnetik atau menimbulkan rasa metal
yang khas.

FAKTOR RISIKO
Banyak faktor yang dapat memudahkan terjadinya aspirasi benda asing
pada anak, antara lain adalah faktor usia, anatomis, pertahanan saluran • Faktor pertahanan saluran respiratorik
respiratorik, sosial ekonomi, dan lain-lain. Gangguan mekanisme pertahanan saluran respiratorik seperti gangguan
• Faktor usia refleks batuk, refleks spasme laring, pembersihan/eskalasi dan klirens
Anak-anak terutama usia 2−4 tahun, umumnya memiliki kegemaran mukosiliar, pertahanan imunitas selular dan humoral, akan memudahkan
memasukkan benda-benda kecil yang ditemukannya, atau yang benda asing masuk ke dalam saluran respiratorik dan menimbulkan
digunakannya saat bermain, ke dalam hidung, telinga, atau mulut. Benda- berbagai kelainan fisiologis maupun patologis.
benda ini sering secara tidak sengaja terhirup ke dalam saluran
respiratorik ketika sedang menangis, bermain, tertawa, berbicara, dan • Faktor sosial ekonomi
berteriak. Hal yang serupa dapat juga terjadi pada makanan atau minuman Faktor sosial ekonomi dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya
yang terdapat di dalam mulut. kecerobohan orangtua dan keluarga dalam mengawasi atau mengasuh
anak dapat memudahkan terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
• Faktor anatomis respiratorik.
Faktor anatomis yang memudahkan masuknya benda asing ke dalam
saluran respiratorik adalah sebagai berikut: • Faktor lain
1. Gigi geraham yang belum terbentuk. Faktor lain yang dapat berpengaruh adalah jenis kelamin, pekerjaan
Keadaan tersebut menyebabkan makanan harus dipotong dengan orangtua, aktivitas anak, postur tubuh, dan faktor psikis.
gigi seri, sehingga makanan tetap berukuran besar dan mudah tergelincir
ke dalam saluran respiratorik. DIAGNOSIS

2. Gusi dan penyangga gigi yang lemah. Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada sifat benda
Gusi bayi yang lunak banyak mengandung pembuluh darah serta asing, lokasi, ukuran, dan derajat sumbatan yang ditimbulkan. Benda
masih rapuh dan licin, sehingga menyebabkan makanan mudah asing yang berukuran besar dapat menutup total saluran respiratorik
tergelincir. bagian atas yang dapat mengancam jiwa. Sedangkan benda asing yang
berukuran lebih kecil, berada di dalam cabang utama atau saluran bronkus
3. Faktor lain. lobaris dan akan menimbulkan gejala yang lebih lama dan lebih ringan.
Masih banyak faktor anatomis lain yang juga berpengaruh Gejala klinis yang timbul dapat dibagi menjadi dua, yaitu
terhadap frekuensi aspirasi benda asing pada anak. berdasarkan urutan atau perjalanan gejala, dan berdasarkan bentuk gejala
Beberapa faktor tersebut antara lain: Laring pada bayi terletak lebih ke yang dapat ditimbulkan.
depan dan lebih ke atas dibandingkan orang dewasa, ukuran laring dan • Berdasarkan urutan atau perjalanan gejala
trakea bayi lebih kecil (5 mm) dibandingkan orang dewasa (10 mm), Berdasarkan perjalanan atau urutannya, gejala klinis yang timbul dapat
epiglotis bayi lebih pendek dan berbentuk huruf ‘U’, sedangkan pada dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu gejala awal, periode laten, dan gejala
orang dewasa datar, bentuk laring pada anak seperti corong, sedangkan susulan atau lanjutan.
pada orang dewasa seperti silinder, dan adanya penyempitan trakea pada
bayi dan anak di daerah subglotis (cincin krikoid). • Gejala awal
Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan Benda asing di dalam trakea akan dikeluarkan melalui
tiba-tiba, sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di batuk dan eskalasi mukosiliar. Apabila gagal benda asing tersebut
tenggorokan dan di kerongkongan. Gejala awal seringkali ringan dan akan menetap di dalam trakea atau masuk ke dalam bronkus. Di
berlangsung singkat, sehingga gejala ini sering tidak diperhatikan. dalam trakea benda asing dapat menimbulkan berbagai akibat
• Periode laten atau tanpa gejala yang dapat berubah-ubah karena masih dapat berpindah
Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa tempat(mobile). Akibat yang ditimbulkan dapat berupa obstruksi,
laten. Masa laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada reaksi peradangan, atau konstriksi. Gejala patognomonik terdiri
periode ini dapat dijumpai gejala sakit menelan karena terjadinya dari batuk, sesak, dan suara mengi yang terdengar sangat mirip
pembengkakan di daerah laring. dengan asma, sehingga disebut sebagai asmatoid.
Apabila benda asing masih dapat berpindah tempat (mobile) pada
• Gejala susulan atau lanjutan saat batuk atau ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi di daerah
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau tiroid, dapat didengar suara hentakan benda asing ke pita suara
patologis yang ditimbulkan benda asing. Gejala susulan ini sangat atau daerah subglotis. Tanda ini disebut audible slap. Dengan
bergantung pada lokasi dan bentuk kelainan yang ditimbulkannya. palpasi tanda ini kadang-kadang dapat dirasakan dan disebut
➢ Benda asing di dalam hidung. sebagai palpatory thud.
Gejala yang ditimbulkan oleh benda asing di dalam ➢ Benda asing di dalam bronkus.
hidung umumnya unilateral, seperti hidung tersumbat, beringus Bentuk ini merupakan bentuk tersering, dan dapat
kental, dan berbau. mencapai 83−90% kasus. Gejala yang terjadi merupakan akibat
➢ Benda asing di dalam nasofaring. langsung dari benda asing yang teraspirasi, seperti obstruksi atau
Benda asing yang masuk ke dalam nasofaring akan konstriksi (sesak napas, suara napas yang melemah atau
menimbulkan gejala seperti yang disebutkan pada gejala awal di berkurang, mengi yang kadang-kadang bilateral dan sulit
atas. Lintah yang dapat masuk ke dalam hidung atau nasofaring sembuh), peradangan (bronkitis, bronkiektasis, pneumonia lobaris
dapat menimbulkan perdarahan berulang dari hidung. yang sering berulang, abses, empiema), atau merupakan akibat
➢ Benda asing di dalam laring. yang tidak langsung seperti atelektasis dan emfisema. Gejala
Laring merupakan daerah yang sempit dan peka, sehingga mengi dapat timbul segera setelah aspirasi terjadi, atau dapat
mudah mengalami peradangan, edema, spasme, dan lain-lain. berjalan kronis. Apabila obstruksi terjadi pada kedua bronkus
Oleh karena itu, benda asing yang masuk ke dalam laring dapat utama, dapat terjadi sesak yang berat hingga anoksia. Kadang-
menimbulkan gejala yang beragam, seperti sesak napas, stridor, kadang dapat terjadi hemoptisis setelah beberapa bulan atau
mengi, nyeri pada saat menelan, berbicara, atau bernapas dalam, tahun. Apabila benda asing tersebut berasal dari tumbuhan disebut
serak atau parau hingga afoni, batuk serak disertai stridor, sebagai bronkitis arakiditis atau vegetalis, dengan gejala batuk,
hemoptisis, retraksi interkostal, epigastrial, dan supraklavikular, demam septik, dan sesak.
serta detak jantung yang meningkat. Bila terjadi sumbatan total,
dapat timbul sianosis dan kematian. Diagnosis
➢ Benda asing di dalam trakea.
Aspirasi benda asing harus dipertimbangkan bila didapatkan tanda • Bila diperlukan, bisa diulang dengan kembali melakukan pukulan
berikut: pada bagian belakang bayi.
• Tiba-tiba tersedak, batuk atau wheezing; atau
• Pneumonia segmental atau lobaris yang gagal diobati dengan
terapi antibiotik.

Periksa anak untuk:

• Wheezing unilateral
• Daerah dengan suara pernapasan yang menurun, dapat dullness
atau hipersonor pada perkusi;
• Deviasi dari trakea

Lakukan pemeriksaan foto dada pada saat ekspirasi penuh untuk


melihat daerah hiperinflasi atau kolaps, pergeseran mediastinum
(ipsilateral), atau benda asing bila benda tersebut radio-opak

TATALAKSANA

Pertolongan pertama pada anak yang tersedak. Usahakan untuk


mengeluarkan benda asing tersebut. Tatalaksana bergantung pada
umur anak (lihat bagan 3-1 dan bagan 3-2)

Bayi:
• Letakkan bayi tengkurap pada lengan atau paha dengan posisi kepala
lebih rendah.
• Berikan 5 pukulan dengan menggunakan tumit dari telapak tangan
pada bagian belakang bayi (interskapula). Tindakan ini disebut Back
blows.
• Bila obstruksi masih tetap, balikkan bayi menjadi terlentang dan
berikan 5 pijatan dada dengan menggunakan 2 jari, satu jari di bawah
garis yang menghubungkan kedua papila mamae (sama seperti
melakukan pijat jantung). Tindakan ini disebut Chest thrusts.
• Bila obstruksi masih tetap, evaluasi mulut bayi apakah ada bahan
obstruksi yang bisa dikeluarkan.
Anak yang berumur di atas 1 tahun:

• Letakkan anak dengan posisi tengkurap dengan kepala lebih rendah.


• Berikan 5 pukulan dengan menggunakan tumit dari telapak tangan
pada bagian belakang anak (interskapula).
• Bila obstruksi masih tetap, berbaliklah ke belakang anak dan
lingkarkan kedua lengan mengelilingi badan anak. Pertemukan
kedua tangan dengan salah satu mengepal dan letakkan pada perut
bagian atas (di bawah sternum) anak, kemudian lakukan hentakan ke
arah belakang atas. Lakukan perasat Heimlich tersebut sebanyak 5
kali.
• Bila obstruksi masih tetap, evaluasi mulut anak apakah ada bahan
obstruksi yang bisa dikeluarkan.
• Bila diperlukan bisa diulang dengan kembali melakukan pukulan
pada bagian belakang anak.

Bila tatalaksana lanjutan saluran pernapasan dibutuhkan setelah


obstruksi telah disingkirkan, lihat bagan 4-1, bagan 4-2, bagan 4-3, dan
bagan 4-4, yang menggambarkan tentang hal yang harus dilakukan
untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
menutup laring.
Penanganan lanjut pasien dengan aspirasi benda asing. Bila
dicurigai adanya aspirasi benda asing, rujuk anak ke sarana yang lebih
lengkap untuk penegakan diagnosis dan untuk mengeluarkan benda
asing dengan bronkoskopi. Bila terdapat pneumonia, mulai terapi
dengan ampisilin dan gentamisin, sebelum dilakukan tindakan untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.

SUMBER
1. http://www.ichrc.org/49-aspirasi-benda-asing
2. spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/...

Anda mungkin juga menyukai