Anda di halaman 1dari 13

Aspirasi Benda Asing pada Anak Usia 9 Bulan

Che Siti Nurfaziera Binti Che Ismail


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
Email: che.2016fk255@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada saluran napas dapat terjadi
pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam
mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan hingga terjadinya
obstruksi. Obstruksi saluran napas atas ini seringkali menyebabkan suatu keadaan gawat
darurat, yang memerlukan diagnosis cepat serta penanganan yang cepat karena merupakan
salah satu penyebab kematian utama yang kemungkinan masih dapat di atasi.

Kata kunci: benda asing, obstruksi saluran nafas, gawat darurat.

Abstract

A foreign body inside an organ is an object that comes from outside the body or from inside
the body, which normally does not exist. Foreign objects in the airways can occur at any age,
especially children because children often put objects in their mouths and often play or cry at
mealtime until obstruction occurs. This upper airway obstruction often leads to an
emergency, which requires rapid diagnosis and prompt treatment because it is one of the
main causes of death that is likely to be overcome.

Keywords: foreign body, upper airway obstruction, emergency.


Pendahuluan

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (berasal dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (berasal dari dalam tubuh) yang dalam keadaan normal
seharusnya benda tersebut tidak ada. Benda asing eksogen dapat berupa padat, cair, atau gas.
Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan zat
anorganik seperti peniti, jarum, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam
benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan
dengan pH 7,4. Benda asing endogen contohnya sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, perkijuan, membrane difteri, bronkolit, cairan amnion, dan mekonium.1,2,3

Peristiwa tertelannya benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan
sampai 6 tahun, tampak dari 70% banyaknya yang mengalami tertelan benda asing adalah
anak-anak, meskipun dapat terjadi pada semua umur karena anak-anak sering memasukkan
benda ke dalam mulutnya, bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Secara
statistik, persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-masing adalah;
hipofaring 5%, laring/trakea 12%, dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi
benda asing terjadi pada anak usia <15 tahun; sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada
anak usia 1–3 tahun.2,3

Anamnesis

Anamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala inisial sangat penting dalam
diagnosis aspirasi benda asing. Kecurigaan adanya benda asing dan gejala inisial (choking)
adalah dua hal yang signifikan berhubungan dengan kasus aspirasi benda asing. Pada anak-
anak kadang-kadang episode inisial belum dapat diungkapkan dengan baik oleh anak itu
sendiri dan tidak disaksikan oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya mirip
dengan penyakit paru yang lain. Gejala yang sering ditemukan pada kasus aspirasi benda
asing yang telah berlangsung lama antara lain batuk, sesak nafas, wheezing, demam dan
stridor. Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk, ukuran dan jenis benda asing untuk
mengetahui simtomatologi dan perencanaan tindakan bronkoskopi.3

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing sangat diperlukan.
Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan penanganan yang segera. Pada jam-jam pertama
setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang bisa ditemukan di dada penderita adalah
akibat perubahan aliran udara di traktus trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan
stetoskop. Benda asing disaluran nafas akan menyebabkan suara nafas melemah atau timbul
suara abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru.3

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis penderita aspirasi benda asing harus dilakukan. Dianjurkan untuk
membuat foto berikut:4

1. Foto jaringan lunak leher PA dan lateral posisi ekstensi

Dapat memperlihatkan benda asing radioopak dan kadang-kadang bahkan benda asing
radiolusen pada laring dan trakea.

2. Foto torak PA dan lateral

3. Foto torak akhir inspirasi dan ekspirasi

Dapat memperlihatkan atelektasis dan emfisema obstruktif. Juga dapat terlihat bukti
tidak langsung adanya benda asing radiolusen.

4. Fluoroskopi/videofluoroskopi

Dilakukan pemeriksaan selama inspirasi dan ekspirasi pada kasus yang meragukan
untuk melihat adanya obstruksi parsial paru.

5. Bronkogram

Untuk memastikan adanya benda asing radiolusen atau untuk mengevaluasi bronkiektasis.

Diagnosa benda asing di saluran nafas dapat ditegakkan pada hampir 70% kasus.
Harus diingat bahwa tidak terdapatnya kelainan radiologis tidak berarti adanya benda asing
dapat disingkirkan. Foto torak cenderung memberikan gambaran normal pada 1/3 pasien
yang didiagnosa sebagai aspirasi benda asing dalam 24 jam pertama kejadian.CT Scan
berguna pada kasus yang tidak terdeteksi dengan foto sinar X, seperti benda asing kacang
yang bersifat radiolusen.4,5

Anamnesis dan pemeriksaan radiologis sering menunjukkan dugaan aspirasi benda


asing, tetapi bukan diagnosa pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing
dengan endoskopi untuk diagnosis dan terapi. Pemeriksaan endoskopi yang dilakukan adalah
laringoskopi dan bronkoskopi. Bahkan Barrios et al menyarankan bronkoskopi harus
dilakukan pada anak-anak dengan riwayat gejala inisial aspirasi benda asing (choking crisis)5

Diagnosis5

Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas anamnesis yang

cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran nafas adalah : 2,3,6

1. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala sesuatu ke
dalam mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks menelan yang belum
sempurna.
2. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki.
3. Faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)
4. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan umum
buruk, penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologik.
5. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan dan minum
tergesa-gesa.
6. Faktor medikal dan surgikal
Faktor fisiologik dan sosiologik lain yang juga merupakan faktor predisposisi antara
lain: pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi molar, belum dapat menelan
makanan padat secara baik, kemampuan anak membedakan makanan yang dapat dimakan
dan tidak dapat dimakan belum sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil
tertawa, bicara menangis, dan berlari. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan
neurologis dan berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol,
stroke, parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya
aspirasi.

Patofisiologi

Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada
tiga tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari semua aspirasi benda asing,
80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan cabang-cabangnya. Pada orang dewasa,
benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut
konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih
besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea. 2,6

75% dari benda asing dibronkus ditemukan pada anak umur kurang dari 2 tahun,
dengan riwayat yang khas, yaitu saat benda atau makanan berada di dalam mulut, anak
menjerit atau tertawa sehingga saat inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam
laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-ulang
(paroksikmal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis Bila benda asing telah masuk ke
dalam trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti
gejala pulmonum yang bergantung pada derajat sumbatan bronkus.2,6

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah jadi
lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, mukosa bronkus
edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala
sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-bronkitis, toksemia,batuk, dan demam
yang iregular. Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih
mudah didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal dan tipis
seperti jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal dengan memberikan
gejala batuk spasmodik.6

Gejala Klinis

Aspirasi benda asing adalah suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani dalam
situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai
dari gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan dapat
menimbulkan kematian.5

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda
asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil,
dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring,
trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebe-
2
lum diberikan pertolongan akibat sumbatan total.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-
tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok
(gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala
stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Hal ini karena benda asing tersebut
tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium
ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium
ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat
reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan
abses paru. 2,6,

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi)
benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya
kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh
timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang disertai
serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda
asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut
tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih
tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan
reaksi laring oleh karena adanya edema.2,6

Kriteria Jackson
Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4
Pasien tenang Pasien mulai gelisah Pasien sangat gelisah Pasien sangat
& dispnea gelisah, ketakutan,
sianosis
Stridor inspirasi Stridor inspirasi Stridor inspirasi + Retraksi makin jelas
ekspirasi Paralitik pusat
Retrasi suprasternal Retrasi suprasternal Retrasi suprasternal
penafasan ec
+ epigastrial + epigastrial +
hiperkapnia
infraklavikula + sela
Pasien lemah,
iga
tertidur, meninggal
ec asfiksis
Antiinflamasi, anti Intubasi endotrakea dan trakeostomi krikotirotomi
alergi, antibiotika,
oksigen intermittent
pada ec peradangan

Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan
dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory thud). Jika benda
asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan napas akut yang memerlukan
tindakan segera untuk membebaskan jalan napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan
gejala pada anak. Bila anak batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda
asing di saluran napas.3

Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih lebar
dan lebih segaris dengan lumen trakea. Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus
lobaris atau segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang berfungsi
seperti katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru- paru tetapi tidak dapat keluar,
sehingga menyebabkan emfisema obstruktif. Pasien pada benda asing di bronkus umumnya
datang pada fase asimptomatik kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara
yang masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memenjang dengan mengi.
Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan benda asing, keluhan batuk kronik dan sesak
napas menyerupai gejala pasien asma atau bronkopnemonia. Benda asing organik
menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran nafas dengan gejala laringotrakeobronkitis,
toksmia, batuk, dan demam irregular. Tanda fisik benda asing di bronkus bervariasi, karena
perubahan posisi dari satu sisi ke sisi lain dalam paru. Benda asing di orofaring dan
hipofaring dapat tersangkut di tosil, dasar lidah, valekula, sinus piriformis menimbulkan rasa
nyeri pada saat menelan.6

Anak bisa kemasukan suatu benda ke dalam hidung karena ulahnya sendiri, bisa juga
oleh kakak atau temannya yang memasukkan benda tersebut. Bisa jadi hal tersebut lolos dari
pengamatan orang tua dan baru ketahuan setelah 2-3 hari. Ujung-ujungnya orang tua baru
menyadari setelah timbul gejala, seperti keluar cairan yang berdarah, atau lendir seperti pilek
dan berbau busuk dari lubang hidung, hidung tampak merah dan bengkak, dan napas anak
berbau dan busuk. Bau ini mungkin karena infeksi atau benda yang masuk itu, misalnya
kacang tanah, jadi membusuk. 7
Penatalaksanaan

Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera,


karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk
mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat
dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut
teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan
demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan
menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar. Manuver Heimlich (hentakan
subdiafragmaabdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada
diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru- paru untuk keluar dengan cepat
sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat
jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan obstruksi,
mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk membersihkan jalan napas. 2,7

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau


hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada
sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam
hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik
berupa laringoskop dan bronkoskop. 2

Adapun teknik teknik cara mengatasi sumbatan jalan nafas oleh benda asing,
tujuannya adalah mengeluarkan benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda
asing.
Metode:8
1)      Abdominal Thrust
2)      Chest Thrust
3)      Back Blow
Abdominal Thrust
Jika pasien dalam keadaan berdiri/duduk:
1)      Anda berdiri di belakang pasien.
2)      Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang
lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lengan anda pada abdomen klien
yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3)      Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah
dalam-atas.
4)      Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
5)      Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika pasien dlm keadaan supine/unconcious:
1)      Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
2)      Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di abdomen
tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3)      Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah
dalam-atas.
4)      Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
Chest Thrust
Jika posisi pasien duduk/ berdiri:
1)      Anda berdiri di belakang pasien.
2)      Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area
midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat
kompresi jantung luar).
3)      Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi jalan napas.
4)      Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika posisi pasien supine:
1)      Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha pasien.
2)      Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian
bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
3)      Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi
chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.
Back Blow
Untuk Bayi:
1)      Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih
rendah dari pada badannya.
2)      Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi.
3)      Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan tumit
tangan anda.
4)      Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas
paha.
5)      Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda
pada sternum dampingi dengan jari manis.
6)      Lakukan chest thrust dengan cepat.
7)      Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran.
8)      Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika ia
terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara “membuta” pada bayi dan anak, karena
benda asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.

Intubasi Endotrakea

Pada kondisi gawat darurat jalan nafas merupakan komponaen yang paling penting dan
menjadi prioritas utama dalam penanganannya. Banyak sekali pasien yang tidak sadar
maupun yang sadar yang tidak dapt mempertahankan jalan nafasnya terbuka, tidak mampu
mengeluarkan sekret, mencegah aspirasi dan membutuhkan bantuan ventilasi mekanik.
Tujuan utama dari penatalaksanaan jalan nafas darurat adalah mempertahankan integritas
jalan nafas, meyakinkan ventilasi adekuat, dan mencgah aspirasi. Semua tujuan tersebut dapat
dicapai dengan bantuan inttubasi trakea. Indikasi utama intubasi trakea pada situasi gawat
darurat adalah :

1.    Koreksi hipoksia atau hiperkarbia


2.    Mencegah ancaman hipoventilasi
3.    Mempertahankan patensi jalan
4.    Jalan untuk pemberian obat – obatan emergensi seperti lidokain, stropin, nalokson,
epinefrin.

Sebelum melakukan intubasi, persiapan alat merupakan hal yang sangat penting, jika terjadi
malfungsi alat atau tidak tersedianya alat yang dibutuhkan karena persiapan yang kurang
baik, maka akan sangat membahayakan keselamatan dan nyawa pasien. Untuk menghindari
hal itu maka setiap alat harus dipersiapkan dengan baik dan lengkap dan dilakukan
pengecekan terhadap fungsinya.
Tindakan laringoskopi dapat mengakibatkan trauma jalan nafas jika tidak dilakukan dengan
hati-hati.Cedera pada bibir, atau gigi patah merupakan kejadian yang spring terjadi.Tindakan
laringoskopi merupakan tindakan yang menyakitkan, untuk itu perlu diberikan analgetik
atau anastetik lokal, jika nyeri ini terjadi maka dapat mengakibatkan gangguan irama jantung
sampai henti jantung. Tindakan intubasi juga mempunyai komplikasi ringan sampai berat
yang dapat membahayakan nyawa pasien.Edema pada pita suara yang mengakibatkan nyeri
clan suara serak, ETT yang didorong terlalu dalam sehingga masuk ke bronkus sebelah kanan
dapat mengakibatkan hipoksia clan hiperkarbia.Begitu pula ETT yang masuk ke dalam
esofagusmenyebabkan distensi lambung sampai perforasi.Untuk itu posisi ETT harus
diyakinkan berada pada posisi yang tepat.9

Trakeostomi

Trakeostomi dilakukan jika tidak memungkinkan untuk dilakukan intubasi. Merupakan upaya


bypass jalan nafas dengan membuat lubang secara langsung pada cincin trakea. Indikasinya
adalah untuk mengatasi obstruksi laring, mengurangi dead air space, mempermudah
penghisapan sekret dari bronkus, memasang respirator dan mengambil bahan asing subglotik
sekiranya tidak mempunyai bronkoskopi.

Krikotirotomi

Merupakan upaya emergensi untuk membypass sumbatan dengan cara membelah pada
membrana krikotiroid. Tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas ini
dikerjakan secara cepat dan darurat.

Komplikasi

Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan bronkoskopi.
Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia
sampai henti jantung. Gangguan ventilasi ditandai dengan adanya sianosis. Komplikasi kronis
antara lain pneumonia, dapat berlanjut dengan pembentukan kavitas dan abses paru,
bronkiektasis, fistel bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat
inflamasi pada mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi
pneumomediastinum, pneumotorak.10

Prognosis
Baik dengan sebagian besar boleh pulang 24 jam setelah tindakan.

Kesimpulan

Aspirasi benda asing pada anak merupakan kasus gawat darurat yang disebabkan
sumbatan jalan napas oleh benda organik atau anorganik; keadaan ini memerlukan diagnosis
yang cepat dan tepat serta penanganan menyeluruh. Kerjasama yang baik antara orang tua,
tim medis, dokter anestesi, dan dokter ahli bronkoskopi diperlukan untuk penanganan yang
efektif.

Daftar Pustaka
1. Soepardi EA. Disfagia. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Editor: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Edisi
ke 6. Jakarta: FKUI. 2007. h. 276-302.
2. Adams L George, Boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta 2008.

3. Junizaf,M.H. Buku Ajar Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. FK
UI. Jakarta, 2007.
4. Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001. Chapters 4

(Basic life support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation); 22 (Practical

procedures: airway and breathing).

5. Almazini,P. Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas. Available from URL:


http://myhealing.wordpress.com/2010/02/02/penanganan-benda-asing-di-saluran-
napas.
6. Rakhma, Kurnia H. 2010. Corpus Alienum. Fakultas Kesehatan Universitas Gresik.
7. Falsafah: Saanin, Syaiful. 2011. Falsafah Dasar Kegawatdaruratan. RS Dr. M.
Djamil. Padang.
8. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC:

Jakarta

9. Fleisher G, Ludwig S (eds): Textbook of Pediatric Emergency Medicine (4th ed).

Philadelphia: Lippincott 2000. Chapters 1 (Resuscitation: pediatric basic and

advanced life support); 5 (Emergency airway management: rapid sequence induction).

10. John, A, Boswick, 1997. Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai