Anda di halaman 1dari 6

TENTIR OSCE MODUL METABOLIK ENDOKRIN

PART 3
HIPOPARATIROID, DISPLIDEMIA, DM TIPE 1
HIPOPARATIROID- 3A
MASALAH KESEHATAN
Hipoparatiroidisme adalah kondisi kekurangan hormon paratiroid
(PTH). Hipoparatiroidisme primer adalah keadaan aktivitas PTH
yang tidak adekuat. Konsentrasi kalsium terionisasi dalam cairan
ekstraselular turun di bawah kisaran referensi. Hipoparatiroidisme
sekunder adalah keadaan fisiologis di mana kadar PTH rendah
sebagai respons terhadap hiperkalsemia.
Konsentrasi kalsium terionisasi dalam cairan ekstraseluler (ECF)
tetap hampir konstan, pada tingkat sekitar 1 mM. Konsentrasi
cairan intraseluler kalsium lebih dari 10.000 kali lipat lebih rendah
daripada di ECF.
HASIL ANAMNESIS (SUBJEKTIF)
 Parestesia (melibatkan ujung jari, jari kaki, area perioral)
 Hyperirritability
 Kelelahan hati dan / atau gangguan kepribadian
 Seizure (terutama pada pasien dengan epilepsi)
 Suara serak (karena spasme laring)
 Desah dan dyspnea (karena bronkospasme)
 Kram otot
 Hipomagnesemia, hipokalemia, dan alkalosis (misalnya hiperventilasi), yang memperburuk tanda dan gejala
hipokalsemia
 Tetani berkembang jika hipokalsemia berat.
FAKTOR RESIKO
 Genetik
PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda Chvostek (a)
 Tanda Trousseau: spasme Carpal (b)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pada hipokalsemia berat, perpanjangan interval QT diamati pada EKG, dan gagal jantung kongestif dapat terjadi.
 Tulang untuk mengasumsikan sifat struktural dan dinamis yang tidak biasa.
 Hormon paratiroid
 Hipoparatiroidisme primer: konsentrasi rendah PTH dengan tingkat kalsium yang rendah bersamaan.
 Hipoparatiroidisme sekunder: konsentrasi PTH serum rendah dan konsentrasi kalsium serum meningkat.
 Kalsium
 Ion kalsium sangat terikat dengan protein.
 Konsentrasi kalsium total serum turun 0,8 mg / dL untuk setiap 1 g / dL penurunan konsentrasi serum
albumin. Albumin normal sama dengan 4,0 g / dL dan kalsium normal adalah 10,0 mg / dL.
 25-hidroksi vitamin D
Kekurangan vitamin D sebagai penyebab hipokalsemia.
DIAGNOSIS BANDING
 Hypocalcemia
 Pseudohypoparathyroidism
TATALAKSANA
Pemberian kalsium dan vitamin D
 Obati pasien dengan HypoPT kronis dengan gejala hipokalsemia dan / atau kadar kalsium serum albumin <2,0
mmol L
 Kalsium laktat 500 mg oral 3 kali sehari sebelum makan
 Berikan suplemen vitamin D dalam dosis harian 400–800 IU untuk pasien yang diobati dengan analog vitamin D
yang diaktifkan.
 Pada pasien dengan hiperkalsiuria, pertimbangkan pengurangan asupan kalsium, diet yang dibatasi natrium, dan /
atau pengobatan dengan diuretik tiazid.
EDUKASI
 Diet kaya konten kalsium (produk susu) dianjurkan untuk pasien dengan hipoparatiroidisme primer.
 Pasien dengan hipokalsemia simtomatik mengembangkan tetany. Jika tidak, tidak ada pembatasan dalam
aktivitas untuk pasien-pasien ini diperlukan
DIABETES MELITUS TIPE 1- 4A

DM tipe 1 adalah kondisi dimana kadar gula darah tinggi akibat ketidakmampuan tubuh memproduksi insulin. Kunci
yang membedakan dengan DM tipe 2 adalah gejalanya muncul di usia masih muda

ETIOLOGI

 Genetik
 Paparan virus dan bakteri yang merusak sel yang memproduksi insulin pada pancreas
 Proses imunologik
 Idiopatik
FAKTOR RESIKO

 Riwayat keluarga, orang tua atau saudara dengan dm tipe 1


 Genetik
 Geografi
 Usia, muncul antara usia 4 dan 7 tahun serta 10 dan 14 tahun

DIAGNOSIS

Manifestasi Klinis

 Sering merasa kesemutan


 Pandangan kabur
 Polifagi
 Poliuri
 Polidipsi
 Bb turun
 Lelah dan lemas
 Perubahan mood
 Sering mengompol pada malam hari

Pemeriksaan fisik

 Hipertensi
 Gangguan penglihatan
 IMT
Pemeriksaan Penunjang

• GDP >126 mg/dL


 GDS >200 mg/dL
 Kadar insulin rendah
 Uji toleransi glukosa
 Kadar HbA1c > 7
DIAGNOSIS BANDING

1. Dm tipe 2
2. DM tipe lain (intoleransi glukosa dan penyakit lain)

TATALAKSANA
Non-farmakoterapi

1. Pengaturan diet, terutama asupan serat harus di perhatikan


2. Olahraga
Farmakoterapi
1. Terapi insulin
2. Obat golongan sulfonylurea
KOMPLIKASI
Hipoglikemia, kadar glukosa plasma <50mg/dl

EDUKASI

 Penghitungan asupan karbohidrat, lemak dan protein

 Monitoring gula darah

 Pola makan sehat

 olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal

 cara penggunaan insulin perkutan


DISLIPIDEMIA 4A
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam darah.
Kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL.
Faktor risiko terjadinya aterosklerosis menyebabkan stroke, Penyakit Jantung Koroner, Peripheral Arterial Disease,
Sindroma Koroner Akut.

HASIL ANAMNESIS (SUBJEKTIF)


Umumnya tidak bergejala dan biasanya ditemukan pada saat
pasien melakukan pemeriksaan rutin kesehatan

PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks
Massa Tubuh).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar kolesterol total
2. Kolesterol LDL
3. Kolesterol HDL
4.Trigliserida plasma

DIAGNOSIS BANDING
 Komplikasi Penyakit jantung koroner
 Stroke

TATALAKSANA
1. Faktor risiko (selain kolesterol LDL)
2. Penatalaksanaan pada pasien ditentukan berdasarkan kategori risiko

 Mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh. Meningkatkan asupan lemak tak jenuh rantai
tunggal dan ganda.
 Trigliserida tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat, alkohol, dan lemak
 Meningkatkan aktivitas fisik sesuai kondisi dan kemampuannya.

3. Tata laksana farmakologis Terapi farmakologis dilakukan setelah 6 minggu terapi non farmakologis.
KONSELING DAN EDUKASI
1. Motivasi dari pasien dan keluarga untuk mengatur diet pasien dan aktivitas fisik
2. Kontrol teratur untuk pemeriksaan kolesterol lengkap untuk melihat target terapi

PROGNOSIS
Dengan penatalaksanaan yang tepat maka dapat dicegah terjadinya komplikasi akibat dislipidemia.

Anda mungkin juga menyukai